Anda di halaman 1dari 7

LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03

SALAH NALAR
(Direview oleh: Dr. Imam Safi'i)

Tujuan Pembelajaran:

Setelah mempelajari bagian ini, Anda diharapkan telah mampu mengidentifikasi

kalimat atau paragraf yang di dalamnya terdapat salah nalar.

Salah nalar merupakan gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah,

keliru, atau cacat. Dalam proses berpikir, sering sekali kita keliru menafsirkan atau

menarik simpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan,

atau ketidaktahuan.

Macam-Macam Salah Nalar


Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya. Oleh

karena itu, dalam berkomunikasi perlu kita perhatikan kalimat dalam berbahasa

Indonesia secara cermat sehingga salah nalar dapat diminimalkan. Ada beberapa

macam salah nalar sebagai berikut.

1. Kesalahan Deduktif

a. Dalam cara berpikir deduktif kesalahan yang biasa terjadi ialah kesalahan premis

mayor yang tidak dibatasi.

Contoh:

• Semua pelaku kejahatan adalah korban rumah tangga yang berantakan.

• Kalau hakim masuk desa, di desa tidak ada lagi ketidakadilan.

Jika bentuk entinem di atas dikembalikan ke dalam bentuk silogisme, kita akan melihat

bahwa kesalahannya terletak pada premis mayor yang tidak dibatasi, yaitu:

My: Penyebab kejahatan ialah rumah tangga berantakan.

Mn: Hakim memberantas ketidakadilan.

b. Kesalahan deduktif lainnya ialah kesalahan term atau istilah (kata atau frasa yang

menjadi subjek atau objek dari sebuah proposisi) keempat. Dalam hal ini term

tengah dalam premis minor tidak merupakan bagian dari term mayor pada premis

mayor atau memang tidak ada hubungan antara kedua pernyataan.

Halaman | 1
LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03

My: Semua mahasiswa FKIP akan menjadi guru.

Mn: Dani siswa SMPP.

Dari kedua premis itu tidak dapat ditarik simpulan apa-apa. Pada silogisme itu terdapat

empat term. Dengan perkataan lain, tidak ada term tengah yang menghubungkan kedua

premis sehingga keduanya tidak berhubungan.

c. Kerap kali pula terjadi kesalahan berupa simpulan terlalu luas/simpulan lebih luas

daripada premisnya. Premis mayor partikular atau seimbang dan simpulan

merupakan universal.

Contoh:

My: Sebagian orang Asia hidup makmur.

Mn: Orang Indonesia adalah orang Asia.

K: Orang Indonesia hidup makmur.

Dari premis mayor partikular positif dan premis minor universal positif tidak dapat

ditarik simpulan.

d. Kesalahan deduktif berikut ialah kesalahan simpulan dari premis-premis negatif.

Contoh:

My: Semua pohon kelapa tidak bercabang.

Mn: Tiang listrik tidak bercabang.

K: Tiang listrik ialah pohon kelapa.

2. Generalisasi Terlalu Luas

Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak

seimbang dengan besarnya generalisasi tersebut sehingga simpulan yang diambil

menjadi salah. Selain itu, salah nalar jenis ini terjadi dikarenakan kurangnya data yang

dijadikan dasar generalisasi, sikap “menggampangkan”, malas untuk mengumpulkan

dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan

bahan yang terbatas. Premis adalah kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar

penarikan simpulan di dalam logika. Sementara itu, yang dimaksud dengan generalisasi

adalah perihal membuat suatu gagasan lebih sederhana dari pada yang sebenarnya.

Halaman | 2
LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03

Contoh generalisasi yang terlalu luas sebagai berikut:

 Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais

sejati.

 Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.

 Ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan harga terjangkau.

Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat menjualnya dengan

harga terjangkau.

 Orang Indonesia malas tetapi ramah. (Orang Indonesia ada yang malas dan ada juga

yang tidak ramah).

Ada dua bentuk kesalahan generalisasi yang biasa muncul. yaitu sebagai berikut:

1. Generalisasi Sepintas

Kesalahan ini terjadi dikarenakan penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau

bukti yang sangat sedikit.

Contoh:

Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.

Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang

tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak faktor

penentu lain yang terlibat, seperti motivasi belajar, sarana prasarana belajar, dan

keadaan lingkungan belajar.

2. Generalisasi Apriori

Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau

peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini

sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu kelompok,

keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau

profesi,melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu di

simpulkan sama. Contoh: Semua pejabat pemerintah melakukan tindakan korupsi.

3. Kesalahan Analogi

Halaman | 3
LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03

Kesalahan berikutnya ialah kesalahan analogi. Kesalahan ini terjadi bila dasar analogi

induktif yang dipakai tidak merupakan ciri esensial kesimpulan yang ditarik. Pernyataan

bahwa anak kera dan anak manusia dapat dididik menjadi sarjana biologi berdasarkan

persamaan sistem pencernaannya, merupakan contoh kesalahan analogi. Dasar

analoginya (sistem pencernaan) tidak merupakan ciri esensial dari simpulan (dapat

dididik menjadi sarjana).

