Anda di halaman 1dari 32

Pekerjaan : Pembangunan Rumah Tinggal 1 Lantai

Lokasi : Jl. Seturan Raya, Yogyakarta

Tahun : 2011

A. PENDAHULUAN
Metode ini di susun guna mendukung penawaran kami sehingga pihak pengguna jasa
yakin bahwa pekerjaan ini akan selesai sesuai dengan kontrak, baik dari segi
administrasi maupun teknis.
Adapun langkah awal yang akan diambil Kontraktor dalam penyelesaian pekerjaan
tersebut diatas :
1. Menetapkan struktur organisasi lapangan, serta organisasi pekerja beserta job
description masing-masing tugas dan tanggung jawab dengan jelas dan sesuai
dengan keahliannya
2. Membuat dan menetapkan pengukuran dengan jelas dan tepat yang dituangkan
dalam gambar kerja serta pembuatan mutual sheck awal
3. Merencanakan penyediaan dana yang tepat
4. Pengendalian pekerjaan serta pengaturan tenaga yang tepat
5. Penyediaan bahan/material yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
6. Setiap saat dilakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaan serta rencana kerja
berikutnya
7. Menyelenggarakan administrasi yang tertib dan tepat waktu.

B. SPESIFIKASI TEKNIS
Adapun jenis pekerjaan bangunan yang akan dibangun yaitu:
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Pengukuran
3. Pekerjaan Galian dan Urugan
4. Pekerjaan Pasangan Pondasi
5. Pekerjaan Beton
6. Pekerjaan Dinding
7. Pekerjaan Plafond
8. Pekerjaan Atap
9. Pekerjaan Lantai
10. Pekerjaan Pintu Jendela
11. Pekerjaan Elektrikal
12. Pekerjaan Pengecatan
13. Pekerjaan Sanitasi
14. Pekerjaan Pembersihan

Standar yang berlaku :


1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (1971) NI-2
2. Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan di Indonesia (1970) NI-3
3. Peraturan Cement Portland Indonesia (1974) NI-4
4. SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung

C. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI


Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi
teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Sehingga, target waktu, biaya dan mutu sebagaimana, dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode
terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Khususnya pada saat
menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak
sesuai dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan
konstruksi yang sesuai kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian
proyek konstruksi bersangkutan.

1. PEKERJAAN PERSIAPAN
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok suatu proyek konstruksi, pekerjaan yang
pertama harus dilakukan adalah pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan ini, baik
untuk proyek-proyek pembangunan gedung bertingkat, proyek pembangunan
airport, jembatan, jalan, pelabuhan, dermaga maupun proyek lainnya, secara
umum tidak berbeda. Besar kecilnya, mudah atau sulitnya tergantung pada
masing-masing proyek yang akan dikerjakan.
Pekerjaan persiapan harus direncanakan sebelum masa pelaksanaa suatu proyek
konstruksi. Bahkan, pekerjaan ini harus telah disiapkan pada saat tender proyek
dan dijadikan bagian dari penawaran tender proyek bersangkutan. Perencanaan
diuat sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh suatu hasil perencanaan yang
efisien, namun bias mencakup segala pekerjaan yang diperlukan untuk
pelaksanaan proyek tersebut. Adapun pekerjaan persiapan yang harus dilakukan
dalam pelaksanaan proyek konstruksi, antara lain :

1.1 PERENCANAAN SITE PLAN


Yang termasuk dalam Perencanaan Site Plan, pada prinsipnya adalah
perencanaan tata letak atau lay out dari fasilitas-fasilitas yang diperlukan
selama pelaksanaan proyek. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan layout fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan
suatu proyek antara lain :
1) Menempatkan semua fasilitas proyek di luar dari bagian denah proyek
yang akan dikerjakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu
pelaksanaan proyek
2) Menepatkan material bangunan, seperti : besi beton, kayu dan lainnya,
harus dipisahkan sesuai dengan jenis dan ukurannya, sehingga
memudakan penyimpanan dan pengambilannya.
3) Menempatkan material-material yang harus terlindung dari cuaca, seperti :
semen maupun material finishing lainnya dalam gudang tertutup
4) Menempatkan alat-alat pada posisi yang strategis agar dapat menjangkau
seluruh areal kerja yang diperlukan.
5) Menempatkan los kerja tidak jauh dari penumpukan material
6) Menempatkan pos jaga yang tepat seehingga memudahkan mengawasi
seluruh kegiatan proyek

Fasilitas-fasilitas proyek yang dimaksud antara lain:


1) Kantor Proyek/Direksi Keet
Kantor Proyek/Direksi Keet dibangun sebagai tempat bekerja bagi para
staf baik staf dari Kontraktor, Pengawas maupun Pemilik Proyek di
lapangan, yang dilengkapi dengan ruang-ruang kerja staf, ruang rapat,
ruang pimpinan, mushola dan toilet. Besar kecilnya kantor proyek ini
tergantung pada jenis proyek maupun jumlah staf yang bekerja.
Seluruh fasilitas dan sarana yang dibangun untuk pekerjaan persiapan ini
adalah semenara. Oleh karena itu, desain Kantor Proyek/Direksi Keet
tersebut juga dibuat tidak permanen. Namun demikian, tetap harus
mengutamakan kenyamanan dan persyaratan sebagai tempat kerja. Karena
sifatnya tidak permanen, maka desain bangunan kantor ini sebisa mungkin
dibangun dengan biaya konstruksi yang semurah mungkin. Salah satu cara
adalah dengan membuat konstruksi bangunan kantor yang bias digunakan
berulang kali (system rakitan) untuk berbagai proyek.

2) Gudang Material dan Peralatan


Bahan-bahan yang harus terlindung dari pengaruh cuaca, seperti semen
dan material finishing lainnya harus disimpan dalam tempat tertutup.
Untuk itu diperlukan tempat penyimpanan yang disebut gudang. Sebagai
tempat penyimpanan material, gudang harus memenuhi berbagai
persyaratan. kondisinya harus dijaga agar tetap kering dan tidak lembab.
Karena kondisi gudang sangat mempengaruhi kualitas bahan yang
disimpan. Penyimpanan material seperti semen, harus diatur sedemikian
rupa, sehingga material yang datang lebih dulu, dapat diambil dan
digunakan lebih awal.
Sementara itu, gudang peralatan berfungsi sebagai tempat penyimpanan
alat-alat ringan, seperti : vibrator untuk pemadatan beton, mesin genset
portable, alat-alat pengukuran (theodolit), alat-alat untuk pekerjaan
finishing (mesin potong keramik, mesin bor), serta berbagai komponen
peralatan lainnya. Konstruksi gedung penyimpanan material dan peralatan
dibangun seperti bangunan kantor proyek. Yakni, dirancang dengan
system rakitan sehingga dapat digunakan berulang kali.

