Anda di halaman 1dari 35

PENGEMBANGAN KURIKULUM

(STANDART ISI, STANDART PROSES, DAN INTEGRASINYA)

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah

Landasan Pendidikan

Yang diampu oleh Bapak Dr. Sukoriyanto, M.Si

Oleh

Muhammad Awwalul Ikhtiar (190311767268)


Naela Nur Azizah (190311867230)
Ni Putu Gita Arilaksmi (190311867238)

Offering F

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

SEPTEMBER 2019
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan unsur penting dalam setiap bentuk dan model pendidikan.
Sejalan dengan perkembangan pendidikan yang terus meningkat pada semua jenis dan
jenjang pendidikan di Indonesia. Secara formal, kurikulum sejak zaman Belanda sudah
diterapkan di sekolah, artinya kurikulum juga sudah ada. Pada zaman Belanda,
pelaksanaan pendidikan dan persekolahan mempunyai ciri khas kurikulum pendidikan
tersendiri dan tentunya diwarnai oleh misi penjajahan Belanda; begitu juga halnya
dengan kurikulum zaman Jepang, sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan atau
tujuan pendidikan pada zaman ini adalah untuk menciptakan sumber daya manusia
yang dapat membantu misi penjajahan di tanah air. Belanda misalnya dengan
memanfaatnya pribumi untuk mengeruk kekayaan alam seoptimal mungkin; sedangkan
Jepang dikenal dengan Asia Timur Raya dalam membantu misinya dalam peperangan.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945, pendidikan di tanah Air terus berkembang, termasuk perhatian Pemerintah dalam
hal perkembangan kurikulum. Sehubungan dengan itu, perkembangan kurikulum di
Indonesia ada 2 periode (1) Periode sebelum kemerdekaan/ penjajahan, (2) Periode
sesudah kemerdekaan. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan yang sekarang 2013. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum
sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional
dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.

B. Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa yunani berasal dari kata curir yang berarti pelari,
dan curere yang berarti tempat berpacu atau tempat berlomba. Dari dua kata ini
kurikulum diartikan sebagai jarak perlombaan yang harus ditempuh oleh pelari dalam
suatu arena perlombaan. Dalam dunia pendidikan kurikulum bisa diartikan secara
sempit maupun secara luas. Secara sempit kurikulum diartikan hanya sebagai sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa di sekolah atau di
perguruan tinggi. Secara lebih luas kurikulum diartikan tidak terbatas pada mata
pelajaran saja, tetapi lebih luas daripada itu, kurikulum diartikan merupakan aktivitas
apa saja yang dilakukan di sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar
untuk mencapai suatu tujuan, termasuk didalamnya kegiatan belajar mengajar,
mengatur strategi dalam proses belajar, cara mengevaluasi program pengembangan
pengajaran.
Oemar Hamalik melihat kurikulum dari beberapa tafsiran sebagai berikut: 1)
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran, 2) Kurikulum sebagai rencana
pembelajaran, dan 3) Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Kurikulum memuat isi
dan materi pelajaran yang yang berarti dalam kurikulum terdapat sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh serta dipelajari oleh siswa selama mengikuti kegiatan
pendidikan atau kegiatan pembelajaran pada jenjang pendidikan tertentu. Dalam
pandangan ini mata pelajaran merupakan pengalaman orang tua atau orang-orang
pandai masa lalu yang telah tersusun secara rasional, logis dan sistematis
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran merupakan suatu program dan rencana
pendidikan yang disesuaikan untuk membelajarkan siswa. Dengan program dan
rencana yang telah dibuat siswa melakukan aktivitas belajar untuk mengembangkan
dan merubah tingkah laku sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam rencana
pembelajaran yang dibuat guru harus merancang keterlibatan siswa secara aktif untuk
melakukan aktivitas belajar.
Menurut Darwyn Syah (2012) kurikulum diibaratkan sebagai pengalaman belajar.
Dalam hal ini kurikulum dirancang untuk memberikan pengalaman belajar serta
mengembangkan kecakapan hidup siswa. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
mengisyaratkan bahwa kegiatan belajar tidak hanya berlangsung dalam ruangan kelas,
akan tetapi juga bisa berlangsung di luar ruangan kelas. Dengan demikian semua
kegiatan belajar yang dilakukan baik di dalam ruangan kelas maupun di luar kelas
disebut kurikulum.
Dari beberapa pengertian diatas maka kurikulum dapat diartikan secara luas
merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus diselesaikan oleh siswa, serta rencana
pembelajaran yang dibuat oleh guru dan sejumlah pembelajaran belajar yang harus
dilakukan oleh siswa.
C. Standar Isi
Menurut Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013. Standar Isi adalah kriteria
mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dirumuskan
berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan perundang-
undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program
pendidikan. Standar isi mencakup sasaran yang mencakup segala sesuatu yang terdiri
dari berbagai aspek yang akan dicapai dan menjadi pengalaman belajar peserta didik.

