Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi secara
langsung telah memberikan dampak pada tersedianya sarana dan prasarana
transportasi yang memadai. Keberadaan sarana dan prasarana ini memberikan
dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah memenuhi kebutuhan hidup
dengan cepat tanpa harus berjalan kaki, sedangkan dampak negatifnya adalah dapat
terjadi kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan patah tulang bahkan kematian
(Sjamsuhidajat, 1997).
Kecelakaan lalu lintas merupakam salah satu penyebab bagi tingginya angka
kejadian patah tulang atau fraktur. Tulang itu sendiri merupakan salah stusub sistem
dari sitem muskuloskletal, yang merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan (Price dan Wison, 1995). Masalah sistem muskuloskletal biasanya tidak
mengancam jiwa, namun mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktivitas dan
produktivitas , manusia. Masalah tersebut dapat dijumpai di segala bidang praktek
keperawatan serta dalam pengalaman hidup sehari-hari termasuk fraktur.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik (Price, Sylvia, A, 1995). Fraktur bisa terjadi atau mengenai bagian tubuh
manapun, baik itu fraktur tertutup maupun fraktur terbuka. Selama ini fraktur yang
sering terjadi di masyarakat adalah fraktur yang terjadi pada tulang panjang seperti
fraktur femur.
Berdasarkan data rekam medik rawat inap RSUP Sanglah Denpasar,
didapatkan data untuk fraktur tulng anggota gerak termasuk fraktur femur dari tahun
2004 hingga triwulan II tahun 2006 sebanyak 1300 kasus. Pada tahun 2004 terdapat
sebanyak 474 kasus dimana 150 kasus pada laki-laki dan pada perempuan sebanyak
43 kasus dengan 2 pasien meninggal. Tahun 2005 terdapat sebanyak 457 kasus
fraktur tulamg anggota gerak dengan 325 kasus pada laki-laki dan 132 kasus pada

1
perempuan dan 3 orang pasien meninggal. Pada triwulan I dan II tahun 2006 jumlah
kasus fraktur tulang anggota gerak sebanyak 369 kasus dengan 278 kasus terjadi pada
laki-laki dan pada perempuan sebanyak 91 kasus dengan 4 orang pasien keluar
meninggal.
Dari data tersebut diatas dapat dilihat bahwa angka kejadian fraktur tulang
anggota gerak nasih cukup tinggi dimana jumlah pasien yang keluar meninggal
bertambah setiap tahunnya. Masalah perawatan yang timbul pada kasus fraktur tidak
dapat diabaikan beitu saja dan membutuhkan pelayanan yang komprehensif. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk menyusun laporan kasus yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN “AN” DENGAN HANERTROPHY NON
UNION FRAKTUR FEMUR SINISTRA DI RUANG ANGSOKA RSUP
SANGLAH DENPASAR PADA TANGGAL 13-15 DESEMBER 2006 ”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan studi kasus ini yaitu untuk mengetahui
gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan dan memperoleh pengalaman dalam
menyusun karya tulis ilmiah dalam bentuk studi kasus.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien fraktur
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien fraktur
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien fraktur
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien fraktur
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien fraktur.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien fraktur

2
C. Metoda Penulisan
Metoda yang digunakan dalam penulisan studi kasus ini adalah metoda
deskrANtif yaitu suatu metoda ilmiah yang menggambarkan tentang asuhan
keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan pada pasien
dengan fraktur. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan teknik tanya jawab dengan pasien dan
keluarga dalam hal identitas, alasan dirawat, keluhan utama, riwayat penyakit
serta data – data lain yang dANerlukan.
2. Observasi
Pengumpulan data dengan cara mengamati perubahan – perubahan yang terjadi
pada pasien baik secara fisik maupun psikologis
3. Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan dengan teknik : inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi pada pasien guna mendapatkan data yang obyektif
tentang keadaan paien secara umum maupun khusus.
4. Study Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara menggunakan bukti – bukti tertulis antara lain
catatan medis, catatan perawatan dan data penunjang antara lain hasil Ultra Sono
Grafi (USG) dan hasil laboratorium.
5. Study kepustakaan
Study kepustakaan dANerlukan untuk memudahkan dalam teknik pengumpulan
data yang dapat digunakan sebagai referensi atau acuan dalam melakukan
pengumpulan data.

