Anda di halaman 1dari 9

Hikmah Poligami Rasulullah (Tela'ah Sejarah & Pelurusan Fitnah)

oleh Ingin Lebih Baik pada 12 Desember 2011 pukul 8:49 ·

Tuduhan :

Nabi Muhammad adalah tokoh pertama yang menyalahi hukum qur'an dalam hal nikah,
dimana qur'an membolehkan bagi seorang lelaki muslim nikah dengan empat orang
perempuan, sedangkan Nabi Muhammad adalah pengagum nafsu sex dan pecinta
wanita, beliau menyalahi hukum dengan menikahi sembilan orang perempuan. Yang
lebih aneh lagi, qur'an menyifati beliau dengan sebaik-baik suri tauladan.

Klarifikasi :

Mengapa Rasulullah Saw. tidak membatasi empat orang isteri saja, padahal qur'an
membatasi jumlah isteri ketika beliau sedang beristeri sembilan orang, dan mengapa
tidak ditalak selebihnya?

Jawabannya; di ayat lain, Allah telah mengharamkan isteri-isteri beliau nikah dengan
umatnya, karena status mereka adalah ummahat (ibu-ibu kaum muslimin) (Q.S: al-
Ahzab: 6 dan 53).

Jika seandainya ditalak, maka akan dikemanakan mereka. Bukankah hal yang sama,
kita tidak tega melakukannya untuk anak perempuan kandung, saudara, dan ibu kita.
Sebab lainnya; jika Rasulullah menalak isterinya, maka akan membuat isteri-isterinya
bersedih, mendatangkan kebencian keluarga dan kabilah mereka.

Ada orang yang bilang; kalau begitu apa bedanya dengan isteri-isteri kaum muslim
yang tertalak, bukankah mereka juga akan bersedih, keluarga dan kabilahnya akan
tersinggung.

Jawabannya; Benar, namun Rasulullah beda dengan lelaki/suami muslim lainnya.

Tanya kenapa? Karena kebencian dan kekalutan batin dari pihak isteri, keluarga, dan
kabilahnya, hanya dia sendiri yang merasai akibatnya.

Adapun Rasulullah, benci dan kekalutan yang ditujukan kepada beliau, sama halnya
ditujukan kepada Allah. lebih-lebih, bila sudah menyangkut dakwah. Bisa-bisa misi
Islam tidak berhasil.

Terus, mengapa Rasulullah poligami? Karena, hal itu adalah perintah Allah berdasarkan
sebab-sebab tertentu.

Pertanyaan balik; nafsu sex itu meningkat bila seseorang bertambah usianya, atau
malah berkurang?
Karena Jika Rasulullah pengagum sex, mengapa beliau tidak melakukan poligami saat
usia muda?

Sejarah telah mengabarkan kepada kita, bahwa beliau monogami bersama


Siti Khadijah selama dua puluh lima tahun. Saat-saat dimana jiwa muda
bergelora. Juga, Siti Khadijah lebih tua dari beliau lima belas tahun. Beliau
tidak nikah, kecuali setelah Siti Khadijah wafat. Ketika Rasulullah berusia
lima puluh tiga tahun, ditambah dengan aktifitas dakwah yang padat, salat
tahajud sampai kaki beliau bengkak, ikut bertempur memerangi orang-orang
kafir, menerima tamu-tamu yang berkunjung, mengadakan perjanjian-
perjanjian damai demi keamanan dengan Yahudi, orang-orang munafik, dan
kabilah-kabilah tetangga, dll.

Yang jika ditela'ah, satu orang anak manusiapun tidak mampu melakukan berbagai
aktifitas yang padat tadi. Mungkinkah, Rasulullah masih punya waktu banyak dan
tenaga yang cukup untuk bersenang-senang dengan isteri-isterinya?

Belum lagi kehidupan beliau yang penuh dengan kezuhudan dan


kesederhanaan. Sampai-sampai, saat beliau sangat lapar, dua butir batu
beliau gunakan untuk menonggak perutnya, agar rasa lapar tidak terasa.
Makan hanya dengan tiga butir kurma dan dapurnya hampir tidak pernah
berasap. Juga, keseringan puasanya. Padahal umatnya dilarang puasa wisal
(bersambung) sedangkan beliau sendiri puasa wisal sampai tiga hari
berturut-turut.

Pertanyaannya : masihkan tersisakah nafsu sahwat Beliau ?

Kalau Rasulullah pengagum sex, mengapa beliau memilih isteri-isteri yang sudah lanjut
usia, lemah dan juga memilih Siti Aisyah yang masih kecil?

