Anda di halaman 1dari 12

ANALISA PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN TARIK DENGAN

KEMAMPUAN MEREDAM SUARA PADA BETON CAMPURAN SERAT


KELAPA

Ayu Noviana
Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Indonesia, Serpong -
Tangerang Selatan. Email: ayunovianaa@gmail.com

ABSTRAK
Beton merupakan salah satu material yang paling banyak digunakan pada
konstruksi. Di Indonesia, hampir 60% meterial yang digunakan dalam pekerjaan
konstruksi adalah beton (concrete). Bahan dasar dari beton adalah campuran dari
semen, air,agregat halus dan agregat kasar. Karakteristik beton yang sangat spesifik
adalah bahwa beton kuat menahan gaya/tegangan tekan tapi tidak kuat menahan gaya
tarik. Kekuatan tarik beton hanya sekitar seperduapuluh kekuatan tekannya. Untuk
memperbaiki performa beton, berbagai inovasi telah dilakukan sehingga muncullah
istilah-istilah beton bertulang (reinforced concrete), beton pratekan (prestressed
concrete) dan beton serat (fiber concrete).
Beton serat ialah material komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan
lain yang berupa serat (Tjokrodimuljo, 1996). Serat merupakan salah satu jenis bahan
tambahan (additif) selain admixture dan fly ash (abu terbang) yang umum digunakan
untuk campuran adukan beton. Dengan penambahan serat, beton menjadi lebih tahan
retak dan tahan benturan sehingga beton serat lebih daktail daripada beton biasa.
Pada penelitian ini, sabut kelapa digunakan sebagai bahan tambahan pada
campuran beton normal. Variasi penambahan serat kelapa pada beton normal untuk
mengetahui perbandingan terhadap nilai kuat tekan, kuat tarik dan nilai α (koefisien
absorpsi bahan terhadap bunyi) yang diharapkan penambahan serat kelapa pada beton
dapat meningkatkan kualitas beton baik dari segi kekuatan tekan, tarik, dan
kemampuan untuk meredam suara.
Kata kunci: Beton Serat, Kuat Tekan, Kuat Tarik, Koefisien Absorpsi
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Beton merupakan salah satu material yang paling banyak digunakan pada
konstruksi. Di Indonesia, hampir 60% meterial yang digunakan dalam pekerjaan
konstruksi adalah beton (concrete).
Penggunaan bahan tambah berupa serat alam yakni serat sabut kelapa diharapkan
dapat memperbaiki sifat mekanik beton terkhususnya beton normal. Fungsi serat
dalam beton serat adalah untuk mencegah timbulnya retak-retak karena pencampuran
serat kelapa pada pasta semen dapat membuat pasta semen semakin liat yang
akhirnya meningkatkan kuat tarik antar semen itu sendiri.

Dari hasil-hasil penelitian yang pernah dicoba, menunjukkan bahwa sifat-sifat


beton yang dapat diperbaiki akibat penambahan serat adalah sebagai berikut (Ezeldin
and Cheng – Tzu Thomas Hsu, 1992):

a. Daktilitas (ductility), yang berhubungan dengan kemampuan bahan menyerap


energi (energy absorption)
b. Ketahanan terhadap beban kejut (impact resistance)
c. Kemampuan terhadap kuat tarik dan momen lentur (tensile and flexural
strength)
d. Ketahanan terhadap kelelahan (fatigue life)
e. Ketahanan terhadap pengaruh susut (shrinkage)
f. Ketahanan terhadap keausan (abrasion)

Secara umum pengaruh penambahan serat yang paling paling signifikan


adalah terhadap kuat tarik beton. Hal ini disebabkan karena ketika beton mulai
retakretak pada saat akan hancur, retak-retak tersebut akan ditahan oleh keberadaan
serat, sehingga beton akan bertambah liat (ductile). Sementara terhadap kuat tekan
pengaruhnya tidak begitu signifikan, karena kuat tekan beton lebih banyak
dipengaruhi oleh kekerasan dan bentuk agregat yang memungkinkan saling
mengunci. Kekuatan tekan beton akan ikut meningkat apabila serat yang digunakan
mempunyai modulus elastisitas lebih tinggi daripada betonnya sendiri atau agregat.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sudarmoko (1993).