3) Los Kerja Besi dan Kayu


Fasilitas ini dibangun untuk pekerjaan besi dan kayu. Los kerja besi
merupakan tempat untuk pemotongan maupun pembekokan besi beton
sesuai gambar kerja (shop drawing) yang ada. Sementara itu, los kerja
kayu, digunakan sebagai tempat pembuatan bekisting dan pekerjaan kayu
lainnya. Bangunan untuk fasilitas ini biasanya dibuat lepas tanpa dinding
(los) dan diberi penutup atap, agar para pekerja dapat bekerja dengan
nyaman.

Dalam membuat layout untuk pekerjaan persiapan ini, perlu diperhitungkan


secara cermat penempatan masing-masing fasilitas dan sarana yang diperlukan
untuk pelaksanaan proyek. Dengan memperhatikan kondisi lapangan yang ada
dan disesuaikan dengan desain layout proyek yang akan dikerjakan,
penempatan fasilitas dan sarana proyek nantinya akan dapat berfungsi secara
optimal sesuai perencanaan. Namun demikian, yang tetap harus
dipertimbangkan adalah bahwa seluruh fasilitas dan sarana proyek yang
dibangun untuk pekerjaan persiapan tersebut dalah bersifat sementara dan
nantinya akan dibongkar setelah pelaksanaan proyek selesai.

1.2 PERHITUNGAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA


Dalam pekerjaan persiapan pelaksanaan proyek konstruksi perlu dilakukan
perhitungan kebutuhan Sumber Daya Proyek. Yang dimaksud dengan Sumber
Daya Proyek adalah menyangkut kebutuhan listrik proyek dan air kerja.

1.3 KEBUTUHAN LISTRIK KERJA


Kebutuhan tenaga listrik yang dimaksud adalah jumlah daya yang diperlukan
oleh kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi selama pelaksanaan
proyek. Kebutuhan tenaga listrik ini, diluar daya listrik untuk proyek bangunan
gedung itu sendiri, merupakan tanggung jawab konstraktor. Sumber daya
listrik, biasanya diperoleh dari PLN maupun penyediaan genset sendiri,
tergantung penggunaannya. Daya listrik yang diperlukan oleh proyek meliputi:
1) Penerangan
2) Kipas angin
3) Peralatan kerja, seperti : Mesin potong keramik, Bor, bar bender, bar cutter,
pompa air, dan lainnya
4) Peralatan kantor, seperti : computer, plotter, mesin fotocopy, dan lain-lain

Jumlah daya listrik yang diperlukan, harus memenuhi berbagai keperluan


tersebut. Sedang besar kecilnya daya yang diperlukan tergantung pada besar
kecilnya fasilitas kerja yang dibutuhkan untuk bangunan kantor maupun sarana
pendukung lainnya, untuk rehab pada proyek ini memakai daya yang sudah
ada.

1.4 KEBUTUHAN AIR KERJA


Kebutuhan air kerja untuk keperlua proyek bias diperoleh dari sumur atau
PAM (Perusahaan Air Minum). Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sebagai berikut:
1) Toilet di kantor proyek
2) Pencucian peralatan
3) Perawatan beton (concrete curing), termasuk testing beton
4) Batching plant untuk pembuatan mortar (beton molen)
5) Pengetesan peralatan mekanikal, seperti : Hydran, sprinkler, dan lainnya
6) Perawatan plesteran beton
7) Keperluan lokasi-okasi kerja lainnya

Air dari sumber air disimpan pada tangki-tangki penampuangan air sesuai
dengan kapasitasnya. Volume air yang diperlukan dihitung berdasarkan
kebutuhan volume air setiap harinya. Untuk proyek ini memakai.

1.5 PEMBUATAN SHOP DRAWING (GAMBAR KERJA)


Shop drawing atau gambar kerja merupakan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan
di lapangan. Dengan adanya gambar kerja, maka pekerjaan lapangan menjadi
mudah dilaksanakan dan terkedali secara teknis, baik dari segi waktu maupun
mutu kerja. Gambar kerja, harus sudah disipakan dalam tahap awal proyek dan
mendapatkan pengesahan dari pihak pengawas atau konsultan perencana,
sebelum dilaksanakan di lapangan. Shop drawing disiapkan oleh bagian
engineering berpedoman pada desain bangunan dari konsultan. Pembuatan
shop drawing dewasa ini banyak dilakukan dengan computer menggunakan
software Autocad, sehingga dapat mempercepat waktu pembuatannya.

1.6 PENGADAAN MATERIAL UNTUK PEKERJAAN PERSIAPAN


Metode pelaksanaan atau pengadaan material tidak ada yang khusus. Untuk
pekerjaan persiapan, belum begitu banyak memerlukan material. Material yang
dibutuhkan terutama hanya untuk kebutuhan pembuatan perakitan kantor
proyek, kantor konsultan dan pengawas, gudang yang bersifat sementara.
1.7 MOBILISASI PERALATAN
Peralatan yang dimobilisasi pada ahap awal, adalah peralatana yang diperlukan
untuk membangun fasilitas-fasilitas proyek, seperti : kantor proyek, gudang,
stockyard (gudang terbuka), dan bangunan-bangunan sementara lainnya. Pada
tahan ini, peralatan yang dibutuhkan masih terbatas pada peralatan-peralatan
ringan, seperti alat-alat untuk pengukuran.
Mobilisasi alat-alat berat, seperti alat-alat pancang maupun alat-alat bor untuk
pekerjaan pondasi, mulai dilakukan setelah tahapan pekerjaan persiapan selesai
dan pengukuran titik-titik pondasi telah ditetapkan.

2. PEKERJAAN PENGUKURAN DAN PEMATOKAN


2.1 PENGUKURAN
1) Sebelum memulai pekerjaan Pelaksana harus mengadakan pengukuran
kembali dengan teliti elevasi dasar , permukaan tanah, ketinggian jalan
atau elevasi lainnya sesuai permintaan Direksi. Semua pengukuran
kembali harus dikaitkan terhadap titik tetap yang terdekat.
2) Alat-alat ukur yang digunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan
3) sebelum pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan dipakai harus
mendapat persetujuan Direksi, baik dari jenisnya maupun kondisinya.
4) Alat-alat yang dipergunakan adalah waterpass lengkap dengan statif dan
5) rambu-rambunya, theodolit lengkap dengan statif dan rambu-rambunya,
meteran, jalon, prisma dan alat lainnya sesuai dengan instruksi Direksi.
6) Cara pengukuran ketepatan hasil pengukuran toleransi salah tutup, dan
7) pembuatan serta pemansangan patok bantu akan ditentukan oleh
Direksi.
8) Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam
gambar dengan hasil pengukuran ulang maka Direksi akan memutuskan
hal itu.
9) Apabila terdapat perbedaan dalam pengukuran kembali, maka
10) pengukuran ulang menjadi tanggungjawab Pelaksana.
11) Pelaksana bertanggungjawab penuh atas tepatnya pelaksanaan
pekerjaan menurut peil-peil dan ukuran dalam gambar dan
uraian/syaratsyarat pelaksanaan itu.