1. Tingkat Kompetensi
Dalam usaha mencapai Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah
ditetapkan untuk setiap satuan dan jenjang pendidikan, penguasaan kompetensi
lulusan dikelompokkan menjadi beberapa Tingkat Kompetensi. Tingkat
kompetensi menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kompetensi
lulusan yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang bersifat
generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap tingkat kelas dalam
rangka pencapaian Standar Kompetensi Lulusan. Tingkat Kompetensi terdiri atas
8 (delapan) jenjang yang harus dicapai oleh peserta didik secara bertahap dan
berkesinambungan. Tingkat Kompetensi tersebut diterapkan dalam hubungannya
dengan tingkat kelas sejak peserta didik mengikuti pendidikan TK/RA, Kelas I
sampai dengan Kelas XII jenjang pendidikan dasar dan menengah. Tingkat
Kompetensi TK/RA bukan merupakan prasyarat masuk Kelas I.
Tingkat Kompetensi dikembangkan berdasarkan kriteria; (1) Tingkat
perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi kompetensi Indonesia, (3)
Penguasaan kompetensi yang berjenjang. Selain itu Tingkat Kompetensi juga
memperhatikan; tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan
pendidikan, dan keterpaduan antar jenjang yang relevan. Berdasarkan
pertimbangan di atas, Tingkat Kompetensi dirumuskan sebagai berikut:

No Tingkat Kompetensi Tingkat Kelas


1. Tingkat 0 TK/RA
No Tingkat Kompetensi Tingkat Kelas
Kelas I SD/MI/SDLB/PAKET A
2. Tingkat 1
Kelas II SD/MI/SDLB/PAKET A
Kelas III SD/MI/SDLB/PAKET A
3. Tingkat 2
Kelas IV SD/MI/SDLB/PAKET A
Kelas V SD/MI/SDLB/PAKET A
4. Tingkat 3
Kelas VI SD/MI/SDLB/PAKET A
Kelas VII SMP/MTs/SMPLB/PAKET B
5. Tingkat 4
Kelas VIII SMP/MTs/SMPLB/PAKET B
6. Tingkat 4A Kelas IX SMP/MTs/SMPLB/PAKET B
Kelas X
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/PAKET
C/PAKET C KEJURUAN
7. Tingkat 5
Kelas XI
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/PAKET
C/PAKET C KEJURUAN
Kelas XII
8. Tingkat 6 SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/PAKET
C/PAKET C KEJURUAN

