DASAR TEORI
Daur hidrologi adalah sikulasi air yang berjalan secara kontinue mulai dari atmosfer
ke bumi dan kembali melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Adanya proses pemanasan oleh energi panas matahari dan faktor-faktor iklim
20
21
Infiltrasi atau perkolasi adalah masuknya air ke dalam tanah melalui celah-celah
dan pori-pori tanah dan menuju ke muka air tanah. Air tersebut dapat bergerak
akibat adanya aksi kapiler yang bergerak secara vertikal ataupun horizontal di
bawah permukaan tanah sehingga air tersebut masuk kembali ke dalam sistem air
permukaan. Air limpasan merupakan pergerakan air di atas permukaan tanah yang
dekat dengan aliran utama, dimana semakin landai suatu permukaan tanah dan
semakin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Air
permukaan baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk) dan
sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk
komponen hidrologi yang membentuk sistem daerah aliran sungai (DAS).
Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai
dari mata air sampai muara dengan di batasi kanan dan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan (Bisri, 2009). Menurut undang-undang dasar
nomor 7 tahun 2007 pasal 1 yaitu wilayah sungai yang dimaksud adalah kesatuan
wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
atau pulaupulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2000 km2.
Sedangkan daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan wilayah dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alami, di mana batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas laut sampai daerah perairan yang masih terpengaruh akitivitas
daratan. Menurut Chay Asdak (2007), dalam literatur geologi, sistem aliran sungai
diklasifikasi menjadi:
22
1. Sistem aliran influent yaitu aliran sungai yang memasok atau memberi
masukan air tanah
2. Sistem aliran effluent yaitu aliran sungai yang berasal dari air tanah. Pada
sistem ini umumnya berlangsung sepanjang tahun, oleh karena itu sering juga
disebut aliran tahunan atau perennial stream
3. Sistem aliran intermittent yaitu aliran sungai yang berlangsung segera setelah
terjadi hujan besar, dimana jenis aliran inilah yang umumnya menjadi sumber
air dari apa yang dikenal dengan sebagai air tanah musiman.
Kriteria mutu air bersih berdasarkan kandungan unsur kimia utama (Ca, Mg, Cl,
HCO3-, CO32-, SO42-, Na, K, Fe, NO3, Mn, pH, TDS, DHL) diperoleh dengan
membandingkan hasil analisa dengan parameter-parameter unsur yang ada. Dari
perbandingan unsur tersebut, didapatkan hasil yang dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
kelas yakni:
1. Baik, jika kandungan unsur/senyawa anorganik yang berada di bawah nilai
maksimum disarankan.
2. Sedang, jika kandungan unsur/senyawa anorganik berada di antara nilai
maksimum yang disarankan dan nilai maksimum yang diperbolehkan.
3. Buruk, jika kandungan unsur/senyawa anorganik berada di atas nilai maksimum
yang diperbolehkan.
23
1. Suhu.
Dalam kegiatan seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya panas reaksi
atau panas dari suatu gerakan partikel. Air yang panas akibat suatu aktivitas
kemudian dibuang ke perairan akan menyebabkan suhu air menjadi naik,
sehingga akan menganggu kehidupan hewan air dan organisme lainnya karena
mempengaruhi kadar oksigen terlarut. Padahal setiap kehidupan memerlukan
oksigen untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara
yang secara lambat terdifusi ke dalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air
makin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya (Slamet, 2004). Kondisi ini
akan berpengaruh terhadap kehidupan biota terutama ikan, pada umumnya ikan
hanya menerima perubahan suhu pada batas toleransi kecil. Jika suhu berbeda
jauh dari kondisi optimumnya, maka ikan akan mati atau bermigrasi ke tempat
yang baru. Selisih suhu 5°C sudah menyebabkan kematian pada ikan, terutama
secara bersamaan akibat pembuangan limbah, suhu ini disebut suhu mematikan
(methaltemperature). Suhu berbeda untuk setiap anggota dalam suatu spesies
tertentu, sehingga pengaruh populasi termal menimbulkan pengertian median
toleransi (Sastrawijaya, 1991). Suhu air akan mempengaruhi penerimaan
masyarakat terhadap air dan mempengaruhi reaksi kimia dalam air serta
pertumbuhan mikroorganisme. Kelarutan bahan padat dalam air akan
meningkat dengan kenaikan suhu.