2.2 PEMATOKAN
1) Pelaksana mengerjakan pematokan untuk menentukan as dan peil
Pondasi sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini harus seluruhnya
telah disetujui oleh Direksi sebelum memulai pekerjaan selanjutnya.
Direksi dapat melakukan revisi pemasangan patok tersebut dan
Pelaksana harus mengerjakan revisi tersebut sesuai dengan petunjuk
Direksi.
2) Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui oleh Direksi dapat
digunakan sebagai dasar untuk pembangunan.
3) Pelaksana wajib menyediakan alat-alat ukur dan perlengkapannya, juru-
juru ukur dan pekerja-pekerja yang diperlukan oleh Direksi untuk
melakukan pengawasan/pengujian hasil pematokan atau pekerjaan lain
yang serupa.
4) Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank)
termasuk pekerjaan Pelaksana dan harus dibuat dari kayu jenis meranti
kelas II yang tidak berubah oleh cuaca. Pemasangannya harus kuas dan
permukaan atasnya rata dan sifat datar (waterpass).
5) Semua tanda-tanda (rambu-rambu lalu lintas) dilapangan harus
disediakan dan dipasang sendiri oleh Pelaksana dan harus tetap
dipelihara dan dijaga dengan baik. Apabila ada tanda-tanda yang rusak
harus segera diganti. Disamping rambu-rambu, kontraktor juga harus
menyediakan sekurangkurangnya 2 (dua) orang pengatur lalu lintas
yang bertugas sepanjang pelaksanaan berlangsung.
6) Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar rencana,
Pelaksana harus mengajukan 3 (tiga) lembar gambar penampang dari
daerah yang dipatok. Direksi akan membubuhkan tanda tangan
persetujuan atau pendapat/revisi pada satu lembar gambar tersebut dan
mengembalikannya kepada Pelaksana. Setelah diperbaiki, Pelaksana
harus mengajukan kembali gambar yang oleh Direksi diminta untuk
direvisi.
3. PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN
3.1 PEMBERSIHAN DAN PENGGALIAN
1) Seluruh perintangan yang ada dalam lapangan yang akan merintangi
pekerjaan harus disingkirkan dan dibersihkan dari lapangan, kecuali
hal-hal yang mungkin akan ditentukan kemudian untuk dibiarkan tetap.
2) Siapkan alat-alat yang diperlukan
3) Menggali tanah dengan ukuran lebar bawah dengan kedalaman yang
diisyaratkan
4) Menggali sisi-sisi miringnya, sehingga diperoleh sudut kemurungan
yang tepat
5) Buang tanah sisa galian ke tempat yang telah ditentukan
6) Cek posisi, lear, kedalaman, dan kerapiannya sesuai dengan rencana

3.2 URUGAN PASIR DAN URUGAN TANAH


1) Pasir urug diratakan pada dasar galian dan disiram air untuk
mendapatkan kelembaban yang optimum untuk pemadatan
2) Padatkan pasir urug tersebut dengan memakai alat stamper
3) Jika diperlukan ulangi langkah 1 dan 2 sehingga didapat tebal pasir
urug seperti yang direncanakan
4. PEKERJAAN PASANGAN PONDASI
4.1 PASANGAN PONDASI
1) Pasang patok bantuk untuk memasang profil (2 patok untuk tiap profil).
Profil dipasang pada setiap ujung lajur pondasi
2) Pasang bilah bantu datar pada kedua patok setinggi profil
3) Pasang profil benar-benar tegak lurus dan bidang atas profil datar.
Usahakan titik tengah profil tepat pada tengah-tengah galian yang
direncanakan dan bidang atas profil sesuai feil pondasi.
4) Ikat profil pada bilah datar yang dipasang antara 2 patok
5) Pasang patok sokong, miring pada tebing galian pondasi
6) Cek ketegakan/posisi profil dan ukuran-ukurannya.

4.2 PASANGAN PONDASI BATU KALI


1) Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan
2) Pasang benang pada sisi luar profil untuk setiap beda tinggi 25 cm dari
permukaan urugan pasir
3) Siapkan adukan
4) Susun batu-batu diatas lapisan pasir urug tanpa adukan dengan tinggi
20cm dan isikan pasir dalam celah-celah batu tersebut, kemudian
siramlah pasangan batu kosong tersebut
5) Naikkan benang pada 25cm berikutnya dan pasang batu kali sesuai
ketinggian benang.
6) Sediakan tempat untuk lubang-lubang stek kolom
7) Cor stek-stek kolom tersebut dan rapikan pondasinya
8) Setelah pasangan mengeras, bagian pinggir/sisi pondasi diurug kembali
5. PEKERJAAN BETON
5.1 PEMASANGAN BEKISTING KAYU UNTUK SLOOF
1) Pembuatan tanda-tanda yang menyatakan as-as atau level dengan
menggunakan cat warna yang jelas dan tahan lama
2) Pekerjaan galian diakukan dengan menggunakan Back Hoe untuk
ruangan yang memungkinkan dan dengan tenaga manusia untuk ruang-
ruang yang sempit
3) Pekerjaan galian dilakuan sesuai dengan gambar rencana dan dilakukan
pengukuran dengan menggunakan waterpass sampai pada elevasi yang
diinginkan.
4) Setelah pekerjaan galian sloof kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan
urugan pasir dan lantai kerja untuk dudukan sloof sesuai dengan elevasi
rencana
5) Membuat panel bekisting yang disesuaikan dengan ukuran sloof
dilokasi fabrikasi
6) Oleskan minyak bekisting pada permukaan panel hingga rata
7) Pasang panel bekisting pada lokasi masing-masing asmbungan antar-
panel harus rapat
8) Panel bekisting harus diberi pengaku dari kaso pada sisi luar panel dan
pada bagian atas panel agar benar-benar tegak
9) Cek keseluruhan bekisting dengan tarikan benang

5.2 BEKISTING KOLOM


1) Pasang bekisting kolom sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
ada dalam gambar
2) Bekisting dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan cukup
kokoh dan dijamin tidak berbuah bentuk dan tetap pada kedudukan
selama pengecoran
3) Bekisting harus rapat dan tidak bocor permukaannya, bebas dari kotoran
seperti sebuk gergaji, potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya
agar mudah saat dibongkar tanpa merusak permukaan beton
4) Bekisting kolom dapat menggunakan sabuk kolom agar kuat pada waktu
pengecoran sehingga tidak bocor dan menggelembung
5) Perkuatan bekisting kolom menggunakan scaffolding sehingga tidak
mengalami perubahan kedudukan pada saat pengecoran
6) Pembukaan bekisting baru dilakukan setelah memenuhi syarat yang
dicantumkan dalam PBI 1971 dan SNI.T-15-1991-01 yaitu kurang lebih
21 hari.