2. Tingkat Kompetensi Dan Ruang Lingkup Materi


Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar
kompetensi dasar oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika tidak
berorientasi pada penguasaan materi matematika semata, tetapi materi
matematika diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai
kompetensi. Oleh karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang
dipelajari di sekolah disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa.
Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi
matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil
belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam
kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok, untuk setiap aspeknya.
Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut didasarkan
menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak ingin di capai.
Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa
maka ruang lingkup materi matematika adalah aljabar, pengukuran dan geomerti,
peluang dan statistik, trigonometri, serta kalkulus.
o Kompetensi aljabar ditekankan pada kemampuan melakukan dan
menggunakan operasi hitung pada persamaan, pertidaksamaan dan fungsi.
o Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan menggunakan
sifat dan aturan dalam menentukan porsi, jarak, sudut, volum, dan
tranfrormasi.
o Peluang dan statistika ditekankan pada menyajikan dan meringkas data
dengan berbagai cara.
o Trigonometri ditekankan pada menggunakan perbandingan, fungsi,
persamaan, dan identitas trigonometri.
o Kalkulus ditekankan pada mengunakam konsep limit laju perubahan
fungsi.
Kemampuan matematika yang dipilih dalam standar kompetensi dirancang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat berkembang secara
optimal, serta memperhatikan pula perkembangan pendidikan matematika di
dunia sekarang ini. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut dipilih materi-
materi matematika dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman
materi, serta sifat-sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan
sehari-hari.
a) Ruang Lingkup untuk pembelajaran matematika sekolah dasar
(SD/MI) sebagai berikut:
1) Bilangan
2) Geometri dan pengukuran
3) Pengolahan data
b) Ruang lingkup mata pelajaran matematika untuk sekolah menengah
pertama adalah sebagai berikut:
1) Bilangan
o Melakukan dan mengunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan
dalam pemecahan masalah
o Menaksir hasil operasi hitung
2) Geometri dan Pengukuran
o Mengidentifikasi bangun datar dan bangun ruang menurut sifat,
unsur, atau kesebangunannya
o Melakukan operasi hitung yang melibatkan keliling, luas, volume,
dan satuan pengukuran
o Menaksir ukuran (misal: panjang, luas, volume) dari benda atau
bangun geometri
o Mengidentifikasi sifat garis dan sudut dalam pemecahan masalah
3) Peluang dan statistika
o Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data (ukuran
pemusatan data)
o Menentukan dan menafsirkan peluang suatu kejadian
4) Aljabar
o Melakukan operasi hitung pada persamaan, pertidaksamaan, dan
fun fungsi, meliputi: bentuk linear, kuadrat, barisan dan deret,
dalam pemecahan masalah.
c) Ruang lingkup mata pelajaran matematika untuk Sekolah Menengah
Atas dan Madrasah Aliyah adalah sebagai berikut:
1) Pengukuran dan geometri
o Menggunakan sifat dan aturan dalam menentukan posisi, jarak,
sudut, volume, dan transformasi dalam pemecahan masalah
2) Peluang dan Statistika
o Menyusun dan menggunakan kaidah pencacahan dalam
menentukan banyak kemungkinan
o Menentukan dan menafsirkan peluang kejadian majemuk
o Menyajikan dan meringkas data dengan berbagai cara dan
memberi tafsiran
3) Trigonometri
o Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas
trigonometri dalam pemecahan masalah
o Menggunakan manipulasi aljabar untuk merancang/menyusun
bukti
4) Aljabar
o Menggunakan operasi dan manipulasi aljabar dalam pemecahan
masalah yang beraitan dengan: bentuk pangkat, akar, logaritma,
persamaan dan fungsi komposisi dan fungsi invers
o Menyusun/menggunakan persamaan lingkaran dan garis
singgungnya
o Menggunakan algoritma pembagian, teorema sisa, dan teorema
faktor dalam pemecahan masalah
o Merancang dan menggunakan model matematika program linear
o Menggunakan sifat dan aturan yang berkaitan dengan barisan,
deret, matriks, vektor, transformasi, fungsi eksponen, dan
logaritma dalam pemecahan masalah
5) Kalkulus
o Menggunakan konsep limit fungsi, turunan, dan integral dalam
pemecahan masalah
3. Kompetensi Inti
Menurut Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tantang standar isi.
Kompetensi Inti (KI) adalah Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3 (tiga)
ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi
sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan
pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup
aspek spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan
pendidikan nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri
atas 4 (empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan.
Menurut Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar. Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki
seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas.
4. Kompetensi Dasar
Menurut Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar. Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi
pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata
pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi
inti. Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan materi
pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan
yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi inti dan kompetensi dasar
digunakan sebagai dasar untuk perubahan buku teks pelajaran pada pendidikan
dasar dan pendidikan menengah.
5. Beban Belajar
Berdasarkan Peraturan Kemendikbud Nomor 61 Tahun 2014 yang mengatur
tentang beban belajar. Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang
pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem
paket atau sistem kredit semester. Kedua sistem tersebut dipilih berdasarkan
jenjang dan kategori satuan pendidikan yang bersangkutan.
a. Beban belajar diatur dalam Sistem Paket atau Sistem Kredit Semester.
1) Sistem paket
Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam
struktur kurikulum setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan
alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester
gasal dan genap dalam satu tahun ajaran. Beban belajar pada sistem
paket terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri.
Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri,
maksimal 40% untuk SD/MI, maksimal 50% untuk SMP/MTs, dan
maksimal 60% untuk SMA/MA/SMK/MAK dari waktu kegiatan tatap
muka mata pelajaran yang bersangkutan. Sistem SKS
2) Sistem kredit Semester
Sistem Kredit Semester (SKS) dapat diselenggarakan pada
SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK yang terakreditasi A dari BAN
S/M. Beban belajar setiap mata pelajaran pada SKS dinyatakan dalam
satuan kredit semester (SKS).
Beban belajar kegiatan tatap muka, kegiatan terstruktur, dan
kegiatan mandiri pada satuan pendidikan yang menggunakan SKS
mengikuti aturan sebagai berikut:
a) Pada SMP/MTs 1 (satu) sks terdiri atas: 40 menit kegiatan tatap
muka, 40 menit kegiatan terstruktur, dan 40 menit kegiatan mandiri.
b) Pada SMA/MA/SMK/MAK 1 (satu) sks terdiri atas: 45 menit
kegiatan tatap muka, 45 menit kegiatan terstruktur, dan 45 menit
kegiatan mandiri.
b. Beban Belajar Tambahan
Satuan pendidikan boleh menambah beban belajar berdasarkan
pertimbangan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik,
sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan
dan/atau daerah, atas beban pemerintah daerah atau satuan pendidikan yang
menetapkannya.
6. Kalender pendidikan
Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan
dengan mengikuti kalender pendidikan. Kalender pendidikan merupakan
pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun
ajaran yang mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu
pembelajaran efektif, dan hari libur.
a) Permulaan Tahun Ajaran
Permulaan tahun ajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran
pada awal tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan.
b) Pengaturan Waktu Belajar Efektif
1) Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran
untuk setiap tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan,
2) Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap
minggu yang meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata
pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan
lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan, yang pengaturannya
disesuaikan dengan keadaan dan kondisi daerah.
c) Pengaturan Waktu Libur
Penetapan waktu libur dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang
berlaku tentang hari libur, baik nasional maupun daerah. Waktu libur dapat
berbentuk jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun ajaran,
hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan
hari libur khusus.
D. Standar Proses
1. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016
Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses
dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang
telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan:
a) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
b) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar;
c) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
d) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
e) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
f) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
g) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
h) Deningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
i) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
j) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
k) Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
l) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa
saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
m) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
n) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