D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam pemahaman laporan studi kasus ini, maka laporan
studi kasus ini disusun dalam empat bab dengan sub – subnya yaitu Bab I memuat
tentang pendahuluan yang melANuti latar belakang, tujuan penulisan, metoda dan

3
sistematika penulisan. Bab II memuat tentang kajian teori. Bab III memuat tentang
tinjauan kasus yang melANuti pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Bab IV merupakan bab penutup yang memuat simpulan
dan saran

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori Fraktur

1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa ( Arif Mansjoer,2000 )
Fraktur adalah patah tulang , biasanya disebabkan oleh trauma ( Sylvia A.
Price, 1995 ).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang ( Marilyn E. Doenges,1999)
Berdasarkan perluasannya Fraktur diklasifikasi menjadi dua yaitu :
1. Fraktur komplit
Terjadi bila seluruh tubuh tulang patah atau kontinuitas jaringan luas sehingga
tulang terbagi dua bagian dan garis patahnya menyebrabg dari satu sisi ke sisi yang
lain sehingga mengenai seluruh korteks.
2. Fraktur inkomplit
Diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patahan tidak menyebrang
sehingga masih ada korteks yang utuh.

Berdasarkan bentuk garis patahan, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi :


1. Fraktur linier atau transversal
Fraktur yang garis patahannya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang,
pada fraktur ini segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali
ketempat semula, maka segmen itu akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan
bidai gANs.
2. Fraktur oblik
Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut tulang, fraktur ini tidak stabil
dan sulit dANerbaiki.

5
3. Fraktur spiral
Fraktur yang hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan fraktur
semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilasasi luar.
4. Fraktur green stick
Fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulang
hanya sebagian yang masih utuh, demikian juga periosteum.
5. Fraktur kompresive
Fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada
diantaranya.

Berdasarkan hubungan fragmen tulang dan jaringan sekitar, dibedakan menjadi empat
yaitu :
1. Fraktur tertutup
Fraktur yang fragmen tulangnya mempunyai hubungan dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka
Fraktur yang fragmen tulangnya pernah berhubungan dengan dunia luar,
dimana kulit dari ekstremitas telah ditembus.
3. Fraktur komplikata
Fraktur yang disertai kerusakan jaringan saraf, pembuluh darah atau organ
yang ikut terkena.
4. Fraktur patologis
Fraktur yang disebabkan oleh adanya penyakit lokal pada tulang sehingga
kekerasan dapat menyebabkan fraktur terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah
lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainya.

6
2. Patofisiologi
1. Etiologi
a. Trauma langsung
Benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna,
patah tulang pada tempat benturan.
b. Trauma tidak langsung
Jatuh bertumpu pada lengan yang menyebabkan patah tulang klavikula, patah
tulang tidak pada tempat benturan melainkan oleh karena kekuatan trauma diteruskan
oleh sumbu tulang dan terjadi fraktur di tempat lain.
c. Etiologi lain
1) Trauma tenaga fisik ( Tabrakan, benturan )
2) Penyakit pada tulang ( proses penuaan, kanker tulang
)
3) Degenerasi spontan

2. Tanda dan gejala


a. Deformitas, mungkin terdapat kelainan bentuk pada lokasi
yang terkena.
b. Funsiolaesia
c. Nyeri tekan
d. Nyeri bila digeser
e. Krepitasi, dirasakan pada tulang fraktur yang disebabkan oleh
pergeseran dua segmen ( suara gemetar )
f. Bengkak akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti.
g. Spasme otot

