Anda di halaman 1dari 2

1.

Struktur, Fungsi, Anabolisme dan Katabolisme dari Protein


A. A. Struktur
Diliht dari tingkat organisasi struktur, protein dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelas dengan
urutan kerumitan yang berkurang. Kelas-kelas itu adalah :
1. Struktur primer. Ini adalah hanya urutan asam amino di dalam rantai protein. Dtruktur primer
protein diselenggarakan oleh ikatan-ikatan (peptida) yang kovalen.
2. Struktur sekunder. Hal ini merujuk ke banyaknya struktur helix-aa atau lembaran berlipatan-B
setempat yang berhubungan dengan struktur protein secara keseluruhan. Struktur sekunder
protein diselenggarakan oleh ikatan-ikkatan hidrogen antara oksigen karbonil dan nitrogen
amida dari rantai polipeptida.
3. Struktur tersier. Hal ini menunjuk ke cara rantai protein ke dalam protein berbentuk bulat
dilekukkan dan dilipat untuk membentuk struktur tiga-dimensional secara menyeluruh dari
molekul protein. Struktur tersier diselenggarakan oleh onteraksi antara gugus-fufus R dalam
asam amino.
4. Struktur kuartener. Banyak protein ada sebagai oligomer, atau molekul-molekul besar
terbentuk dari pengumpulan khas dari subsatuan yang identik atau berlainan yang dikenal
dengan protomer (Poedjiadi, 2005).
5. B. Fungsi
A. Membentuk jaringan/ bagian tubuh lain
B. Pertumbuhan (bayi, anak, pubertas)
C. Pemeliharaan (dewasa)
D. Membentuk sel darah
E. Membentuk hormon, enzym, antibody,dll
F. Memberi tenaga (protein sparing efek)
G. Pengaturan (enzim, hormone) (Anonim, 2009 (b))
H. C. Anabolisme
Proses anabolisme atau sintesis protein secara garis besar dibagi dalam tiga tahap yaitu, tahap
pemrakarsaan (initiation), tahan pemanjangan (elongation), dan tahap penghentian (termination).
1. 1. Tahap Initiation
Tahap ini merupakan tahap interaksi antara ribosom subunit besar dan subunit kecil. Inisiator
aminosil tRNA hanya dapat berikatan dengan kodon AUG yang disebut juga kodon pemrakarsa,
karena AUG adalah kode untuk asam amino metionin. Metionin ini akan digandeng oleh inisiator
aminoasil tRNA, shingga tRNA ini sering disebut dengan Met-tRNA. Tahap inisiasi diawai
dengan pemisahan ribosom sub unit besar dengan ribosom sub unit kecil.
b.Langkah kedua adalah Met-tRNA berinteraksi dengan GTP.
c. Langkah ketiga kombinasi Met-tRNA dan GTP akan bergabung dengan ribosom su-unit kecil.
Dan ini akan mengakibatkan langkah selanjutnya.
d. Pada langkah keempat ribosom subunit kecil akan siap bergabung dengan mRNA dalam satu
reaksi kompleks yang melibatkan hidrolisis ATP.
e. Pada langkah ke lima terjadi penyatuan ribosom sub unit kecil dan ribosom subunit besar
yang disertai dengan hidrolisis GTP menjadi GDP. Tahap ini diakhiri dengan gabungnya antara
ribosom dengn mRNA dan Met-tRNA.
2. Tahap Pemanjangan (Elongasi)
Setelah terbentuk pemrakarsaan (initiating complex), maka ribosom subunit besar akan
menempel pada ribosom sub unit kecil.dengan diahului oleh hidrolisis terhadap molekul GTP,
sehingga dihasilkan dua tempat yang terpisah pada ribosom sub unti besar yaitu sisi P
(Pepetidil) dan sisi A (aminoasil). Pada proses elongasi ribosom akan bergerak sepanjang
mRNA untuk menerjemahkan pesan yang dibawa oleh mRNA dengan arah gerakan dari 5’ ke 3’.

