BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
yang kompleks. Eugene Bleuler adalah ahli psikiatri pertama yang mendefinisikan
skizofrenia sebagai schizos yang berarti terbelah atau terpecah dan phrein yang
berarti otak. Menurut Nevid dkk, (2002:110) skizofrenia adalah penyakit pervasif
yang mempengaruhi lingkup yang luas dari proses psikologis mencakup kognisi,
afek, dan perilaku. Mereka kehilangan jati diri dan mengalami kegagalan dalam
suatu saat dalam hidupnya (Cumming 2010: 201). Wu dkk (2006) melaporkan
bahwa pada tahun 2002 prevalensi dua belas bulan skizofrenia yang terdiagnosis
diperkirakan sebesar 5,1 per seribu jiwa dimana angka kejadiannya jauh lebih
September 2013,
1
POLA BAHASA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA
miza rahmatika aini
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Hal yang sama disampaikan oleh Direktur RSJ Menur Surabaya Adi
Wirachjanto, awal tahun 2011 dilaporkan ada 761 kasus skizofrenia dengan 500
penderita diantaranya dipasung di Jawa Timur dan menurut beliau ada 28.000
mengenali fase-fase yang terdapat pada penderita skizofrenia. Pada fase awal atau
sedikit bicara, dan malas dalam beraktifitas. Dari sini akan terjadi penurunan
peran dan fungsi dalam sosial kemasyarakatan. Fase ini sering tidak disadari oleh
Secara tidak sadar penderita akan memasuki fase berikutnya yaitu fase
akut dimana mereka akan mengalami waham dan halusinasi. Waham dan
halusinasi ini merupakan gejala positif pada penderita skizofrenia. Waham adalah
suatu keyakinan yang salah atau ‘false belief’ yang sifatnya tidak rasional.
Misalnya penderita merasa dirinya sebagai seorang utusan, nabi, messiah, merasa
dikendalikan oleh makhluk dari luar angkasa, atau merasa bahwa semua teman
penangkapan panca indera yang keliru, misalnya dia merasa mendengar orang
berbicara atau memanggil namanya padahal di ruangan tersebut tidak ada siapa
Theory of Mind (TOM). Dalam hal ini TOM berperan penting dalam
kesulitan untuk mempersepsikan emosi dan pembicaraan orang lain. Mereka juga
perilaku dan ucapan mereka sebagai hal yang tidak sesuai secara sosial pada
fonologi saja, tetapi juga dari perubahan grammar dan sintaksis. Sehingga
kronis. Ia menemukan bahwa terdapat kesalahan pada klausa gabungan dan klausa
sematan. Dalam hal ini mereka mengalami gangguan dalam semantik leksikal dan
adalah kata - kata yang mereka ucapkan atau tuliskan tidak beraturan. Seperti
Penderita (T) tiba-tiba memberikan komplain kepada peneliti (M) yang selama ini
Dia menganggap (M) dan pegiat KPSI lainnya hanya mementingkan profit dan
eksistensi. Dia menunjukkan bukti “wall post” yang diposting oleh M pada
tanggal 5 Oktober 2013 dan mengartikan wall post*) tersebut sebagai suatu
Dalam hal ini T tidak mampu memahami secara jelas bahwa wall post *)
sebagai sesuatu hal yang membahayakan dan berupa pernyataan buruk sangka
digunakan oleh penderita skizofrenia. Tulisan ini dibuat oleh HK pada masa
Assalamualaikum wr.wb.
semua. Karya tulis saya ini saya persembahkan hasil dari inspirasi perjalanan
dan cerita waylife pribadi yang saya alami dalam pandang dunia dan dunia
realiti sejak dari masa lalu dan masa kini. Sejarah jaman dan peradaban masa
POLA BAHASA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA
miza rahmatika aini 6
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
lalu turut memperkaya permasalah, motivator, dan wawasan saya, begitu juga
problematika dan dilema, serta realiti dari keputusan yang harus aku lakukan
progresive/revolusioner.
Dari data tersebut bisa dijelaskan bahwa penderita bernama (T) membuat
sebuah tulisan untuk kata pengantar, namun bahasanya bercampur sehingga tidak
Inggris dan bahasa Indonesia secara tidak tepat (waylife pribadi) seharusnya kata
melampaui batas ruang dan waktu antar peradaban dalam kehidupan realita
penggunaan kata yang berulang-ulang seperti peradaban, dan kata yang tidak
patut untuk digunakan ‘ yaitu ‘futuristik’, mungkin yang dimaksud adalah masa
depan.
Dari ketiga jenis data tersebut dapat terlihat kekacauan bahasanya dan
negatif.
