Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KONSEP IBADAH DAN PEMBENTUKAN KARAKTER MUSLIM

DISUSUN OLEH :

Selvi Amaliana Safira (19505244013)

Putri Adita Mahanani (19505244035)

Astri Hanifa (19505244038)

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah segala puji atas kehadirat Allah SWT, atas limphan rahmat dan
hidayah – Nya yang dianugerahkan kepada kita semua, terutama kepada kelompok kami
sebagai penyusun dari makalah ini, yang pengerjaannya tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini semoga bisa membantu kita dalam proses belajar terutama pada
mata kuliah Pendidikan Agama Islam terkhususnya yang berhubungan dengan “Konsep
Ibadah dan Pembentukan Karakter Muslim”. Dimana makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu mata kuliah.

Penyusunan makalah ini disusun secara inshaallah sistematis dan berdasarkan metode
– metode yang tersedia, dengan tujuan agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga
inshaallah dapat menambah wawasan pemikiran para pembaca.

Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bila
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun kami selaku
penyusun harapkan dari para pembaca dan pemikir agar dapat dijadikan sebgai bahan
pertimbangan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga inshaallah dengan terbuatnya
makalah ini diharapkan bisa bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 30 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 4
C. TUJUAN ....................................................................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 6
D. PENGERTIAN KONSEP IBADAH .................................................................................................... 6
1. Konsep Ibadah......................................................................................................................... 6
2. Tujuan Ibadah ......................................................................................................................... 6
3. Pokok – Pokok yang Melengkapi Konsep Ibadah dalam Islam Aqidah ................................. 17
4. Hubungan antara Aqidah, Syariah dan Akhlak ......................................................................... 20
BAB III .................................................................................................................................................... 25
PENUTUP ............................................................................................................................................... 25
E. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 27
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang sempurna, kita sebagai manusia
tentunya hidup di dunia tidak sembarangan dalam mensyukuri nikmat yang telah
Allah SWT berikan kepada kita. Dimana dalam mensyukuri nikmat – Nya yaitu
dengan menjalankan semua perintah serta menjauhi larangan – larangan – Nya. Salah
satu cara mensyukuri nikmat – Nya yaitu dengan cara beribadah, dalam beribadah pun
kita tidak sembarang melakukan ibadah dalam konteks untuk mensyukuri nikmat
tersebut.

Suatu ibadah tentunya terdapat suatu konsep yang disebut sebagai konsep
ibadah. Apa makna konsep ibadah tersebut ? Konsep ibadah adalah suatu konteks
yang pasif yang bersifat sebagai aturan, konsep ibadah tersebut tentunya harus
dilakukan oleh kita sebagai seorang Muslim yang aktif dalam menjalankannya. Di
dalam konsep ibadah juga, terdapat pokok- pokok yang melengkapi konsep ibadah
tersebut. Konsep serta pokok – pokok dari ibadah tersebut yang akan kita bahas ini
inshaallah akan dibahas secara lengkap di dalam makalah yang kami susun.

Pokok – pokok yang melengkapi konsep ibadah tersebut, dapat membentuk


suatu karakter Muslim yang patuh terhadap aturan – aturan di dalam Islam. Dimana
dalam pengertian lain berarti jika seorang manusia menjalankan pokok – pokok dalam
ibadah Islam tersebut dengan baik, hal tersebut membuktikan bahwa seorang manusia
memang benar berakal. Karena jika seorang manusia melakukan sesuatu dengan
akalnya, tentunya hidup dari seorang manusia tersebut tertata (tidak kacau).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari konsep ibadah ?


2. Apa tujuan adanya suatu konsep ibadah ?
3. Bagaimana dengan pokok – pokok suatu ibadah yang melengakpi konsep ibadah ?
4. Hubungan antara Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq ?
5. Apa pengertian pembentukan karakter Muslim ?
6. Apa tujuan pembentukan karakter Muslim ?

C. TUJUAN

1. Memenuhi tugas dari Dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Mengetahui secara umum pengertian dari konsep – konsep ibadah dalam Islam
3. Mengetahui secara umum tentang pokok- pokok suatu ibadah dalam Islam
4. Mengetahui maksud serta tujuan dari pembentukan karakter Muslim
5. Mengetahui hikmah dan pembelajaran dari pembentukan karakter Muslim
BAB II

PEMBAHASAN

D. PENGERTIAN KONSEP IBADAH

1. Konsep Ibadah

Hidup manusia dibumi ini adalah hanya kehidupan perantara seorang manusia,
karena sebenarnya kehidupan yang nyata dari seorang manusia tersebut terdapat di
akhirat. Maka dari itu untuk terwujudnya kehidupan yang baik di akhirat, manusia
yang hrauslah berlomba – lomba mencari dan mengumpulkan pahala dan
mengharapkan ridla Allah SWT sebagai kewajibannya . Seperti yang ditunjukkan
oleh firman Allah SWT dibawah ini,

‫ون‬
ِ ‫س إِّل ِليَ ْعبد‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقت ا ْل ِجن َو‬
َ ‫اْل ْن‬

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah (menyembah) kepada Ku.” (Az – Zariyaat : 56)

Dalam mencrai dan mengumpulkan pahala tersebut salah satunya yaitu dengan
ibadah. Dalam ibadah tentunya tidak asal dalam menjalankannya, ibadah juga
mempunyai konsep yaitu konsep ibadah. Konsep ibadah adalah suatu konteks
yang pasif yang bersifat sebagai aturan, konsep ibadah tersebut tentunya harus
dilakukan oleh kita sebagai seorang Muslim yang aktif dalam menjalankannya .
Dalam konsep Islam terdapat pokok – pokok yang nantinya melengkapi konsep
Islam tersebut, serta secara pasti pokok – pokok tersebut menjadi landasan –
landasan dalam syari’at Islam.

2. Tujuan Ibadah

Secara bahasa (etimologi) yaitu menyembah atau menghamba. Secara istilah


(terminologi) yaitu penghambaan seorang manusia kepada Allah SWT dengan
maksud mensyukuri nikmat yang telah diberikan – Nya yang dilakukan
berdasarkan syari’at – syari’at yang telah ditetapkan oleh Islam. Adapun
pengertian ibadah yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah r.a

ِ َ‫ِي اسْم َجامع لكل َما ي ِحبه هللا ويرضاه من ْاْل َ ْق َوال واْلعمال ْالب‬
‫اطنَة َوالظاه َِرة‬ َ ‫ ْال ِعبَادَة ه‬.