5.3 PEKERJAAN BESI/PENULANGAN


1) Kekuatan tarik besi adalah sesuai dengan mutu besi U.24
2) Pembuatan tulangan untuk batang-batang lurus atau dibengkokkan
sambungan kait, pembuatan sengkang-sengkang disesuaikan dengan
persyaratan pada Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
3) Penulangan harus tetap dan tidak berubah tempat selama pengecoran,
begitu juga dengan selimut beton harus dijaga tebalnya minimum 2,5
cm.
4) Rangkaian pembesian (diameter tulangan, tulangan pokok, tulangan
tarik) serta ukuran-ukuran lainnya harus sesuai dengan Gambar
Rencana.
5) Besi beton harus bersih dari karat/korosi.

5.4 PENGECORAN DAN PEMADATAN BETON


1) Siapkan checklist untuk pengecoran
2) Tentukan elevasi dan batas-batas pengecoran dengan menggunakan
waterpass
3) Bersihkan lokasi cor dengan menggunakan kompresor
4) Tes Slump, buat kubus beton
5) Tuangkan adukan beton dari alat angkut menuju bekisting
6) Padatkan beton dengan alat vibrator
7) Ratakan permukaan beton dengan garuk cord dan jidar

Gambar Test Slump

Gambar Alat Uji Slump


6. PEKERJAAN DINDING
6.1 PASANGAN BATU BATA
Lingkup Pekerjaan
1) Pasangan dinding ½ bata
2) Pasangan dinding trasram ½ bata

Syarat Pelaksanaan
1) Material harus mendapat persetujuan Pemberi Tugas terlebih
dahulu.
2) Bata yang patah melintang dan besar patahannya lebih kecil dari
setengah panjangnya, tidak diperbolehkan untuk digunakan.
3) Cara pemasangan batu bata harus membentuk siar yang seragam,
siar tegak tidak boleh saling menyambung membentuk garis lurus.
4) Komposisi adukan untuk pasangan batu bata adalah sbb :
a) Pasangan Trasram dan dinding luar 1PC : 2 Psr
b) Pasangan dinding biasa 1PC : 2 Psr
5) Pada setiap dinding, luas bidang maksimum pasangan batu bata
adalah 12m2,
6) Apabila lebih luas dari ketentuan tersebut harus dipasang kolom
praktis dan ring balk dengan diberi ankur diameter 1/2" dipasang
tiap jarak 3 m.
7) Pekerjaan pemasangan batu bata yang dilaksanakan setiap harinya
tidak boleh lebih tinggi dari 100 cm atau ± 20 lapis.
8) Setiap batu bata harus dipasang diatas lapisan adukan dan diketok
ke tempatnya hingga kuat.
9) Setelah adukan agak keras, seluruh siar harus dikorek dibuat
cekungan untuk mendapatkan perekatan plester.

6.2 ADUKAN, PLESTER DINDING DAN ACIAN


Lingkup Pekerjaan
1) Plesteran dinding ½ bata
2) Plesteran dinding trasram ½ bata
Syarat Pelaksanaan
1) Persiapan
Persiapkan dan bersihkan permukaan-permukaan yang akan
diplester, dari kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain yang dapat
merusak plesteran. Tukang-tukang plester yang dinilai tidak cakap,
karena pekerjaannya yang buruk harus diganti dengan yang baik.
Plesteran/adukan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis ini
harus disingkirkan dari pekerjaan.
Pekerjaan plesteran harus rata pada bidang pemasangannya.
Pekerjaan yang tidak rata harus diperbaiki sesuai perintah Konsultan
Pengawas. Tebal plesteran yang dimaksud, kecuali bila dinyatakan
lain adalah 15 mm dengan toleransi minimum tebal 5 mm dan
maximum tebal 20 mm. Bilamana ketebalan toleransi ini ternyata
dilampaui karena kondisi permukaan dinding,maka permukaan
dinding harus diperbaiki.

2) Pencampuran
a) Buat adukan dalam jumlah yang dapat dipakai habis dalam waktu
45 menit. Adukan/plesteran dapat dipakai sampai sebatas
adukan/plester tersebut tidak dapat lagi diolah (lebih kurang 90
menit setelah adukan jadi).
b) Membuat campuran adukan/plester tanpa mesin pengaduk hanya
dapat dilaksanakan dengan izin Konsultan Pengawas.
c) Membuat campuran adukan/plester dengan mesin pengaduk
(molen),bak molen harus benar-benar bersih, isikan setengah
jumlah air yang diperlukan berikut pasir, lalu tambahkan semen
sementara bak pengaduk berputar, kemudian isikan air sesuai
dengan kebutuhan.
Gambar Alat Pengaduk Mortar

3) Pemasangan Acian/plesteran
a) Bersihkan permukaan beton dari sisa-sisa bekisting, debu,
minyak-minyak, cat dan lain-lain terutama bahan yang dapat
mengurangi daya ikat plesteran. Basahi beton dengan air sehingga
jenuh. Tunggu sampai aliran air berhenti.
b) Pasangkan acian setebal 2-3 mm, kasarkan permukaannya,
kemudian pasangkan plester sebelum acian mengering.
c) Ulangi lalu pasangkan plesteran dalam ketebalan yang
disyaratkan dalam gambar.

4) Jenis Adukan dan Penggunaannya.


a) Adukan biasa dengan campuran 1 pc : 2 pasir. Digunakan untuk
seluruh pasangan batu bata.
b) Adukan trasram dengan campuran 1 pc : 2 pasir. Digunakan
untuk dinding-dinding ruang toilet, janitor, dan bagian-bagian
lain seperti ditunjukkan dalam gambar rencana (tinggi
penggunaan adukan : 150cm). Adukan jenis ini juga digunakan
untuk pasangan bata seperti pada dinding kantin mulai dari ujung
atas balok pondasi beton (sloof) sampai 40 cm di atas lantai.
5) Jenis Plesteran dan Penggunaannya.
a) Plesteran biasa dengan campuran 1 kapur : 2 pasir : 1 semen.
Digunakan untuk permukaan-permukaan dinding pasangan bata
sesuai gambar rencana.
b) Plesteran beton dengan campuran 1 pc : 3 pasir dengan tebal 15
mm, digunakan untuk permukaan-permukaan beton seperti pada
gambar rencana.
c) Plesteran trasram dengan campuran 1 pc : 2 pasir. Digunakan
untuk permukaan dinding ruang-ruang toilet, seluruh permukaan
dinding pasangan di bagian luar bangunan dan seluruh dinding
lantai dasar sampai setinggi plus 40 cm dari permukaan lantai
dasar (± 0,00).