Metode analisa yang digunakan acuan SNI 06-6989.23-2005 yang merupakan hasil
kaji ulang dari pasal 3.1 pada SNI 19-2413-1991, Metode pengujian kualitas fisika air
pasal tentang suhu, SNI ini menggunakan referensi dari metode standarinternasional
yaitu Standard Methods for the Examination Of Water and Wastewater, 20 th Edition
(1998), metode ini telah melalui uji coba di laboratorium pengujian dalam
24
2. Rasa
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa. Timbulnya rasa yang
menyimpang biasanya disebabkan adanya gas terlarut misalnya H2S,
Organisme hidup misalnya ganggang, adanya limbah padat dan limbah cair
misalnya hasil buangan dari rumah tangga, adanya organisme pembusuk
limbah, dan kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang digunakan untuk
disinfeksi misalnya Chlor yang masuk ke badan air.
3. Bau
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau. Bau ini dapat ditimbulkan
oleh benda asing yang masuk ke dalam air, seperti bangkai binatang, bahan
buangan, maupun disebabkan oleh proses penguraian senyawa organik dan
bakteri. Pada peristiwa penguraian senyawa organik yang dilakukan oleh
bakteri tersebut dihasilkan gas-gas berbau menyengat bahkan ada yang beracun
seperti H2S, NH3, dan gas-gas lainnya. Pada peristiwa penguraian zat organik
berakibat meningkatnya penggunaan oksigen terlarut di air (Biological Oxygen
Demand) oleh bakteri, dan mengurangi kandungan kualitas oksigen terlarut
(Disvolved Oxygen) dalam air, sehingga di dalam air minum tidak ada bau
yang merugikan penggunaan air.
Padatan tersuspensi total suatu contoh air ialah jumlah bobot bahan yang
tersuspensi dalam suatu volume tertentu, biasanya dinyatakan dalam
miligram/liter. Rupa air dalam sungai, kolam, dan danau tidak tetap. Sehabis
25
Ahli biologi air ingin mengetahui padatan tersuspensi dan terlarut total dalam
air karena dua alasan. Pertama untuk penentuan produktivitas, yakni
kemampuan mendukung kehidupan. Jika bahan yang terlarut itu nutrien
tanaman seperti fosfat dan nitrat, maka air akan mempunyai produktivitas
untuk kehidupan tanaman. Kedua untuk menetapkan norma untuk air, dengan
mengukur kepekaan total bahan tersuspensi dan terlarut (Sastrawijaya, 1991).
Pelarutan bahan buangan padat di dalam air akan disertai dengan perubahan
warna air. Air yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan
mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Akibatnya proses fotosintesa
tanaman air akan terganggu sehingga jumlah oksigen di dalam air akan
berkurang.
Metode aalisa menggunakan acuan APHA 2540-D, Ed 22, 2012 yang merupakan
metode yang digunakan untuk menentukan kadar padatan terlarut total dalam air
limbah secara gravimetri.
2. Besi (Fe)
Besi merupakan unsur penting dalam air permukaan dan air tanah. Untuk
keperluan rumah tangga tidak diinginkan, karena dapat menimbulkan bekas
karat pada pakaian. Pada konsentrasi Fe2+ yang tinggi dapat menimbulkan rasa
tidak enak pada air minum.
Metode analisa mengunakan acuan APHA 3111 B, Ed 22, 2012 yang merupakan
metode analisa kualitas kimia air.
27
3. Mangan (Mn)
Mangan merupakan logam keras, berwarna abu-abu ke-merah mudaan, logam
ini sulit mencair, tapi mudah teroksidasi. Mangan murni bersifat amat reaktif
dan dalam bentuk bubuk akan terbakar dengan oksigen, serta larut dalam asam
encer.
Mangan juga merupakan elemen penting bagi semua spesies makhluk hidup,
beberapa organisme seperti diatom, maluska, dan spons mengakumulasi
mangan. Ikan dapat memiliki hingga 5 ppm dan mamalia hingga 3 ppm mangan
dalam jaringan mereka, meskipun biasanya tidak melebihi sekitar 1 ppm.