POLA BAHASA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA
miza rahmatika aini 7
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
berbahasa pada tataran fonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik namun belum
oleh Michael A Covington dalam jurnalnya yang berjudul Skizofrenia and The
kesalahan berbahasa pada level semantik dan pragmatik. Namun pada jurnal ini
skizofrenia berbeda satu sama lain maka peneliti berusaha untuk melihat pola
bahasa penderita semua jenis skizofrenia yang berada pada fase akut dan residual.
Karena dengan meneliti dan meganalisis pola bahasanya tipe data yang diperoleh
akan lebih banyak dan bervariasi. Selain itu, penelitian ini bermanfaat untuk
Dalam hal ini teori yang digunakan untuk menganalisis data tersebut
antara disiplin linguistik dan psikologi (Chaer Abdul, 2009:16). Sebagai disiplin
yang bukan merupakan serentetan respon dari luar melainkan merupakan satu
kejadian akal, dan struktur sintaksis secara tidak langsung dihubungkan dengan
otak manusia. Dalam Psikolinguistik, grammar tidak bisa dipisahkan dari aspek
POLA BAHASA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA
miza rahmatika aini 8
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dari aspek psikologi pada manusia itu sendiri. Untuk proses analisis yang lebih
dalam peneliti akan membahas tentang pola bahasa skizofrenia yang dibedakan
menjadi pola bahasa skizofrenia akut, pola bahasa skizofrenia residual, dan proses
1.2.1 Masalah
Penelitian ini berada dalam ruang lingkup semua jenis skizofrenia yang
berada pada fase akut dan fase residual yang berada di RSJ Radjiman
Wedyodiningrat Lawang.
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
di lingkungan Universitas Gadjah Mada. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
mampu menjadi referensi dan acuan bagi para peneliti yang tertarik dalam
social skill training dalam dunia kedokteran. Karena selama ini dunia kedokteran
belum bisa memahami secara utuh dan menyeluruh pola berbahasa dan
Selain itu penelitian ini bermanfaat bagi orang di luar skizofrenia agar bisa
penelitian ini dapat membantu mereka untuk bisa memahami diri mereka sendiri
stigma negatif bahwa penderita penyakit ini bisa berkurang dan penderita bisa
kembali ke masyarakat.
POLA BAHASA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA
miza rahmatika aini 10
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Pada awal tahun 1990, banyak ahli bahasa yang mulai tertarik untuk
Klinis mengumpulkan berbagai jurnal, artikel, dan penelitian yang dilakukan oleh
a. Chaika
kebanyakan mereka menggunakan frase-frase kata depan dan kata kerja yang
tidak lengkap.
b. Delisi
skizofrenia, seperti dalam penggunaan kata geshinker dalam kutipan berikut dari
(1997:38).
gangguan berbahasa pada level fonologi sampai pragmatik tidak dijelaskan jenis
dan tipe penderita skizofrenia. Ketidak jelasan tipe data tersebut juga ditemukan
pada penelitian Delisi, Corcoran, dan Firth. Sehingga peneliti tertarik untuk
mengambil objek semua tipe skizofrenia yang berada dalam fase akut dan
residual. Dari tipe skizofrenia tersebut peneliti akan menganalisis pola kohesi,
oleh peneliti terdahulu mengambil objek dari luar negeri. Pada hakikatnya struktur
sintaksis, semantik, fonologi, dan konteks pragmatik yang dipakai tidak bisa
tersebut, maka peneliti memfokuskan pada penelitian pada pasien rumah sakit
1.4.1 Psikolinguistik
yakni, ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu: psikologi dan linguistik.
Benih ilmu ini sebenarnya sudah tampak pada permulaan abad ke 20 tatkala
bahasa mulai mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik dan cultural ke
Sementara itu, di benua Amerika kaitan antara bahasa dan ilmu jiwa juga
mulai tumbuh. Perkembangan ini bisa dibagi menjadi empat tahap (Kess, 1992):a
Pada tahap akhir psikolinguistik tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang
terpisah dari ilmu ilmu lain karena pemerolahan dan penggunaan bahasa manusia
terdiri dari psiko dan linguistik saja tetapi juga menyangkut ilmu ilmu lain seperti
bahasa dan pikiran Harley (2001:1) menyebutnya sebagai suatu studi tentang
proses proses mental dalam pemakaian bahasa. Sementara itu, Clark dan Clark
(1977:4) menyatakan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama
proses proses mental yang dilalui oleh manusia dalam mereka berbahasa.
manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan
diri kita yang membuat kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan, (c) landasan
biologis serta neurologis yang membuat manusia bias berbahasa, dan (d)
dilihat sebagai bahasa, tetapi bahasa yang terdapat dalam proses, terutama proses
cerminan proses dalam jiwa manusia. Bahasa orang yang sedang marah akan lain
perwujudan bahasa yang digunakan dengan orang yang sedang sedih atau
ditonjolkan proses bahasa yang terjadi di otak pembicara maupun proses yang
berproses dalam diri manusia. Sehingga yang diteliti dan dianalisa adalah bahasa
1.4.2 Skizofrenia
satu definisi yang lebih sempit menjadi definisi yang lebih kompleks. Pada masa
sehingga seorang prikiater yang hidup pada tahun (1857-1939) yang bernama
berasal dari kata ‘schizos’ yang berarti terpotong atau terbelah dan ‘’phren, berarti
‘otak’. Bleuler melihat gejala skizofrenia sebagai sebuah gejala tumpulnya afek
mulai diperluas. Pada fase awal penderita akan mengalami fase prodormal yaitu
ini disebut periode kemunduran dimana penderita terlihat murung, menarik diri
dari aktifitas sosial, berkurangnya minat, dan sulit berkonsentrasi terhadap suatu
hal, serta mengalami gangguan tidur dan penurunan nafsu makan. Setelah fase ini
berjalan selama beberapa episode, dalam hal ini bisa beberapa bulan atau bahkan
beberapa tahun, penderita akan mengalami fase akut. Pada fase ini penderita
POLA BAHASA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA
miza rahmatika aini 15
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
skizofrenia akan cenderung lupa pada dirinya sendiri, mengalami waham, delusi,
oleh perasaan apatis yang dalam. Penderita tersebut mengalami akan kesulitan
dalam berpikir, berbicara dengan jelas, dan menympan ide yang tidak biasa,
seperti keyakinan tentang telepati atau pandangan masa depan. Dalam hal ini ada
beberapa kasus yang bisa sembuh total tanpa ada gejala namun mengalami
penurunan kognsi dan afektif, ada pula yang terjebak dalam fase akut dan residual
masyarakat.
sebagai berikut;
Dalam buku Schizophrenia and Overview and Practical Book disebutkan ada dua
gejala, yaitu gejala positive dan gejala negative yang akan dijelaskan sebagai
berikut;
1) Gejala Positif
cemoohan, atau suruhan untuk melakukan sesuatu. Halusinasi tersebut bisa berupa
Penderita juga mencium bau aneh yang tidak dirasakan oleh orang lain
Selain halusinasi, gejala positif yang lainnya adalah delusi atau disebut
waham. Delusi atau waham adala keyakinan yang salah dan cara berpikir yang
keliru yang diyakini sebagai suatu kebenaran. Misalnya, dia yakin bahwa teman-
dirinya. Dia juga meyakini bahwa dirinya sangat buruk dan tidak ada orang yang
cerita itu merupakan sindiran dan cemoohan. Pada fase akut, waham yang
2) Gejala Negatif
peikiran, emosi tidak terarah atau emosi datar, gangguan wicara dan bahasa
seperti lambat dalam berbicara, tidak teraturnya topik pembicaraan, dan kurang
motivasi. Gejala lain yang paling menonjol adalah penarikan diri dari lingkungan
sosial.
ini. Sampai saat ini penelitian, seminar dan kongres masih terus diadakan untuk
Dalam diri manusia terdapat id, ego, dan superego dimana ego berfungsi sebagai
tindak eksekutif yang berkaitan dengan pengambilan sikap dan keputusan. Pada
2) Faktor Genetis
adalah faktor genetis. Dalam hal ini ada banyak gen yang bertanggung jawab
2003:122) Menurut penelitian semakin dekat hubungan genetis antara orang yang
3) Infeksi Virus
dingin. Namun dalam hal ini tidak dijelaskan secara rinci virus apa yang
menjadi faktor penyebab skizofrenia. Teori ini hanya terjadi pada beberapa
kasus.
4) Ketidaknormalan otak
otak (hilangnya sel-sel). Para peneliti juga menemukan bahwa otak penderita
fungsi kognitif dan emosional. Sehingga fungsi ini tergenggu pada penderita
rencana. Selain itu bagian otak ini juga bertanggungjawab dalam pengaturan
5) Teori-teori Keluarga
yaitu ibu yang dingin, angkuh, overprotektif, dan sangat mendominasi membuat
anaknya kehilangan kemandirian dan percaya diri. Jika figur ayah tidak bisa
menjembatani dan memberikan peran positif maka anak akan cenderung terhadap
penyakit skizofrenia.
