DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
2019
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah segala puji atas kehadirat Allah SWT, atas limphan rahmat dan
hidayah – Nya yang dianugerahkan kepada kita semua, terutama kepada kelompok kami
sebagai penyusun dari makalah ini, yang pengerjaannya tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini semoga bisa membantu kita dalam proses belajar terutama pada
mata kuliah Pendidikan Agama Islam terkhususnya yang berhubungan dengan “Konsep
Ibadah dan Pembentukan Karakter Muslim”. Dimana makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu mata kuliah.
Penyusunan makalah ini disusun secara inshaallah sistematis dan berdasarkan metode
– metode yang tersedia, dengan tujuan agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga
inshaallah dapat menambah wawasan pemikiran para pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bila
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun kami selaku
penyusun harapkan dari para pembaca dan pemikir agar dapat dijadikan sebgai bahan
pertimbangan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga inshaallah dengan terbuatnya
makalah ini diharapkan bisa bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 4
C. TUJUAN ....................................................................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 6
D. PENGERTIAN KONSEP IBADAH .................................................................................................... 6
1. Konsep Ibadah......................................................................................................................... 6
2. Tujuan Ibadah ......................................................................................................................... 6
3. Pokok – Pokok yang Melengkapi Konsep Ibadah dalam Islam Aqidah ................................. 17
4. Hubungan antara Aqidah, Syariah dan Akhlak ......................................................................... 20
BAB III .................................................................................................................................................... 25
PENUTUP ............................................................................................................................................... 25
E. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang sempurna, kita sebagai manusia
tentunya hidup di dunia tidak sembarangan dalam mensyukuri nikmat yang telah
Allah SWT berikan kepada kita. Dimana dalam mensyukuri nikmat – Nya yaitu
dengan menjalankan semua perintah serta menjauhi larangan – larangan – Nya. Salah
satu cara mensyukuri nikmat – Nya yaitu dengan cara beribadah, dalam beribadah pun
kita tidak sembarang melakukan ibadah dalam konteks untuk mensyukuri nikmat
tersebut.
Suatu ibadah tentunya terdapat suatu konsep yang disebut sebagai konsep
ibadah. Apa makna konsep ibadah tersebut ? Konsep ibadah adalah suatu konteks
yang pasif yang bersifat sebagai aturan, konsep ibadah tersebut tentunya harus
dilakukan oleh kita sebagai seorang Muslim yang aktif dalam menjalankannya. Di
dalam konsep ibadah juga, terdapat pokok- pokok yang melengkapi konsep ibadah
tersebut. Konsep serta pokok – pokok dari ibadah tersebut yang akan kita bahas ini
inshaallah akan dibahas secara lengkap di dalam makalah yang kami susun.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Memenuhi tugas dari Dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Mengetahui secara umum pengertian dari konsep – konsep ibadah dalam Islam
3. Mengetahui secara umum tentang pokok- pokok suatu ibadah dalam Islam
4. Mengetahui maksud serta tujuan dari pembentukan karakter Muslim
5. Mengetahui hikmah dan pembelajaran dari pembentukan karakter Muslim
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Ibadah
Hidup manusia dibumi ini adalah hanya kehidupan perantara seorang manusia,
karena sebenarnya kehidupan yang nyata dari seorang manusia tersebut terdapat di
akhirat. Maka dari itu untuk terwujudnya kehidupan yang baik di akhirat, manusia
yang hrauslah berlomba – lomba mencari dan mengumpulkan pahala dan
mengharapkan ridla Allah SWT sebagai kewajibannya . Seperti yang ditunjukkan
oleh firman Allah SWT dibawah ini,
ون
ِ س إِّل ِليَ ْعبد ِ ْ َو َما َخلَ ْقت ا ْل ِجن َو
َ اْل ْن
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah (menyembah) kepada Ku.” (Az – Zariyaat : 56)
Dalam mencrai dan mengumpulkan pahala tersebut salah satunya yaitu dengan
ibadah. Dalam ibadah tentunya tidak asal dalam menjalankannya, ibadah juga
mempunyai konsep yaitu konsep ibadah. Konsep ibadah adalah suatu konteks
yang pasif yang bersifat sebagai aturan, konsep ibadah tersebut tentunya harus
dilakukan oleh kita sebagai seorang Muslim yang aktif dalam menjalankannya .