“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup semua yang Allah cintai dan Allah
ridhai, baik ucapan atau perbuatan, yang lahir (tampak, bisa dilihat) maupun
yang batin (tidak tampak, tidak bisa dilihat).” (Al-‘Ubudiyyah, hal. 44)
Ibadah terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Ibadah mahdhah, yaitu ibadah yang murni. Ciri – ciri ibadah mahdhah :
 Amal dan ucapan yang termasuk kedalam jenis ibadah yang sejak
penetapan asalnya dari dalil syari’at.
 Dilakukan dalam rangka untuk meraih pahala akhirat
 Hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada jalan lainnya
termasuk melalui akal atau budaya.

Contohnya : Sahalat.

2. Ibadah Ghairu Mahdhah, yaitu ibadah yang tidak murni. Ciri – ciri ibadah
ghairu mahdhah :
 Ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut pada asalnya bukanlah
ibadah. Akan tetapi, berubah status menjadi ibadah karena melihat dan
menimbang niat pelakunya.
 Pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan atau
kebutuhan yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di akhirat.
 Amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun tidak ada
wahyu dari para Rasul.

Contohnya : Makan

Adapun bentuk – bentuk peribadatan di dalam Islam yaitu :

1. Shalat

Menurut Bahasa : Shalat berarti do’a


Menurut Istilah : Perbuatan khusus seorang muslim yang berisi bacaan-bacaan
dan gerakan-gerakan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam
dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Kewajiban seorang Muslim adalah salat
sesuai dengan firman Allah SWT, yaitu :

‫إِننِي أَنَا ّللا َّل إِ َٰلَهَ إِّل أَنَا فَاعْبدْنِي َوأَقِ ِم الص ََلة َ ِل ِذ ْك ِري‬

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku
dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha : 14)
Syarat Sah Shalat : Hal – hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan shalat,
sehingga shalat tersebut menjadi sah sesaui aturan syara’, adapun sayrat sah
dari shalat yaitu :

 Sudah masuk waktu shalat, sesuai dengan landasan Al – Qur’an dalam


QS. An – Nisaa ayat 103 :

‫اط َمأْنَ ْنت ْم فَأَقِيموا الص ََلة َ ۚ ِإن‬


ْ ‫ضيْتم الص ََلة َ فَاذْكروا ّللاَ قِيَا ًما َوقعودًا َو َعلَ َٰى جنو ِبك ْم ۚ َفإِذَا‬
َ َ‫فَإِذَا ق‬
‫َت َعلَى ْالمؤْ ِمنِينَ ِكتَابًا َم ْوقوتًا‬ ْ ‫الص ََلة َ كَان‬

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah


di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”(QS. An –
Nisaa : 103)

 Suci dari hadast besar dan kecil artinya hadast yang berhubungan
langsung dengan badan, seperti contohnya junub, haid, dan nifas.
Sesuai dengan landasan Al – Qur’an QS. Al – Maidah ayat 6 :

‫سحوا‬ َ ‫ق َوا ْم‬ ِ ِ‫يَا أَيُّ َها الذِينَ آ َ َمنوا إِذَا ق ْمت ْم إِ َلى الص ََلةِ َفا ْغسِلوا وجوهَك ْم َوأ َ ْي ِديَك ْم إِ َلى ْال َم َراف‬
‫سفَر أَ ْو َجا َء‬ َ ‫ضى أَ ْو َعلَى‬ َ ‫بِرءو ِسك ْم َوأ َ ْرجلَك ْم إِلَى ْال َك ْعبَي ِْن َوإِ ْن ك ْنت ْم جنبًا فَاطهروا َوإِ ْن ك ْنت ْم َم ْر‬
‫سحوا بِوجوهِك ْم‬ َ ‫ص ِعيدًا‬
َ ‫طيِبًا فَا ْم‬ َ ‫سا َء فَلَ ْم ت َِجدوا َما ًء فَت َ َيمموا‬ َ ِ‫أ َ َحد ِم ْنك ْم ِمنَ ْالغَائِ ِط أ َ ْو َّل َمسْتم الن‬
‫ط ِه َرك ْم َو ِليتِم نِ ْع َمت َه َعلَيْك ْم لَعَلك ْم‬ َ ‫َوأ َ ْيدِيك ْم ِم ْنه َما ي ِريد ّللا ِليَجْ عَ َل َعلَيْك ْم ِم ْن َح َرج َو َل ِك ْن ي ِريد ِلي‬
َ‫ت َ ْشكرون‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau
dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-
Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Maidah: 6)

 Suci dari najis artinya najis meliputi badan, pakaian, dan temapt untuk
shalat, sebagai landasan terdapat di dalam QS. Al Mudatsiir ayat 4 :

َ َ‫َوثِيَا َبكَ ف‬
‫ط ِه ْر‬
“ Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al- Mudatsiir : 4)

 Menutup aurat. Aurat adalah bagian – bagain yang harus ditutupi


menurut ketentuan syara’. Bagi laki – laki auratnya bagian tubuh
mulai dari antra pusar sampai dengan lutut, sedangkan bagi perempuan
aurat adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Sesuai
dengan landasan QS. Al – A’raf ayat 31 :

َ‫۞ يَا َبنِي آدَ َم خذوا ِزينَت َك ْم ِع ْندَ ك ِل َمس ِْجد َوكلوا َوا ْش َربوا َو َّل تس ِْرفوا ۚ ِإنه َّل ي ِحبُّ ْالمس ِْرفِين‬

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)


mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan.” (QS. Al – A’raf : 31)

 Menghadap kiblat, QS. Al – Baqarah ayat 149 sebagai landasan :

‫سا َءك ْم ۚ َوفِي‬ ِ ‫َو ِإ ْذ نَج ْينَاك ْم ِم ْن آ ِل فِ ْر َع ْونَ يَسومونَك ْم سو َء ْال َعذَا‬
َ ِ‫ب يذَ ِبحونَ أ َ ْبنَا َءك ْم َويَ ْستَحْ يونَ ن‬
‫َٰذَ ِلك ْم بَ ََلء ِم ْن َر ِبك ْم َع ِظيم‬

“Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan


pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang
seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki
dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang
demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.” (QS.
Al – Baqarah : 149)

Tata Cara : (Rukun dalam shalat)

 Membaca niat
 Takbiratul ihram, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yaitu,

ُّ ‫ِم ْفت َاح الصَلَةِ ال‬


‫طهور َوتَحْ ِريم َها الت ْك ِبير َوتَحْ ِليل َها الت ْس ِليم‬

“Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari


hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang
menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ”

(Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah ucapan takbir “Allahu


Akbar”. Ucapan takbir ini tidak bisa digantikan dengan ucapakan
selainnya walaupun semakna)
 Berdiri tegak bagi yang mampu, boleh sambil duduk atau berbaring
bagi yang sedang sakit, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yaitu,

‫ فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ْست َِط ْع فَ َعلَى َج ْنب‬، ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ْست َِط ْع فَقَا ِعدًا‬، ‫ص ِل قَا ِئ ًما‬
َ

“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah


dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah
dengan tidur menyamping.”
 Membaca surah Al-Fatihah pada tiap-tiap raka’at, sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW yaitu,

ِ ‫صَلَة َ ِل َم ْن لَ ْم َي ْق َرأْ ِبفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬


‫ب‬ َ َ‫ّل‬

“Tidak ada shalat (artinya tidak sah) orang yang tidak membaca Al
Fatihah.”
 Ruku’ dengan thuma’ninah, sesuai dengan perkataan Rasulullah SAW
yaitu,
‫ار َك ْع َحتى ت َْط َمئِن َرا ِك ًعا‬
ْ ‫ثم‬

“Kemudian ruku’lah dan thuma’ninahlah ketika ruku’.”


