ASUHAN KEPERAWATAN
CA COLON
Disusun Oleh :
18.0601.0037
B. ETIOLOGI
Sebagian besar kanker kolon dimulai dari polip pada lapisan dalam usus
besar atau rektum Beberapa jenis polip dapat berubah menjadi kanker selama
beberapa tahun, namun tidak semua polip menjadi kanker. Kemungkinan
berubah menjadi kanker tergantung pada jenis polip. 2 jenis polip utama
adalah:
1. Adenomatous polyps (adenoma): Polip ini kadang berubah menjadi
kanker. Karena itu, adenoma disebut kondisi pra-kanker.
2. Hyperplastic polyps dan inflammatory polyps: Polip ini lebih sering
terjadi, namun secara umum tidak bersifat pra-kanker.
Adapun faktor resiko dari kanker kolorektal berdasarkan National Cancer
Institute (2017) adalah :
1. Usia
Menurut ACA (2017), risiko kanker kolorektal meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Proporsi kasus yang di diagnosis pada individu yang
berusia dibawah 50 tahun meningkat dari 6 % pada tahun 1990 menjadi
11% pada tahun 2013. Sebagian besar (72%) pada kasus ini terjadi pada
individu dengan usia di atas 40 tahun.
2. Genetik
Hampir 30% pasien kanker kolorektal memiliki riwayat keluarga dengan
penyakit ini, sekitar 5% diantaranya disebabkan oleh kelainan genetic
yang diwariskan. Individu dengan riwayat keluarga tingkat pertama
(orangtua, saudara kandung atau anak) yang didiagnosis dengan kanker
kolorektal memiliki risiko 2 sampai 4 kali dibandingkan mereka yang
tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tersebut.
3. Riwayat menderita adenoma beresiko tinggi (polip kolorektal yang
berukuran 1 sentimeter atau lebih besar atau memiliki sel yang terlihat
abnormal di bawah mikroskop).
4. Riwayat menderita kolitis ulserativa kronis atau penyakit Crohn selama 8
tahun atau lebih. Penyakit Crohn juga sering disebut colitis
granulomatosis atau colitis transmural, merupakan peradangan di seluruh
dinding granulomatois, sedangkan colitis ulseratif secara primer adalah
inflamasi yang terbatas di selaput lendir kolon. Risiko terjadinya kanker
kolon pada Crohn;s lebih besar.
5. Mengonsumsi alcohol
Konsumsi alcohol sedang dan berat (<12,5 gram perhari, sekitar satu
minuman), dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolon.
Dibandingkan dengan seseorang yang tidak minum alcohol dan hanya
mengonsumsi sesekali, seseorang yang rata-rata mengonsumsi 2 sampai 3
minuman beralkohol per hari memiliki risiko kanker 20% lebih tinggi,
dan yang mengonsumsi lebih dari 3 minuman per hari memiliki sekitar
40% peningkatan risiko.
6. Merokok
Badan Penelitian Kanker Internasional pada November 2009 melaporkan
bahwa merokok dapat menyebabkan kanker kolorektal. Kaitan terhadap
rectum lebih besar dibandingkan dengan kolon.
7. Gaya hidup (obesitas)
Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker kolon yang lebih tinggi pada
pria dibandingkan wanita. Secara khusus seseorang dengan berat badan
normal, pria obesitas memiliki 50% risiko kanker kolon lebih tinggi dan
kanker rectal 20%, sedangkan wanita obesitas memiliki sekitar 20%
peningkatan risiko kanker kolon dan risiko kanker rectal 10%. Obesitas
dapat berdampak negative pada kesehatan metabolic yang merupakan
fungsi utama dari semua proses biokimia didalam tubuh. Studi terbaru
menunjukkan bahwa kesehatan metabolic yang buruk memiliki kaitan
dengan kejadian kanker kolorektal.
C. PATHWAY
D. MANIFESTASI KLINIK
Kanker kolon seringkali dapat dideteksi dengan prosedur skrining. Adapun
manifestasi klinis dari kanker kolon menurut (Network, 2016) adalah :
1. Anemia
2. Perdarahan pada rectum
3. Nyeri abdomen
4. Perubahan kebiasaan defekasi
5. Obstruksi usus atau perforasi.
Sementara (Smeltzer, 2015) menjelaskan manifestasi klinis dari kanker
kolon maupun kanker rektum yaitu :
1. Keluarnya darah di dalam atau pada feses
2. Penurunan berat badan dan keletihan
3. Lesi di sisi kanan kemungkinan disertai dengan nyeri abdomen yang
tumpul dan melena
4. Lesi sisi kiri dikaitkan dengan obstruksi (nyeri dan kram abdomen,
penyempitan ukuran feses, konstipasi dan distensi) dan darah berwarna
merah terang di feses.