7. PEKERJAAN LANTAI
Lingkup Pekerjaan :
1) Pekerjaan lantai keramik 30/30
2) Pekerjaan lantai keramik 20/20 berglasir untuk kamar mandi
3) Pekerjaan plint lantai 10x30

Syarat Pelaksanaan
1) Tanah urug sebagai lapisan dasar harus mencapai kepadatan yang
diisyaratkan dan rata waterpass, kemudian dipasang urugan pasir
2) Adukan pemasangan untuk lantai keramik adalah 1PC : 3 PS dengan tebal
adukan pemasangan minimal 3 cm diatas pasir (lantai dasar)
3) Pola pemasangan dan awal pemasangan harus sesuai dengan gambar kerja
dengan mengikuti pola corak masing-masing keramik yang dipakai awal
pemasangan dan pemotongan harus disetujui oleh konsultan pengawas
4) Ujung lantai yang berhubungan dengan dinding dipasang plint keramik
ukuran 10x30.
8. PEKERJAAN PLAFON
Lingkup Pekerjaan :
1) Pemasangan plafon gypsum dengan rangka hollow
2) Pemasangan list profil corness gypsum
Syarat Pelaksanaan Plafon
1) Pemasangan plafon dikerjakan setelah semua penataan yang terdapat di
dalam plafon (kabel-kabel), alat penggantung dan lainna siap dan telah
selesai dikerjakan
2) Pembuatan rangka plafon harus memperhatikan ukuran lampu inbow dan
mendapat persetujuan dari pengawas lapangan
3) Rangka plafon terbuat dari hollow dengan tebal 9mm dan dibuat pola
sesuai dengan gambar rencana plafon
4) Hasil pemasangan harus disetujui oleh pengawas lapangan
5) Lebaran gypsum dipasang dengan permukaan harus rata, horizontal, dan
tidak bergelombang
6) Penggantungan plafon harus dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh
bidang yang rata, datar, dan tidak melengkug
7) Bagian bawah dan rangka penggantung harus diset rata untuk bagian
bawahnya
8) Jika saat pemasangan ada yang pecah harus segera diganti

9. PEKERJAAN ATAP
Lingkup pekerjaan :
1) Pekerjaan atap beton
2) Pekerjaan bubungan atap beton

Syarat Pelaksanaan
1) Pemasangan dilakukan sesuai dengan cara-cara petunjuk serta syarat yanh
ditentukan abrik dan dikerjakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman
dalam pemasangan.
2) Pemasangan atap beton dilakukan dengan meletakkan di atas gording baja
dengan jarak sesuai dengan gambar kerja
3) Atap beton dipasang secara berurutan dan dimulai dari bawah ke atas dan
harus dipasang tegak lurus dengan penumpunya.
10. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Lingkup pekerjaan :
1) Pekerjaan instalasi, penerangan, dan stop kontak
2) Pekerjaan panel
3) Pekerjaan kabel toufur

Syarat Pelaksanaan :
1) Sebelum pelaksanaan instalasi dimulai, harus menyerahkan gambar kerja
dan detailnya kepada konsultan pengawas
2) Pemasangan titik-titik instalasi harus sesuai dengan gambar kerja, baik
instalasi lampu maupun stop kontak
3) Bahan-bahan yang digunakan sesuai dengan yang ada dalam RKS
4) Menyerahkan sertifikat pengetesan kabel dari pabrik pembuatan kabel
5) Menyerahkan contoh panel kepada pengawas untuk mendapat persetujuan
yaitu terbuat dari panel baja setebal 1,2 mm
6) Penyambungan kabel harus kuat

11. PEKERJAAN PINTU, JENDELA DAN KACA


11.1 DAUN PINTU KAYU
1) Semua kayu harus dikeringkan dengan proses dryclean. Persiapan,
penyambungan dan pemasangan semua pekerjaan kayu halus harus
sedemikian rupa, hingga susut di bagian mana saja dan ke arah
manapun tidak akan mengurangi (mempengaruhi) kekuatan dan bentuk
dari pekerjaan kayu yang sudah jadi, juga tidak menyebabkan rusaknya
bahan-bahan yang bersentuhan.
2) Kontraktor harus melaksanakan semua pekerjaan-pekerjaan seperti :
mempasak, memahat, menyetel (memasang), membuat lidah-lidah,
lobang pasak, sponing dan lain-lain pekerjaan yang diperlukan untuk
penyambung kayu dengan baik. Kontraktor juga harus melakukan
segala pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan untuk konstruksi semua
rangka-rangka. Lapis-lapis dan sebagainya dan pasangan-pasangan,
serta penyangga pada bangunan
3) Pekerjaan kayu halus tidak boleh diangkut ke tempat pekerjaan kecuali
jika sudah dipasang. Bahan untuk pekerjaan kayu halus yang harus
dibuat kalau belum selesai sama sekali tidak boleh diangkut ke tempat
pekerjaan, juga tidak boleh disetel-setel jika bangunan belum siap
untuk menerima pemasangan pekerjaan kayu tersebut.

11.2 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI


Lingkup Pekerjaan
1) Pemasangan alat penggantung dan pengunci setiap daun pintu kayu
sesuai dengan gambar rencana kerja
Syarat Pelaksanaan
1) Engsel pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang ± 28 cm (as)
dari permukaan bawah pintu.
2) Engsel pintu bawah dipasang ± 32 cm (as) dari permukaan bawah
pintu
3) Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang ± 28 cm dari
permukaan pintu, engsel dipasang-pasang ditengah-tengah antara
kedua engsel tersebut.
4) Penarik pintu (door pull) dipasang 90 cm (as) dari permukaan
lantai.
5) Door Stopper dipasang pada lantai, letaknya diatur agar daun pintu
dan kunci tidak membentur tembok pada saat pintu terbuka.
6) Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail
pelaksanaan) berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah
disesuaikan dengan keadaan dilapangan.
7) Di dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang
diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau
detail-detail khusus yang belum tercakup secara lengkap di dalam
Gambar Dokumen Kontrak sesuai dengan Standar Spesifikasi
pabrik.
8) Shop Drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh
Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.
9) Pekerjaan Kunci dan Pegangan Pintu.
10) Engsel pintu dipasang sekurang-kurangnya 3 buah untuk setiap
daun pintu dengan menggunakan sekrup kembang dengan warna
yang sama dengan warna engselnya. Jumlah engsel yang dipasang
harus diperhitungkan menurut beban daun pintu.Tiap engsel dapat
memikul maksimal 20 kg beban.
11) Semua kunci-kunci terpasang dengan kuat pada rangka daun
pintu.Dipasang setinggi 90 cm dari lantai atau sesuai petunjuk
Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.
12) Kontraktor harus membuat daftar perlengkapan pintu untuk
mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas / Konsultan
Pengawas.
13) Penggunaan perlengkapan pintu disesuaikan dengan jenis/tipe
pintunya serta lokasi ruangnya.