2. Karakteristik Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan
memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus
dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan
pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk
setiap satuan pendidikan.
Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses
psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi
beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik
standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu
(tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya
kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).
Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut

Sikap Pengetahuan Keterampilan


Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
Mencipta

Karakteristik roses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik


kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A disesuaikan
dengan tingkat perkembangan peserta didik. Karakteristik proses pembelajaran
disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di
SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta
didik. Proses pembelajaran di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan
mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan IPS. Karakteristik proses
pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan secara
keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih
dipertahankan. Standar Proses pada SDLB, SMPLB, dan SMALB diperuntukkan
bagi tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal.
Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang
taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara
umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian
pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, affektif
dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai
negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah
mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga
ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak
bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran
secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
3. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan
pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan
skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan
pembelajaran yang digunakan.
a. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
1) Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
2) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
3) Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran;
4) Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
5) Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
6) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi;
7) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
8) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
9) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
10) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola
pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai
acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam
upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali
pertemuan atau lebih.
Komponen RPP terdiri atas:
1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
3) Kelas/semester;
4) Materi pokok;
5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD
dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
8) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi;
9) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan
dicapai;
10) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
11) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
12) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan,
inti, dan penutup; dan
13) Penilaian hasil pembelajaran.

