Anda di halaman 1dari 13

Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah

Ny.
Tanggal Kegiatan 9 Juni 2019
1. Latar Belakang
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti. indonesia
merupakan salah satu negara dengan jumlah penderíta demam berdarah
tertinggi. demam berdarah dengue memiliki gejalan berupa devam 1-7 hari
dimana pada hari ke-4 passem akan mengalami penurunan suhu seakan
membaik. padahal pada kondisi ini pasien berada dalam fase kritis karena
kadar trombosit yang sangat turun dan jika dibiarkan damat menyebabkan
syok. demam berdarah dengue dapat dicegah dengan memberantas nyamuk
aedes aepypti maupun jentiknya. karena penyakit ini ditularkan melalui
nyamuk, maka ketika suatu penduduk terkena demam berdarah dengue maka
perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi pada rumah disekitarnya uituk
mencegah terjadinya penularan.

2. Permasalahan
Berdasarkan data angka kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah
puskesmas Berbah, di dapatkan 85 orang yang terkena demam berdarah
dengue sejak bulan januari hingga april 2019. Angka ini juga cenderung
meningkat pada setiap bulannya dan meningkat jika dibandingkan tahun lalu.
Pasien merupakan perempuan dewasa yang baru saja pulang dari
Rumah Sakit Panti Rini dengan diagnosa gejala demam berdarah, tetapi
belum positif dari hasil serologinya. Pada saat dikunjungi, pasien masih
tampak lemas dan susah makan. Pada saat kunjungan kami menemukan
lingkungan rumah yang kurang bersih, ventilasi rumah yang kurang
memadai, namun saat dikamar mandi tidak ditemukan adanya jentik.
Pasien juga melaporkan bahwa di tetangganya ada sekitar 3 orang yang
juga dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama, tetapi tidak
melayangkan laporan resmi sehingga petugas (kami) tidak bisa melaksanakan
penyelidikan lebih lanjut, karena tidak ada surat laporan yang resmi.
3. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Pasien dijelaskan bahwa pasien masih perlu istirahat selama 1 minggu,
harus tetap dijaga rehidrasinya, dan apa yang dimakan tetap harus yang
bergizi, meskipun pasien masih mengeluhkan mual. untuk lingkungan rumah
yang kurang bersih pasien didorong untuk tetap menjaga kebersihan rumah
dengan membuat ventilasi yang cukup dan memakukan gerakan 3M. Pada
dasarnya, saat ini belum bisa dilakukan fogging, karena untuk fogging sendiri
memiliki kriteria yaitu diantaranya Hematokrit pasien harus diatas 20%, dan
Angka Bebas Jentik <90%.
4. Pelaksanaan
Kunjungan dilakukan di wilayah kerja puskesmas Berbah, di Dsn.
Kaliajir Lor, pada tanggal 09 Juni 2019, bersama Dokter Intership yaitu dr.
Ayue, dan petugas puskesmas yaitu mba Kris.
5. Monitoring dan Evaluasi
Kekuatan
Pasien Kooperatif dan akan melaksanakan apa yang disarankan oleh petugas
Kelemahan
Laporan kejadian disekitar rumahnya yang belum dilaporkan secara resmi
yang akan mempengaruhi outcome dari intervensi ini.

Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah


Nn. G; 18 TH
Tanggal Kegiatan 10 Juni 2019
1. Latar Belakang
Menindaklanjuti informasi ditemukannya kasus demam berdarah di
wilayah kerja puskesmas Berbah.Demam berdarah dengue merupakan
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk
aedes aegypti. indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah
penderíta demam berdarah tertinggi. demam berdarah dengue memiliki
gejalan berupa devam 1-7 hari dimana pada hari ke-4 passem akan mengalami
penurunan suhu seakan membaik. padahal pada kondisi ini pasien berada
dalam fase kritis karena kadar trombosit yang sangat turun dan jika dibiarkan
damat menyebabkan syok. demam berdarah dengue dapat dicegah dengan
memberantas nyamuk aedes aepypti maupun jentiknya.karena penyakit ini
ditularkan melalui nyamuk, maka ketika suatu penduduk terkena demam
berdarah dengue maka perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi pada
rumah disekitarnya uituk mencegah terjadinya penularan.

