Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Generasi Remaja saat ini kurang memiliki rasa Cinta Tanah Air, ini dapat
dilihat dari lebih gemarnya para remaja untuk pergi kebioskop daripada ke
museum-museum sejarah perjuangan bangsa, ada beberapa kemungkinan yang
dapat kita ambil dari hal tersebut yakni yang pertama kurangnya pemupukan
rasa cinta tanah air semenjak kecil, sinetron-sinetron yang ditayangkan
ditelevisi merupakan tayangan yang kurang produktif bagi perkembangan
anak selain itu hal-hal yang terkait dengan Bangsa ini tidak mendapat sorotan
yang tajam mengenai budaya, masalah sosial yang dapat menimbulkan Rasa
cinta tanah air. Hal lain yang dapat menjadi penyebab yakni pendidikan yang
kurang sehingga dapat menyebabkan seseorang tidak tahu akan Bangsanya
sendiri. Pergaulan remaja saat ini sangat mengkhawatirkan. Ini dapat dilihat
dari beberapa hal yakni tingginya angka pemakai Narkoba dan adanya seks
bebas dikalangan remaja.
Akibat dari perilaku tersebut adalah kehamilan di luar nikah, pemerkosaan,
merebaknya pelacuran di kalangan remaja, aborsi, penyakit menular seksual,
pelecehan seksual dan penyimpangan-penyimpangan seksual. Ada banyak
yang melatarbelakangi perilaku seks bebas pada remaja, seperti kurangnya
pengetahuan seksualitas anak dan kurang berkualitasnya komunikasi orangtua
dan anak.(Mertia, Hidayat, & Yuliadi, 2011).
Selain itu Jumlah kehamilan yang tidak diinginkan, Penyakit Menular
Seksual (PMS) dan HIV-AIDS di kalangan remaja meningkat pesat saat ini.
Ada 10% remaja Pontianak yang melakukan hubungan seksual pranikah sejak
mereka berusia 16 atau 18 tahun, dan sebagian besar kegiatan seksual terjadi di
rumah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pemantauan orang
tua dan pengaruh teman sebaya terhadap remaja & rsquo; sikap seksual.
(Suwarni, 2009)
seperti hasil penelitian Hindin dan Michelle (dalam Wang'eri 2013)
yang menemukan bahwa aktivitas seksual terkait dengan kurangnya
keterlibatan remaja dalam kegiatan akademik. Kondisi tersebut sebenarnya
tidak akan terjadi apabila remaja dipersiapkan untuk menghadapi masa transisi
perkembangan ini. Namun realita yang terjadi adalah masyarakat kita
khususnya mereka yang berpredikat sebagai orang tua masih menganggab tabu
untuk membicarakan tentang seks den-gan anaknya yang tergolong remaja.
(Maimunah, Kunci, Seksual, & Keluarga, 2015)
Permasalahan ini merupakan tanggung jawab seluruh elemen agar
mewabahnya seks bebas pada remaja tidak terjadi dan dapat
diatasi.sebenarnya banyak upaya pencegahan yang dapat dilakukan
diantaranya seperti peran lembaga formal/sekolah ,peran orang tua didalam
keluarga dalam mengawasi tingkah laku anak dalam bergaul namun dalam
mengawasi proses bergaul anaknya tidak berhak besikap otoriter terhadap
anaknya karena hal tersebut dapat memicu perlakuan agresif pada si
anak.Sangat diharapkan orang tua dapat menjalakan fungsi dan perannya
dengan baik, diantaranya memberikan kasih sayang, pendidikan budi pekerti,
serta mengajarkan cinta kasih terhadap sesama. Sehingga terjadi keselarasan
antara anak dengan dirinya serta lingkungan keluarganya.

B. Rumusan Masalah

Peneliti bermaksud mengkaji lebih jauh tentang kehidupan seks bebas


Pada Remaja yang semakin lama akan menjadi budaya bangsa ini dan akan
menjadikan bobroknya Negara ini. Adapun masalah pokok yang dapat dikaji
dalam makalah ini yaitu Bagaimana latar belakang kehidupan Remaja Yang
melakukan seks Bebas serta dampak apa saja yang dapat mengakibatkan
terjadinya Seks bebas dikalangan remaja.?

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan anak serta untuk meningkatkan wawasan dan ilmu
pengetahuan kami tentang Seks Bebas Dikalangan Remaja,.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Remaja
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli
pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13
sampai dengan 18 tahun. Menurut Siti Irine ( 2012: 69 ) bahwa umur antara 12
sampai 18 tahun berada pada fase perkembangan Ego-identity vs Role on
fusion. Pada tahap ini manusia ingin mencari identitas dirinya. Anak yang
sudah beranjak menjadi remaja mulai ingin tampil memegang peran- peran
sosial di masyarakat. Namun masih belum bisa mengatur dan memisahkan
tugas dalam peran yang berbeda.