Dalam konsep Islam terdapat pokok – pokok yang nantinya melengkapi konsep
Islam tersebut, serta secara pasti pokok – pokok tersebut menjadi landasan –
landasan dalam syari’at Islam.
2. Tujuan Ibadah
ِ َِي اسْم َجامع لكل َما ي ِحبه هللا ويرضاه من ْاْل َ ْق َوال واْلعمال ْالب
اطنَة َوالظاه َِرة َ ْال ِعبَادَة ه.
“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup semua yang Allah cintai dan Allah
ridhai, baik ucapan atau perbuatan, yang lahir (tampak, bisa dilihat) maupun
yang batin (tidak tampak, tidak bisa dilihat).” (Al-‘Ubudiyyah, hal. 44)
Ibadah terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Ibadah mahdhah, yaitu ibadah yang murni. Ciri – ciri ibadah mahdhah :
Amal dan ucapan yang termasuk kedalam jenis ibadah yang sejak
penetapan asalnya dari dalil syari’at.
Dilakukan dalam rangka untuk meraih pahala akhirat
Hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada jalan lainnya
termasuk melalui akal atau budaya.
Contohnya : Sahalat.
2. Ibadah Ghairu Mahdhah, yaitu ibadah yang tidak murni. Ciri – ciri ibadah
ghairu mahdhah :
Ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut pada asalnya bukanlah
ibadah. Akan tetapi, berubah status menjadi ibadah karena melihat dan
menimbang niat pelakunya.
Pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan atau
kebutuhan yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di akhirat.
Amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun tidak ada
wahyu dari para Rasul.
Contohnya : Makan
1. Shalat
إِننِي أَنَا ّللا َّل إِ َٰلَهَ إِّل أَنَا فَاعْبدْنِي َوأَقِ ِم الص ََلة َ ِل ِذ ْك ِري
“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku
dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha : 14)
Syarat Sah Shalat : Hal – hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan shalat,
sehingga shalat tersebut menjadi sah sesaui aturan syara’, adapun sayrat sah
dari shalat yaitu :
Suci dari hadast besar dan kecil artinya hadast yang berhubungan
langsung dengan badan, seperti contohnya junub, haid, dan nifas.
Sesuai dengan landasan Al – Qur’an QS. Al – Maidah ayat 6 :
سحوا َ ق َوا ْم ِ ِيَا أَيُّ َها الذِينَ آ َ َمنوا إِذَا ق ْمت ْم إِ َلى الص ََلةِ َفا ْغسِلوا وجوهَك ْم َوأ َ ْي ِديَك ْم إِ َلى ْال َم َراف
سفَر أَ ْو َجا َء َ ضى أَ ْو َعلَى َ بِرءو ِسك ْم َوأ َ ْرجلَك ْم إِلَى ْال َك ْعبَي ِْن َوإِ ْن ك ْنت ْم جنبًا فَاطهروا َوإِ ْن ك ْنت ْم َم ْر
سحوا بِوجوهِك ْم َ ص ِعيدًا
َ طيِبًا فَا ْم َ سا َء فَلَ ْم ت َِجدوا َما ًء فَت َ َيمموا َ ِأ َ َحد ِم ْنك ْم ِمنَ ْالغَائِ ِط أ َ ْو َّل َمسْتم الن
ط ِه َرك ْم َو ِليتِم نِ ْع َمت َه َعلَيْك ْم لَعَلك ْم َ َوأ َ ْيدِيك ْم ِم ْنه َما ي ِريد ّللا ِليَجْ عَ َل َعلَيْك ْم ِم ْن َح َرج َو َل ِك ْن ي ِريد ِلي
َت َ ْشكرون
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau
dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-
Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Maidah: 6)
Suci dari najis artinya najis meliputi badan, pakaian, dan temapt untuk
shalat, sebagai landasan terdapat di dalam QS. Al Mudatsiir ayat 4 :
َ ََوثِيَا َبكَ ف
ط ِه ْر
“ Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al- Mudatsiir : 4)
َ۞ يَا َبنِي آدَ َم خذوا ِزينَت َك ْم ِع ْندَ ك ِل َمس ِْجد َوكلوا َوا ْش َربوا َو َّل تس ِْرفوا ۚ ِإنه َّل ي ِحبُّ ْالمس ِْرفِين
سا َءك ْم ۚ َوفِي ِ َو ِإ ْذ نَج ْينَاك ْم ِم ْن آ ِل فِ ْر َع ْونَ يَسومونَك ْم سو َء ْال َعذَا
َ ِب يذَ ِبحونَ أ َ ْبنَا َءك ْم َويَ ْستَحْ يونَ ن
َٰذَ ِلك ْم بَ ََلء ِم ْن َر ِبك ْم َع ِظيم
Membaca niat
Takbiratul ihram, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yaitu,
فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ْست َِط ْع فَ َعلَى َج ْنب، فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ْست َِط ْع فَقَا ِعدًا، ص ِل قَا ِئ ًما
َ
“Tidak ada shalat (artinya tidak sah) orang yang tidak membaca Al
Fatihah.”
Ruku’ dengan thuma’ninah, sesuai dengan perkataan Rasulullah SAW
yaitu,
ار َك ْع َحتى ت َْط َمئِن َرا ِك ًعا
ْ ثم
اجدًا
ِ سَ ثم اسْجدْ َحتى ت َْط َم ِئن
اجدًا
ِ سَ ثم اسْجدْ َحتى ت َْط َم ِئن، سا
ً ارفَ ْع َحتى ت َْط َم ِئن َجا ِل
ْ ثم، اجدًا
ِ سَ ثم اسْجدْ َحتى ت َْط َم ِئن
ِ… فَإِذَا قَ َعدَ أ َ َحدك ْم ِفى الصَلَ ِة فَ ْل َيق ِل الت ِحيات ِلِل
“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat,
maka ucapkanlah “at tahiyatu lillah …”.”
Membaca tasyahud akhir
Membaca shalawat Nabi pada tasyahud akhir, dalam dalilnya adalah
hadits Fudholah bin ‘Ubaid Al Anshoriy. Rasulullah SAW pernah
mendengar seseorang yang berdo’a dalam shalatnya tanpa menyanjung
Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
beliau mengatakan, “Begitu cepatnya ini.”
إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد هللا والثناء عليه ثم يصلي على النبي صلى هللا عليه وسلم ثم
يدعو بعد بما شاء
2. Puasa
َ طعَام أ َ ْو
َ سيْر فَه َو
صائِم َ ك ُّل م ْمسِك َع ْن َكَلَم أ َ ْو
“Semua orang yang menahan diri dari berbicara atau makan, atau berjalan
maka dia dinamakan Sha`im (orang yang sedang berpuasa).” [1]
( ام إِلَى ِ َوكلوا َوا ْش َربوا َحتى َيت َ َبينَ لَكم ْال َخيْط ْاْل َ ْبيَض ِمنَ ْال َخي ِْط ْاْلَس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر ثم أَتِ ُّموا
َ َالصي
١٨٧ :الل ْي ِل(البقرة
“Dan makan minumlah kalian hingga jelas bagi kalian benang putih dari
benang hitam, yaitu (cahaya) fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datangnya) malam.” (Al-Baqarah : 187)
ب َعلَى الذِينَ ِم ْن قَ ْب ِلك ْم لَعَلك ْم تَتقون َ يَا أَيُّ َها الذِينَ آ َ َمنوا ك ِت
ِ ب َعلَيْكم
َ الصيَام َك َما ك ِت
Dalam keadaan suci dari haidh dan nifas. Syarat ini adalah syarat
termasuk kewajiban puasa dan sekaligus syarat sahnya puasa.
