PENDAHULUAN
terjadi 166.000 kasus gagal ginjal tahap akhir dan pada tahun
Konik (GGK) tahap awal. Hal yang sama juga terjadi di Jepang di
A. Pengertian
Gagal ginjal atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Gagal ginjal kronis
terjadi dengan lambat selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun, dengan penurunan bertahap dengan fungsi ginjal dan
peningkatan bertahap dalam gejala-gejala, menyebabkan
penyakit ginjal tahap akhir (PGTA). Gagal ginjal kronis biasanya
akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi
glomerulus yang dapat digolongkan ringan, sedang dan berat.
Azotemia adalah peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan
ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma meningkat.
B. Etiologi
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal
yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab. Sebab-
sebab gagal ginjal kronik yang sering ditemukan dapat dibagi
menjadi delapan kelas.
Klasifikasi sebab-sebab gagal ginjal kronik:
Infeksi : Pielonefritis kronik
Penyakit peradangan : Glomerulonefritis
Penyakit vascular hipertensi : Nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis.
Gangguan jaringan penyambung : Lupus eritematosus
sistemik, Poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
Gangguan kongerital dan hereditas : Penyakit ginjal
polikistik, asidosis tubulus ginjal.
Penyakit metabolic : Diabetes militus, gout, hiperpara
tiroidisme, amiloidosis.
Nefropati toksik : Penyalahgunaan analgesik, nefropati
timbale
Nefropati obstruktif : Saluran kemih bagian atas kalkuli ,
neoplasma, fibrosisretroperitoneal. Saluran kemih bagian
bawah: hipertropi prostate, struktur urea, anomaly kongetal
pada leher kandung kemih dan uretra.
D. Pemerikasaan Penunjang
1. Urine
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria)
atau urine tak keluar (anuria)
Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin
disebabkan oleh pus bakteri, lemak, partikel koloid, forfat
atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan menunjukan adanya
darah, HB, mioglobin.
Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukan kerusakan ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mosm/kg menunjukan
kerusakan tubular, dan rasio urine/serum sering 1:1
Klirens keratin : Mungkin agak menurun
Natrium : Lebih besar dari 40 m Eq/L karena ginjal tidak
mampu mereabsorbsi natrium.
Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat
menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen
juga ada.
2. Darah
BUN / Kreatin : Meningkat, biasanya meningkat dalam
proporsi kadar kreatinin 16 mg/dL diduga tahap akhir
(mungkin rendah yaitu 5)
Hitung darah lengkap : Ht : Menurun pada adanya anemia
Hb:biasanya kurang ari 78 g/dL
SDM : Waktu hidup menurun pada defisiensi aritropoetin
seperti pada azotemia.
GDA : pH : Penurunan asidosis metabolik (kurang dari
7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk
mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil akhir
katabolisme protein. Bikarbonat menurun, PCO2 menurun
.
Natrium Serum : Mungkin rendah (bila ginjal “kehabisan
Natrium” atas normal (menunjukan status dilusi
hipernatremia).
Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai
dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran
jaringan. Pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin tidak
terjadi sampai kalium 6,5 MPq atau lebih besar.
Magnesium/Fosfat : Meningkat
Kalsium : Menurun
Protein (khususnya Albumin) : Kadar serum menurun
dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine,
perpindahan cairan, penurunan pemasukan, atau
penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.
Osmolalitas Serum : Lebih besar dari 285 mOsm/kg,
sering sama dengan urine.
KUB fota : Menunujukkan ukuran ginjal / ureter /
kandung kemih dan adanya obstruksi (batu)
Piolegram Retrograd : Menunujukkan abnormallitas pelvis
ginjal dan ureter.
Arteriogram Ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskular massa.
Sistouretrogram Berkemih : Menunjukan ukuran kandung
kemih, refluks ke dalam ureter, terensi.
Ultrasono Ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian
atas.
Biopsi Ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopik
untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histoligis.
Endoskopi Ginjal, Nefroskopi : Dilakukan untuk
menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif.
EKG : Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam/basa.
Foto Kaki, Tengkorak, Kolmna Spiral dan Tangan : Dapat
menunjukan demineralisasi. (Rencana Askep, Marilyn E
Doenges dkk)
E. Manifestasi Klisnis
1. Sistem kardiovaskuler: mencakup hipertensi (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-
aldosteron), gagal jantung kongestif dan edema pulmoner
(akibat cairan berlebih) dan perikarditis (akibat iritasi pada
lapisan perikardial oleh toksin uremik).
2. Sistem integrumenurum: rasa gatal yang parah (pruritus).
Butiran uremik merupakan suatu penunpukkan kristal urin di
kulit, rambut tipis dan kasar.
3. Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah.
4. Sistem neurovaskuler: perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi, kedura otot dan kejang.
5. Sistem pulmoner: krekels, sputun kental, nafas dalam dan
kusmaul.
6. Sistem reproduktif: amenore, atrifi testikuler.
F. Pencegahan
Pemeliharaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah
individu yang menjadi insufisiensi. Sampai menjadi kegagalan
ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis
dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada
waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan).
G. Pengobatan / Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal dan homeostasis selama mungkin. Adapun
penatalaksaannya sebagai berikut :
1. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori
menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia,
menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala.
Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan
garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena juga harus sedikit
meningkat dan terdapat edema betis ringan. Pada beberapa
pasien, furosemid dosis besar (250-1000 mg/hari) atau
diuretic 100p (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk
mencegah kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin
memerlukan suplemen natrium klorida atau natrium
bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan melalui berat badan,
urine, dan pencatatan keseimbangan cairan (masukan
melebihi keluaran sekitar 500 ml).