Contoh lain:

Toni bersekolah di SMA I. Ia pasti akan menjadi tokoh politik.

Tokoh politik terkenal berasal dari sekolah itu.

4. Hubungan Sebab-Akibat Tidak Memadai

Dalam pemakaian bahasa kerap kali dijumpai hubungan sebab-akibat yang tidak tepat

atau salah. Hal ini mungkin terjadi karena suatu akibat dihubungkan dengan penyebab

berdasarkan kepercayaan atau takhayul atau karena penulis atau pembaca

menganggap suatu kontributori sebagai penyebab utamanya.

Contoh:

 Saya tidak dapat berenang. Hampir semua anggota keluarga saya tidak dapat

berenang.

 Saya tidak lulus karena dosen saya tidak suka pada saya.

 Sebagian besar siswa mendapat nilai buruk karena pada waktu ulangan ada kucing

hitam yang melintas di halaman.

5. Kesalahan Relevansi

Kesalahan ini akan terjadi jika antarpremis tidak punya hubungan logika dengan

simpulan. Misalnya, bukti peristiwa atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau

tidak menunjang konklusi. Jadi, perlu berhati-hati, ketika sebuah argumen bergantung

pada premis yang tidak relevan dengan konklusi, maka tidak mungkin dibangun

kebenarannya. Terdapat beberapa jenis kesesatan relevansi yang umum dikenal,

berikut penjelasannya:

Halaman | 4
LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03

a. Argumentum ad hominem: terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau

menolak suatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena

alasan yang berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.

b. Argumentum ad verecundiam: terjadi karena orang yang mengemukakannya adalah

orang yang berwibawa dan dapat dipercaya, jadi bukan terjadi karena penalaran

logis.

c. Argumentum ad baculum (menampilkan kekuasaan): terjadi apabila orang menolak

atau menerima suatu argumen bukan atas dasar penalaran logis, melainkan karena

ancaman atau teror (bisa juga karena faktor kekuatan/kekuasaan).

d. Argumentum ad populum (menampilkan emosi): artinya ialah ditujukan untuk

massa/rakyat. Pembuktian secara logis tidak diperlukan, dan mengutamakan prinsip

menggugah perasaan massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya akan

menerima sesuatu konklusi tertentu. Contoh sederhananya seperti demonstrasi

dan propaganda.

e. Argumentum ad misericordian (menampilkan rasa kasihan): disebabkan karena

adanya rasa belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditunjukkan untuk

menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima, dan biasanya

berhubungan dengan usaha agar suatu perbuatan dimaafkan.

f. Post hoc propter hoc: terjadi karena orang menganggap sesuatu sebagai sebab,

padahal bukan. Pada suatu urutan peristiwa, orang menunjukkan apa yang terjadi

lebih dahulu adalah penyebab peristiwa yang terjadi sesudahnya, padahal bukan.

g. Petitio principii: berarti mengajukan pertanyaan dengan mengasumsikan kebenaran

dari apa yang berusaha untuk dibuktikan, dalam upaya untuk membuktikannya.

Dikenal dengan pernyataan berupa pengulangan prinsip dengan prinsip.

h. Argumentum ad ignorantiam (argumen dari ketidaktahuan): kesalahan terjadi ketika

berargumen bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar bahwa belum terbukti

salah, atau bahwa itu adalah salah karena belum terbukti benar.

i. Ignorantia elenchi: terjadi karena tidak adanya hubungan logis antara premis dan

konklusi.

Halaman | 5
LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03

6. Penyandaran Terhadap Prestise Seseorang

Salah nalar di sini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang

hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat, namun bukan

ahlinya. Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu dipatuhi

rambu-rambu sebagai berikut:

 Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain.

 Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan

persoalan yang dibahas.

 Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya.

Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-

mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya,

dan baik status sosial ekonominya.

Penyebab Salah Nalar


Terjadinya salah nalar, disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Analogi yang Salah

Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain

dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan

pada segi yang lain.

Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya

dengan baik.

2. Argumentasi Bidik Orang

Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan

tugas yang diembannya. Contoh: Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di

desa kami karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak.

Halaman | 6
LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03

DAFTAR PUSTAKA

(Diakses pada 18 Agustus 2017). Makalah Penalaran Deduktif dan Induktif.

http://afinasilmi.blogspot.co.id/2012/03/makalah-penalaran-deduktif-dan.html

(Diakses pada 18 Agustus 2017). Penalaran. https://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran

(Diakses pada 18 Agustus 2017). Penalaran Deduktif.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/03/penalaran-deduktif-59/

(Diakses pada 18 Agustus 2017). Salah Nalar.

http://saptikaardianti.blogspot.co.id/2015/12/salah-nalar.html

Halaman | 7

Anda mungkin juga menyukai