c. Prinsip Penyusunan RPP


Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat
intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2) Partisipasi aktif peserta didik.
3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi,
minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
4. Pelaksanaan Pembelajaran
a. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1. Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran
a) SD/MI : 35 Menit
b) SMP/MTs : 40 Menit
c) SMA/MA : 45 Menit
d) SMK/MAK : 45 Menit

2. Rombongan Belajar
Jumlah rombongan belajar per satuan pendidikan dan jumlah
maksimum peserta didik dalam setiap rombongan belajar dinyatakan dalam
tabel berikut:

No Satuan Jumlah Jumlah Maksimum


Pendidikan Rombongan Peserta Didik Per
Belajar Rombongan Belajar
1. SD/MI 6-24 28
2. SMP/MTs 3-33 32
3. SMA/MA 3-36 36
4. SMK 3-72 36
5. SDLB 6 5
6. SMPLB 3 8
7. SMALB 3 8

3. Buku Teks Pelajaran


Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pembelajaran yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik.
4. Pengelolaan Kelas dan Laboratorium
a) Guru wajib menjadi teladan yang baik bagi peserta didik dalam
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta
mewujudkan kerukunan dalam kehidupan bersama.
b) Guru wajib menjadi teladan bagi peserta didik dalam menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
c) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik dan
sumber daya lain sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses
pembelajaran.
d) Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus
dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
e) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah
dimengerti oleh peserta didik.
f) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik.
g) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan
keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
h) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan
hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
i) Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
j) Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
k) Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik
silabus mata pelajaran; dan
l) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.
b. Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran
Secara prinsip, menurut Permendikbud No 81a tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum, kegiatan pembelajaran merupakan proses
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi merekan menjadi kemampuan yang semakin lama
semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa serta
berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu,
pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik
menjadi kompetensi yang diharapkan.
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen
kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang : (1)
berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreatifitas peserta didik, (3)
menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai,
etika, estetika, logika dan kinestesia, dan (5) menyediakan pengalaman belajar
yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran
yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien dan bermakna.
Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif
mencari, mengolah, mengkontruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk
itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada
peserta didik untuk mengkontruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya.
Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta
didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala
sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.
c. Metode pembelajaran dalam kurikulum 2013
1) Pendekatan Scientifik pada proses pembelajaran
a) Pengertian
Pelaksanaan proses pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan Scientifik. Pembelajaran 32 dengan metode Scientifik
dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa sehingga peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum
atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”
(Kemendikbud, 2013). Pada pelaksanaannya pendekatan ini
menekankan pada lima aspek penting, yaitu mengamati, menanya,
mencoba, menalar dan komunikasi.
(1) Mengamati
Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan
erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam keadaan
sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup
mencari informasi, melihat, mendengar, membaca dan atau
menyimak. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka
kesempatan bagi peserta didik untuk secara luas dan bervariasi
melakukan pengamatan. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
secara luas dan bervariasi melakukan pengamatan, melatih 33
mereka untuk memperhatikan hal yang penting dari suatu benda
atau objek.
(2) Menanya
Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses
membangun pengetahuan siswa dalam bentuk fakta, konsep,
prinsip, prosedur, hukum dan teori. Tujuannya agar siswa
memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi secara kritis, logis,