1) Skizofrenia Paranoid
yang dimiliki adalah waham kejar, rujukan, misi khusus, perubahan tubuh,atau
2) Skizofrenia simplex:
Skizofrenia jenis ini sering timbul pada masa pubertas. Gejala Utama pada
proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali
terdapat pada skizofrenia jenis ini. Pada permulaan mungkin penderita mulai
kemudian semakin lama semakin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan
3) Jensi hebefrenik
subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala
yang menyolok ialah gangguan proses berpikir gangguan kemauan dan adanya
antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress
dengan subtype lainnya namun tidak sesuai dengan satu pun subtype tersebut.
6) Depresi Pasca-Skizofrenia
Dalam hal ini masih terdapat beberapa gejala skizofrenik namun tidak
mendominasi.
7) Skizofrenia residual
Pada skizofrenia jenis ini terdapat satu stadium kronis dalam perkembangan
suatu gangguan skizofrenia dimana telah terjadi progresi yang jelas dari stadium
menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas dan isi pembicaraan, komunikasi verbal yang buruk seperti
dalam kuantitas isi pembicaraan, komunikasi nonverbal yang buruk seperti dalam
ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan sikap tubuh, perawatan diri dan
ketidak seimbangan kadar dopamin dan serotonin pada otak. Ketika kadar
bisa mengalami gangguan depresi, waham, delusi, halusinasi dan berbagai gejala
negatif lainnya.
salah tentang dirinya. Pemikirannya cenderung acak dan bizare. Formal Thought
Psiquiatr.Vol71, 2013).
bernama MM (“ Hari ini hari Jumat saatnya membunuh Kafir ). Kemudian ada
lagi penderita skizofrenia yang merasa bahwa dirinya diikuti oleh syetan namun
“Saya pecahkan kaca, saya marah-marah. Ada di ambil hati saya ada juga setan
yang mengambil hati saya disumpahi Al Quran dia nggak mau. Kan repot. Kamu
yang mau menggilakan saya? Ndak..ndak... Orang ustadz apa megang-megang
POLA BAHASA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA
miza rahmatika aini 23
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
saya. Orang saya dikayak giniin. Saya kan janda juga, 5 tahun nggak nikah-
nikah.”
maupun kalimat dalam proses semantik. Lebih dari itu, dalam level pragmatik
dijelaskan lebih dalam dalam BAB II Proses Produksi Bahasa Pada Penderita
1.5 Hipotesis
normal
tertentu berbeda dari orang normal namun sebagian masih bisa dimingerti
POLA BAHASA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA
miza rahmatika aini 24
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
1.6 Metode
data dan analisis data. Peneliti menggunakan lebih dari satu metode
Lawang yang berada di empat ruangan yaitu ruangan perkutut,, anyelir, seruni,
dan kakaktua. Perkutut dan anyelir adalah ruang untuk penderita skizofrenia dan
gangguan jiwa lain pada fase akut, sdangkan seruni dan kakaktua adalah ruangan
untuk penderita skizofrenia yang berada pada fase residual. Pada ruangan perkutut
berada pada fase akut. Pada ruangan kakaktua dan seruni penulis mengambil
metode kajian pustaka untuk menambah data dan penjelasan tentang proses
(2005:95) metode cakap dilakukan karena cara yang ditempuh peneliti data itu
peneliti dan informan mengandung arti terdapat kontak antar mereka. Peneliti
melakukan wawancara dengan pasien di salah satu rumah sakit jiwa di Indonesia
adalah jenis metode cakap semuka dimana peneliti melakukan kontak langsung
bahasa lisan, tetapi digunakan juga untuk menyadap teks-teks dan naskah tertulis.
Dalam hal ini peneliti menyadap tulisan yang ditulis oleh penderita yang berada di
semua tulisan yang ditulis oleh penderita skizofrenia. Dengan pertimbangan tidak
dan mencatat semua tuturan dan tulisan penderita skizofrenia yang diambil dari
RSJ Lawang. Kemudian peneliti mentranskripsi dan memilah data. Sehingga data
Mahsun (2005:123) menyebutkan dua cara dalam tahap akhir ini, yaitu
dengan cara (1) perumusan hasil tersebut dengan menggunakan kata-kata biasa,
termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis data dan (2) perumusan
Sudaryanto (1993) menyatakan metode penyajian data bisa dilakuakn dengan (1)
metode formal, yaitu gambar dan tabel serta (2) metode informal, yaitu
formal, sehingga penelitian ini menggunakan baik gambar, table serta kata-kata
biasa dalam menjelaskan data. Dalam hal ini peneliti menggunakan kedua metode
tersebut yaitu dengan menggunakan tabel dan gambar serta dengan menggunakan
kata-kata biasa.