Ilmu Pengetahuan Dan Etika
Ilmu Pengetahuan Dan Etika
Oleh :
ERKA APRILIYANTI
Puji syukur atas berkat dan rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini. Tak lupa pula salam atas junjungan Nabiullah
Muhammad SAW yang membawakan agama islam, agama keselamatan bagi
seluruh ummat manusia di muka bumi. Penulis tahu bahwa dalam pembuatan
tugas ini masih terdapat berbagai kekurangan, namun penulis berharap agar
makalah tetap bisa bermanfaat bagi teman-teman dalam melengkapi materi-materi
tersebut.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis etika berasal dari kata ethos yang berarti adat, kebiasaan
atau susila. Dalam filsafat etika membicarakan tentang tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam kaitan antara baik dan buruk. Baik dan buruk adalah
suatu penilaian atas apa yang bisa dilihat dan dirasakan seperti perbuatan dan
tingkah laku. Sedangkan untuk hal-hal yang menyangkut aspek motif atau watak,
sulit dinilai. Secara garis besar ada dua macam etika yaitu etika deskriptif dan
etika normatif. Etika deskriptif hanya bersifat menggambarkan, melukiskan dan
menceritakan sesuatu seperti apa adanya tanpa memberikan penilaian atau
pedoman tentang bagaimana seharusnya bertindak. Sedangkan etika selain
memberikan penilaian baik dan buruk juga memberikan pedoman mana yang
harus diperbuat dan yang tidak.
Moral berasal dari bahasa Latin moralis (kata dasar mos, moris) yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, cara, dan tingkah laku. Moral berarti sesuatu yang
menyangkut prinsip benar salah, dan salah satu dari suatu perilaku yang menjadi
standar perilaku manusia. Bila dijabarkan lebih lanjut moral mengandung empat
pengertian: i)baik-buruk, benar-salah dalam aktifitas manusia, ii) tindakan yang
adil dan wajar, iii) kapasitas untuk diarahkan pada kesadaran benar-salah, dan
kepastian untuk mengarahkan orang lain agar sesuai dengan kaidah tingkah laku
yang dinilai benar-salah dan iv) Sikap seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain.
B. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris science, yang berasal dari
bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti
mempelajari,mengetahui. Sedangkan menurut The Liang Gie (1987) memberikan
pengertian ilmu adalah rangkaian aktifitas penelaahan yang mencari penjelasan
suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai
dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang
menjelaskan berbagi gejala yang ingin dimengerti manusia.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya
ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Menurut Prof. Dr. Idzam Fautanu, MA dalam bukunya “Filsafat Ilmu Teori &
Aplikasi” menyatakan bahwa ilmu pengetahuan berkaitan dengan metode ilmiah
yaitu Logis dimana sesuai dengan logika atau aturan berpikir yang ditetapkan
dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Definisi, aturan, inferensi
induktif, probabilitas, kalkulus, dll merupakan bentuk logika yang menjadi
landasan ilmu pengetahuan. Logika dalam ilmu pengetahuan adalah definitif.
Kemudian, Obyektif atau sesuai dengan fakta. Fakta adalah informasi yang
diperoleh dari pengamatan atau penalaran fenomena.
Obyektif yang dimaksud dalam ilmu pengetahuan berkenaan dengan sikap
yang tidak tergantung pada suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai
pribadi. Sistematis yaitu adanya konsistensi dan keteraturan internal. Andal yaitu
dapat diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan yang ditentukan dengan
hasil yang dapat diandalkan. Ilmu pengetahuan bersifat umum, terbuka dan
universal.
Selanjutnya yaitu Sistematis yang berarti adanya konsistensi dan keteraturan
internal. Kedewasaan ilmu pengetahuan dicerminkan oleh adanya keteraturan
internal dalam teori, hukum, prinsip, dan metodenya. Konsistensi internal dapat
berubah dengan adanya penemuan – penemuan baru. Sifat dinamis initidak boleh
menghasilkan kontradiksi pada azas teori ilmu pengetahuan. Andal yaitu dapat
diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan yang ditentukan dengan hasil
yang dapat diandalkan. Ilmu pengetahuan bersifat umum, terbuka dan universal.
Dirancang ilmu pengetahuan tidak berkembang dngan sendirinya. Ilmu
pengetahuan dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode
ilmiah. Rancangan ini akan menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan.
Kemudian yang terakhir adalah Akumulatif bahwa ilmu pengetahuan merupakan
himpunan fakta, teori, hukum dll yang terkumpul sedikit demi sedikit. Apabila ada
kaedah yang salah, maka kaedah itu akan diganti dengan kaedah yang benar.
Kebenaral ilmu bersifat relatif dan temporal, tidak pernah mutlak dan final,
sehingga dengan demikian ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.
Setelah mengetahui ilmu pengetahuan berkaitan dengan metode ilmiah, ilmu
pengetahuan jika digunakan akan memberikan manfaat bagi umat manusia.
Menurut Prof. Dr. Idzam Fautanu, MA dalam bukunya “Filsafat Ilmu Teori &
Aplikasi” ada beberapa manfaat ilmu pengetahuan yaitu antara lain:
a. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam
batasan nilai antologis. Dengan paradigma antologis, diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan yang mampu
mengatasi bahaya sekuralisme ilmu pengetahuan.
b. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam
batasan nilai epistemologis. Dengan paradigma epistemologis,
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan intelektual yang
mampu membentuk sikap ilmiah.
c. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam
batasan nilai etis, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan perilaku
adil yang mampu membentuk moral tanggungjawab, sehingga
pemberdayaan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian semata-
mata untuk kelangsungan kehidupan yang adil dan berkebudayaan.
d. Sebagai konsekuensi kehadiran filsafat ilmu pengetahuan dalam peran
fungsionalnya terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian,
mendorong perguruan tinggi untuk kembali ke basis akademik
“tridarmanya”.