Thuma’ninah adalah keadaan tenang di mana setiap persendian juga
ikut tenang.
 I’tidah dengan thuma’ninah, sesuai dengan perkataan Rasulullah SAW
yaitu,
‫ارفَ ْع َحتى ت َ ْعت َ ِد َل قَائِ ًما‬
ْ ‫ثم‬

“Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal) dan thuma’ninalah.”


 Sujud dengan kali dan thuma’ninah

‫اجدًا‬
ِ ‫س‬َ ‫ثم اسْجدْ َحتى ت َْط َم ِئن‬

“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud.”


 Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah, sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW

‫اجدًا‬
ِ ‫س‬َ ‫ ثم اسْجدْ َحتى ت َْط َم ِئن‬، ‫سا‬
ً ‫ارفَ ْع َحتى ت َْط َم ِئن َجا ِل‬
ْ ‫ ثم‬، ‫اجدًا‬
ِ ‫س‬َ ‫ثم اسْجدْ َحتى ت َْط َم ِئن‬

“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah


dari sujud dan thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah
kembali dan thuma’ninalah ketika sujud.”
 Duduk tasyahud akhir dengan thuma’ninah, sesuai dengan sbda
Rasulullah SAW yaitu,

ِ‫… فَإِذَا قَ َعدَ أ َ َحدك ْم ِفى الصَلَ ِة فَ ْل َيق ِل الت ِحيات ِلِل‬
“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat,
maka ucapkanlah “at tahiyatu lillah …”.”
 Membaca tasyahud akhir
 Membaca shalawat Nabi pada tasyahud akhir, dalam dalilnya adalah
hadits Fudholah bin ‘Ubaid Al Anshoriy. Rasulullah SAW pernah
mendengar seseorang yang berdo’a dalam shalatnya tanpa menyanjung
Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
beliau mengatakan, “Begitu cepatnya ini.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan orang tadi,


lalu berkata padanya dan lainnya,

‫إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد هللا والثناء عليه ثم يصلي على النبي صلى هللا عليه وسلم ثم‬
‫يدعو بعد بما شاء‬

“Jika salah seorang di antara kalian hendak shalat, maka mulailah


dengan menyanjung dan memuji Allah, lalu bershalawatlah kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berdo’a setelah itu semau
kalian.”
 Salam, sesuai dengan dalil hadits yang telah disebutkan yaitu,

ُّ ‫ِم ْفت َاح الصَلَةِ ال‬


‫طهور َوتَحْ ِريم َها الت ْك ِبير َوتَحْ ِليل َها الت ْس ِليم‬

“Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir.


Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ”
 Tertib berarti berurutan dalam mengerjakan rukun-rukun shalat

2. Puasa

Menurut bahasa : Ash-Shaum (‫ )الص ْوم‬yang bermakna bermakna (‫ساك‬


َ ‫)اْل ْم‬,
ِ yang
artinya menahan. Atas dasar tersebut Al Imam Abu ‘Ubaid berkata dalam
kitabnya Gharibul Hadits memberi sedikit penjelasan dari pengertian puasa
yaitu :

َ ‫طعَام أ َ ْو‬
َ ‫سيْر فَه َو‬
‫صائِم‬ َ ‫ك ُّل م ْمسِك َع ْن َكَلَم أ َ ْو‬
“Semua orang yang menahan diri dari berbicara atau makan, atau berjalan
maka dia dinamakan Sha`im (orang yang sedang berpuasa).” [1]

Menurut Istilah : Menahan dari perkara-perkara yang membatalkan seperti


makan dan minum, berkata kotor dan keji, dan lain-lain. Puasa pada bulan
ramadhan dilaksanakan dalam rangka untuk menunanikan ibadah kita kepada
Allah SWT tanah merupakan salah satu rukun Islam. maka wajib hukumnya
melaksanakan puasa Ramadhan ini untuk menjadi muslim yang bertakwa.
Seperti firman Allah SWT dibawah ini,

( ‫ام إِلَى‬ ِ ‫َوكلوا َوا ْش َربوا َحتى َيت َ َبينَ لَكم ْال َخيْط ْاْل َ ْبيَض ِمنَ ْال َخي ِْط ْاْلَس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر ثم أَتِ ُّموا‬
َ َ‫الصي‬
١٨٧ :‫الل ْي ِل(البقرة‬

“Dan makan minumlah kalian hingga jelas bagi kalian benang putih dari
benang hitam, yaitu (cahaya) fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datangnya) malam.” (Al-Baqarah : 187)

Dan dibawah ini adalah landasan Al – Qur’an yang mewajibkan manusia


khususnya umat Muslim untuk berpuasa, menurut firman Allh SWT,

‫ب َعلَى الذِينَ ِم ْن قَ ْب ِلك ْم لَعَلك ْم تَتقون‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الذِينَ آ َ َمنوا ك ِت‬
ِ ‫ب َعلَيْكم‬
َ ‫الصيَام َك َما ك ِت‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (QS. Al-Baqarah, Ayat 183).

Syarat Sah Puasa : (Ada 2)

 Dalam keadaan suci dari haidh dan nifas. Syarat ini adalah syarat
termasuk kewajiban puasa dan sekaligus syarat sahnya puasa.

 Berniat. Niat merupakan syarat sah puasa karena puasa adalah ibadah
sedangkan ibadah tidaklah sah kecuali dengan niat sebagaimana ibadah
yang lain. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
‫ت‬ِ ‫إِن َما اْل َ ْع َمال بِالنِيا‬

“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.”