Mengapa pula Rasulullah memilih janda-janda? Sejarah membuktikan, bahwa semua


isteri Rasulullah adalah wanita-wanita lanjut usia, lemah, dan janda. Kecuali Siti Aisyah.
Bahkan sebagian mereka telah sangat lanjut usia. Seperti Siti Khadijah, Siti Saudah, dan
Siti Zainab binti Khuzaimah. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa pengagum sex paling
suka bila isterinya bersolek dan berpakaian yang paling indah. Apa yang kita saksikan
dengan isteri-isteri Rasulullah. Mereka ketika meminta beliau agar nafkah ditambah,
langsung Allah memerintahkan mereka untuk memilih salah satu dari dua hal; ditalak
atau hidup bersama Rasulullah dengan kezuhudan dan kesederhanaan. (Q.S: al-Ahzab:
28-29).

Saat itu pilihan mereka adalah Allah, Rasulullah, dan kenikmatan surga. Lalu Allah dan
Rasulullah-pun meredhai mereka.

Berikut adalah sebab-sebab Rasulullah poligami :


Beliau SAW nikah dengan Siti Saudah binti Zam'ah yang janda ditinggal mati suami.
Sedangkan kerabatnya adalah orang-orang musyrik. Usia Siti Saudah kala itu enam
puluh enam tahun. Lebih tua dengan beliau lima belas tahun. Demi tidak membiarkan
Siti saudah dalam kesendirian, sebatang kara. Karena kalau dia kembali ke kerabatnya
yang musyrik, maka Islamnya akan terancam. Sebelumnya Siti Aisyah bermimpi, bahwa
Siti Saudah menjadi isteri Rasulullah. (Sahihul Jami': 915).

Rasulullah nikah dengan Siti Aisyah dan Siti Hafsah sebagai penghargaan kepada
keduanya, juga kepada kedua orang tua keduanya. Sebab kedua bapak mereka adalah
menteri beliau (Abu Bakar As-shiddieq dan Umar bin Khaththab). Hal ini demi tidak
menghalangi keduanya untuk menziarahi Rasulullah kapan saja.

Rasulullah nikah dengan Umu Salamah (Hindun binti Abi Umayah bin Almuqirah).
Karena Umu Salamah adalah salah peserta hijrah ke Habasyah dan Madinah. Suaminya
yang baik hati, Abu Salamah meninggal dunia, sedangkan dia mempunyai anak-anak
yang butuh asuhan. Maka Rasulullah menikahinya demi memuliakan dia, karena dia
penyabar, juga karena dia termasuk golongan orang-orang yang menganut Islam
dimasa awal-awal. Dan yang jelas, demi memuliakan mantan suaminya yang begitu
baik. Dengan cara mengasuh anak-anaknya. Rasulullah SAW sebenarnya telah berdoa
kepada Allah agar Umi Salamah mendapatkan suami yang terbaik. Di malam pertama,
Rasulullah menanyai anak-anaknya. Karena beliau tidak melihat mereka nampak
bersama ibunya. Umi Salamah menjawab; mereka di rumah paman mereka. Rasulullah
tidak menerima hal itu, lalu memerintahkan kepadanya agar mereka balik. Setelah itu
Rasulullah bersabda; "barang siapa yang memisahkan antara orang tua dan anaknya,
maka Allah akan memisahkannya dengan orang yang dia cintai di hari kiamat". (Sunan
Turmudzi dan Sahihul Jami': 6412).

Rasulullah sangat menyayangi anak-anak Umu Salamah. Menimang mereka, bermain


bersama, makan bersama.

Adapun Umu Habibah (Ramlah binti Abi Sufyan) mendapatkan terror dari bapak dan
saudaranya. Lalu dia hijrah bersama suaminya ke Habsyah. Tiba di sana, suaminya
masuk agama Kristen. Jadilah dia dalam kesendirian. Rasulullah kemudian mengirim
utusan kepada Raja Habsyah, Najasyi, agar meminangnya untuk Rasulullah, demi
memuliakan Umu Habibah. Jika dia kembali kepada kerabatnya, maka dipastikan, dia
akan sengsara lagi.