dan sistematis (critical thinking skills). Proses menanya bisa
dilakukan melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok serta
diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang pada
peserta didik untuk mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa
sendiri. Guru membimbing peserta didik agar mampu
mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang
konkrit sampai abstrak. Melalui kegiatan bertanya, rasa ingin
tahu peserta didik dikembangkan. Semakin terlatih dalam
bertanya, rasa ingin tahu semakin berkembang.
(3) Mengumpulkan informasi/eksperimen
Kegiatan eksperimen bermanfaat untuk meningkatkan
keingintahuan siswa dalam memperkuat pemahaman fakta,
konsep, prinsip, ataupun prosedur dengan cara mengumpulkan
data, mengembangkan kreativitas dan keterampilan kerja 34
ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan
melakukan eksperimen (praktek), menyajikan data,mengolah
data, dan menyusun kesimpulan. Pemanfaatan sumber belajar
termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
sangat disarankan. Tindak lanjut dari kegiatan bertanya adalah
menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
melalui berbagai cara. Agar terkumpul sejumlah informasi,
peserta didik dapat lebih banyak membaca buku,
memperhatikan fenomena, atau objek dengan lebih teliti,
bahkan melakukan eksperimen.
(4) Mengasosiasi
Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun
kemampuan berfikir dan bersikap ilmiah. Informasi (data) hasil
kegiatan mencoba menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya,
yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu
informasi dengan informasi yang lainnya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai
kesimpulan dari pola yang ditemukan. Data yang diolah
diklasifikasi, diolah, dan ditentukan hubungan-hubungan yang
spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi
yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa
melakukan 35 aktivitas antara lain menganalisis data,
mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan
memprediksi / mengestimasi dengan memanfaatkan lembar
kerja diskusi atau praktek. Hasil kegiatan mencoba dan
mengasosiasi memungkinkan siswa berfikir kritis tingkat tinggi
(higher order thinking skills).
(5) Mengkomunikasikan
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa
yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut
disampaiakn di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan
mengkomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa,
diagram atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu
mengkomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan
penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat
laporan, dan/atau unjuk karya.
b) Keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan belajar dan
maknanya
Menurut Permendikbud No 81a Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum, kegiatan pembelajaran 36 menggunakan pendekatan
santifik dapat dirinci dalam tabel berikut ini:
Tabel keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan
belajar dan maknanya
Langkah Kompetensi Yang
Kegiatan Belajar
Pembelajaran Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar, Melatih
menyimak, melihat (tanpa kesungguhan,
atau dengan alat) ketelitian, mencari
informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan Mengembangkan
tentang informasi yang kreativitas, rasa
tidak difahami dari apa ingin tahu,
yang diamati atau kemampuan
pertanyaan untuk merumuskan
mendapatkan informasi pertanyaan untuk
tambahan tentang apa membentuk pikiran
yang diamati (dimulai dari kritis yang perlu
pertanyaan faktual sampai untuk hidup cerdas
ke pertanyaan yang dan belajar
bersifat hipotetik) sepanjang hayat.
Mengumpulka - Melakukan eksperimen - Mengembangkan
n informasi/ Membaca sumber lain sikap teliti, jujur,
eksperimen selain buku teks - sopan, menghargai
Mengamati objek/ pendapat orang
kejadian/ aktifitas - lain, kemampuan
Wawancara dengan berkomunikasi,
narasumbe menerapkan
kemampuan
mengumpulkan
informasi melalui
berbagai cara yang
dipelajari,
mengembangkan
Langkah Kompetensi Yang
Kegiatan Belajar
Pembelajaran Dikembangkan
kebiasaan belajar
dan belajar
sepanjang hayat.
Mengasosiasik - Mengolah informasi Mengembangkan
an / mengolah yang sudah dikumpulkan sikap jujur, teliti,
informasi baik terbatas dari hasil disiplin, taat aturan,
kegiatan mengumpulkan / kerja keras,
eksperimen maupun hasil kemampuan
dari kegiatan mengamati menerapkan
dan kegiatan prosedur dan
mengumpulkan informasi. kemampuan
- -Pengolahan informasi berfikir induktif
yang dikumpulkan dari serta deduktif
yang bersifat menambah dalam
keluasaan dan kedalaman menyimpulkan.
sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat
mencari solusi dari
berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada
yang bertentangan.
Mengkomunik Menyampaikan hasil Mengembangkan
asikan pengamatan, kesimpulan sikap jujur, teliti,
berdasarkan hasil analisis toleransi,
secara lisan, tertulis, atau kemampuan
media lainnya. berfikir sistematis,
mengungkapkan
pendapat dengan
singkat dan jelas,
dan
mengembangkan
kemampuan
berbahasa yang
baik dan benar.