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan seminar tugas akhir ini adalah melakukan analisis
perbandingan kuat tekan, kuat tarik dan kemampuan meredam suara pada beton
dengan campuran serat kelapa dengan beberapa variasi persentase campuran serat
kelapa dengan pengolahan data menggunakan Microsoft Excel dan SNI 03 - 2847 -
2002 sebagai pedoman dalam penelitian ini.
Tujuan dari penulisan seminar tugas akhir ini secara umum adalah untuk
mengaplikasikan ilmu teknik sipil yang sudah didapat sebelumnya, yaitu Struktur
Beton

I.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam seminar tugas akhir ini membahas mengenai


perbandingan kuat tekan, kuat tarik dan kemampuan meredam suara pada beton
dengan campuran serat kelapa dengan beberapa variasi persentase campuran serat
kelapa yaitu bagaimana untuk mengetahui :
1. Bagaimana cara membuat mix desain dengan campuran serat kelapa
2. Bagaimana pengaruh serat kelapa terhadap kuat tekan
3. Bagaimana pengaruh serat kelapa terhadap kuat tarik
4. Bagaimana pengaruh kuat tekan dan kuat tarik dengan kemampuan meredam
suara pada beton serat kelapa

I.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman mengenai analisa struktur bangunan


bertingkat, dalam tugas akhir ini menggunakan tata cara penulisan yang tersusun
dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB I ini berisi tentang latar belakang masalah mengapa penulis membuat
tugas akhir Analisis Perbandingan Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Kemampuan
Meredam Suara pada Beton dengan Campuran Serat Kelapa, maksud dan tujuan
penulis, rumusan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada BAB II ini bersisi tentang dasar-dasar perencanaan percobaan, menentukan


peraturan perencanaan struktur beton yang digunakan yang dapat dijadikan sebagai
acuan dan mempermudah dalam memecahkan permasalahan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada BAB III ini berisi tentang pelaksanaan penelitian, langkah-langkah pengerjaan
dan pengumpulan data-data serta analisis data yang digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Struktur Beton


Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu
pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya dengan menambahkan
secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan
reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung
(Dipohusodo, 1999).
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami
retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem
struktur, pada proyek konstruksi perlu dibantu dengan memberinya perkuatan
penulangan yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang bakal
timbul didalam sistem.
Beton mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan dibandingkan dengan
bahan bangunan yang lain, misalnya
a. Ekonomis yaitu pertimbangan yang sangat penting meliputi material,
kemudahan dalam pelaksanaan, waktu untuk konstruksi, pemeliharaan
strukur, daktilitas dan sebagainya. Harganya dapat menjadi murah apabila
bahan-bahan dasar lokal banyak tersedia.
b. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak. Cetakan dapat
pula dipakai ulang beberapa kali sehingga secara ekonomi lebih murah.
c. Kuat tekannya yang cukup tinggi mengakibatkan jika dikombinasikan dengan
baja tulangan (yang kuat tariknya tinggi) dapat digunakan untuk struktur
berat.
d. Beton segar dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun
dimasukkan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.
e. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada
tempattempat yang sulit.
f. Beton memiliki sifat ketahanan terhadap pengaruh temperatur tinggi yang
mungkin timbul, seperti akibat peristiwa kebakaran.
g. Rigiditas tinggi.
h. Biaya pemeliharaan yang rendah.
i. Penyediaan material yang mudah.

Selain memiliki beberapa kelebihan, beton juga mempunyai beberapa


kekurangan yaitu:
a. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak.
b. Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan
beton.
c. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail,
terutama pada struktur tahan gempa.
d. Memerlukan biaya untuk bekisting dan perancah (untuk beton yang di cor
ditempat).

Seiring dengan berjalannya waktu, berbagai penelitian dilakukan dengan


tujuan untuk meningkatkan performa beton pada bangunan, penambahan serat kelapa
terbukti dapat meningkatkan kuat tarik beton karena terbukti ketika beton mulai
retak-retak pada saat akan hancur, retak-retak tersebut akan ditahan oleh keberadaan
serat, sehingga beton akan bertambah liat (ductile). Kekuatan tekan beton akan ikut
meningkat apabila serat yang digunakan mempunyai modulus elastisitas lebih tinggi
daripada betonnya sendiri atau agregat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Sudarmoko (1993).