Berniat. Niat merupakan syarat sah puasa karena puasa adalah ibadah
sedangkan ibadah tidaklah sah kecuali dengan niat sebagaimana ibadah
yang lain. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
تِ إِن َما اْل َ ْع َمال بِالنِيا
Baligh
Sehat
Tata Cara :
Niat, adapun hadist sebagai landasannya yaitu,
الى
َ ضانَ هـ َ ِذ ِه السـنـ َ ِة ِللـ ِه تـَ َع
َ َ ض شـ َ ْه ِر َرمـ
ِ اء فـ َ ْر ْ ص ْو َم غـَد َع
ِ َـن ا َد َ نـ َ َويْت
Menahan diri dari pembatal puasa sejak terbit fajar sampai tenggelam
matahari, sesuai dengan firman Allah dibawah ini,
سائِك ْم ۚ هن ِلبَاس لَك ْم َوأَ ْنت ْم ِلبَاس َلهن ۗ َع ِل َم ّللا أَنك ْم ك ْنت ْم َ ِالصيَ ِام الرفَث ِإلَ َٰى ن ِ َأ ِحل لَك ْم لَ ْيلَة
َب ّللا َلك ْم ۚ َو ُكلُوا َ َاب َعلَيْك ْم َو َعفَا َع ْنك ْم ۖ فَ ْاْلنَ بَا ِشروهن َوا ْبت َغوا َما َكت َ ت َْخت َانونَ أ َ ْنف َسك ْم فَت
ِ س َو ِد ِمنَ ا ْل َفجْ ِر ۖ ث ُ َّم أَتِ ُّموا
الصيَا َم إِلَى ْ َ ض ِمنَ ا ْل َخي ِْط ْاْل ُ َط ْاْل َ ْبيُ َواش َْربُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ا ْل َخ ْي
َٰ
اج ِد ۗ تِلكَ حدود ّللاِ فَ ََل تَ ْق َربوهَا ۗ َكذَلِكَ يبَيِن ّللا ْ ِ س ْ
َ اللَّ ْي ِل ۚ َو َّل تبَا ِشروهن َوأَ ْنت ْم َعا ِكفونَ فِي ال َم
َاس لَعَله ْم يَتقون ِ آيَاتِ ِه ِللن
“Apabila malam telah datang, dan siang telah pergi, serta matahari
telah terbenam, maka sungguh orang yang berpuasa telah berbuka.”
(Muttafaqun ‘alaihi)
3. Zakat
Menurut Bahasa : Bentuk mashdar yang berasal dari kata zakaa – yazkuu –
zakaa’an yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuai yang
disebutkan di dalam Tajul Asrusy min Jawahiril Qamus:
Menurut Istilah : Hak yang berupa harta (tertentu) yang wajib ditunaikan
untuk diberikan kepada kelompok tertentu dan dalam waktu tertentu , sesuai
dengan HR. Tirmidzi,
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At – Taubah : 9)
َار ِمينَ َو ِفيِ ب َو ْالغ ِ املِينَ َعلَ ْي َها َو ْالم َؤلفَ ِة قلوبه ْم َوفِي
ِ الرقَا ِ ين َو ْال َع َ اء َو ْال َم
ِ سا ِك ِ ۞ ِإن َما الصدَقَات ِل ْلفقَ َر
ضةً ِمنَ ّللاِ ۗ َوّللا َع ِليم َح ِكيم
َ س ِبي ِل ّللاِ َواب ِْن الس ِبي ِل ۖ فَ ِري
َ
ستَأْتِي قَ ْو ًما أ َ ْه َلَ َث ِمعَاذَ بْنَ َجبَل إِلَى ْاليَ َم ِن َقا َل إِنك َ َسل َم ِحينَ بَع َ علَ ْي ِه َوَ صلى ّللاَ ِإِن َرسو َل ّللا
َ َ َ َ َ َ َ
ِكت َاب فَإِذَا ِجئْتَه ْم فَادْعه ْم إِلى أ ْن يَش َهدوا أ ْن ّل إِلهَ إِّل ّللا َوأن م َحمدًا َرسول ّللاِ فَإ ِ ْن ه ْم أطاعوا
َ ْ
َطاعوا لَك َ َصلَ َوات فِي ك ِل يَ ْوم َولَ ْيلَة فَإ ِ ْن ه ْم أ َ س َ ض َعلَ ْي ِه ْم خ َْم َ لَكَ بِذَلِكَ فَأ َ ْخبِ ْره ْم أَن ّللاَ قَدْ فَ َر