2. Permasalahan
Berdasarkan data angka kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah
puskesmas Berbah, di dapatkan 85 orang yang terkena demam berdarah
dengue sejak bulan januari hingga april 2019. Angka ini juga cenderung
meningkat pada setiap bulannya dan meningkat jika dibandingkan tahun lalu.
Pasien merupakan perempuan dewasa yang baru saja pulang dari
Rumah Sakit Panti Rini dengan diagnosa gejala demam berdarah, tetapi
belum positif dari hasil serologinya. Pada saat dikunjungi, pasien sudah
tampak membaik dan pola makan pun menigkat, yang awalnya susah makan
karena merasa mual tetapi setelah pulang dari RS pasien merasa sudah lebih
baik. Pada saat kunjungan kami menemukan lingkungan rumah yang kurang
bersih, dan kurang tertata rapi serta ventilasi rumah yang kurang memadai,
namun saat dikamar mandi tidak ditemukan adanya jentik. Adanya kasus
demam berdarah yang terjadi lebih dari satu orang dalam anggota keluarga
maka perlu dilakukan sosialisasi mengenai penyakit demam berdarah agar
masyarakat lebih peduli dalam melakukan pencegahan serta pemberantasan
penyakit demam berdarah selain itu perlu dilakukan pendataan agar dapat
dilakukan penilaian apakah wilayah tersebut termasuk kategori dapat
dilakukan fogging atau tidak.
3. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Pasien dijelaskan bahwa pasien masih perlu istirahat selama 1 minggu,
harus tetap dijaga rehidrasinya, dan apa yang dimakan tetap harus yang
bergizi, meskipun pasien sudah merasa baik. untuk lingkungan rumah yang
kurang bersih pasien didorong untuk tetap menjaga kebersihan rumah dengan
membuat ventilasi yang cukup dan memakukan gerakan 3M. Pada dasarnya,
bila hasil PE positif (ditemukan 1 atau lebih penderita infeksi dengue lainnya
dan/ atau >3 penderita infeksi dengue, dan ditemukan jentik (>5%), dilakukan
penanggulangan focus (fogging focus, penyuluhan PSN 3M Plus dan
larvasida selektif, sedangkan bila negative dilakukan PSN 3M Plus, arvasida
selektif dan penyuluhan.
4. Pelaksanaan
Kunjungan dilakukan di wilayah kerja puskesmas Berbah, di Dsn.
Pondok Kulon, pada tanggal 09 Juni 2019, bersama Dokter Intership yaitu dr.
Ayue, dan petugas puskesmas yaitu mba Kris.
5. Monitoring dan Evaluasi
Kekuatan
Pasien maupun keluarga pasien Kooperatif ketika Tim PE (Penyelidikan
Epidemiologi) memberikan saran dan akan melaksanakan apa yang
disarankan oleh petugas
Kelemahan
Laporan kejadian disekitar rumahnya yang belum dilaporkan secara resmi
yang akan mempengaruhi outcome dari intervensi ini.