7
3. Skema patofisiologi
Trauma langsung dan tidak langsung

Tekanan eksternal yang lebih besar dari yang


dapat ditahan oleh tulang

Perubahan kontinuitas pembedahan situasi baru


Aliran darah jaringan tulang

Pasca op Pre op
Risiko terhadap
Kerusakan
Pertukaran gas cedera cemas
Jaringan lunak
Terpasang alat Kurang
Spasme otot fiksasi internal pengetahuan
sekunder
- kerusakan mobilitas fisik
Nyeri - defisit perawatan diri
- risiko kerusakan integritas kulit

Trauma langsung dan tak langsung akan menyebabkan terjadinya tekanan


eksternal pada tulang yang tekanannya lebih besar dari yang dapat ditahan oleh
tulang. Tulang dikatakan fraktur bila terdapat interuksi dari kontinuitas tulang dan
biasanya disertai cedera jaringan disekitarnya yaitu ligamen, otot, tendon, pembuluh

8
darah dan persarafan. Sewaktu tulang patah maka sel-sel tulang akan mati,
perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan kedalam jaringan lunak sekitar
tulang tersebut.
Reaksi peradangan hebat terjadi setelah timbul fraktur, sel-sel darah putih dan
sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut.
Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mast dimulai. Ditempat patah terbentuk
bekuan fibrin dan berfungsi sebagai alat untuk melekatnya sel-sel baru, matur yang
disebut kalus. Bekuan fibrin direabsopsi untuk membentuk tulang sejati.
Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat apabila hematoma fraktur tulang / kalus
rusak sebelum tulang sejati terbentuk atau apabila sel-sel tulang baru rusak selama
proses kalsifikasi dan pergeseran.

3. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X ( rontgen )
Dapat melihat gambaran fraktur, deformitas, lokasi dan TANe.
2. Anteragram/menogram
Menggambarkan arus vaskularisasi.
3. CT SCAN, MRI, SCAN Tulang, Tomogram
Untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
4. Pemeriksaan Lab ( DL )
Untuk pasien fraktur yang perlu diketahui antara lain : HB, HCT (sering rendah
karena perdarahan ), WBC ( kadang meningkat karena proses infeksi )
5. Creatinin
Trauma otot meningkatkan beban creatinin untuk klirens ginjal.

9
4. Penatalaksanaan Medis
1. Reposisi / setting Tulang
Berarti pengambilan Fragmen tulang terhadap kesejahteraannya.
a. Reposisi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang keposisinya dengan memanANulasi dan traksi manual.
b. Reposisi terbuka dengan pendekatan bedah, fragmen tulang
direposisi.

2. Imobilisasi
Untuk mempertahankan reposisi sampai tahap penyembuhan.
a. Konservatif fiksasi eksterna
Alatnya : GANs, Bidai, Traksi
b. ORIF ( Open reduction Internal fictation )
Alatnya : Pen, flat screw.
3. Rehabilitasi
Pemulihan kembali / pengembalian fungsi dan kekuatan normal bagian yang
terkena

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “AN”


DENGAN HANERTROPHY NON UNION FRAKTUR FEMUR SINISTRA
DI RUANG ANGSOKA RSUP SANGLAH DENPASAR
PADA TANGGAL 13-15 DESEMBER 2006

I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 Desember 2006 pk 07.00 WITA di
kamar 102 Ruang ANGSOKA. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan catatan medik pasien.
A. Identitas
Pasien Penanggung jawab
Nama : ”AN” ”NC”
Umur : 19 tahun 52 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Status perkawinan : Belum menikah Sudah menikah
Agama : Hindu Hindu
Suku / Bangsa : Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Pendidikan : SLTP SD
Pekerjaan :- Pedagang
Alamat : Jl. Ceroring gang VIII/8, Denpasar
No CM : 01.13.77.83
Hubungan dengan pasien : Saudara

B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan sekarang

11
a. Alasan MRS
Nyeri pada paha kiri.

b. Keluhan utama
Saat pengkajian pasien mengatakan nyeri pada paha kirinya, nyeri dirasakan
semakin keras ketika bergerak, skala nyeri 5 (0-10), wajah pasien tampak
meringis.
c. Riwayat penyakit
Pasien mengatakan 4 bulan yang mengalami kecelakaan di jalan raya saat
membawa sepeda motor sendirian, kemudian menabrak mobil dari arah
berlawanan. Setelah kecelakaan, akhirnya pasien memutuskan untuk berobat
alternatif. Tidak ada perubahan setelah berobat alternatif dan pasien mengeluh
nyeri pada paha kiri. Akhirnya pasien kontrol ke poli bedah dan disarankan
MRS untuk menjalani operasi.