Siti Zainab binti Jahsy adalah sepupu Rasulullah. Allah memerintahkan beliau agar
menikahinya, demi menghapus adat tabanni (anak angkat). Karena sebelumnya, Siti
Zainab adalah isteri dari anak angkat Rasulullah. Lalu diceraikan suaminya. Siti
Juwairiyah binti Harits menjadi tawanan perang Bani Mustaliq. Bapaknya, Harits adalah
kepala suku. Ketika Rasulullah kembali ke Madinah. Harits bermaksud hendak
menjumpai Rasulullah dan menebus anaknya dengan beberapa ekor onta. Kala Harits
tiba disuatu tempat yang bernama Aqiq, merasa kagum dengan onta-onta disitu dan
memilih dua ekor untuk dia sembunyikan tanpa diketahui oleh masyarakat muslim
disitu. Setibanya dihadapan Rasulullah, dia berkata; aku datang menebus putriku yang
telah kalian tawan. Rasulullah bertanya; mana dua ekor onta yang telah kau
sembunyikan di Aqiq tanpa sepengetahuan penduduknya? Harits kaget; Demi Allah, tak
seorangpun yang tau hal itu. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan engkau
adalah Rasulullah.

Lalu Rasulullah memintanya agar menikahkan putrinya dengan beliau. Maka Harits
langsung memenuhinya.

Perhatikan, bagaimana Rasulullah memuliakan Siti Juwairiyah, bapaknya (karena dia


masuk Islam), dan kerabatnya. Bukan saja Rasulullah membebaskan Siti Juwairiyah,
tapi menikahinya. Para sahabatpun langsung membebaskan tawanan-tawanan yang
ada pada mereka. Demi hormat kepada keluarga Rasulullah. Tawanan perang Bani
Mustaliq kala itu berjumlah sekitar seratus orang.

Siti Zainab binti Khuzaimah paling tua disbanding Rasulullah. Suaminya gugur pada
perang Uhud. Tiada seorangpun yang mencoba menikahinya. Rasulullah kemudian
menikahinya. Zainab binti Khuzaimah terkenal kala itu, dengan panggilan Umu Masakin
(ibu para fakir miskin). Karena dia sering berinfak.

Siti Shafiyah binti Huyayyi tertawan pada perang Khaibar. Dalam perang itu suami,
bapak, saudara, dan pamannya terbunuh. Rasulullah membebaskannya, demi kasih
sayang, hormat, dan agar ada yang menaunginya. Siti Shafiyah sebelumnya bermimpi,
bulan purnama jatuh di pangkuannya. Tatkala dia menceritakan mimpinya kepada
keluarganya. Pamannya langsung menamparnya dan berkata; kau mau menikah
dengan Nabinya bangsa Arab itu.

Secara garis besar, alasan Rasulullah berpoligami adalah

1. Demi menanamkan benih kasih sayang dengan kerabat dan kabilah isteri-
isterinya.

2. Agar mereka masuk Islam.

3. Agar kepribadian Rasulullah dirumah diketahui oleh banyak orang.


Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa banyak orang yang nampak di
luar rumah sebagai seorang yang alim dan bertaqwa, tetapi ketika di dalam
rumahnya, sifat-sifat tadi tidak bisa dipertahankan. Maka, demi mengekspos
seluruh kepribadian Rasulullah di dalam rumah, dibutuhkan lebih dari
seorang isteri. Karena satu saja tidak cukup. Dan kalau hanya seorang isteri,
maka akan kemungkinan besar, si isteri akan dituduh menutup-nutupi
kejelekan suami, karena saking cintanya kepada suami, saking sibuknya
isteri mengurusi rumah tangga, atau karena lupa. Jika informasi tentang
kepribadian Rasulullah bersumber dari banyak isteri, maka dipastikan
informasi itu sangat benar dan sangat akurat. Secara naluri, isteri satu-
satunya pasti cinta kepada suaminya. Dan cenderung untuk menutupi
kejelekan suaminya. Adapun jika isteri banyak, maka cenderung mereka
akan benci dan menyebarkan aib-aibnya, walaupun suami mereka sudah
meninggal dunia. Belum lagi, jika ternyata yang membunuh pemimpin dan
pembesar kaum, serta keluarganya adalah suami mereka. Seperti
terbunuhnya keluarga Siti Shafiyah dan Siti Juwairiyah (sebelum keduanya
masuk Islam). Lain halnya dengan Rasulullah. Isteri-isterinya ketika selama
bergaul dengan beliau, bernaung dalam bimbingan beliau, kepribadian luhur
beliau tetap konsisten saat sunyi maupun ramai. Hal ini yang menjadikan,
isteri-isterinya bisa dipercaya oleh kaum muslimin atas informasi tentang
tingkah laku beliau di rumah.

Sedikit saja ada sikap Rasulullah yang menyimpang dari kepatutan, pasti
akan tersebar luas.

4. Rumah-rumah isterinya menjadi pusat penyebaran risalah Islam. Lebih


lagi, bila ajaran yang menyangkut masalah khusus perempuan.