II.2. Bahan-bahan Pembentuk Beton


Untuk memahami dan mempelajari seluruh perilaku elemen gabungan
diperlukan pengetahuan tentang karakteristik masing-masing komponen. Beton
dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi sejumlah material
pembentuknya (Nawy,1990). Bahan pembentuk beton terdiri dari campuran agregat
halus dan kasar dengan semen dan air sebagai pengikatnya.
1. Semen Portland Semen portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan
dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas
kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan
tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan
boleh ditambah dengan bahan tambahan lain (SNI 15-2049-2004). SNI 15-
2049-2004 membagi semen portland menjadi 5 jenis:
a. Jenis I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan
pada jenisjenis lain.
b. Jenis II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Jenis III : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
d. Jenis IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kalor hidrasi yang rendah.
e. Jenis V : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan yang tinggi tehadap sulfat.

2. Agregat Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam


menentukan besarnya. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60% sampai 80%
volume agregat. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga
seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen, dan
rapat, dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah
yang ada di antara agregat berukuran besar (Nawy,1990).
a. Agregat Halus Agregat halus dapat berupa pasir alam, pasir hasil
olahan atau gabungan dari kedua pasir tersebut. Sesuai dengan (SNI
03 - 2847- 2002), bahwa agregat halus merupakan agregat yang
mempunyai ukuran butir maksimum sebesar 5,00 mm. Agregat halus
yang baik harus bebas dari bahan organik, lempung, partikel yang
lebih kecil dari saringan no.100, atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak campuran beton. Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja
halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus.
b. Agregat Kasar Agregat kasar dapat berupa kerikil, pecahan kerikil,
batu pecah, terak tanur tiup atau beton semen hidrolis yang dipecah.
Sesuai dengan SNI 03 - 2847 - 2002, bahwa agregat kasar merupakan
agregat yang mempunyai ukuran butir antara 5,00 mm sampai 40 mm.

II.3. Serat Kelapa


Indonesia sebagai salah satu negara yang memproduksi buah kelapa terbanyak
di dunia masih tergolong kurang dalam pemanfaatan buah kelapa ini. hal ini terbukti
dengan industri pengolahan buah kelapa di indonesia umumnya masih terfokus
kepada pengolahan hasil daging buah sebagai hasil utama, sedangkan industri yang
mengolah hasil samping buah (by-product) seperti air, sabut, dan tempurung kelapa
masih secara tradisional dan bersekala kecil, padahal potensi ketersediaan bahan baku
untuk membangun industri pengolahannya masih sangat besar (Mahmud dan Ferry,
2005). Bertolak dari kenyataan yang terjadi, pemanfaatan sabut kelapa sebagai bahan
tambahan dalam campuran beton memiliki prospek yang sangat baik di masa depan.
Beberapa sifat dan keunggulan dari serat sabut kelapa antara lain tahan
terhadap air, tahan terhadap mikroorganisme, pelapukan dan juga terhadap
pengerjaan mekanis yaitu gesekan dan pukulan (Arif et al, 2008). Tidak hanya
sumber daya yang tersedia dalam jumlah banyak, pemanfaatan limbah sabut kelapa
ini juga mempunyai potensi untuk meningkatkan kualitas beton. Sabut kelapa selama
ini belum digunakan secara optimal, hanya digunakan sebagai bahan bakar. Serat-
serat sabut kelapa mempunyai serat panjang dan lurus dimana menurut penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, penggunaan serat sabut kelapa dapat meningkatkan
kuat lentur dari genteng beton (Anomimous, 1997).
II.4 Kuat Tekan dan Tarik Beton
Kuat tekan beton adalah kemampuan beton keras untuk menahan gaya tekan
dalam setiap satu satuan luas permukaan beton. Secara teoritis, kekuatan tekan beton
dipengaruhi oleh kekuatan komponen-komponennya yaitu: a) pasta semen, b) volume
rongga, c) agregat, dan d) interface (hubungan antar muka) antara pasta semen
dengan agregat. Dalam pelaksanaannya di lapangan, faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan beton adalah:
a. Nilai faktor air semen. Untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan,
diperlukan faktor air semen minimal 0,35 dan tidak melebihi dari 0,60. Jika
terlalu banyak air yang digunakan, maka akan berakibat kualitas beton
menjadi buruk.
b. Rasio agregat-semen. Pasta semen berfungsi sebagai perekat butirbutir
agregat, sehingga semakin besar rasio agregat-semen semakin buruk kualitas
beton yang dihasilkan, karena kuantitas pasta semen yang menyelimuti
agregat menjadi berkurang.
c. Derajat kepadatan. Semakin baik cara pemadatan beton segar, semakin baik
pula kualitas yang dihasilkan. Pemadatan di lapangan biasa dilakukan dengan
alat bantu vibrator untuk memadatkan beton pada proses pengecoran.
d. Umur beton. Semakin bertambah umur beton, semakin meningkat pula kuat
tekan beton. Pada umumnya, pelaksanaan di lapangan, bekisting dapat dilepas
setelah berumur 14 hari, dan dianggap mencapai kuat tekan 100% pada umur
28 hari.
e. Cara perawatan. Beton dirawat di laboratorium dengan cara perendaman,
sedangkan di lapangan dilakukan dengan cara perawatan lembab (menutup
beton dengan karung basah) selama 7- 14 hari.
f. Jumlah semen. Semakin banyak jumlah semen yang digunakan, semakin baik
kualitas beton yang dihasilkan, karena pasta semen yang berfungsi sebagai
matriks pengikat jumlahnya cukup untuk menyelimuti luasan permukaan
agregat yang digunakan
g. Kualitas agregat yang meliputi: a) gradasi, b) teksture permukaan, c) bentuk,
d) kekuatan, e) kekakuan, dan f) ukuran maksimum agregat.