5. Lesi rectal dikaitkan dengan tenesmus (mengejan yang nyeri dan tidak
efektif saat defekasi), nyeri rectal, mengalami konstipasi dan diare secara
bergantian, feses berdarah
6. Tanda-tanda komplikasi : obstruksi usus parsial atau komplet, ekstensi
tumor dan ulserasi ke pembuluh darah sekitar (perforasi, pembentukan
abses, peritonitis, sepsis, atau syok)
7. Dalam banyak kasus, gejala tidak muncul sampai kanker kolorektal
berada dalam stadium lanjut.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal, antara lain :
1. Obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen akibat lesi
2. Perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi organ
peritoneal
3. Perluasan langsung ke organ-organ yang berdekatan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Smeltzer (2015) mengemukakan pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk
diagnosis kanker kolorektum adalah :
1. Pemeriksaan abdomen dan rectal; pemeriksaan darah samar pada feses;
barium enema; proktosigmoidoskopi; dan kolonoskopi, biopsy, atau
apusan sitologi
2. Pemeriksaaan CEA (carsinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya
glikoprotein di membran sel pada banyak jaringan, termasuk kanker
kolorektal. Pemeriksaan ini harus kembali normal dalam 48 jam sejak
eksisi tumor (reliable dalam memprediksi prognosis dan kekambuhan).
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Terapi kanker bergantung pada stadium penyakit dan
komplikasi yang terkait. Obstruksi ditangani dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik dan dengan terapi darah jika perdarahan cukup
berat. Terapi suportif dan terapi pelengkap ( misalnya kemoterapi, terapi
radiasi, imunoterapi) termasuk dalam penatalaksanaan medis (Smeltzer,
2015).
2. Penatalaksanaan bedah
a. Pembedahan adalah terapi primer untuk sebagian besar kanker
kolon dan rectal; jenis pembedahan bergantung pada lokasi dan
ukuran tumor, dan dapat bersifat kuratif atau paliatif.
b. Kolonoskopi dilakukan pada kanker yang terbatas pada satu
tempat. Kolonoskopi adalah prosedur yang dilakukan untuk
mengevaluasi bagian dalam kolon.
c. Kolotomi laparoskopik dengan polipektomi meminimalkan luasnya
pembedahan yang diperlukan dalam beberapa kasus
d. Neodimium : laser ittrium-aluminium-garnet (Nd:YAG) efektif
pada beberapa lesi
e. Reseksi usus dengan anastomosis dan kemungkinan kolostomi atau
ileostomi sementara atau permanen (kurang dari sepertiga pasien)
atau pembuatan kantung/wadah koloanal (kantung J kolonik).
2. Nyeri akut berhubungan 1. Control nyeri a. Lakukan pengkajian lebih luas terkait nyeri
dengan agen cedera 2. Tingkat nyeri termasuk lokasi, karakteristik, onset/durasi,
biologi (infeksi) 3. Pemulihan frekuensi, kualitas, intensitas atau kehebatan
pembedahan : nyeri dan faktor presipitasi
penyembuhan b. Obervasi ketidaknyamanan nonverbal,
4. Status kenyamanan : terutama pada ketidakmampuan dalam
fisik berkomunikasi efektif
5. Pergerakan c. Gunakan starategi komunikasi terapeutik
untuk menyatakan pengalaman nyeri dan
menyatakan penerimaan sebagai respon
pasien terhadap nyeri
d. Mengeksplor pengetahuan dan keyakinan
pasien terhadap nyeri
e. Evaluasi pengalaman nyeri sebelumnya baik
riwayat individu atau keluarga tentang nyeri
kronik atau kecacatan yang diperoleh
f. Bantu pasien untuk mencari dan menyediakan
dukungan
g. Menentukan pilihan analgesic
h. Monitor tanda vita sebelum mmeberikan
analgesic
i. Pilih dan implementasikan jenis tindakan
(mis., famakoogi, non farmakologi,
interpensonal) untuk mengurangi nyeri