 Baligh
 Sehat

Tata Cara :
 Niat, adapun hadist sebagai landasannya yaitu,

“Barang siapa tidak berniat untuk berpuasa semenjak sebelum fajar


maka tidak ada puasa baginya (yakni puasanya tidak sah).”
[H.R. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Ummul Mukminin
Hafshah radhiyallahu ‘anha. Hadits Shahih].

Dibawah ini adalah do’a dari niat puasa yaitu,

‫الى‬
َ ‫ضانَ هـ َ ِذ ِه السـنـ َ ِة ِللـ ِه تـَ َع‬
َ َ ‫ض شـ َ ْه ِر َرمـ‬
ِ ‫اء فـ َ ْر‬ ْ ‫ص ْو َم غـَد َع‬
ِ َ‫ـن ا َد‬ َ ‫نـ َ َويْت‬

“Saya niat puasa besok, untuk menunaikan kewajiban berpuasa pada


bulan ramadhan tahun ini, karena Allah Ta’aalaa”

 Makan sahur, yang dimana hukumnya sunnah. Dibawah hadist yang


menjadi landasannya, menurut HR. Ahmad dan Hadist Hasan,

‫ع أ َ َحدك ْم ج ْر َعةً ِم ْن َماء‬


َ ‫السحور أ َ ْكله بَ َركَة فَ ََل تَدَعوه َولَ ْو أ َ ْن يَجْ َر‬

“Makan sahur adalah berkah maka janganlah kalian


meninggalkannya meskipun salah seorang di antara kalian hanya
minum seteguk air.” (HR. Ahmad, Hadits Hasan)

 Menahan diri dari pembatal puasa sejak terbit fajar sampai tenggelam
matahari, sesuai dengan firman Allah dibawah ini,

‫سائِك ْم ۚ هن ِلبَاس لَك ْم َوأَ ْنت ْم ِلبَاس َلهن ۗ َع ِل َم ّللا أَنك ْم ك ْنت ْم‬ َ ِ‫الصيَ ِام الرفَث ِإلَ َٰى ن‬ ِ َ‫أ ِحل لَك ْم لَ ْيلَة‬
‫َب ّللا َلك ْم ۚ َو ُكلُوا‬ َ ‫َاب َعلَيْك ْم َو َعفَا َع ْنك ْم ۖ فَ ْاْلنَ بَا ِشروهن َوا ْبت َغوا َما َكت‬ َ ‫ت َْخت َانونَ أ َ ْنف َسك ْم فَت‬
ِ ‫س َو ِد ِمنَ ا ْل َفجْ ِر ۖ ث ُ َّم أَتِ ُّموا‬
‫الصيَا َم إِلَى‬ ْ َ ‫ض ِمنَ ا ْل َخي ِْط ْاْل‬ ُ َ‫ط ْاْل َ ْبي‬ُ ‫َواش َْربُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ا ْل َخ ْي‬
َٰ
‫اج ِد ۗ تِلكَ حدود ّللاِ فَ ََل تَ ْق َربوهَا ۗ َكذَلِكَ يبَيِن ّللا‬ ْ ِ ‫س‬ ْ
َ ‫اللَّ ْي ِل ۚ َو َّل تبَا ِشروهن َوأَ ْنت ْم َعا ِكفونَ فِي ال َم‬
َ‫اس لَعَله ْم يَتقون‬ ِ ‫آيَاتِ ِه ِللن‬

“Dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan puasa bercampur


dengan istri-istri kalian. Mereka adalah pakaian bagi kalian, dan
kalian pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwasanya kalian tidak dapat menahan keinginan kalian terhadap
istri kalian, karena itu Allah mengampuni kalian dan memberi maaf
kepada kalian. Maka sekarang campurilah mereka dan harapkanlah
apa yang telah ditetapkan Allah untuk kalian, dan makan minumlah
hingga terang bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,
(tetapi) janganlah kalian campuri mereka itu, sedang kalian beriktikaf
dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kalian
mendekatinya.” (QS. Al – Baqarah :187)

 Berbuka, menandakan bahwa selesai nya kegiatan puasa dalam satu


hari dari waktu sahur hingga terbenamnya matahari. Landasan adanya
berbuka yaitu sebagai berikut :

َ ‫ت الش ْمس فَقَدْ أَ ْف‬


‫ط َر الصائِم‬ ِ َ‫ِإذَا أ َ ْقبَ َل الليْل َوأَدْبَ َر الن َهار َوغَاب‬

“Apabila malam telah datang, dan siang telah pergi, serta matahari
telah terbenam, maka sungguh orang yang berpuasa telah berbuka.”
(Muttafaqun ‘alaihi)

Dibawah ini adalah do’a dari berbuka puasa yaitu,

َ ‫اَللهم لَكَ ص ْمت َوبِكَ آ َم ْنت َو َعلَى ِر ْزقِكَ أ َ ْف‬


َ‫ط ْرت بِ َرحْ َمتِكَ يَا ا َ ْر َح َم الر ِح ِميْن‬

“Ya Allah untuk – Mu aku berpuasa, dan kepada – Mu aku beriman,


dan dengan rezeki – Mu aku berbuka. Dengan rahmat – Mu wahai
yang Maha Pengasih dan Penyayang”

3. Zakat

Menurut Bahasa : Bentuk mashdar yang berasal dari kata zakaa – yazkuu –
zakaa’an yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuai yang
disebutkan di dalam Tajul Asrusy min Jawahiril Qamus:

“Hakikat zakat adalah bertambah, juga dikatakan zakaa – azzar’u (tumbuh,


suci, subur, baik, dan keberkahan.”

Menurut Istilah : Hak yang berupa harta (tertentu) yang wajib ditunaikan
untuk diberikan kepada kelompok tertentu dan dalam waktu tertentu , sesuai
dengan HR. Tirmidzi,

Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda :


“Tidak ada kewajiban zakat kecuali dari kalangan orang kaya.” (HR.
Tirmidzi)

Dan sesuai dengan QS. At – Taubah ayat 9 :

َ ‫سكَن لَه ْم ۗ َوّللا‬


‫س ِميع َع ِليم‬ َ ‫ص ِل َعلَ ْي ِه ْم ۖ ِإن‬
َ َ‫ص ََلتَك‬ َ ‫صدَقَةً ت‬
َ ‫ط ِهره ْم َوتزَ ِكي ِه ْم ِب َها َو‬ َ ‫خذْ ِم ْن أَ ْم َوا ِل ِه ْم‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At – Taubah : 9)