3. Kontrol hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir
gagal kiri pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal,
keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa
tergantung tekanan darah, sering diperlukan diuretik loop,
selain obat anti hipertensi.
4. Kontrol ketidaksemibangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis
berat. Untuk mencegah hiperkalemia, dihindari masukan
kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari), diuretik
hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan eksresi
kalium (misalnya penghambat ACE dan obat anti inflamasi
non steroid), asidosis berat, atau kekurangan garam yang
menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam
kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG.
5. Gejala-gejala asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma
kurang dari 15 mmol/liter biasanya terjadi pada pasien yang
sangat kekurangan garam dan dapat diperbaiki secara
spontan dengan dehidrasi. Namun perbaikan yang cepat
dapat berbahaya.
6. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat
seperti alumunium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium
karbonat (500-3000mg) pada setiap makan. Namun hati-hati
dengan toksisitas obat tertentu. Diberikan supplemen
vitamin D dan dilakukan paratiroidektomi atas indikasi.
7. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imuosupresif
dan diterapi lebih ketat.
8. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena
metabolitnya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misalnya
digoksin, aminoglikosid, analgesic opiat, amfoterisin dan
alupurinol. Juga obat-obatan yang meningkatkan katabolisme
dan ureum darah, misalnya tetrasiklin, kortikosteroid dan
sitostatik.
9. Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi denagn ketat kemungkinan ensefelopati uremia,
perikarditis, neurepati perifer, hiperkalemia yang
meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang
mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga
diperlukan dialysis.
10. Persiapan dialysis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi.
Indikasi dilakukan dialysis biasanya adalah gagal ginjal
dengan klinis yang jelas meski telah dilakukan terapi
konservatif atau terjadi komplikasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN CRF
I. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Buruh Penggergajian kayu
DX Medis : CRF
Keluhan utama:
Perut membesar.
Riwayat Penyakit Sekarang:
± 2 tahun yang lalu jatuh, lutut sakit setelah diberikan
perawatan di rumah bisa sembuh, satu tahun kemudian jatuh
lagi lututnya dipasang gips di rumah sakit Pati, kemudian diberi
obat bisa sembuh, tetapi masih terasa nyeri kemudian periksa
lagi diberi obat nyeri bisa hilang, kemudian bila klien
mengkonsumsi obat tersebut perut terasa perih dan muka jadi
sembab.
± 5 bulan yang lalu klien merasa perutnya semakin lama
bertambah membesar sehingga aktivitas terganggu, mual +,
muntah +, sesak +, pusing, bila untuk beraktivitas cepat lelah,
kemudian diperiksakan ke dokter belum ada perubahan,
kemudian disarankan dibawa ke RSDK Semarang.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, HT, DM
Pola Fungsi:
1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit: makan 3X sehari; nasi, lauk pauk, sayur, buah
kadang-kadang, minum 10 gelas lebih air putih teh kadang-
kadang, susu jarang.
Sesudah sakit: nafsu makan kurang nafsu, makan sedikit
terasa penuh, terasa mual-mual, kadang muntah.
Klien menanyakan mengapa kok makannya hanya sedikit saja
sudah terasa penuh di perut, bisa mual-mual kenapa?
Klien makan hanya ¼ porsi dari yang disajikan
2. Pola Eliminasi
BAK : selama sakit berkurang hanya sedikit-sedikit tapi
sering, sampai sulit tidur karena sering kencing malam hari,
tidak rasa sakit selama berkemih.
BAB : selama sakit jarang BAB, walaupun diberi obat peluru
dimasukkan dalam anus.
2. Hasil USG:
Hepar : ukuran normal, densitas meningkat homogen, lien
normal; Efusi pleura sinestra; Ke 2 ginjal densitas
parenkim meningkat heterogen, kortek dan medulla sulit
dibedakan.
Kesan :
1. Asites luas (transudat?)
2. Proses lesi parenkim hati difus.
DD: OK albumin yang rendah asites luas
3. Proses difus kronis ke 2 ginjal
3. Hasil konsul mata:
Gambaran FC saat ini tidak nampak retinopati Hipertensi
Laboratorium
Fosfat organik 5,20 mg/dl Uric acid : 6,5 mg/dl
H HDL Chol : 7 mg/dl L
Eosinofil :5% LDL Chol : 141 mg/dl H
Basofil :0 Bil. Total : 0,56 mg/dl
Batang :3% Bil. Direk : 0,20 mg/dl
Segmen : 67 % SGOT : 36 U/L
Limfosit : 24 % SGPT : 30 U/L
LED I : 23 mm H Alkali Fosfat : 70,0 U/L
LED II : 53 mm Gamma GT : 69 U/L
GDS : 132 mg/dl Mg : 1,01 mmol/L
Cholesterol : 211 mg/dl H
Trigiseride : 167 mg/dl
H
Apus Tepi:
Eritrosit : anisositosis sedang (makrosit-mikrosit) Hipokromasi
sedang, porkilositosis berat (Ovalosit, Anulosit,
Fragmentosit, Ciger Cell, Burr Cell, Acontosit).
Trombocyt : jumlah normal bentuk besar +, Giant +.
Leukosit : jumlah tampak menurun
Program Terapi:
Infus D5 % - 12 tts/mnt
CaCO3 3 X 500 mg
Captopril 3 x 12,5 mg
Kalitake 3 X 1
Ciprofloxacin 2 X 500 mg
Furosemide 2 X 1 tb
V. Rencana Keperawatan