II.5 Penyerapan Bunyi

Konsep dari penyerapan bunyi (Acoustic Absorption) merujuk kepada


kehilangan energi yang terjadi ketika sebuah gelombang bunyi menabrak dan
dipantulkan dari suatu permukaan benda. Jika suatu gelombang suara bertemu atau
menumbuk suatu permukaan bahan, maka suara tersebut akan dipantulkan, diserap,
dan diteruskan atau ditransmisikan oleh bahan tersebut. Besarnya energi suara yang
yang dipantulkan, diserap, atau diteruskan bergantung jenis dan sifat dari bahan atau
material tersebut. Pada umumnya bahan yang berpori (porous material) akan
menyerap energi suara yang lebih besar dibandingkan dengan jenis bahan lainnya,
karena dengan adanya pori-pori tersebut maka gelombang suara dapat masuk
kedalam material tersebut. Energi suara yang diserap oleh bahan akan dikonversikan
menjadi bentuk energi pada umumnya diubah menjadi energi kalor. Efisiensi
penyerapan bunyi suatu bahan pada frekuensi tertentu dinyatakan oleh koefesien
absorbsi bunyi. Koefisien ini dinyatakan dengan α (Alpha), nilai α dapat berada
diantara 0 dan 1 pada suatu frekuensi tertentu. Adalah suatu kebiasaan standar untuk
membuat daftar nilai koefesien serap bunyi pada wakil frekuensi standar yang
meliputi bagian yang paling penting dari jangkauan frekuensi audio, yaitu,
500Hz,1000Hz,1500Hz dan 2000Hz.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

MULAI

Persiapan Bahan

Membuat
Mix Desain beberapa sample

Pengecoran

Pencetakan

Pengeringan (24jam)

Perendaman (Curing)
Selama 28 Hari

Pengujian Kuat Tekan Pengujian Kebisingan


dan Kuat Tarik Beton pada Beton

Analisis Data
Dengan Excel

Kesimpulan dan saran

SELESAI
DAFTAR PUSTAKA

Anonim , 2002 , SK SNI 03-2847-2002 . Tata Cara Perhitungan Struktur Beton


Untuk Bangunan Gedung, Badan Standar Nasional , Jakarta

Pinter Susanto Zalukhu, Irwan, Denny Meisandy Hutauruk, 2017. Pengaruh


Penambahan Serat Sabut Kelapa (Cocofiber) terhadap Campuran Beton
sebagai Peredam Suara.

Richo Ronald Marpaung , Rahmi Karolina. Pengaruh Penambahan Sabut Kelapa


Pada Campuran Beton Terhadap Kuat Tekan dan Sebagai Peredam Suara.

Iwan Rustendi, 2004. Pengaruh Pemanfaatan Tempurung Kelapa Sebagai Material


Serat Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton, Vo12, NO. 2, Edisi XXIX
Media Komunikasi Teknik Sipil.

Fanto Pardomuan Pane H. Tanudjaja, R. S. Windah ,2015. Pengujian Kuat Tarik


Lentur Beton dengan Variasi Kuat Tekan Beton, Jurnal Sipil Statik Vol.3
No.5, Universitas Sam Ratulangi Manado

Fandy , Anita and Handoko , Pengaruh Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa Dengan
Perlakuan Alkali Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton.

Anda mungkin juga menyukai