Adapun 8 asnaf (golongan) yang termasuk kedalam golongan yang menrima


zakat, sesuai dengan QS at – Taubah ayat 60, yaitu

‫َار ِمينَ َو ِفي‬ِ ‫ب َو ْالغ‬ ِ ‫املِينَ َعلَ ْي َها َو ْالم َؤلفَ ِة قلوبه ْم َوفِي‬
ِ ‫الرقَا‬ ِ ‫ين َو ْال َع‬ َ ‫اء َو ْال َم‬
ِ ‫سا ِك‬ ِ ‫۞ ِإن َما الصدَقَات ِل ْلفقَ َر‬
‫ضةً ِمنَ ّللاِ ۗ َوّللا َع ِليم َح ِكيم‬
َ ‫س ِبي ِل ّللاِ َواب ِْن الس ِبي ِل ۖ فَ ِري‬
َ

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-


orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS. At – Taubah : 60)

Syarat sah Zakat :

 Islam, hadist yang akan terbahas di bawah ini mengemukakan


(dijadikan sebagai landasan) kewajiban zakat, yaitu setelah mereka
menerima dua kalimat syahadat dan kewajiban shalat, hal tersebut
menunjukkan bahwa orang yang bukan beragama Islam
(belummenerima Islam) tidak berkewajiban mengeluarkan zakat.
Hadist nya yaitu sebagai berikut yang diriwayatkan oleh diriwayatkan
oleh Al Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas,

‫ستَأْتِي قَ ْو ًما أ َ ْه َل‬َ َ‫ث ِمعَاذَ بْنَ َجبَل إِلَى ْاليَ َم ِن َقا َل إِنك‬ َ َ‫سل َم ِحينَ بَع‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ‫صلى ّللا‬َ ِ‫إِن َرسو َل ّللا‬
َ َ َ َ َ َ َ
‫ِكت َاب فَإِذَا ِجئْتَه ْم فَادْعه ْم إِلى أ ْن يَش َهدوا أ ْن ّل إِلهَ إِّل ّللا َوأن م َحمدًا َرسول ّللاِ فَإ ِ ْن ه ْم أطاعوا‬
َ ْ
َ‫طاعوا لَك‬ َ َ‫صلَ َوات فِي ك ِل يَ ْوم َولَ ْيلَة فَإ ِ ْن ه ْم أ‬ َ ‫س‬ َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم خ َْم‬ َ ‫لَكَ بِذَلِكَ فَأ َ ْخبِ ْره ْم أَن ّللاَ قَدْ فَ َر‬
‫صدَقَةً تؤْ خَذ ِم ْن أ َ ْغنِيَائِ ِه ْم فَت َردُّ َعلَى فقَ َرائِ ِه ْم فَإ ِ ْن ه ْم‬ َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫بِذَلِكَ فَأ َ ْخبِ ْره ْم أَن ّللاَ قَدْ فَ َر‬
‫ْس بَ ْينَه َوبَيْنَ ّللاِ ِح َجاب‬ َ ‫وم فَإِنه لَي‬ ْ ‫ق دَع َْوة َ ْال َم‬
ِ ‫ظل‬ ِ ‫طاعوا لَكَ بِذَلِكَ فَإِياكَ َوك ََرائِ َم أ َ ْم َوا ِل ِه ْم َوات‬ َ َ‫أ‬

“Sesungguhnya ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman, (beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam) berkata, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum
dari Ahli Kitab. Karena itu, jika engkau menjumpai mereka, serulah
mereka kepada syahadat, tidak ada yang berhak disembah dengan haq,
kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka
mentaati engkau dalam hal itu, maka ajarilah mereka, bahwa Allah
telah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam sehari-
semalam. Jika mereka telah mentaatimu dalam hal tersebut, maka
ajarilah mereka, bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shadaqah
atas harta mereka, yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan
dibagi-bagikan kepada para faqir miskin dari mereka. Jika mereka
telah mentaatimu dalam hal tersebut, maka berhati-hatilah terhadap
harta-harta kesayangan mereka dan bertaqwalah dari doa-doa orang
yang dizhalimi, karena tidak ada penghalang darinya dengan Allah”.

 Merdeka, tidak diwajibkan bagi mereka budak sahaya (tidak merdeka)


atas harta yang dimilikinya, disebabkan kepemilikinnya tidak
sempurna.
 Berakal dan baligh.
 Memiliki Nishab, nishab berarti ukuran atau batas terendah yang telah
ditetapkan oleh syar’i (agama) untuk menjadi pedoman menentukan
batas kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya, jika telah
sampai pada ukuran tersebut.
4. Haji

Menurut Bahasa : Menyengaja suatu perbuatan

Menurut Istilah : Menyengaja untuk berkunjung ke Baitullah dalam rangka


melaksanakan sebuah ibadah yang sudah ditentukan segala sesuatunya serta
untuk mencari ridha Allah . Kewajiban seorang Muslim melaksanakan haji
bagi yang mampu sesuai yang tertera di dalam QS. Ali – Imran ayat 97 , yaitu

ً ‫س ِب‬
ۚ ‫يَل‬ َ ‫ع ِإ َل ْي ِه‬
َ ‫طا‬ ِ ‫اس ِح ُّج ْالبَ ْي‬
َ َ‫ت َم ِن ا ْست‬ ِ ‫ِيم ۖ َو َم ْن دَ َخلَه َكانَ ِآمنًا ۗ َو ِلِلِ َعلَى الن‬
َ ‫فِي ِه آيَات بَ ِينَات َمقَام ِإب َْراه‬
‫َو َم ْن َكفَ َر فَإِن ّللاَ َغنِي َع ِن ْال َعالَ ِمين‬

“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;


barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali – Imran : 97)

Adapun syarat sah ibadah haji, yaitu :


 Islam
 Berakal
 Miqot zamani, artinya haji dilakukan di waktu tertentu (pada bulan-
bulan haji), tidak di waktu lainnya. ‘Abullah bin ‘Umar, mayoritas
sahabat dan ulama sesudahnya berkata bahwa waktu tersebut adalah
bulan Syawwal, Dzulqo’dah, dan sepuluh hari (pertama) dari bulan
Dzulhijjah.
 Miqot makani, artinya haji (penunaian rukun dan wajib haji) dilakukan
di tempat tertentu yang telah ditetapkan, tidak sah bila dilakukan
tempat lainnya.
Tata Cara : ( Rukun Ibadah Haji )

 Ihram, yaitu berniat untuk haji. Sebagaimana dalam shalat niat itu
diwajibkan, begitupun niat dalam haji maupun umrah. Perlu
diperhatikan pula terkait tempat dan waktu miqat yang akan berkaitan
erat dengan wajib haji. Selanjutnya, dianjurkan untuk mandi, memakai
wewangian, shalat dua rakaat, dan mengenakan pakaian ihram untuk
laki-laki.
 Wuquf di Bukit Arafah, yang waktunya terentang mulai dari waktu
zhuhur tanggal 9 Dzulhijjah sampai subuh tanggal 10 Dzulhijjah.
Jamaah bisa mengambil waktu siang sampai setelah maghrib, ataupun
malam harinya sampai jelang subuh.
 Thawaf Ifadhah. Setelah wukuf di Arafah, jamaah haji menuju
Masjidil Haram, mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Putaran ini
dimulai dari sekiranya arah dari Hajar Aswad, dan Ka’bah berada di
sisi kiri badan jamaah haji. Gampangnya, orang berhaji berputar
melawan arah jarum jam.
 Sa’i dari bukit Shafa dan Marwah, dimulai dari bukit Shafa, kemudian
berjalan sampai tujuh kali perjalanan hingga berakhir di bukit Marwah.
 Tahallul, yaitu mencukur rambut kepala setelah seluruh rangkaian haji
selesai. Waktunya sekurang-kurangnya adalah setelah lewat tanggal 10
Dzulhijjah.