c) Karakteristik pembelajaran dengan metode saintifik


Pembelajaran dengan metode Saintifik memiliki karakteristik sebagai
berikut:
o Berpusat pada siswa
o Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi
konsep, hukum atau prinsip.
o Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa. sambungan 38 (d) Dapat
mengembangkan karakter siswa.
o Tujuan pembelajaran dengan metode Saintifik Beberapa tujuan
pembelajaran dengan metode saintifik adalah:
o Untuk meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
o Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
o Terciptanya kondisi pembelajaran yang menyebabkan siswa
merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
o Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
o Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ideide, khususnya
dalam menulis karya ilmiah.
o Untuk mengembangkan karakter siswa.

d) Prinsip-prinsip pembelajaran Saintifik


Beberapa prinsip pembelajaran dengan metode saintifik, yaitu:
o Pembelajaran berpusat pada siswa
o Pembelajaran membentuk students’ self concept
o Pembelajaran terhindar dari verbalisme
o Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
o Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir siswa
o Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru
o Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan
dalam komunikasi
o Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
2) Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
a) Pengertian
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah konstektual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Peserta didik bekerja dalam
tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world)
(Kemendikbud, 2013).

b) Langkah – langkah proses pembelajaran berbasis masalah


(Kemendikbud, 2013).
(1) Konsep dasar (basic concept)
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau
link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal
ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam
atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat
tentang arah dan tujuan pembelajaran.
(2) Pendefinisian masalah (Defining the problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau
permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan
brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan
pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas
sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif
pendapat.
(3) Pembelajaran mandiri (self learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas
isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat
dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan,
halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama yaitu (1) agar
peserta didik mencari informasi dan mengembangkan
pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah
didiskusikan dikelas, (2) informasi dikumpulkan dengan satu
tujuan yaitu dipresentasikan dikelas dan informasi tersebut
haruslah relevan dan dapat dipahami.
(4) Pertukaran pengetahuan (exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman
materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya peserta
didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi
capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan
kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan
cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
(5) Penilaian (assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR,
dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat
diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

3) Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek)