صدَقَةً تؤْ خَذ ِم ْن أ َ ْغنِيَائِ ِه ْم فَت َردُّ َعلَى فقَ َرائِ ِه ْم فَإ ِ ْن ه ْم َ ض َعلَ ْي ِه ْم َ بِذَلِكَ فَأ َ ْخبِ ْره ْم أَن ّللاَ قَدْ فَ َر
ْس بَ ْينَه َوبَيْنَ ّللاِ ِح َجاب َ وم فَإِنه لَي ْ ق دَع َْوة َ ْال َم
ِ ظل ِ طاعوا لَكَ بِذَلِكَ فَإِياكَ َوك ََرائِ َم أ َ ْم َوا ِل ِه ْم َوات َ َأ
ً س ِب
ۚ يَل َ ع ِإ َل ْي ِه
َ طا ِ اس ِح ُّج ْالبَ ْي
َ َت َم ِن ا ْست ِ ِيم ۖ َو َم ْن دَ َخلَه َكانَ ِآمنًا ۗ َو ِلِلِ َعلَى الن
َ فِي ِه آيَات بَ ِينَات َمقَام ِإب َْراه
َو َم ْن َكفَ َر فَإِن ّللاَ َغنِي َع ِن ْال َعالَ ِمين
Ihram, yaitu berniat untuk haji. Sebagaimana dalam shalat niat itu
diwajibkan, begitupun niat dalam haji maupun umrah. Perlu
diperhatikan pula terkait tempat dan waktu miqat yang akan berkaitan
erat dengan wajib haji. Selanjutnya, dianjurkan untuk mandi, memakai
wewangian, shalat dua rakaat, dan mengenakan pakaian ihram untuk
laki-laki.
Wuquf di Bukit Arafah, yang waktunya terentang mulai dari waktu
zhuhur tanggal 9 Dzulhijjah sampai subuh tanggal 10 Dzulhijjah.
Jamaah bisa mengambil waktu siang sampai setelah maghrib, ataupun
malam harinya sampai jelang subuh.
Thawaf Ifadhah. Setelah wukuf di Arafah, jamaah haji menuju
Masjidil Haram, mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Putaran ini
dimulai dari sekiranya arah dari Hajar Aswad, dan Ka’bah berada di
sisi kiri badan jamaah haji. Gampangnya, orang berhaji berputar
melawan arah jarum jam.
Sa’i dari bukit Shafa dan Marwah, dimulai dari bukit Shafa, kemudian
berjalan sampai tujuh kali perjalanan hingga berakhir di bukit Marwah.
Tahallul, yaitu mencukur rambut kepala setelah seluruh rangkaian haji
selesai. Waktunya sekurang-kurangnya adalah setelah lewat tanggal 10
Dzulhijjah.
Kata akidah atau i’tiqod secara bahasa berasal dari kata al ‘aqdu yang
artinya berputar sekitar makna kokoh, kuat, dan erat. Sedangkan secara istilah,
akidah adalah keyakinan yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada keraguan, dalam
istilah Islam juga aqidah diartikan sebagai iman di dalam Islam. Jika
keyakinan tersebut sesuai dengan realitas yang ada maka akidah tersebut benar,
namun jika tidak sesuai maka akidah tersebut bathil.
Aqidah atau sistem keyakinan dalam islam (Iman) dibangun atas dasar
keyakinan atau yang biasa disebut oleh kita rukun iman. Kata Iman secara
bahasa (etimologis) berarti percaya atau membenarkan dengan hati.
Sedangkan menurut istilah (terminologis) iman berarti membenarkan dengan
hati, mengucapkan dengan lidah, dan melakukannya dengan anggota badan
secara aktif.