2. Riwayat kesehatan masa lalu


Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dan
pasien tidak pernah menderita penyakit kronis seperti DM, jantung dan
hANertensi. Pasien juga mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan
dan obat-obatan.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami
penyakit yang sama seperti pasien.

4. Riwayat psikososial dan spiritual

12
Pasien mengatakan orang yang paling dekat dengannya adalah bibinya. Di
rumag sakit pasien lebih suka tidak ditunggui oleh siapa-siapa. Pasien
memiliki interaksi dan komunikasi yang baik dengan anggota keluarga yang
lain dan dengan perawat. Pasien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya
murni karena masalah medis.

C. Data Bio Psiko Sosial Spiritual


1. Bernafas
Saat pengkajian pasien tidak mengalami kesulitan bernafas. Sebelumnya
pasien tidak pernah mengalami sesak nafas.
2. Makan dan minum
Saat pengkajian pasien mengatakan sebelum dan sesudah mengalami
kecelakaan pasien biasa makan 3 kali dengan komposisi nasi, sayur, lauk-
pauk, dan buah san selalu habis 1 porsi. Pasien juga mengatakan biasa minum
air putih sebanyak 2000 cc/hari.
3. Eliminasi BAB
Sebelum MRS pasien mengatakan biasa BAB 1 kali dan saat pengkajian
pasien mengatakan sudah BAB 1 kali dengan konsistensi feses lembek, warna
kuning dan bau khas feses.
4. Eliminasi BAK
Pasien mengatakan sebelum MRS jarana kencing dalam seharí tetapi setelah
MRS pasien mengatakan kencing kira-kira 1400 cc dalam sehari dengan
warna urine kuning bening, bau khas urine.
5. Gerak aktivitas
Pasien mengatakan mampu berpindah tempat dari tempat tidur ke kursi roda
ataupun sebaliknya tetapi pasien berjalan dengan bantuan tongkat. Pasien
mengatakan mampu melakukan aktivitas secara mandiri seperti makan,
mandi, toileting, dan berpakaian.
6. Istirahat tidur

13
Pasien mengatakan sebelum MRS biasa tidur 8-9 jam dan estela MRS pasien
biasa tidur 8-9 jam. Pasien juga mengatakan tidak pernah mengalami
gangguan tidur.
7. Pengaturan suhu tubuh
Oasien mengatakan tidak pernah mengalami peningkatan suhu tubuh selama
sakit, suhu tubuh pasien saat pengkajian normal.
8. Kebersihan diri
Sebelum MRS pasien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari dan bisa
melakukannya sendiri, gosok gigi 3 kali, dan cuci rambut 2 kali zaherí. Saat
pengkajian pasien mengatakan sudah mandi 1 kali yang dibantu oleh ibunya.
9. Rasa nyaman
Saat pengkajian pasien mengatakan nyeri pada paha kirinya, nyeri dirasakan
semakin keras ketika bergerak, skala nyeri 5 (0-10), wajah pasien tampak
meringis.
10. Rasa aman
Pasien mengatakan tidak merasa khawatir dengan keadaannya sekarang
(kakinya patah)
11. Sosialisasi dan komunikasi
Pasien mengatakan hubungan antar dan inter anggota keluarga baik dan
pasien dapat berkomunikasi baik dengan dokter dan perawat yang
merawatnya.
12. Pengetahuan / belajar
Pasien mengatakan kakinya (bagian paha) patah dan harus segera dioperasi
dan pasien bersedia melaksanakan prosedur perawatan yang diberikan
terhadapnya.
13. Rekreasi
Pasien mengatakan sebelum MRS sering bepergian bersama teman-temannya
tetapi semenjak MRS pasien hanya mengobrol dengan orang-orang di

14
sekitarnya dan jalan-jalan ke luar kamar menggunakan cursi roda ataupaun
dengan tongkat.