Penyelidikan Epidemiologi Gizi


An. A: 3 TH
Tanggal Kegiatan 15 Juni 2019
1. Latar Belakang
Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme
untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan
kesehatan. Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara
makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya dalam
menentukan diet yang optimal. Macam – macam zat gizi ialah karbohidrat,
protein, lemak, vitamin. Tanda-tanda orang yang kekurangan nutrisi ialah
pertumbuhan badan menjadi terhambat, tidak ada nafsu untuk bekerja, dan
badan menjadi lesu.
Kwashiorkor adalah kekurangan protein, dengan gejala : 1) rambut
yang kering, jarang, dan rapuh, 2) ruam atau dermatitis, 3) mudah marah, 4)
kelelahan dan mengantuk, 5) gangguan tumbuh kembang, 6) perut membesar,
7) infeksi yang terjadi terus menerus, akibat lemahnya kekebalan tubuh, 8)
berubahnya pigmen kulit, 9) penurunan massa otot, 10) diare, 11) berat dan
tinggi badan tidak bertambah. Marasmus adalah kekurangan asupan energi dan
protein, dengan gejala 1) kekurangan berat badan, 2) kehilangan banyak massa
otot dan jaringan lemak, 3) pertumbuhan terhambat, 4) kulit kering dan
rambut rapuh, 5) terlihat lebih tua dari usianya, 6) tidak berenergi dan tampak
tidak bersemangat atau lesu, 7) wajah menjadi bulat seperti orang tua, 8) diare
kronis.
Dikarenakan adanya laporan yang diterima berdasarkan perhitungan
BB/TB, ada beberapa anak yang termasuk gizi kurang, maka dari itu petugas
gizi puskesmas mengadakan kunjungan rumah bagi yang tidak hadir
diposyandu untuk memverivikasi apakah benar data tersebut dengan keadaan
dilapangan.
2. Permasalahan
Pasien merupakan anak laki-laki berumur 3,5 tahun, yang merupakan
anak ke-2 dari 2 saudara. Pasien merupakan anak laki-laki yang memiliki
gejala diare yang terus menerus hingga saat ini. Awal keluhan ibu pasien
mengaku bahwa gejala diare ini dikeluhkan sejak pasien berumur 3 bulan,
saat itu pasien dapat mengeluhkan diare sampai kurang lebih 100 kali dengan
konsistensi encer, pasien juga sering keluar masuk RS dengan didiagnosa
GEA dan Gizi kurang. Namun gejala tersebut berlanjut hingga usia 3 tahun,
akan tetapi frekuensi sudah mulai berkurang dan saat ini hanya mengeluhkan
2 kali diare dengan konsistensi lembek dengan terakhir masuk RS pada bulan
juni 2018. Untuk asupan makanan sehari-hari pasien cukup banyak makan,
namun komponen gizi makanan yang masih blum terpenuhi dikeluarga,
karena keterbatasan ekonomi dari orang tua pasien. Pada saat kunjungan kami
juga menemukan lingkungan rumah yang kurang bersih, dan kurang tertata
rapi serta ventilasi rumah yang kurang memadai.
3. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Pasien dijelaskan bahwa pasien perlu pemantauan lanjut dan berkala,
maka dari tim gizi puskesmas Berbah akan melaksanakan Acara RaKorPim
(Rapat Koordinasi Pimpinan) Linsek (Lintas Sektor) yang dihadiri oleh
Puskesmas yaitu KaPus dan Koor UKM dari puskesmas Berbah, serta dari
phak Kecamatan dan Kelurahan setempat, untuk pemaparan tentang kondisi
pasien dengan tujuan agar pasien mendapatkan Kartu BPJS yang digunakan
pasien untuk berobat jika pasien ada keluhan kedepan serta untuk memantau
perbaikan gizi pasien.
4. Pelaksanaan
Kunjungan dilakukan di wilayah kerja puskesmas Berbah, pada
tanggal 15 Juni 2019, bersama Dokter Intership yaitu dr. Ayue, dan petugas
puskesmas dari Gizi yaitu mba Mita.
Pengukuran ulang berat dan tinggi badan menggunakan papan ukur
yang sudah di bawa dari puskesmas, dan memberikan makanan pelengkap
berupa biscuit dan taburia untuk penambah nafsu makan.
Tidak lupa memberikan edukasi bagaimana dan apa saja yang harus
dilakukan untuk menambah berat badan sang buah hati, dari aturan makan
yang sudah mengikuti orang dewasa, yaitu 3 kali makan besar dan 2 kali
makanan selingan, tidak lupa juga pemberian makanan yang bergizi
seimbang.
5. Monitoring dan Evaluasi
Kekuatan
Para orang tua kooperatif dalam program perbaikan gizi sang anak.
Kelemahan
Orang tua yang terkadang tidak tega dalam pemberian makan, sering kali jika
sang anak tidak mau makan kadang dituruti, dan juga anak yang rewel saat
pemeriksaan dan verifikasi membuat petugas susah untuk mendapatkan data
yang tepat.

Pengecekan Air di sekitar Lingkungan Rumah


Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan penggunaan air
semakin tinggi. Kebutuhan terhadap kuantitas juga kualitas air pun turut
meningkat. Air yang tercemar menimbulkan berbagai macam penyakit, tak
menutup kemungkinan menjadi penyebab kematian. Tiap tahunnya sebanyak
1,7 juta anak tewas akibat diare yang disebabkan karena lingkungan yang
tidak sehat, terutama karena air yang tercemar.
Rendahnya akses terhadap air bersih dikarenakan permasalahan dalam
penyelenggaraan air minum dan sanitasi. Selain itu, kesadaran masyarakat
untuk mengadakan perilaku hidup bersih dan sehat juga masih rendah, maka
dari Team Puskesmas Berbah dari Program KesLing mengadakan
pengecekan langsung ke lokasi tersebut.