Iman tidak hanya berpusat atau bertumpu pada ucapan lidah kita
semata. Jika iman hanya bertumpu atau didasarkan pada ucapan lidah semata,
berarti hal tersebut merupakan iman yang kurang sempurna (setengah –
setengah) atau bisa kita samakan dengan makna imannya seseorang yang
munafik. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT di QS. Al – Baqarah
ayat 8 – 9 yaitu sebagai berikut :
اس َم ْن يَقول آ َمنا بِالِلِ َوبِ ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر َو َما ه ْم بِمؤْ ِمنِينيخَادِعونَ ّللاَ َوالذِينَ آ َمنوا َو َما يَ ْخدَعونَ ِإّل
ِ َو ِمنَ الن
َسه ْم َو َما يَ ْشعرون َ
َ أ ْنف
“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan
Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. (8). Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak
sadar.(9)”(QS. Al – Baqarah : 8 – 9)
َ ِإن ْالمنَا ِفقِينَ يخَادِعونَ ّللاَ َوه َو خَ ادِعه ْم َو ِإذَا قَاموا ِإلَى الص ََل ِة قَاموا ك
َ سالَ َٰى ي َراءونَ الن
اس َو َّل
ً َيذْكرونَ ّللاَ ِإّل قَ ِل
يَل
Dari uraian yang telah dijelasakn diatas dapat dipahami bahwa kajian
syari’ah bertumpu pada masalah aturan Allah SWT dan Rasululluah SAW
atau dalam masalah hukum. Aturan hukum yang mengatur ibadah manusia,
misalnya hablun minallah (Hubungan manusia dengan Alllah SWT) ataupun
hablun minannaas (Hubungan manusia dengan deng manusia), kedua
hubungan inilah yang merupakan ruang lingkup dari syari’ah Islam, yaitu :
1. Ibadah, yaitu salah satu cara yang bisa mengatur hubungan manusia
dengan Allah SWT. Contohnya yaitu rukun Islam.
2. Muamalah, yaitu suatu aktivitas yang bisa dilakukan manusia dalam
berhubungan dengan sesamanya.Contohnya seperti perkawinan
(munakahat), pembagian warisan (mawaris), pidana (jinayat), politik
(khilafah), hubungan internasional (siyar), dan peradilan (murafa’at).
Akhlak
Muslim yang baik adalah orang yang memiliki aqidah yang lurus dan
kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan syariah yang hanya
ditujukan kepada Allah sehingga tergambar akhlak yang mulia dalam
dirinya. Atas dasar hubungan ini pula maka seorang yang melakukan
suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau iman,
maka ia termasuk ke dalam kategori kafir. Seorang yang mengaku
beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka ia disebut orang
fasik. Sedangkan orang yang mengaku beriman dan melaksanakan
syariah tetapi tidak dilandasi aqidah atau iman yang lurus disebut
orang munafik. Demikianlah, ketiga konsep atau kerangka dasar Islam
ini memiliki hubungan yang begitu erat dan tidak dapat dipisahkan. Al-
Quran selalu menyebutkan ketiganya dalam waktu yang bersamaan.
Ketiga kerangka dasar ajaran Islam tersebut dalam al-Quran disebut
iman dan amal shalih. Iman menunjukkan konsep aqidah, sedangkan amal
shalih menunjukkan adanya konsep syariah dan akhlak.
1) Religius, yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
4) Disiplin, yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras, yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
berbegai ketentuan dan peraturan.
7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis, yakni cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa ingin tahu, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan di dengar.
11) Cinta tanah air, yakni cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan bernegara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
12) Menghargai prestasi, yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain.
14) Cinta damai, yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
16) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.
17) Peduli sosial, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya , yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa.
PENUTUP
E. KESIMPULAN
file:///C:/Users/HP/Downloads/Documents/Dr.+Marzuki,+M.Ag_.++Buku+P
AI+UNY+-+BAB+5.+Kerangka+Dasar+Ajaran+Islam.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/69180-ID-pendidikan-karakter-
dalam-perspektif-isl.pdf