14. Spiritual
Pasien beragama Hindu, sembahyang setiap hari dan hari besar agama-Nya.
Sejak MRS pasien hanya berdoa di tempat tidur dan keluarganya selalu
mebanten canang di rumah sakit dan pasien yakin bahwa penyakit yang
dideritanya sekarang murni masalah medis.

D. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum
a. Kesan umum : baik
b. Kesadaran : CM
c. Bentuk tubuh : sedang
d. TB / BB : 170 / 65 kg
e. Postur tubuh : tegak
f. Warna kulit : sawo matang

2. Gejala kardinal
Suhu : 36,1C TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80x / mnt RR : 20 / mnt

3. Keadaan fisik
a. Kepala : kepala bersih, nyeri tekan (-), benjolan (-)
b. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, reflek pupil (n), isokor,
pergerakan bola mata baik
c. Wajah : bentuk simetris, tampak segar

15
d. Hidung : simetris, sekret (-), nafas cuping hidung (-), mukosa merah
e. Telinga : serumen (-), cukup bersih, simetris
f. Gigi dan mulut : mukosa bibir lembab, stomatitis (-), kerusakan gigi (-), gigi
lengkap
g. Leher : benjolan (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
h. Thorax : simetris, benjolan kelenjar tiroid (-)
i. Abdomen : simetris, nyeri tekan (-), BU(+)N
j. Extremitas
Atas : edema (-), akral hangat, cukup bersih
Bawah : edema (-), akral hangat, cukup bersih,terdapat fraktur pada kaki kiri
k. Genetalia : cukup bersih
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil pemeriksaan tanggal 5 Desember 2006
Femur (s) AP / lat
- Tampak fraktur lama femur (s) 1/3 tengah ad axim cum contfactionum yang
terpasang gANs spalk, kedudukan kurang
- Callus (-)
- Tanda osteomyelitis (-)
2. Hasil pemeriksaan DL tanggal 1Desember 2006
WBC : 6,6
RBC : 4,90
HGB : 14,1
HCT : 42,3
MCV : 86,4
MCH : 28,7
MCHC : 33,2
PLT : 282

16
II. Diagnosa
A. Analisa Masalah
No. Data Perawatan Standar Normal Masalah
1. DS:” Pasien mengatakan nyeri - Tidak terasa Gangguan rasa
pada paha kirinya, nyeri nyeri pada paha kiri, nyaman (nyeri
dirasakan semakin keras skala nyeri 0(0-10) akut)
ketika bergerak, skala nyeri
5 (0-10)
DO:Wajah pasien tampak - Pasien tampak
meringis rileks
2. DS : ” Pasien mengataka - Pasien dapat Kerusakan
mampu berpindah tempat berjalan seperti biasa mobilitas fisik
dari tempat tidur ke kursi tanpa bantuan kursi
roda ataupun sebaliknya roda/tongkat
tetapi pasien berjalan
dengan bantuan tongkat
DO : Pasien tampak - Pasien dapat
menggunakan kursi berjalan seperti biasa
roda/tongkat tanpa menggunakan
kursi roda/tongkat

B. Rumusan Masalah
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut)
2. Kerusakan mobilitas fisik

C. Analisa Masalah
1. P : Gangguan rasa nyaman (nyeri akut)
E : terputusnya kontinuitas fragmen tulang femur
S : pasien mengatakan nyeri pada paha kirinya, nyeri dirasakan semakin
keras ketika bergerak, skala nyeri 5 (0-10), wajah pasien tampak meringis.