Permasalahan
Salah satu permasalahan yang muncul adalah adanya laporan kepada
puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kandungan air bersih di sekitar
lingkungan rumah pasien terkait kondisi pasien yang memiliki gejala diare
yang terus menerus hingga saat ini sampai menimbulkan gizi kurang. Pada
saat kunjungan kami juga menemukan lingkungan rumah yang kurang bersih,
dan kurang tertata rapi serta ventilasi rumah yang kurang memadai.

Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi


Melakukan pengamatan lingkungan sekitar rumah, pengambilan sampel air
bersih, dan pemeriksaan sampel air bersih ke laboratorium di Sleman. Hasil
pemeriksaan tersebut digunakan untuk evaluasi apakah ada hubungannya
dengan air bersih dan penyakit diare yang diderita anak tersebut.

Pelaksanaan
Kunjungan dilakukan di wilayah kerja puskesmas Berbah, pada
tanggal 19 Juni 2019, bersama Dokter Intership yaitu dr. Ayue, dan petugas
puskesmas dari Gizi yaitu mba Mita, dan Petugas KesLing yaitu Bu Mamik.
Tidak lupa memberikan edukasi bagaimana dan apa saja yang harus
dilakukan untuk menjaga kebersihan rumah dan memahami mana air bersih
yang tercemar atau tidak.

Monitoring dan Evaluasi


Orang tua pasien antusias mengikuti diskusi setelah pengamatan lingkungan
sampai selesai. Perwakilan kesehatan lingkungan dari puskesmas
memaparkan hasil dari pengamatan lingkungan dan memberikan masukan.
kekurangan : pelaksanaan untuk peningkatan kebersihan oleh orangtua masih
sulit dilakukan.

Pemantauan Gizi Pada Anak


Tanggal Kegiatan 21 Juni 2019
1. Latar Belakang
Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme
untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan
kesehatan. Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara
makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya dalam
menentukan diet yang optimal. Macam – macam zat gizi ialah karbohidrat,
protein, lemak, vitamin. Tanda-tanda orang yang kekurangan nutrisi ialah
pertumbuhan badan menjadi terhambat, tidak ada nafsu untuk bekerja, dan
badan menjadi lesu.
Dikarenakan adanya laporan yang diterima berdasarkan perhitungan
BB/TB, ada beberapa anak yang termasuk gizi kurang, maka dari itu petugas
gizi puskesmas mengadakan penimbangan secara berkala diposyandu untuk
memverivikasi apakah benar data tersebut dengan keadaan dilapangan.
2. Permasalahan
Salah satu permasalahan yang muncul adalah adanya laporan kepada
puskesmas adanya beberapa bayi dengan gizi kurang di beberapa dusun.
Dengan dilakukan penimbangan secara berkala dapat melihat pertumbuhan
maupun perkembangan anak tersebut. Untuk asupan makanan sehari-hari
pasien cukup banyak, namun komponen gizi makanan yang masih blum
terpenuhi dikeluarga, karena keterbatasan ekonomi dari orang tua pasien.

3. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Melakukan pengamatan langsung dengan mengadakan penimbangan


untuk balita tersebut. Hasil pemeriksaan tersebut yang digunakan untuk
evaluasi apakah ada anak tersebut masuk dalam golongan Gizi cukup atau
kurang. Serta melihat tumbuh kembang anak tersebut.