12. PEKERJAAN PENGECATAN


12.1 PENGECATAN DINDING
Lingkup Pekerjaan
1) persiapan permukaan yang akan dicat
2) pengecatan permukaan dengan bahan yang telah ditentukan
3) pengecatan semua permukaan dan area yang ada pada gambar
dengan warna bahan yang sesuai dengan pentunjuk pengawas
lapangan

Syarat Pelaksanaan
1) Pekerjaan Cat Dinding Dalam
Yang termasuk pekerjaan cat dinding dalam adalah pengecatan
seluruh plesteran bagian dalam bangunan dan atau bagian-bagian
lain yang ditentukan gambar. Untuk dinding-dinding dalam
bangunan plamur yang digunakan adalah plamur tembok khusus
untuk tembok bagian dalam. Sebelum diplamur, plesteran harus
sudah betul-betul kering, tidak ada retak-retak dan Kontraktor
harus meminta persetujuan kepada Pemberi Tugas / Konsultan
Pengawas. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan dengan pisau
plamur (kape) dari plat baja tipis dan lapisan plamur dibuat setipis
mungkin sampai membentuk bidang yang rata. Sesudah 7 hari
plamur terpasang dan diamplas dengan amplas besi No. 00,
kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai bersih betul.
Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan Roller. Untuk
mendapatkan tekstur pada pengecatan dinding yang ditentukan
dengan finish textured spray paint, digunakan Texture Finish
sesuai dengan merk yang digunakan. Lapisan pengecatan dinding
dalam terdiri dari 1 lapis plamir : 1 lapis cat dasar : 1 lapis cat
penutup

2) Pekerjaan Cat Dinding Luar.


Yang termasuk pekerjaan cat dinding luar adalah pengecatan
seluruh plesteran bangunan dan / atau bagian-bagian lain dibagian
luar yang ditentukan dalam gambar rencana. Untuk dinding bagian
luar bangunan digunakan cat luar dari bahan Vynil Acrylic
Emulsion jenis Weather shield. Semua pekerjaan yang hendak
dicat harus dibersihkan dan bebas dari kotoran lepas, minyak dan
kotoran-kotoran lainnya. Lapisan pertama yang digunakan adalah
alkali resin dari merk yang sama dengan cat. Sebelum dinding
dialkali resin, plesteran sudah harus betul-betul kering dan
waterproof , tidak ada retak-retak dan Kontraktor harus meminta
persetujuan kepada Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.
Pekerjaan alkali resin dilaksanakan dengan kuas atau roller sampai
membentuk bidang yang rata sebanyak 1 lapis. Sesudah 7 hari
dialkali, kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai bersih
betul selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan roller. Pada
konstruksi baru dimana sifat alkali tinggi mungkin dijumpai perlu
digunakan 1 lapis cat dasar. Lapisan tersebut dibiarkan mengering
selama 1 jam sebelum memakai Weather Shield. Untuk finishing
akhir digunakan 2 lapis Weather Shield.

3) Syarat Pelaksanaan
a) Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan
pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang
diperlukan.
b) Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna,
texture, material dan cara pengerjaan.
c) Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock up akan
ditentukan oleh Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.
d) Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Pemberi
Tugas / Konsultan Pengawas, bidang-bidang ini akan dipakai
sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.
e) Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh orang-orang
yang ahli / aplikator yang berpengalaman dan telah mendapat
rekomendasi dari pabrik cat yang digunakan dan cara
pelaksanaannya standar dari pabrik cat yang digunakan.
f) Jenis cat yang digunakan adalah produksi yang telah diakui
Standard International,memenuhi ISO.9002. Kontraktor harus
menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada
bidang-bidang transparan ukuran 30 × 30 cm2. Dan bidang-
bidang harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat,
jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan
lapisan akhir). Semua bidang contoh tersebut harus
diperlihatkan karena Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan. Jika contoh-contoh tersebut
telah disetujui secara tertulis barulah Kontraktor melanjutkan
dengan pembuatan mock up seperti tercantum di atas.

12.2 PENGECATAN KAYU


1) Jenis cat yang digunakan adalah produksi yang telah diakui Standard
International, memenuhi ISO.9002.
2) Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis
cat pada bidang-bidang transparan ukuran 30 × 30 cm2
3) Dan bidang-bidang harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat,
jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan
akhir).
4) Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan karena Pemberi
Tugas / Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
13. PEKERJAAN SANITASI DAN INSTALASI AIR
Lingkup Pekerjaan :
1) Pemasangan sanitary
2) Pemasangan instalasi pipa air bersih
3) Pemasangan instalasi pipa air kotor

Syarat Pelasksanaan :
1) Dalam pemasangan menggunakan tenaga yang ahli dalam pemipaan
2) Pemasangan pipa disesuaikan dengan gambar kerja dan menggunakan pipa
yang telah ditentukan dan harus mendapat perstujuan dari pengawas
3) Semua system pemipaan air bersih dipasang harus tetap bersih
4) Melakukan pengujian terhadap kebocoran pada seluruh sistem jaringan pipa
5) Pipa pembuangan air kotor dipasang menurun 10 mm setiap 100 cm
panjang pipa, kecuali bila ditentukan dalam gambar kerja
6) Pembuatan septitank disesuaikan dengan gambar kerja
7) Sumur peresapan dibuat menggunakan bis beton dengan kedalaman sesuai
dengan ketentuan

14. PEKERJAAN PEMBERSIHAN


14.1 PEMBERSIHAN SELAMA PELAKSANAAN
1) Pihak penyedia barangjasa harus melakukan pembersihan rutin untuk
menjadi daerah kerja, kantor darurat, dan hunian tetap terbebas dari
tumpukan-tumpukan bahan sisa sampah, dan terbebas dari kotoran-
kotoran lainnya yang dihasilkan dari operasi pekerjaan lapangan dan
harus tetap memelihara daerah kerja dalam keadaan bersih setiap waktu
2) Menjamin bahwa system drainase terbebas dari kotoran-kotoran dan
terbebas dari bahan-bahan lepas dan tetap berfungsi setiap waktu
3) Bila dianggap perlu, semprot bahan-bahan yang kering dan kotoran-
kotoran lainnya sehingga dapat mencegah debu atau pasir yang tertiup
angin
4) Menyiapkan tempat sampah di daerah tempat kerja untuk pengumpulan
bahan-bahan sisa, kotoran-kotoran dan sampah sebelum dibuang
5) Buang bahan sisa, kotoran-kotoran dan sampah-sampah pada tempat
yang ditentukan dan sesuai dengan peraturan daerah setempat dan harus
mentaati undang-undang anti pencemaran
6) Jangan menanam sampah atau bahan sisa di daerah kerja tanpa
persetujuan pengawas lapangan
7) Tidak membuang bahan sisa yang mudah menguap seperti cairan
mineral, minyak atau minyak cat ke dalam selokan jalan atau ke dalam
saluran
8) Tidak diperkenankan menumpuk/membuang bahan sisa ke dalam
saluran air

14.2 PEMBERSIHAN AKHIR


1) Membersihkan Halaman bangunan serta bangunan dari segala kotoran,
seperti sampah - sampah bekas pekerjaan bangunan.
2) Sisa bahan akibat pekerjaan harus diangkat dan diratakan
3) Bila ada konstruksi bangunan lain yang rusak akibat pekerjaan
ditanggung oleh Pelaksana.
4) Penyerahan akhir baru dapat dilakukan bila ketiga hal tersebut
dianggap selesai .