Langkah pertama dari proses elongasi adalah reaksi pengikatan aminoasil tRNA (AA2) dengan
GTP. Pada langkah sealnjutnya yaitu terjadi ikatan pada kompleks tersebut pada ribosom sisi A.

Pada langkah ketiga GTP dihidrolisis, Met RNA terdapat pada sisi P dan aminoasil-tRNA (AA2)
pada sisi A siap untuk membentuk rantai peptide pertama.
Pada langkah keempat metionin yang digandeng oleh tRNA inisiator pada sisi P mulai terikat
asam amino yang dibawa oleh tRNA pada sisi A dengan ikatan peptide yang membentuk
dipeptida. Sehingga sisi P ribosom menjadi kosong, reaksi ini dikatalis oleh peptidil transferse
yang dihasilkan oleh ribosom sub unit besar.
Pada langkah terakhir ribososm bergerak sepanjang mRNA menuju ke 3’ sehingga dipeptida
yang sudah terbentuk dari sisi A aka berganti menempati sisi P, sehingga sisi A menjadi kosong.
Dan pada sisi A akan terbuka kodon dan akan dimasuki tRNA. Setelah kedua tempat di ribosom
terisi oleh tRNA yang menggandeng asm amino masing-masing, asam amio akan sangat
berdekatan, dan akibatnya akan terjadi ikatan peptide diantara keduanya.
3. Tahap Penghentian (terminasi)
Pada tahap ini dikenal dengan tahap penghentian, Jadi tahap ini penejemahan kan berhenti
apabila kodon penghenti (UAA, UAG, atau UGA) masuk ke sisi A. Hal ini akan terjadi jika tidak
ada staupun tRNA yang memiliki anti kodon yang dapat berpasangan dengn kodon-kodon
penghenti. Setelah itu sebgai pengganti tRNA, masuklah factor pembebas atau RF (Release
Faktor) ke sisi A. Faktor ini bersama-sama dengan molekul GTP, melepaskan rantai polipepetida
yang telai usai dibentuk oleh tRNA. Setelah itu RIbosom kembali terpisah menjadi unti besar dan
unit kecil serta kembali ke sitosol untuk kemudian akan berfungsi lagi sebagia penerjemah
(Marianti, 2007).

1. D. Katabolisme
Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino berlebihan atau
terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh akan menggunakan asam
amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan lipid, asam amino memerlukan
pelepasan gugus amin. Gugus amin ini kemudian dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh.
Terdapat 2 tahap pelepasan gugus amin dari asam amino, yaitu:

1. Transaminasi : Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada α-ketoglutarat


menghasilkan glutamat atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat

2. Deaminasi oksidatif : Pelepasan amin dari glutamat menghasilkan ion ammonium Gugus-
gugus amin dilepaskan menjadi ion amonium (NH4+) yang selanjutnya masuk ke dalam siklus
urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan urea yang selanjutnya dibuang melalui ginjal berupa urin.

Proses yang terjadi di dalam siklus urea digambarkan terdiri atas beberapa tahap yaitu:
1. Dengan peran enzim karbamoil fosfat sintase I, ion amonium bereaksi dengan CO2
menghasilkan karbamoil fosfat. Dalam raksi ini diperlukan energi dari ATP
2. Dengan peran enzim ornitin transkarbamoilase, karbamoil fosfat bereaksi dengan L-ornitin
menghasilkan L-sitrulin dan gugus fosfat dilepaskan.
3. Dengan peran enzim argininosuksinat sintase, L-sitrulin bereaksi dengan L-aspartat
menghasilkan L-argininosuksinat. Reaksi ini membutuhkan energi dari ATP
A. Dengan peran enzim argininosuksinat liase, L-argininosuksinat dipecah menjadi fumarat
dan L-arginin
B. Dengan peran enzim arginase, penambahan H2O terhadap L-arginin akan menghasilkan
L-ornitin dan urea (Lehninger, 2005).

Anda mungkin juga menyukai