4. Pelaksanaan
Kunjungan dilakukan di wilayah kerja puskesmas Berbah, pada
tanggal 21 Juni 2019, bersama Dokter Intership yaitu dr. Ayue, dan petugas
puskesmas dari Gizi yaitu mba Mita.
Pengukuran ulang berat dan tinggi badan menggunakan papan ukur
yang sudah di bawa dari puskesmas, dan memberikan makanan pelengkap
berupa biscuit dan taburia untuk penambah nafsu makan.
Tidak lupa memberikan edukasi bagaimana dan apa saja yang harus
dilakukan untuk menambah berat badan sang buah hati, dari aturan makan
yang sudah mengikuti orang dewasa, yaitu 3 kali makan besar dan 2 kali
makanan selingan, tidak lupa juga pemberian makanan yang bergizi
seimbang.
5. Monitoring dan Evaluasi
Kekuatan
Para orang tua kooperatif dalam program perbaikan gizi sang anak.
Kelemahan
Orang tua yang terkadang tidak tega dalam pemberian makan, sering kali jika
sang anak tidak mau makan kadang dituruti, dan juga anak yang rewel saat
pemeriksaan dan verifikasi membuat petugas susah untuk mendapatkan data
yang tepat.

Penyelidikan Epidemiologi Leptospirosis


Tn. Alm. B ; 45 TH
Tanggal Kegiatan 24 Mei 2019
1. Latar Belakang
Menindaklanjuti informasi ditemukannya kasus leptospirosis di
wilayah kerja puskesmas Berbah. Leptospirosis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans yang disebarkan melalui urine
atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini. Beberapa jenis hewan yang
dapat menjadi pembawa leptospirosis adalah anjing, hewan pengerat seperti
tikus, dan kelompok hewan ternak seperti sapi atau babi. Beberapa upaya
yang bisa dilakukan untuk mencegah terjangkit penyakit leptospirosis, di
antaranya yaitu hindari air yang sudah terkontaminasi dan pastikan
kebersihan air sebelum mengonsumsinya, jauhi binatang yang rentan
terinfeksi bakteri, terutama tikus liar yang paling banyak membawa bakteri
leptospira, jaga kebersihan dan cuci tangan setelah melakukan kontak dengan
hewan atau sebelum makan, karena penyakit ini ditularkan melalui kencing
tikus, ketika suatu penduduk terkena leptospira maka perlu dilakukan
penyelidikan epidemiologi pada rumah disekitarnya untuk mencegah
terjadinya penularan.

2. Permasalahan
Salah satu permasalahan yang muncul dalam diskusi dan pemaparan
materi bahwa, beberapa petani dikawasan berbah masih enggan untuk
menggunakan alat pelindung diri yaitu sepatu boots saat bekerja, karena yang
kita tahu bahwa dengan menggunakan sepatu boots merupakan salah satu
pencegahan untuk penyakit leptospirosis. Mengingat bahwa penularan
leptospirosis dapat ditularkan melalui kontak tidak langsung yaitu tanah
maupun air yang terkontaminasi dengan urine hewan seperti tikus, anjing, dll
maka perlu diingat dan menjadi catatan untuk intervensi kedepannya. supaya
masyarakat yang memiliki faktor resiko agar lebih perhatian dengan keadaan
sekitar.
Pasien merupakan laki-laki dewasa yang baru saja pulang dari Rumah
Sakit Panti Rapih dengan diagnosa leptospira, yang sudah positif dari hasil
serologinya. Pasien mulai di rawat inap pada tanggal 16/5/19 dan keesokan
harinya tanggal 17/5/19 pasien meninggal dunia. Awalnya sebelum dibawa
ke RS pasien mengeluhkan demam tinggi >38c, sakit kepala, lesu/lemas,
mual/muntah, nyeri otot betis/sulit berjalan, mata merah dan terdapat luka
bakar pada kaki. Perkerjaan sehari-hari pasien yaitu pembuat tahu, dan ketika
bekerja pasien tidak menggunakan alat pelindung diri/sepatu boots.
Keberadaan tikus atau kucing ditempat kerja ada. Pada saat kunjungan kami
menemukan lingkungan rumah yang kurang bersih, dan kurang tertata rapi
serta ventilasi rumah yang kurang memadai. Adanya kasus leptospirosis ini
maka perlu dilakukan sosialisasi mengenai penyakit leptospirosis agar
masyarakat lebih peduli dalam melakukan pencegahan serta pemberantasan
penyakit leptospirosis.
3. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Keluarga pasien dijelaskan terkait penyakit leptospirosis terkait gejala
dan pencegahannya. untuk lingkungan rumah yang kurang bersih pasien
didorong untuk tetap menjaga kebersihan rumah.
4. Pelaksanaan
Kunjungan dilakukan di wilayah kerja puskesmas Berbah, di Dsn.
Kadipolo, pada tanggal 24 Mei 2019, bersama Dokter Intership yaitu dr.
Ayue, dr. Danti, dr. Adi dan petugas puskesmas yaitu Babe dan mba Kris.
5. Monitoring dan Evaluasi
Kekuatan
Keluarga pasien Kooperatif ketika Tim PE (Penyelidikan Epidemiologi)
memberikan saran dan akan melaksanakan apa yang disarankan oleh petugas
Kelemahan
Laporan kejadian disekitar rumahnya yang belum dilaporkan secara resmi
yang akan mempengaruhi outcome dari intervensi ini.