Kelima rukun diatas yaitu menurut Mazhab Syafi’i, yakni madzhab


yang banyak dianut masyarakat Muslim Indonesia, sebagaimana
disebutkan dalam Fathul Qaribil Mujib juga kitab fikih Mazhab Syafi’i
lain.

3. Pokok – Pokok yang Melengkapi Konsep Ibadah dalam Islam Aqidah

Kata akidah atau i’tiqod secara bahasa berasal dari kata al ‘aqdu yang
artinya berputar sekitar makna kokoh, kuat, dan erat. Sedangkan secara istilah,
akidah adalah keyakinan yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada keraguan, dalam
istilah Islam juga aqidah diartikan sebagai iman di dalam Islam. Jika
keyakinan tersebut sesuai dengan realitas yang ada maka akidah tersebut benar,
namun jika tidak sesuai maka akidah tersebut bathil.
Aqidah atau sistem keyakinan dalam islam (Iman) dibangun atas dasar
keyakinan atau yang biasa disebut oleh kita rukun iman. Kata Iman secara
bahasa (etimologis) berarti percaya atau membenarkan dengan hati.
Sedangkan menurut istilah (terminologis) iman berarti membenarkan dengan
hati, mengucapkan dengan lidah, dan melakukannya dengan anggota badan
secara aktif.
Iman tidak hanya berpusat atau bertumpu pada ucapan lidah kita
semata. Jika iman hanya bertumpu atau didasarkan pada ucapan lidah semata,
berarti hal tersebut merupakan iman yang kurang sempurna (setengah –
setengah) atau bisa kita samakan dengan makna imannya seseorang yang
munafik. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT di QS. Al – Baqarah
ayat 8 – 9 yaitu sebagai berikut :

‫اس َم ْن يَقول آ َمنا بِالِلِ َوبِ ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر َو َما ه ْم بِمؤْ ِمنِينيخَادِعونَ ّللاَ َوالذِينَ آ َمنوا َو َما يَ ْخدَعونَ ِإّل‬
ِ ‫َو ِمنَ الن‬
َ‫سه ْم َو َما يَ ْشعرون‬ َ
َ ‫أ ْنف‬

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan
Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. (8). Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak
sadar.(9)”(QS. Al – Baqarah : 8 – 9)

Iman juga tidak hanya diwujudkan atau dilakukan dengan keyakinan


hati kita saja, hal ini sesuai dengan firman Allh SWT yaitu terdapat di dalam
QS. An – Naml ayat 14 berikut ini,

َ‫ْف َكانَ َعاقِبَة ْالم ْف ِسدِين‬


َ ‫َو َج َحدوا بِ َها َوا ْست َ ْيقَ َنتْ َها أ َ ْنفسه ْم ظ ْل ًما َوعل ًّوا ۚ فَا ْنظ ْر َكي‬

“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka)


padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa
kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.” (QS. An – Naml : 14)

Serta iman juga tidak dapat diwujudkan atau dilakukan dalam


perbuatan semata. Jika hal tersebut saja yang hanya ingin ditekuni atau
ditonjolkan, maka tidak ada perbedaannya seperti perbuatan orang munafik,
hal ini sesuai dengan QS. An – Nisa ayat 142 yaitu sebagai berikut,

َ ‫ِإن ْالمنَا ِفقِينَ يخَادِعونَ ّللاَ َوه َو خَ ادِعه ْم َو ِإذَا قَاموا ِإلَى الص ََل ِة قَاموا ك‬
َ ‫سالَ َٰى ي َراءونَ الن‬
‫اس َو َّل‬
ً ‫َيذْكرونَ ّللاَ ِإّل قَ ِل‬
‫يَل‬

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan


membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS.
An – Nisaa : 142)

Untuk mengembangkan pokok – pokok yang melengkapi konsep


ibadah ini, para ulama dalam berijtihad (berjuang di ajaln Allah SWT)
menyusun suatu ilmu, yang disebut dengan ilmu tauhid. Para ulama
menamainya juga dengan ilmu Kalam, Ushuluddin, atau Teologi Islam.
Syari’ah

Secara bahasa (etimologis) syariah berarti jalan ke sumber air atau


jalan yang harus diikuti, tentunya jalan dalam konteks yang positif . Orang –
orang yang tinggal di daerah Timur Tengah atau lebih tepatnya Saudia Arabia
menerapkan istilah syari’ah pada jalan setapak menuju palung air yang bersifat
tetap dan telah diberi tanda yang jelas serta terlihat nyata. (Ahmad Hasan,
1984: 7)

Secara istilah (terminologis) berarti semua peraturan agama yang di


tetapkan oleh Allah SWT untuk kaum Muslim yang hidup di bumi (dunia)
baik yang ditetapkan dengan Al – Qur’an maupun sunnah Rasul (Muhammad
Yusuf Musa, 1988: 131).

Dari uraian yang telah dijelasakn diatas dapat dipahami bahwa kajian
syari’ah bertumpu pada masalah aturan Allah SWT dan Rasululluah SAW
atau dalam masalah hukum. Aturan hukum yang mengatur ibadah manusia,
misalnya hablun minallah (Hubungan manusia dengan Alllah SWT) ataupun
hablun minannaas (Hubungan manusia dengan deng manusia), kedua
hubungan inilah yang merupakan ruang lingkup dari syari’ah Islam, yaitu :

1. Ibadah, yaitu salah satu cara yang bisa mengatur hubungan manusia
dengan Allah SWT. Contohnya yaitu rukun Islam.
2. Muamalah, yaitu suatu aktivitas yang bisa dilakukan manusia dalam
berhubungan dengan sesamanya.Contohnya seperti perkawinan
(munakahat), pembagian warisan (mawaris), pidana (jinayat), politik
(khilafah), hubungan internasional (siyar), dan peradilan (murafa’at).