a) Pengertian
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah
metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan media.
Peserta didik melakukan 42 eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk sumber
belajar.
b) Langkah operasional pembelajaran berbasis proyek.
(1) Penentuan pertanyaan mendasar
Pada langkah penentuan pertanyan mendasar, guru
menganalisis kompetensi inti dan standar kompetensi. Pada
materi yang sesuai dengan model pembelajaran project, guru
melakukan inventarisasi dan memilih KD yang benar-benar
sesuai dengan model pembelajaran ini.
(2) Menyusun rencana proyek
Guru dan siswa secara berkelompok melakukan penyusunan
rencana proyek yang mencakup mempersiapkan perlengkapan
yang diperlukan serta mempersiapkan bagaimana cara
menyelesaikan proyek yang telah direncanakan.
(3) Menyusun jadwal
Penyusunan jadwal diperlukan guna menentukan target waktu
pengerjaan proyek dan juga agenda yang harus dilaksanakan.
(4) Monitoring
Monitoring dilakukan oleh guru untuk mengetahui dimana
siswa mendapatkan kesulitan dan kapan siswa memerlukan
bantuan guru.
(5) Menguji hasil
Hasil dari proyek tersebut diuji kesesuaiannya dengan standar
yang dibuat sebelumnya.
(6) Evaluasi pengalaman
Evaluasi pengalaman diperlukan untuk mengingat kembali
usaha peserta didik dalam pembuatan proyek. Selain itu untuk
mengetahui kesulitankesulitan yang terjadi dan juga cara
mengatasi permasalahan tersebut.
c) Sistem penilaian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap
suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian
data. Pada penilaian proyek setidakya ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu :
 Kemampuan pengelolaan, adalah kemampuan peserta didik dalam
memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan.
 Relevansi, adalah kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan dalam pembelajaran.
 Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan
hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
4) Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
a) Pengertian
Metode discovery learning adalah metode pembelajaran
yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
b) Langkah–langkah operasional pembelajaran penemuan
(1) Stimulation (stimulasi/ pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu
yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan
untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai
kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah
pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang
dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan.
(2) Problem Statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agendaagenda yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya diplilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah).
(3) Data Collection (Pengumpulan Data)
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak
didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya
(4) Data Processing (Pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua
informasi hasil bacaan, wawancara, observasi dan sebagainya
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan
bila perlu dihiting dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu.
(5) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil data processing.
(6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi / menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
c) Sistem penilaian
Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif,
proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk
penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dalam model
pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis.
Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap atau
penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat
dilakukan dengan pengamatan.
d) Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP,
meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran;
b) Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual
sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan
sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan
lokal, nasional dan internasional, serta disesuaikan dengan
karakteristik dan jenjang peserta didik;
c) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari;
d) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai; dan
e) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan /atau tematik
terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan
(discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning)
disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.
a) Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif
yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, hingga
mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi
pada tahapan kompetensi yang mendorong peserta didik
untuk melakuan aktivitas tersebut. 12
b) Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam
domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan
dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk
memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan
tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan
karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun
kelompok, disarankan yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).
c) Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Seluruh isi materi (topik dan sub topik) mata pelajaran yang
diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik
untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan.
Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan
pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) dan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
d) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik
secara individual maupun kelompok melakukan refleksi
untuk mengevaluasi:
o Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-
hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama
menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
o Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran;
o Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pemberian tugas, baik tugas individual maupun
kelompok; dan
o Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.

5. Penilaian
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses,
dan hasil belajar secara utuh. Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk
merencanakan program perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan
(enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai
dengan Standar Penilaian Pendidikan.
Menurut Standar Penilaian Pendidikan, penilaian hasil belajar peserta
didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi tiga aspek,
yaitu sikap, pengetahuan. dan keterampilan. Penilaian sikap merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi
deskriptif mengenai perilaku peserta didik. Penilaian pengetahuan
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan
pengetahuan peserta didik. Sedangkan penilaian keterampilan merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik
menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran
dengan menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya, rekaman,
catatan anekdot, dan refleksi. Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan saat
proses pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran dengan menggunakan
metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan tes tulis. Secara singkat skema
untuk ketiga penilaian tersebut adalah sebagai berikut (Panduan Penilaian
Oleh Pendidik Dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas, 2017).
Secara rinci teknik dan pengolahan hasil penilaian dapat dilihat pada
standar penilaian dan Buku Panduan Penilaian Oleh Pendidik Dan Satuan
Pendidikan untuk masing-masing jenjang pendidikan.

6. Pengawasan
Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara
berkala dan berkelanjutan. Pengawasan proses pembelajaran dilakukan
oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas. Pengawasan dilakukan
dengan prinsip objektif dan transparan guna peningkatan mutu secara
berkelanjutan.
Sistem pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas,
dan dinas pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.
a. Pemantauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan
melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan,
perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
b. Supervisi
Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui
antara lain, pemberian contoh pembelajaran di kelas, diskusi, konsultasi,
atau pelatihan.
c. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran
disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut
pengembangan keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan
d. Tindak Lanjut
Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
 Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja
yang memenuhi atau melampaui standar; dan
 Pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program
pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2017. Panduan Penilaian Oleh Pendidik
dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Kemendikbud

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


2016. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun


2016. Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun


2016. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun


2016. Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: BNSP

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun


2016. Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: BNSP

Rosari, Meitras Andri. 2017. Perkembangan Kurikulum Indonesia: Makalah

Syah Darwyn. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional

Anda mungkin juga menyukai