5. Istri-istri Rasulullah adalah duta-duta Islam kepada kaum dan kabilah


dimana mereka lahir dan besar. Dengan adanya pendidikan dan taujih yang
berasal dari guru mereka sekaligus suami mereka, menjadikan mereka lebih
mengenal karakter Islam yang kaffah yang bersumber dari Rasulullah SAW
langsung dan wahyu yang diberikan kepada Beliau. Dengan adanya istri-istri
Rasulullah sebagai duta-duta Islam menjadikan penyebaran dan tarbiyah
Islam kepada umat menjadi lebih efisien dan cepat serta terarah.

______________________

Penutup;

Poligami yang dilakukan oleh Rasulullah sesungguhnya sarat dengan catatan-catatan


penting. Beliau tidak melakukannya secara bebas dan tanpa pertimbangan. Sangat
berbeda dengan praktek poligami oleh kebanyakan orang. Umumnya orang berfikir,
yang penting tidak lebih dari empat orang isteri, maka bisa saja ganti-ganti isteri. Talak
sana sini. Akad sini sana. Adalah Rasulullah, beliau dilarang nikah lagi, selain yang telah
ada disisinya. Walaupun salah satu atau semuanya meninggal dunia. (Q.S: al-Ahzab:
52)

Berikut ini nama-nama isteri Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam dan sekilas
penjelasannya.
1. SITI KHADIJAH

Nabi mengawini Khadijah ketika Nabi masih berumur 25 tahun, sedangkan Khadijah sudah
berumur 40 tahun. Khadijah sebelumnya sudah menikah 2 kali sebelum menikah dengan Nabi
SAW.

Suami pertama Khadijah adalah Aby Haleh Al Tamimy dan suami keduanya adalah Oteaq
Almakzomy, keduanya sudah meninggal sehingga menyebabkan Khadijah menjadi janda.
Lima belas tahun setelah menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad SAW pun diangkat
menjadi Nabi, yaitu pada umur 40 tahun. Khadijah meninggal pada tahun 621 A.D, dimana
tahun itu bertepatan dengan Mi’raj nya Nabi Muhammad SAW ke Surga. Nabi SAW sangatlah
mencintai Khadijah. Sehingga hanya setelah sepeninggalnya Khadijah lah Nabi SAW baru
mau menikahi wanita lain.

2.SAWDA BINTI ZAM’A

Suami pertamanya adalah Al Sakran Ibn Omro Ibn Abed Shamz, yang meninggal beberapa
hari setelah kembali dari Ethiophia. Umur Sawda Bint Zam’a sudah 65 tahun, tua, miskin dan
tidak ada yang mengurusinya. Inilah sebabnya kenapa Nabi SAW menikahinya.

<!--[if !supportLineBreakNewLine]-->
< !--[endif]-->

3. AISHA SIDDIQA

Seorang perempuan bernama Kholeah Bint Hakeem menyarankan agar Nabi SAW mengawini
Aisha, putri dari Aby Bakrs, dengan tujuan agar mendekatkan hubungan dengan keluarga Aby
Bakr.

Waktu itu Aishah sudah bertunangan dengan Jober Ibn Al Moteam Ibn Oday, yang pada saat
itu adalah seorang Non-Muslim. Orang-orang di Makkah tidaklah keberatan dengan
perkawinan Aishah, karena walaupun masih muda, tapi sudah cukup dewasa untuk mengerti
tentang tanggung jawab didalam sebuah perkawinan.

Nabi Muhammad SAW bertunangan dulu selama 2 tahun dengan Aishah sebelum kemudian
mengawininya.

Dan bapaknya Aishah, Abu Bakr pun kemudian menjadi khalifah pertama setelah Nabi SAW
meninggal.

< !--[if !supportLineBreakNewLine]-->


< !--[endif]-->

4. HAFSAH BINTI UMAR


Hafsah adalah putri dari Umar, khalifah ke dua. Pada mulanya, Umar meminta Usman
mengawini anaknya, Hafsah. Tapi Usman menolak karena istrinya baru saja meninggal dan dia
belum mau kawin lagi.

Umar pun pergi menemui Abu Bakar yang juga menolak untuk mengawini Hafsah. Akhirnya
Umar pun mengadu kepada nabi bahwa Usman dan Abu Bakar tidak mau menikahi anaknya.

Nabi SAW pun berkata pada Umar bahwa anaknya akan menikah demikian juga Usman akan
menikah lagi.

Akhirnya, Usman mengawini putri Nabi SAW yiatu Umi Kaltsum, dan Hafsah sendiri menikah
dengan Nabi SAW.

Hal ini membuat Usman dan Umar gembira.