Metode analisa mengunakan acuan APHA 3111 B, Ed 22, 2012 yang merupakan
metode analisa kualitas kimia air.
Metode analisa menggunakan acuan APHA 5220 C, Ed 22, 2012 yang merupakan
pengujian COD untuk mementukan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi sejumlah total senyawa organik dalam sampel (APHA 2012).
Metode penelitian menggunakan acuan SNI 6989. 72-2009 yang merupakan revisi
dari SNI 06-2503-1991, Metode pengujian kadar kebutuhan oksigen biokimiawi. SNI
ini menggunakan referensi dari metodestandar internasional yaitu Standard Methods
for the Examination Of Water and Wastewater 21 th Edition, editor L.S.Clesceri,
A.E.Greenberg, A.D.Eaton, APHA, AWWA and WPCF ,Washington DC (2005). SNI
ini telah melalui uji coba di laboratorium pengujian dalam rangka Kualitas Air dari
Panitia Teknis 13-03, Kualitas Lingkungan dan Manajemen Lingkungan dengan para
pihak terkait. SNI ini telah disepakati dan disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta
rapat yangmewakili produsen, konsumen, ilmuwan, instansi teknis dan pemerintah terkait
pada tanggal12 Nopember 2007 di Serpong dan telah melalui jajak pendapat pada tanggal
23 Desember 2008 sampai dengan tanggal 23 Februari 2009.
3.3. Pencemaran Air
Menurut peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001 pasal 1 “Pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen
lainnya ke dalam air yang dilakukan oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air
turun sampai pada tingkat tertentu dan menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya”.
a. Menurut Wardhana (2004) dan Djunaidi (2008), dalam menilai adanya suatu
pencemaran air dapat dilakukan dengan melihat seberapa besar indikator dari
air yang telah tercemar, yaitu:
29
1. pH = 7 (netral)
2. 7 < pH ≤ 14 (alkalis / basa)
3. 0 < pH < 7 (asam)
Pada dasarnya asiditas (keasaman) tidak sama dengan pH, asiditas melibatkan dua
komponen yaitu jumlah asam, baik asam kuat maupun asam lemah (misalnya asam
karbonat dan asam asetat), dan konsentrasi ion hidrogen. Sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7 – 8,5. Nilai pH
sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan
berakhir jika pH rendah. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang
dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu
kehidupan organisme di perairan karena air tersebut dapat berubah menjadi asam
ataupun basa.
Unsur-unsur atau kandungan logam yang terdapat dalam atmosfir ditemukan dalam
bentuk partikel atau merupakan senyawa. Unsur logam ditemukan secara luas di
seluruh permukaan bumi yang dapat bersifat toksik yang berbahaya bagi manusia
apabila masuk ke dalam tubuh di mana logam berat tersebut biasanya terdapat
dalam makanan, air dan udara. Logam berat biasanya sangat sedikit dalam air secara
31
ilmiah kurang dari 1 g/L. Kelarutan dari unsur-unsur logam dan logam berat dalam
badan air dikontrol oleh :
1. pH badan air;
2. Jenis dan konsentrasi logam;
3. Keadaan komponen mineral teroksida dan sistem berlingkungan redoks.
Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat dan mengendap di dasar
perairan dan bersatu dengan sedimen, oleh karena itu kadar logam berat dalam
sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air (Harahap, 1991). Konsentrasi logam
berat pada sedimen tergantung pada beberapa faktor yang berinteraksi. Faktor-
faktor tersebut adalah :
1. Sumber dari mineral sedimen antara sumber alami atau hasil aktifitas manusia;
2. Melalui partikel pada lapisan permukaan atau lapisan dasar sedimen;
3. Melalui partikel yang terbawa sampai ke lapisan dasar;
4. Melalui penyerapan dari logam berat terlarut dari air yang bersentuhan.
Pada kegiatan penambangan batubara, beberapa logam berat yang berbahaya dan
berkemungkinan terlarut dalam air adalah besi (Fe), mangan (Mn). Hal ini
didasarkan pada Peraturan Menteri LH No. 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu
Air Limbah Bagi Usaha dan/ Kegiatan Pertambangan Batubara.