08/07/2019
Puskesmas Keliling di Dusun Krasaan
Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di
Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang sangat strategis dalam
mendukung terwujudnya perubahan status kesehatan masyarakat menuju
peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan system
pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat selaku konsumn dari pelayanan kesehatan tertentu tersebut. Pada
saat ini puskesmas telh didirikan di hampir seluruh plosok tanah air. Untuk
menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan
puskesmas pembantuserta puskesmas keliling.
Termasuk di Berbah, puskesmas keliling diadakan untuk mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat yang berada di Wilayah kerja Berbah, agar
mencapai tingkat kesehatan yang sesuai target.

Permasalahan
Kebanyakan dari pasien di pusling adalah para lansia yang tidak terjangkau
dari pelayanan di Puskesmas Berbah, kebanyakan keluhannya adalah pegel-
pegel atau myalgia, dan tekanan darah tinggi. Tetapi karena keterbatasan
pengetahuan dan motivasi, kebanyakan dari para lansia ini enggan untuk
control ke Puskesmas Berbah untuk mendapatkan tatalaksana yang
komprehensif.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Pemberian terapi dan edukasi sesuai dengan gejala dan penyakitnya. Dan
memberikan edukasi jika memerlukan tindakan lanjut atau control leboh
lanjut di Puskesmas Berbah.
Pelaksanaan
Puskesmas Keliling ini dilaksanakan pada tanggal 08 Juni 2019, bertempat
didusun Krasaan, disini kami menerima 30 pasien dengan berbagai macam
diagnosa.
Pada umumnya tiap pasien diberikan obat sesuai gejala atau penyakit yang
dideritanya, tetapi dalam jumlah terbatas dikarenakan terbatasnya juga
sumber daya.

Monitoring dan Evaluasi


Kekuatan
Warga dusun Krasaan sangat antusias mengikuti pemeriksaan yang dilakukan
oleh dokter Intership dan petugas dari Puskesmas Berbah.
Kelemahan
Karena terbatasnya komunikasi dikarenakan para lansia kebanyakan dengan
penurunan pendengaran dan pengetahuan yang minim, terkadang edukasi
tidak tersampaikan dengan sempurna.

28/06/2019
Penyuluhan terkait Penyakit Hipertensi
Latar Belakang
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.
Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan
dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data
Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat
meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung
dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada
ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak
(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah
tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi
semua pihak, diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan. Termasuk di
Berbah, dengan memberikan penyuluhan terkait Penyakit Hipertensi
bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar
kedepannya masyarakat peduli dan sadar terhadap penyakit yang dideritanya.

Permasalahan
Salah satu permasalahan yang muncul dalam diskusi dan pemaparan materi
yaitu, beberapa masyarakat masih banyak belum sadar atau peduli dengan
penyakitnya, dengan pengontrolan hipertensi yang belum adekuat meskipun
obat-obatan yang efektif banyak tersedia.
Kebanyakan dari pasien di yang hadir adalah para lansia yang tidak
terjangkau dari pelayanan di Puskesmas Berbah. Tetapi karena keterbatasan
pengetahuan dan motivasi, kebanyakan dari para lansia ini enggan untuk
control ke Puskesmas Berbah untuk mendapatkan tatalaksana yang
komprehensif.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Pemberian materi berupa pengetahuan apa itu hipertensi, gejala dari
hipertensi, pencegahannya hingga komplikasi dari penyakit hipertensi itu
sendiri. Dan memberikan edukasi jika memerlukan tindakan lanjut atau
control lebih lanjut di Puskesmas Berbah.