5. ZAINAB BINTI KHUZAYMA

Suaminya meninggal pada perang UHUD, meninggalkan dia yang miskin dengan beberapa
orang anak. Dia sudah tua ketika nabi SAW mengawininya. Dia meninggal 3 bulan setelah
perkawinan yaitu pada tahun 625 A.D.

6. SALAMA BINTI UMAYYA

Suaminya, Abud Allah Abud Al Assad Ibn Al Mogherab, meninggal dunia, sehingga
meninggalkan dia dan anak-anaknya dalam keadaan miskin.

Dia saat itu berumur 65 tahun. Abu Bakar dan beberapa sahabat lainnya meminta dia
mengawini nya, tapi karena sangat cintanya dia pada suaminya, dia menolak.

Baru setelah Nabi Muhammad SAW mengawininya dan merawat anak-anaknya, dia bersedia.

7. ZAYNAB BINTI JAHSH

Dia adalah putri Bibinya Nabi Muhammad SAW, Umamah binti Abdul Muthalib. Pada
awalnya Nabi Muhammad SAW sudah mengatur agar Zaynab mengawini Zayed Ibn
Hereathah Al Kalby.

Tapi perkawinan ini kandas tidak lama, dan Nabi menerima wahyu bahwa jika mereka bercerai
nabi mesti mengawini Zaynab (surat 33:37).

<!--[if !supportLineBreakNewLine]-->
< !--[endif]-->

8. ALJUAYRIYA BINTI HARITH

Suami pertamanya adalah Masafeah Ibn Safuan.


Nabi Muhammad SAW menghendaki agar kelompok dari Juayreah (Bani Al Mostalaq) masuk
Islam. Juayreah menjadi tahanan ketika Islam menang pada perang Al-Mustalaq (Battle of Al-
Mustalaq) .

Bapak Juayreyah datang pada Nabi SAW dan memberikan uang sebagai penebus anaknya,
Juayreyah. Nabi SAW pun meminta sang Bapak agar membiarkan Juayreayah untuk memilih.
Ketika diberi hak untuk memilih, Juayreyah menyatakan ingin masuk islam dan menyatakan
bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang terakhir. Akhirnya Nabi pun
mengawininya, dan Bani Almustalaq pun masuk islam.

9. SAFIYYA BINTI HUYAYY

Dia adalah dari kelompok Jahudi Bani Nadir.

Dia sudah menikah dua kali sebelumnya, dan kemudian menikahi Nabi SAW.
Cerita nya cukup menarik, mungkin Insya Allah akan disampaikan terpisah.

10. UMMU HABIBA BINTI SUFYAN

Suami pertamanya adalah Aubed Allah Jahish.


Dia adalah anak dari Bibi Rasulullah SAW. Aubed Allah meninggak di Ethiopia. Raja Ethiopia
pun mengatur perkawinan dengan Nabi SAW. Dia sebenarnya menikah dengan nabi SAW
pada 1 AH, tapi baru pada 7 A.H pindah dan tinggal bersama Nabi SAW di Madina, ketika
nabi 60 tahun dan dia 35 tahun.

11. MAYMUNA BINTI AL HARITH

Suami pertamanya adalah Abu Rahma Ibn Abed Alzey.

Dia masih berumur 36 tahun ketika menikah dengan Nabi Muhammad SAW yang sudah 60
tahun.

Ketika Nabi SAW membuka Makkah di tahun 630 A.D, dia datang menemui Nabi SAW,
masuk Islam dan meminta agar Rasullullah mengawininya.

Akibatnya, banyaklah orang Makkah merasa terdorong untuk merima Islam dan nabi SAW.

12. MARIA AL QABTIYYA

Dia awalnya adalah orang yang membantu menangani permasalahan dirumah Rasullullah yang
dikirim oleh Raja Mesir. Dia sempat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ibrahim.
Ibrahim akhirnya meninggal pada umur 18 bulan. Tiga tahun setelah menikah, Nabi SAW
meninggal dunia, dan Maria akhirnya meninggal 5 tahun kemudian, tahun 16 A.H. Waktu itu,
Umar bin Khatab yang menjadi Iman sholat Jenazahnya, dan kemudian dimakamkan di Al-
Baqi.
Kalau sudah tahu begini dan kalau memang dikatakan mau mengikuti Sunnah Nabi
Muhammad SAW, kira-kira masih minat dan berani nggak ya kaum Adam untuk ber-istri lebih
dari 1 ?

Ghoilan bin Umayyah beristri 10 dalam kitab Muwatta’ diminta memilih 4 dan menceraikan
yang 6.

Haris bin Qoys beristri 8 dalam kitab Muwatta’ diminta memilih 4 dan menceraikan yang 6.

Anda mungkin juga menyukai