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 pasal 1
yaitu mutu air adalah adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji
berdasarkan parameterparameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
perundangundangan yang berlaku. Sedangkan status mutu air adalah tingkat
kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi tercemar atau kondisi baik pada suatu
sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air
33
yang ditetapkan. Penentuan dari suatu baku mutu air dapat dilakukan dengan
menggunakan Metode Storet atau Metode Indeks Pencemaran. Metode Storet
adalah salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan.
Metode Storet dapat mengetahui parameter-parameter yang telah memenuhi
ataupun melampaui baku mutu air. Secara prinsip Metode Storet adalah
membandingkan data kualitas air dan baku mutu air yang disesuaikan dengan
peruntukannya guna menentukan status dari mutu air tersebut.
Cara penentuan status mutu air dengan menggunakan Metode Storet dilakukan
dengan langkah-langkah di bawah ini:
1. Lakukan pengambilan data kualitas air.
2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan
nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ baku
mutu), maka diberi bobot 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air (hasil pengukuran > baku
mutu), maka diberikan nilai bobot sesuai dengan penjelasan tabel (Tabel 3.1).
5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya
dari jumlah skor yang diperoleh dengan menggunakan sistem nilai. Setelah
perhitungan status mutu air menggunakan Metode Storet, maka langkah
selanjutnya adalah menentukan kelas air dengan menggunakan sistem nilai dari
US-EPA (Enviromental Protection Agency) yang menggolongkan mutu air
kedalam empat (4) kelas, yaitu:
1) Kelas A: Baik sekali, dengan bobot = 0 yang berarti memenuhi baku mutu.
2) Kelas B: Baik, dengan bobot = -1 s/d -10 yang berarti tercemar ringan.
3) Kelas C: Sedang, dengan bobot = -11 s/d -30 yang berarti tercemar sedang.
4) Kelas D: Buruk, dengan bobot > -31 yang berarti tercemar berat.
34
Tabel 3.1
Penentuan Sistem Nilai Untuk Menentukan Status Mutu Air
Jumlah Parameter
Nilai
Contoh (1) Fisika Kimia Biologi
Maksimum -1 -2 -3
<10 Minimum -1 -2 -3
Rerta -3 -6 -9
Maksimum -2 -4 -6
≥10 Minimum -2 -4 -6
Rerata -4 -12 -18
(Sumber; KEPMEN LH No. 115 Tahun 2003)
Air minum yang aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika,
mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan
paramater tambahan. Parameter wajib sebagaimana dimaksud merupakan
persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh
penyelenggara air minum.
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan pertambangan batu bara wajib
mengelola air yang terkena dampak dari kegiatan penambangan melalui kolam
pengendapan (pond). Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan pertambangan
batu bara wajib melakukan kajian lokasi titik penataan (point of compliance) air
limbah dari kegiatan pertambangan.
Dalam hal terjadi perubahan lokasi usaha dan/atau kegiatan pertambangan dan/atau
karena pertimbangan kondisi lingkungan tertentu, maka penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan wajib melakukan pengkajian ulang dan mengajukan permohonan
kembali kepada Bupati/Walikota untuk memperoleh persetujuan lokasi titik
penataan (point of compliance) yang baru.
Tabel 3.2
Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH 6-9
TSS mg/l 400
Besi (Fe) mg/l 7
Mangan (Mn) Total mg/l 4
(Sumber; KEPMEN LH No. 113 Tahun 2003)
Tabel 3.3
Baku Mutu Air Limbah Pengolahan atau Pencucian Batubara
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH 6-9
TSS mg/l 200
Besi (Fe) mg/l 7
Mangan (Mn) Total mg/l 4
(Sumber; KEPMEN LH No. 113 Tahun 2003)
a. Sampel A
Pengambilan sampel A dengan kedalaman ± 1-2 m ini lalukan dengan
mengunakan ember kemudian disimpan kedalam wadah penyimpanan.
b. Sampel B
Pengambilan sampel B dengan kedalaman ± 5 m ini mengunakan alat
pompa air (domping atau alkon) yang digunakan untuk mengisi WT
kemudian disimpan kedalam wadah peyimpanan.