Pelaksanaan
Penyuluhan terkait Penyakit Hipertensi ini bersamaan dengan Puskesmas
Keliling atau bakti sosial (pengobatan gratis) yang dilaksanakan pada tanggal
28 Juni 2019, bertempat didusun Kadisono.

Monitoring dan Evaluasi


Kekuatan
Warga dusun Kadisono sangat antusias mendengarkan pemaparan materi
yang dilakukan oleh dokter Intership dan petugas dari Puskesmas Berbah.
Kelemahan
Karena terbatasnya komunikasi dikarenakan para lansia kebanyakan dengan
penurunan pendengaran dan pengetahuan yang minim, terkadang edukasi
tidak tersampaikan dengan sempurna.

KesLing
Penyelidikan Air Bersih Di Sekitar Lingkungan Rumah Terhadap Penyakit
Demam Berdarah Dengue

Latar Belakang
Keberhasilan dalam upaya pemberantasan vektor penular penyakit ditentukan
oleh berbagai faktor, antara lain sarana, prasarana maupun sumber daya
manusia. Dalam hal upaya pengendalian Aedes aegypti yaitu dengan cara
pengendalian vektor penyakit. Pengaruh lingkungan yaitu suhu udara dan
kelembaban nisbi udara juga berpengaruh bagi viabilitas nyamuk Aedes
maupun virus Dengue. Suhu yang relatif rendah atau relatif tinggi, serta
kelembaban nisbi udara yang rendah dapat mengurangi viabilitas virus
Dengue yang hidup dalam tubuh nyamuk maupun juga mengurangi viabilitas
nyamuk itu sendiri. Sehingga pada waktu musim kemarau penularan penyakit
Demam Berdarah Dengue sangat rendah dibandingkan dengan pada waktu
musim hujan.

Permasalahan
Berdasarkan data angka kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah
puskesmas Berbah, di dapatkan 85 orang yang terkena demam berdarah
dengue sejak bulan januari hingga april 2019. Angka ini juga cenderung
meningkat pada setiap bulannya dan meningkat jika dibandingkan tahun lalu.
Pada saat kunjungan kami menemukan lingkungan rumah yang kurang
bersih, ventilasi rumah yang kurang memadai, namun saat dikamar mandi
tidak ditemukan adanya jentik-jentik nyamuk.

Perencanaan & Pemilihan Intervensi


Perlindungan perseorangan untuk mencegah terjadinya gigitan nyamuk ini
yaitu dengan memasang kawat kasa di lubang angin; tidur dengan
menggunakan kelambu; penyemprotan dinding rumah dengan insektisida
malathion dan penggunaan repellent pada kulit saat berkebun. Mencegah
nyamuk meletakkan telurnya dengan cara membuang, membakar atau
mengubur benda-benda di pekarangan atau di kebun yang dapat menampung
air hujan seperti kaleng, botol, ban mobil dan tempat-tempat lain yang
menjadi tempat perindukan Aedes aegypti. Mencegah pertumbuhan jentik
dan membunuh telur dengan cara mengganti air atau membersihkan tempat-
tempat air secara teratur tiap minggu sekali, pot bunga, tempayan dan bak air
mandi. Pemberian larvisida ( abate ) ke dalam tempat penampungan
air/penyimpanan air bersih (abatisasi ). Melakukan fogging dengan malathion
untuk membunuh nyamuk dewasa sekurangnya dua kali dengan jarak waktu
sepuluh hari misalnya di daerah yang terkena wabah dan daerah endemic
yang indeks kepadatan nyamuknya relatif tinggi.

Pelaksanaan
Kunjungan dilakukan di wilayah kerja puskesmas Berbah, di Dsn. Kaliajir
Lor, pada tanggal 11 Juni 2019, bersama Dokter Intership yaitu dr. Ayue, dan
petugas puskesmas dari Kesling

Monitoring
Kekuatan
Pasien Kooperatif dan akan melaksanakan apa yang disarankan oleh petugas
Kelemahan
Laporan kejadian disekitar rumahnya yang belum dilaporkan secara resmi
yang akan mempengaruhi outcome dari intervensi ini.

Anda mungkin juga menyukai