Untuk lebih memperdalam kajian dalam syari’ah ini, para ulama


mengembangkan suatu ilmu yang kemudian dikenal dengan ilmu fikih (Fikih
Islam), ilmu ini mengkaji tentang konsep – konsep syari’ah yang termuat di
dalam Al – Qur’an dan Sunnah, tentunya dilalui dengan jalan ijtihad. Jika
Aqidah merupakan konsep kajian terhadap iman, tentu berbeda dengan konsep
syari’ah. Konsep syari’ah merupakan konsep kajian terhadap Islam.

Akhlak

‘ Secara etimologis (bahasa) kata akhlak berasala dari kata al – akhlaq


yang merupakan bentuk jamak dari kat khuluq yang memiliki makna budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at (Hamzah Ya’qub, 1988: 11).
Sinonim atau persamaan makna dari kata akhlak ini adalah etika, moral, dan
karakter. Secara terminologis (istilah), akhalak bermakna keadaan gerak jiwa
yang mendorong ke arah yang melakukan suatu perbuatan aktif dengan tidak
menghajatkan fikiran (Ibnu Maskawaih).
Dari pengertian yang telah dibahas di atas, jelas bahwa kajian akhlak
adalah tingkah laku manusia, atau lebih tepatnya nilai dari tingkah laku
tersebut, yang mungkin bisa bernilai baik maupun bernilai buruk. Yang dinilai
atau dilihat di dalam konteks akhlak ini adalah tingkah laku manusia dalam
berhubungan demngan Allah SWT, seperti melakukan ibadah, berhubungan
antar sesama (muamalah). Secara singkat terdapat dua akhlak yaitu akhlaq
terhadap Khaliq (Allah sebagai Sang Pencipta) dan Akhlaq kepada makhluq
(Ciptaan Allah SWT).

Akhlak merupakan konsep kajian terhadap ihsan. Ihsan adalah ajaran


tentang penghayatan akan hadirnya Allah SWT dalam hidup, kita yakin bahwa
ada Sang Pencipta yang telah menciptakan kita. Melalui penghayatan diri yang
sedang menghadap dan berada di depan Allah SWT ketika kita melaksanakan
ibadah kepada – Nya .

4. Hubungan antara Aqidah, Syariah dan Akhlak

Aqidah, syariah, dan akhlak mempunyai hubungan yang sangat erat,


bahkan merupakan satu kesatuan yang tidak dapt dipisah-pisahkan. Meskipun
demikian, ketiganya dapat dibedakan satu sama lain. Aqidah sebagai konsep
atau sistem keyakinan yang bermuatan elemen-elemen dasar iman,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Syariah sebagai
konsep atau sistem hukum berisi peraturan yang menggambarkan fungsi
agama. Sedangkan akhlak sebagai sistem nilai etika menggambarkan arah dan
tujuan yang hendak dicapai oleh agama. Oleh karena itu, ketiga kerangka
dasar tersebut harus terintegrasi dalam diri seorang Muslim. Integrasi ketiga
komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah pohon, akarnya adalah
aqidah, sementara batang, dahan, dan daunya adalah syariah, sedangkan
buahnya adalah akhlak.

Muslim yang baik adalah orang yang memiliki aqidah yang lurus dan
kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan syariah yang hanya
ditujukan kepada Allah sehingga tergambar akhlak yang mulia dalam
dirinya. Atas dasar hubungan ini pula maka seorang yang melakukan
suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau iman,
maka ia termasuk ke dalam kategori kafir. Seorang yang mengaku
beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka ia disebut orang
fasik. Sedangkan orang yang mengaku beriman dan melaksanakan
syariah tetapi tidak dilandasi aqidah atau iman yang lurus disebut
orang munafik. Demikianlah, ketiga konsep atau kerangka dasar Islam
ini memiliki hubungan yang begitu erat dan tidak dapat dipisahkan. Al-
Quran selalu menyebutkan ketiganya dalam waktu yang bersamaan.
Ketiga kerangka dasar ajaran Islam tersebut dalam al-Quran disebut
iman dan amal shalih. Iman menunjukkan konsep aqidah, sedangkan amal
shalih menunjukkan adanya konsep syariah dan akhlak.

5. Pengertian Pembentukan Karakter Muslim

Pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang mengarah


kepada pembentukan akhlak atau kepribadian. Pengertian pendidikan seperti
disebutkan di atas mengacu kepada suatu sistem yaitu “sistem pendidikan
Islam” (Ramayulis, 1994: 4). Pendidikan dalam pengertian secara umum dapat
diartikan sebagai proses transisi pengetahuan dari satu orang kepada orang
lainnya atau dari satu generasi ke generasi lainnya. Semua itu dapat
berlangsung seumur hidup, selama manusia masih berada bi muka bumi ini.
Adapun definisi karakter, secara etimologis kata “karakter” (Inggris, character)
tersebut berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charasein yang berarti “to
engrave”. Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis,
memahatkan, atau menggoreskan (Marzuki, t.th: 4). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI, 2012), kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lain dan watak. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2008:682)
sebagaimana dikutip Marzuki (t.th: 4), karakter juga bisa berarti huruf, angka,
ruang, simbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.
Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, atau berwatak. Dengan demikian karakter juga dapat diartikan
sebagai kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik,
atau sifat khas dalam diri seseorang. Karakter bisa terbentuk melalui
lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil ataupun bawaan
dari lahir. Ada yang berpendapat baik dan buruknya karakter manusia
memanglah bawaan dari lahir. Jika jiwa bawaannya baik, maka manusia itu
akan berkarakter baik. Tetapi pendapat itu bisa saja salah. Jika pendapat itu
benar, maka pendidikan karakter tidak ada gunanya, karena tidak akan
mungkin merubah karakter orang. Nilai-nilai yang terkandung dalam
pendidikan berkarakter yang dirumuskan oleh Kemendiknas (2010)
sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Kosim (t. th:89-90) meliputi
delapan belas nilai sebagaimana berikut:

1) Religius, yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur, yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya


sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3) Toleransi, yakni sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4) Disiplin, yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras, yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
berbegai ketentuan dan peraturan.

6) Kreatif, yakni berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara


atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis, yakni cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9) Rasa ingin tahu, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan di dengar.

10) Semangat kebangsaan, yakni cara berpikir, bertindak, dan berwawasan


yang menempatkan kepentingan bamgsa lain negara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya.

11) Cinta tanah air, yakni cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan bernegara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.

12) Menghargai prestasi, yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain.