Masa remaja merupakan masa yang penuh rasa ingin tahu terhadap
segala hal, termasuk salah satunya masalah seksual. Pada masa ini remaja
membutuhkan bimbingan dalam bentuk pendidikan seksual dalam
pembentukan pribadinya baik dengan orangtua maupun lingkungan.
Pendidikan seksual ini juga termasuk dalam hubungan baru yang lebih matang
dengan lawan jenis. Pada masa ini informasi tentang masalah seksual sudah
seharusnya mulai diberikan untuk menghindari agar remaja tidak mencari
informasi sendiri dari teman atau sumber-sumber lain yang tidak jelas atau
bahkan keliru sama sekali. (Maimunah et al., 2015)

Remaja atau kawula muda adalah harapan besar bagi nama baik
keluarga dan bangsa.Di pundak mereka, masa depan dan cita-cita bangsa ini
dipertaruhkan. Mereka dididik agar mengenal bangku sekolah, tahu sopan
santun, bermoral, beragama, peduli lingkungan, peduli masa depan, dan
segudang nilai-nilai positif lain. Tapi sebagaimana remaja umumnya, mereka
tak lepas dari keceriaan dunia remaja yang diakrabinya. Dalam batas wajar,
masa remaja sering meninggalkan kesan manis. Sekadar mejeng di mall
memang bukan barang haram. Tapi tak sedikit di antara mereka yang
kebablasan. Misalnya terjerat dalam pesta hura-hura ganja, putau, ekstasi, dan
pil-pil setan lain. Tak sedikit pula di antara mereka yang kemudian hamil di
luar nikah akibat sex bebas (free sex). Jalan pintas lewat aborsi pun dilakukan,
untuk melenyapkan jabang bayi yang belum mereka kehendaki.

Dari hasil penelitian perilaku remaja di empat kota besar di Indonesia,


yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, dan Bandung diketahui bahwa remaja
mengakui alkohol adalah langkah awal sebelum mengkonsumsi narkoba.
Beberapa diantaranya mencampur narkoba dengan alkohol dan ada yang
menggunakan narkoba sebagai obat kuat dalam melakukan hubungan seksual
pranikah (Kristanti, dkk, 2010).
Hubungan seksual pranikah di kalangan remaja biasanya terjadi karena
sedang mabuk, suka sama suka, rasa ingin tahu dan ingin merasakannya setelah
menonton video porno atau melihat perempuan seksi, pengaruh teman, dan
agar terlihat modern. Selain itu, faktor keterbatasan ekonomi juga merupakan
penyebab remaja melakukan hubungan seksual untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (Kristanti, dkk, 2010). Alasan remaja melakukan penyalahgunaan
narkoba karena ingin tahu, identitas pergaulan, modern, dan mendapat
pengakuan teman sebaya. Alasan lainnya yaitu menenangkan pikiran, ikut-
ikutan teman, bahkan sebagai obat agar 'kuat' dan 'tahan lama' di ranjang ketika
melakuka hubungan seksual (Kristanti, dkk, 2010).
Ada beberapa sebab yang dapat dijadikan alasan merebaknya "wabah
mengerikan" ini, di antaranya adalah
1. Pengaruh Negatif Media Massa
Peran media massa dalam memberikan informasi tentang hal ini
juga bisa mempengaruhi perilaku seksual remaja. Nuranti (2009)
menyatakan bahwa riwayat terpapar pornografi , intensitas komunikasi
tentang seks dengan teman sebaya, dan niat untuk melakukan inisiasi
hubungan seks secara praktis meningkatkan risiko perilaku seksual dini
pada remaja. Akses remaja terhadap media massa dan pengaruh teman
sebaya merupakan faktor karakteristik remaja yang berhubungan
dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah. Jika remaja
tidak mengetahui bahwa pornografi dapat merangsang keinginannya
untuk melakukan hubungan seksual, maka perilaku mereka akan
cenderung semakin tergantung pada pornografi. Namun jika mereka
mengetahui tentang hal tersebut, maka mereka akan menghindari
paparan pornografi . Kunci untuk meningkatkan pengetahuan guna
mengubah perilaku, terutama terletak pada fakta-fakta tersebut di atas,
konsep- konsep dan keterampilan yang diperlukan untuk
menyampaikan pesan yang menarik tentang perilaku dan memberikan
dasar yang diperlukan untuk mengubah sikap, persepsi norma dan
keterampilan.
2. Lemahnya Keimanan
Hampir semua perilaku seks bebas mengetahui akan beban dosa
yang mereka terima. Akan tetapi mereka menjadikan nafsu sebagai
pemimpin. Ini menunjukkan lemahnya rasa keimanan mereka. Seorang
pezina ketika ia melakukan zina akan terlepas dari keimanan dan ke
Islaman, sebagaimana hadist Rasulullah SAW: ” Tidak ada seorang
pezina ketika melakukan zina sedangkan saat itu ia beriman....” (HR.
Bukhari dan Muslim) .
3. Lemahnya pengawasan orang tua.
Perilaku menyimpang pada anak remaja terjadi karena tidak
berfungsinya sistem sosial di lingkungan masyarakat dan ketidak
harmonisan hubungan anak dengan orang tua. Hubungan orang tua dan
anak sangat di- pengaruhi oleh persepsi anak terhadap sistem
pengasuhan dan interpretasinya terhadap motivasi dan hukuman dari
orang tua. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (dalam Silalahi,
2010: 103) bahwa interaksi dalam keluarga akan berlangsung tidak
wajar jika sikap orang tua dipersepsikan tidak baik oleh anak. Oleh
karena itu keluarga memiliki fung- si dan peran yang penting dalam
pengasuhan dan dan pembinaan terhadap perilaku anak
4. Salah dalam memilih teman

Anda mungkin juga menyukai