D. PENGENDALIAN MUTU
1. PEGENDALIAN MUTU BAHAN
1.1 Agregat Halus (Pasir Beton dan Pasir Pasang)
1) Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
organic lumpur dan sebagainya. Dan harus memenuhi komposisi butir serta
kekerasan yang tercantum dalam PBI 1971/NI-3
2) Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%
3) Pasir untuk adukan pasangan dan adukan plesteran harus memenuhi syarat-
syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PBI-1971/NI-2
4) Pasir untuk pekerjaan lantai menggunakan pasir pasang sesuai dengan PBI
1971/NI-2 dengan kadar lumpur tidak melebihi 4% dari berat pasir pasang
dan berdiameter 0.15 mm – 1 mm
5) Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari
6) Pasir laut tidak boleh digunakan

1.2 Portland Cement (PC)


1) Portland Cement (PC) yang digunakan harus PC sejenis (NI-8) dan masih
dalam kantong utuh atau baru serta memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam PBI-71/NI-2.
2) Dalam pengangkutan Portland Cement (PC), ketempat pekerjaan harus
dijaga agar tidak menjadi lembab, dan penempatannya harus ditempat yang
kering
3) Portland Cement (PC) yang sudah membatu (menjadi keras) tidak boleh
dipakai.

1.3 Air
1) Air yang digunakan untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan yaitu air tawar
bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan-bahan
organis atau bahan-bahanlain yang merusak bangunan, memenuhi syarat
pelaksanaan yang ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3 pasal 10
2) Khusus untuk campuran adukan beton jumla air yang digunakan
disesuaikan dengan jenis pekerjaan beton, dapat ditentukan dengan ukuran
isi atau ukuran berat serta harus dilakukan dengan tepat.

1.4 Besi beton dan kawat pengikatnya


1) Besi beton yang digunakn mutu U-24, dan seterusnya sesuai yang
ditentukan
2) Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak/lemak, asam, alkali, dan
bebas dari cacat seperti serpi-serpi. Penampung besi harus bulat serta
memenuhi persyaratan NI-2 (PBI-1971)

1.5 Agregat Kasar (Kerikil, Batu Pecah/Belah)


1) Agregat harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah
pecah, tipis, mengandung alkali, dan bahan-bahan organic lainnya sesuai
SII-0052-80 tentang Mutu dan Cara Uji Agregat Beton
2) Bagian yang aus tidak melebihi 50% berat agregat sesuai dengan pengujian
mesin Los Angeles
1.6 Bata Merah
1) Bata merah harus satu pabrik,satu ukuran, satu warna, satu kualitas
2) Ukuran yang digunakan panjang 24 cm, lebat 11,5 cm dan tebal 5 cm
(disesuaikan dengan ukuran yang ada di Yogyakarta)
3) Penyimpangan terbesar dari ukuran seperti yang tertera diatas adalah
panjang maksimal 3%, lebar maksimal 4%, dan tebal maksimal 5% dengan
selisih maksimum ukuran antara bata terkecil
4) Warna bata merah antara satu dengan yang lain harus sama, dan apabila
dipatahkan warna penampang harus sama merata kemerah-merahan
5) Bidang-bidang harus rata atau rusuk-rusukya harus siku dan tidak boleh
retak-retak
6) Berat satu sama lainnya harus sama, yang berarti ukuran, pembakaran dan
pengadukan sama dan sempurna
7) Suara apabila dipukul oleh benda keras suaranya nyaring
8) Pasangan batu bata dengan adukan 1:3 dilaksanakan pada dinding KM/WC
dan dapur
9) Pemasangan batu bata setiap maksimal 12 m2 = 3m x 4m, luas bidang harus
diberi kolom praktis

1.7 Kayu
1) Semua kayu untuk jenis yang ditentukan harus dari kwalitas yang baik,
tidak ada getah, celah, mata kayu yang lepas atau mati, susut pinggir-
pinggirnya, bekas dimakan bubuk dan cacat-cacat lainnya. Mutu dan
kwalitas kayu yang dipakai sesuai dengan persyaratan NI-5, PKKI tahun
1961 dan persyaratan-persyaratan lain yang berkaitan dengan konstruksi
kayu.
2) Kelembaban kayu yang dipakai untuk pekerjaan kayu di dalam dan
pekerjaan kayu halus, harus kurang dari 15 % dan untuk pekerjaan kayu
kasar harus kurang dari 20 % (diuji dengan wood moisture tester).
Kelembaban tersebut ditentukan untuk kayu yang dikirim ke tempat
pekerjaan dan harus konstan sampai bangunan selesai.
3) Semua ukuran di dalam gambar adalah ukuran jadi (finish) yaitu ukuran
kayu setelah selesai dikerjakan dan terpasang. Ukuran kusen pada tembok
adalah 5x15cm. Kayu kasar diketam, dibor, dikerjakan dengan mesin
menurut ukuran-ukuran dan bentuk yang tertera dalam gambar.
4) Semua permukaan kayu halus yang akan kelihatan permukaannya bila
sudah jadi (finish) harus dikerjakan dengan baik. Semua kayu untuk
pekerjaan kayu kasar dibiarkan bekas gergajiannya kecuali jika ditentukan
untuk dihaluskan. Bagi permukaan-permukaan kayu, bahan kayu diberikan
lapisan pengawet / pelindung dengan cat atau melamic.
5) Jenis kayu yang digunakan adalah Kayu kamper. Digunakan untuk
pekerjaan kayu halus seperti : kusen pintu, rangka daun pintu kayu, dan
bagian-bagian lain seperti gambar rencana.