Untuk membedakan apakah ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai kita perlu
membedakan antara penyelenggaraan ilmu itu sendiri dan penerapan Ilmu, antara
mengusahakan ilmu dan menggunakan ilmu. Ilmu memang mewakili nilai
tertentu, ilmu bernilai karena menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya,
yang obyektif dan dikaji secara kritis. Bebas nilai adalah tuntutan bagi ilmu
pengetahuan agar ilmu pengetahuan dikembangkan dengan tidak memperhatikan
niali-nilai lain di luar ilmu, agar ilmu pengetahuan dikembangkan demi ilmu
pengetahuan dan tidak didasarkan pada pertimbangan lain di luar ilmu
pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan tunduk pada berbagai pertimbangan di
luar ilmu pengetahuan seperti politik, religius dan moral, ilmu tidak akan
berkembang secara otonom, karena ilmu menjadi tidak murni. Di sini ada bahaya
kebenaran yang harus dikorbankan demi nilai-nilai lain. Dengan demikian kita
tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah dan rasional-obyektif.
Menurut Konrad Kebung (2011) ilmu harus bebas nilai dan lepas dari nilai-
nilai di luar ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bertujuan memberi pemahaman
tentang pelbagai masalah dalam hidup. Ada dua kecenderungan dasar dalam
melihat tujuan ilmu pengetahuan. Pertama, kecenderungan puritan-elitis (ilmu
adalah sesuatu yang mewah, elit), bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan
adalah demi ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu bertujuan untuk menemukan
penjelasan tentang sagala sesuatu demi kebenaran yang memuaskan rasa ingin tau
manusia. Kepuasan seorang ilmuwan adalah menemukan teori-teori besar yang
dapat menjelaskan pelbagai persoalan terlepas dari kegunaan ilmu pengetahuan
itu sendiri. Dengan begitu ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang elit, mewah
dan hanya untuk segelintir orang saja. Kedua, Kecenderungan pragmatis, ilmu
pengetahuan tidak hanya untuk mencari penjelasan tentang berbagai persoalan
tetapi juga untuk memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan, karena
berguna ilmu menjadi menarik, membuat hidup menjadi lebih baik dan
menyenangkan.
Seorang sosiolog, Weber menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas nilai,
tetapi ia juga mengatakan bahwa ilmu-ilmu sosial harus menjadi nilai yang
relevan. Weber tidak yakin ketika para ilmuwan sosial melakukan aktifitasnya
seperti mengajar atau menulis mengenai bidang sosial itu, mereka tidak
terpengaruh oleh kepentingan tertentu. Nilai-nilai itu harus diimplikasikan ke
dalam bagian praktis ilmu sosial jika praktik itu mengandung tujuan rasional.
Tanpa keinginan melayani kepentingan orang, budaya, maka ilmu sosial tidak
beralasan untuk diajarkan. Jadi meskipun obyektifitas merupakan ciri mutlak ilmu
pengetahuan, tetapi dalam pengembangan atau penerapannya ilmu dihadapkan
pada nilai-nilai yang ikut menentukan pilihan atas masalah dan kesimpulan yang
dibuatnya.
Selain masalah tersebut terdapat contoh masalah yang lain yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan dan etika, seperti dicontohkan oleh Amsal Bakhtiar
(2010) pada perkembangan ilmu bioteknologi, perkembangan yang dicapai
sangat maju seperti rekayasa genetika yang menghkhawatirkan banyak kalangan.
Tidak saja para agamawan dan pemerhati hak-hak asasi manusia tetapi para ahli
bioteknologipun juga semakin khawatir karena jika akibatnya tidak bisa
dikendalikan maka akan terjadi bencana besar bagi kehidupan manusia. Sebagai
contoh adalah rekayasa genetika yang dahulunya bertujuan untuk mengobati
penyakit keturunan seperti diabetes, sekarang rekayasa tidak hanya bertujuan
untuk pengobatan tetapi untuk menciptakan manusia-manusia baru yang sama
sekali berbeda baik secara fisik maupun sifat-sifatnya. Dengan rekayasa tersebut
manusia tidak memiliki hak yang bebas lagi. Meskipun teori ini belum tentu
terwujud dalam waktu singkat tetapi telah menimbulkan persoalan dan
kekhawatiran di kalangan ahli etika dan para agamawan, apalagi jika jatuh pada
penguasa yang lalim pasti dampaknya akan sangat membahayakan karena bisa
menghancurkan eksistensi manusia.
Dari penjelasan di atas disinilah kita lihat betapa pentingnya peran etika
untuk ikut mengontrol perkembangan iptek dan penerapannya dalam kehidupan
agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam
masyarakat sehingga tidak merugikan dirinya sendiri dan juga orang lain. Selain
itu tugas ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan bantuan agar
manusia dapat sungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja sarana untuk mengembangkan diri
manusia, tetapi juga merupakan hasil perkembangan dan kreatifitas manusia untuk
memperkokoh kedudukan serta martabat manusia baik dalam hubungan sebagai
pribadi dengan lingkungannya, maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab
terhadap Tuhan YME.