SALAH NALAR
(Direview oleh: Dr. Imam Safi'i)
Tujuan Pembelajaran:
Salah nalar merupakan gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah,
keliru, atau cacat. Dalam proses berpikir, sering sekali kita keliru menafsirkan atau
menarik simpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan,
atau ketidaktahuan.
karena itu, dalam berkomunikasi perlu kita perhatikan kalimat dalam berbahasa
Indonesia secara cermat sehingga salah nalar dapat diminimalkan. Ada beberapa
1. Kesalahan Deduktif
a. Dalam cara berpikir deduktif kesalahan yang biasa terjadi ialah kesalahan premis
Contoh:
Jika bentuk entinem di atas dikembalikan ke dalam bentuk silogisme, kita akan melihat
bahwa kesalahannya terletak pada premis mayor yang tidak dibatasi, yaitu:
b. Kesalahan deduktif lainnya ialah kesalahan term atau istilah (kata atau frasa yang
menjadi subjek atau objek dari sebuah proposisi) keempat. Dalam hal ini term
tengah dalam premis minor tidak merupakan bagian dari term mayor pada premis
Halaman | 1
LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03
Dari kedua premis itu tidak dapat ditarik simpulan apa-apa. Pada silogisme itu terdapat
empat term. Dengan perkataan lain, tidak ada term tengah yang menghubungkan kedua
c. Kerap kali pula terjadi kesalahan berupa simpulan terlalu luas/simpulan lebih luas
merupakan universal.
Contoh:
Dari premis mayor partikular positif dan premis minor universal positif tidak dapat
ditarik simpulan.
Contoh:
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak
menjadi salah. Selain itu, salah nalar jenis ini terjadi dikarenakan kurangnya data yang
dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan
bahan yang terbatas. Premis adalah kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar
penarikan simpulan di dalam logika. Sementara itu, yang dimaksud dengan generalisasi
adalah perihal membuat suatu gagasan lebih sederhana dari pada yang sebenarnya.
Halaman | 2
LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03
Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais
sejati.
Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
Ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan harga terjangkau.
Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat menjualnya dengan
harga terjangkau.
Orang Indonesia malas tetapi ramah. (Orang Indonesia ada yang malas dan ada juga
Ada dua bentuk kesalahan generalisasi yang biasa muncul. yaitu sebagai berikut:
1. Generalisasi Sepintas
Kesalahan ini terjadi dikarenakan penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau
Contoh:
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang
tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak faktor
penentu lain yang terlibat, seperti motivasi belajar, sarana prasarana belajar, dan
2. Generalisasi Apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau
peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini
sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu kelompok,
keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau
profesi,melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu di
3. Kesalahan Analogi
Halaman | 3
LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03
Kesalahan berikutnya ialah kesalahan analogi. Kesalahan ini terjadi bila dasar analogi
induktif yang dipakai tidak merupakan ciri esensial kesimpulan yang ditarik. Pernyataan
bahwa anak kera dan anak manusia dapat dididik menjadi sarjana biologi berdasarkan
analoginya (sistem pencernaan) tidak merupakan ciri esensial dari simpulan (dapat
Contoh lain:
Dalam pemakaian bahasa kerap kali dijumpai hubungan sebab-akibat yang tidak tepat
atau salah. Hal ini mungkin terjadi karena suatu akibat dihubungkan dengan penyebab
Contoh:
Saya tidak dapat berenang. Hampir semua anggota keluarga saya tidak dapat
berenang.
Saya tidak lulus karena dosen saya tidak suka pada saya.
Sebagian besar siswa mendapat nilai buruk karena pada waktu ulangan ada kucing
5. Kesalahan Relevansi
Kesalahan ini akan terjadi jika antarpremis tidak punya hubungan logika dengan
simpulan. Misalnya, bukti peristiwa atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau
tidak menunjang konklusi. Jadi, perlu berhati-hati, ketika sebuah argumen bergantung
pada premis yang tidak relevan dengan konklusi, maka tidak mungkin dibangun
berikut penjelasannya:
Halaman | 4
LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03
a. Argumentum ad hominem: terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau
menolak suatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena
orang yang berwibawa dan dapat dipercaya, jadi bukan terjadi karena penalaran
logis.
atau menerima suatu argumen bukan atas dasar penalaran logis, melainkan karena
dan propaganda.
f. Post hoc propter hoc: terjadi karena orang menganggap sesuatu sebagai sebab,
padahal bukan. Pada suatu urutan peristiwa, orang menunjukkan apa yang terjadi
lebih dahulu adalah penyebab peristiwa yang terjadi sesudahnya, padahal bukan.
dari apa yang berusaha untuk dibuktikan, dalam upaya untuk membuktikannya.
berargumen bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar bahwa belum terbukti
salah, atau bahwa itu adalah salah karena belum terbukti benar.
i. Ignorantia elenchi: terjadi karena tidak adanya hubungan logis antara premis dan
konklusi.
Halaman | 5
LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03
Salah nalar di sini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang
hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat, namun bukan
ahlinya. Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu dipatuhi
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-
mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya,
sebagai berikut.
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan
Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya
dengan baik.
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan
tugas yang diembannya. Contoh: Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di
Halaman | 6
LECTURE NOTES - 1708-BI-07-03
DAFTAR PUSTAKA
http://afinasilmi.blogspot.co.id/2012/03/makalah-penalaran-deduktif-dan.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/03/penalaran-deduktif-59/
http://saptikaardianti.blogspot.co.id/2015/12/salah-nalar.html
Halaman | 7