2. PENGEDALIAN MUTU BETON


1) Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan yang tertera pada
gambar bestek dan detail konstruksi, berpedoman pada persyaratan yang
ditetapkan dalam PBI-1971, Pedoman Beton Indonesia 1988, atau pada standar
Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal , 1990.
2) Pelaksana tidak diperkenankan untuk mengadakan perubahan-perubahan atau
penyimpangan dari gambar bestek dan detail konstruksi kecuali atas
persetujuan Direksi Pelaksanaan.
3) Takaran adukan beton harus memenuhi syarat campuran beton yang
direncanakan dan mendapat persetujuan Direksi Pelaksana, sebaikbaiknya 3
kali adukan
4) Pengadukan dan kekentalan adukan beton harus diawasi dan pemadatannya
dilakukan dengan cara menggunakan vibrator atau dengan cara menusuk-
nusuk dengan potongan besi dan dilengkapi dengan Test Workability dengan
menggunakan Slump Test .
5) Penyimpanan bahan untuk pembuatan campuran beton, yang berupa
penimbunan pasir dan sprit harus dipisahkan satu dengan yang lain hingga
dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur
6) Pemasangan kolom praktis, ring balok tiap 9 m2 = 3m x 3m, maksimal 12 m2 =
3m x 4m dinding batu bata
7) Kualitas beton yang digunakan adalah dengan campuran/perbandingan 1Pc : 2
Psr : 3 Split hingga mempunyai kekuatan tekan setara dengan mutu beton
K.175 dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan lain sesuai dengan Peraturan
Beton Bertulang 1971 dan SK. SNI. T-15.1991-03
8) Pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus atau dibengkokkan, (tiap
ujung besi diberi hak/tekukan) sambungan dan kait-kait dalam pembuatan
sengkang-sengkang harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada PBI-
1971 dan SK.SNI.T. T-15. 1991-03
9) Pemasangan tulangan besi beton harus sesuai dengan gambar konstruksi.
Tulangan besi beton harus diikat dengan kawat beton untuk menjamin besi
tersebut tidak berubang anyamannya selama pengecoran, dan anyaman besi
beton harus bebas dari papan bekisting atau lantai kerja dengan tebal selimut
beton ± 2cm, sesuai dengan ketentuan PBI-1971 dan SK.SNI.T-15.1991-03
10) Untuk pengecoran beton, cara pengadukannya menggunakan mesin molen.
Takaran untuk semen, pasir, dan split harus disetujui terlebih dahulu oleh
konsultan lapangan.
11) Sebelum pengecoran, cetakan-cetakan dibersihkan dan disiram sampai bersih
dari kotoran baik sampah bekas bekisting maupun kotoran lainnya
12) Kekentalan campuran adukan beton harus diawasi, terutama pada saat
pembuatan campuran beton disetiap campuran baru
13) Memeriksa kembali ukuran-ukuran dan ketinggian, penulangan dan
penempatan penahanan jarak
14) Bekisting harus dipasang sesuia dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan dalam gambar
15) Bekisting harus dipasangsedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan cukup
kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada kedudukan selama
pengecoran
16) Bekisting harus rapat dan tidak bocor permukannya, bebas dari kotoran seperti
serbuk gergaji, otongan-potongan kayu, taah dan sebagainya, agar mudah pada
saat dibongkar tanpa merusak permukaan beton
17) Tiang-tiang bekisting harus dipasang papan, hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pemindahan letak, tiang-tiang tidak boleh disambung lebih dari
satu, tiang-tiang dari kaso Ø 8-10 cm/5/7cm
18) Antara tiang satu dengan lainnya harus diikat dengan palang papan/balok
secara menyilang
19) Pembukaan beekisting baru dilakukan setelah memenuhi syarat yang
dicantumkan dalam PBI-1971 dan SNI.T-15-1991-01, yaitu ± 21 hari

3. PEKERJAAN LANTAI
1) Untuk menjaga kestabilan pengeringan sehingga tidak menimbulkan retak, tiap
pagi dan sore dilakukan penyiraman dengan air selama 7 hari.
2) Apabila ada bagian yang retak Kontraktor harus segera memperbaikinya.

4. PEKERJAAN PINTU, JENDELA, DAN KACA


1) Bilamana terjadi, bahwa pekerjaan kayu tersebut menjadi mengkerut atau
bengkok atau kelihatan ada cacat-cacat lainnya pada pekerjaan kayu halus atau
kasar sebelum masa pemeliharaan berakhir, maka pekerjaan yang cacat tersebut
harus dibongkar dan diganti dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang terganggu
akibat pembongkaran tersebut harus dibetulkan atas biaya kontraktor.
2) Semua bekas pekerjaan kayu, potongan-potongan kayu dan kayu-kayu bekas
dari semua bahan bangunan harus disingkirkan sampai bersih.
3) Pemasangan lockcase, handle dan backplate serta door closer harus rapi, lurus
dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Pemberi Tugas /
Konsultan Pengawas. Apabila hal tersebut tidak tercapai Kontraktor wajib
memperbaiki tanpa biaya tambahan.
4) Setelah Door Closer terpasang Kontraktor harus mengadakan penyetelan,
sehingga pintu dapat menutup dengan baik dan sempurna (Kontraktor juga
harus mengajarkan cara penyetelan kepada Pemberi Tugas).

5. PEKERJAAN PENGECATAN
1) Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada
gelem bung-gelembung dan dijaga terhadap pengotoran-pengotoran. Kalau
terdapat bidang cat yang cacat Kontraktor harus segera memperbaiki tanpa ada
penambahan biaya.
E. JAMINAN PURNA JUAL / GARANSI
1. PEKERJAAN DINDING
1) Kontraktor harus memperbaiki atas biaya sendiri semua retak-retak plesteran
yang menurut penilaian Arsitek / Konsultan Pengawas tak dapat diterima.
2) Permukaan dinding yang dihasilkan oleh plesteran dan acian harus benar-
benar vertikal, datar, rata, tidak melengkung atau bergelombang.
3) Kalau dilihat dari samping, ujung dinding awal ke ujung dinding akhir harus
membentuk satu garis tegak lurus.
4) Apabila diperiksa dengan jidar, permukaan dinding tidak bergelombang.
Toleransi kerata- an dinding : 2 mm / 12 m2.

2. PEKERJAAN LANTAI
1) Apabila ada bagian yang retak Kontraktor harus segera memperbaikinya

3. PEKERJAAN PINTU, JENDELA, DAN KACA


1) Bilamana terjadi, bahwa pekerjaan kayu tersebut menjadi mengkerut atau
bengkok atau kelihatan ada cacat-cacat lainnya pada pekerjaan kayu halus
atau kasar sebelum masa pemeliharaan berakhir, maka pekerjaan yang cacat
tersebut harus dibongkar dan diganti dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang
terganggu akibat pembongkaran tersebut harus dibetulkan atas biaya
kontraktor.
2) Semua bekas pekerjaan kayu, potongan-potongan kayu dan kayu-kayu bekas
dari semua bahan bangunan harus disingkirkan sampai bersih.
3) Semua pekerjaan kayu sudah ditreatment anti rayap dengan jaminan
pekerjaan dan material selama 5 tahun.
4) Pemasangan lockcase, handle dan backplate serta door closer harus rapi,
lurus dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Pemberi
Tugas / Konsultan Pengawas. Apabila hal tersebut tidak tercapai Kontraktor
wajib memperbaiki tanpa biaya tambahan.
5) Setelah Door Closer terpasang Kontraktor harus mengadakan penyetelan,
sehingga pintu dapat menutup dengan baik dan sempurna (Kontraktor juga
harus mengajarkan cara penyetelan kepada Pemberi Tugas).
6) Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus berulang kali.
7) Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.

4. PEKERJAAN PENGECATAN
1) Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada
gelem bung-gelembung dan dijaga terhadap pengotoran-pengotoran. Kalau
terdapat bidang cat yang cacat Kontraktor harus segera memperbaiki tanpa
ada penambahan biaya.
2) Jaminan pekerjaan (pengecatan+material) 2 tahun. Hasil Pekerjaan
pengecatan harus rapih, untuk seluruh bidang tidak terdapat flek / kotor /atau
rusak

Anda mungkin juga menyukai