13) Bersahabat/ komunikatif, yakni sikap dan tindakan yang mendorong


dirinya untuk menghasilakn sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

14) Cinta damai, yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.

15) Gemar membaca, yakni kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca


berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.

17) Peduli sosial, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya , yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa.

Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa karakter identik dengan akhlak,


moral, dan etika. Maka dalam persfektif Islam, karakter atau akhlak mulia
merupakan suatu hasil dari proses penerapan syariat (ibadah dan muamalah)
yang dilandasi oleh kondisi akidah yang kokoh dan bersandar pada alQur’an
dan al-Sunah (Hadits).

6. Tujuan Pembentukan Karakter Islam

Membicarakan tujuan pendidikan umum itu penting. Tujuan umum itu


tetap menjadi arah dari pendidikan Islam. Untuk keperluan pelaksanaan
pendidikan, tujuan itu harus dirinci menjadi tujuan umum yang sudah pernah
dilakukan oleh para ahli pendidikan Islam, Al-Syaibani misalnya,
menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi:

1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa


pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuankemampuan
yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.

2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku


masyarakat, tingkah laku individu dalam bermasyarakat, perubahan kehidupan
masyarakat, dan memperkaya pengalaman masyarakat.

3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran


sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyrakat
(Tafsir, 1992:46).

Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat; ketiga,


penguasaan ilmu; dan keempat keterampilan bekerja dalam masyarakat. Al-
Aynayni (1980:153-217) membagi tujuan pendidikan Islam menjadi tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum ialah beribadah kepada Allah,
maksudnya membentuk manusia yang beribadah kepada Allah SWT.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa tujuan umum ini sifatnya tetap, berlaku di
segala tempat, waktu dan keadaan. Tujuan khusus pendidikan Islam ditetapkan
berdasarkan keadaan tempat dengan mempertimbangkan keadaan geografi,
ekonomi, dan lain-lain yang ada di tempat itu. Selanjutnya ia membagi aspek-
aspek pembinaan dalam pendidikan Islam. Aspek-aspek pembinaan dalam
pendidikan Islam menurutnya adalah: (1) aspek jasmani; (2) aspek akal ; (3)
aspek akidah; (4) aspek akhlak; (5) aspek kejiwaan; (6) aspek keindahan; dan
(7) aspek kebudayaan (Tafsir, 1992:46) Tatkala membicarakan ciri muslim
sempurna, kita telah sampai pada kesimpulan bahwa muslim sempurna
menurut Islam ialah; pertama, jasmaninya sehat serta kuat; kedua, akalnya
cerdas dan pandai; ketiga, hatinya takwa kepada Allah SWT. Jasmani yang
sehat dan kuat memiliki ciri sebagai berikut: sehat, kuat, dan berketerampilan.
Adapun kecerdasan dan kepandaian cirinya adalah: pertama, mampu
menyelesaikan masalah secara cepat dan tepat; kedua, mampu menyelesaikan
masalah secara ilmiah dan filosofis; ketiga, memiliki dan mengembangkan
sains; dan keempat, memiliki dan mengembangkan filsafat. Sementara hati
yang takwa kepada Allah memiliki ciri sebagai berikut: pertama,
melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh
sukarela; dan kedua, hati yang memiliki kemampuan untuk selalu ingat dan
berhubungan dengan Allah SWT dalam setiap waktu dan kesempatan. Dari
penjelasan tersebut kita dapat menegaskan bahwa: pertama, tujuan umum
pendidikan Islam ialah membentuk pribadi muslim yang sempurna atau
manusia yang takwa, atau manusia beriman, atau manusia yang senantiasa
beribadah kepada Allah ; kedua, muslim yang sempurna ituialah muslim yang
memiliki sembilan karakter dengan rincian tiga ciri muslim sempurna, empat
ciri pribadi yang cerdas dan pandai serta dua ciri pribadi yang takwa. (Tafsir,
1992: 40-51).
BAB III

PENUTUP

E. KESIMPULAN

1. Sebagai generasi muda Islam yang masih memiliki waktu yang


panjang, hendaknya para mahasiswa Muslim menyadari hal tersebut, sehingga
termotivasi untuk mendalami ajaran Islam yang utuh dan bisa mengamalkan
ajaran-ajaran Islam dengan baik dan benar. Dengan bekal ajaran Islam yang
cukup, diharapkan aktivitas yang dilakukan, terutama aktivitas ibadah,
menjadi berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkannya di hadapan Allah
Swt. Untuk menghasilkan akhlak atau karakter mulia – yang merupakan
citacita setiap Muslim, juga salah satu tujuan pendidikan nasional Indonesia –
dalam konsep Islam harus dimulai dari membangun fondasi yang kuat, yakni
mendasari dengan akidah atau iman yang kokoh. Dengan iman yang kokoh
pasti akan tumbuh semangat yang tinggi untuk melaksanakan seluruh aturan
Allah baik yang 84 Kerangka Dasar Ajaran Islam ada dalam al-Quran maupun
Sunnah, baik yang terkait dengan ibadah maupun muamalah, dengan baik dan
penuh keikhlasan semata-mata karena Allah, tanpa ada tendensi lainnya. Jika
semua aturan Allah ditaati dan dilaksanakan pastilah akan terwujud akhlak
atau karakter mulia pada diri seseorang. Karena itu, pemahaman yang benar
akan konsep dasar Islam menjadi sangat penting untuk membangun komitmen
moral untuk melaksanakan seluruh ajaran Islam.

2. Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan


karakter. Arti dari pendidikan karakter menurut Islam adalah usaha sadar yang
dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian
peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa
berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan,
pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Qur’an dan al-
Sunnah. Pembentuk kepribadian dalam pendidikan Islam meliputi sikap, sifat,
reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara relatif menetap pada
diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni pembahasan
mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan kesadaran beragama , dan tipe
orang-orang beriman. Melihat kondisi dunia pendidikan di indonesia sekarang,
pendiidkan yang dihasilkan belum mampu melahirkan pribadipribadi muslim
yang mandiri dan dan berkepribadian Islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi
yang berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk
itu membentuk kepribadian dalam pendidikan Islam harus direalisasikan
sesuai al-Qur;an dan al-Sunnah Nabi sebagai identitsa kemuslimannya, dan
mampu mengejar ketinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu
mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendiidkan
Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan
karena saling berkaitan
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/HP/Downloads/Documents/Dr.+Marzuki,+M.Ag_.++Buku+P
AI+UNY+-+BAB+5.+Kerangka+Dasar+Ajaran+Islam.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/69180-ID-pendidikan-karakter-
dalam-perspektif-isl.pdf

Anda mungkin juga menyukai