17
Proses terjadi : trauma langsung dan tidak langsung akan
menyebabkantekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat ditahan
oleh tulang. Hal ini akan menyebabkan kontinuitas jeringan tulang.
Kontinuitas jeringan tulang akan mengakibatkan cedera jeringan lunak
dan akan menyebabkan spasme otot sekunder. Hal tersebut yang akan
menimbulkan rasa nyeri.
Akibatnya : Jika tidak diberikan intervensi akan menyebabkan terjadinya
syok neurogenik.
2. P : Kerusakan mobilitas fisik
E : kerusakan rangka neuromuskuler
S : pasien mengatakan mampu berpindah tempat dari tempat tidur ke kursi
roda ataupun sebaliknya tetapi pasien berjalan dengan bantuan
tongkat, Pasien tampak menggunakan kursi roda/tongkat
Proses terjadi : di dalam terjadinya kontinuitas jaringan tulang akan
dilakukan pembedahan. Sebelum dilakukan pembedahan akan dANasang
alat fiksasi eksternal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kerusakan
mobilitas fisik.
Akibatnya : jika tidak diberikan intervensi akan menyebabkan kontraktur.

D. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b/d terputusnya
kontinuitas fragmen tulang fémur d/d pasien mengatakan nyeri pada paha
kirinya, nyeri dirasakan semakin keras ketika bergerak, skala nyeri 5 (0-
10), wajah pasien tampak meringis.
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka
neuromuskuler d/d pasien mengatakan mampu berpindah tempat dari
tempat tidur ke kursi roda ataupun sebaliknya tetapi pasien berjalan
dengan bantuan tongkat, Pasien tampak menggunakan kursi roda/tongkat

18
III. Perencanaan
A. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Dx 1
2. Dx 2

B. Rencana Keperawatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “AN”
DENGAN HANERTROPHY NON UNION FRAKTUR FEMUR SINISTRA
DI RUANG ANGSOKA RSUP SANGLAH DENPASAR
PADA TANGGAL 13 DESEMBER 2006

No. Hari/tgl Dx Tujuan Rencana tindakan Rasional


1. Kamis,13 1 Setelah diberikan - Kaji skala - Mempengaruhi
Desember askep selama nyeri pengawasan
2006 2x24 jam keefektifan
diharapkan nyeri intervensi, tingkat
dapat terkontrol ansietas dapat
dengan KE : mempengaruhi
- tidak terasa persepsi / reaksi
nyeri pada terhadap nyeri
paha kirinya - Pertahankan - Menghilangkan
- wajah imobilisasi nyeri dan
pasien tampak bagian yang mencegah
rileks sakit kesalahan posisi
- Skala nyeri tulang / tegangan
0 (010) jaringan yang
cedera
- Lakukan dan - Mempertahankan
awasi latihan kekuatan/mobilitas
gerak aktif / otot yang sakit dan
pasif memudahkan
resolusi inflamasi
pada jaringan yang
cedera
- Ajarkan - Memfokuskan
teknik distraksi kembali perhatian
dan relaksasi meningkatkan rasa
kontrol dan dapat
meningkatkan

19
kemampuan
koping dalam
manajemen nyeri
- Kolaborasi - Diberikan untuk
pemberian obat menurunkan nyeri /
analgetik spasme otot
sesuai dengan
indikasi
2. Kamis,13 2 Setelah diberikan - Kaki derajat - Pasien mungkin
Desember askep selama imobilisasi dibatasi oleh
2006 2x24 jam pandangan
diharapkan pasien diri/persepsi diri
dapat tentang
mempertahankan keterbatasan fisik
posisi fungsional aktual,
mempertahankan memerlukan
mobilitas fisik informasi/intervens
dengan KE : i untuk
- Pasien meningkatkan
dapat berjalan kemajuan
tanpa kesehatan
menggunakan - Dorong - Memberikan
kursi partisANasi kesempatan untuk
roda/tongkat pada aktivitas mengeluarkan
therapeutik energi
- Dorong - Kontraksi otot
latihan mulai isometrik tanpa
dengan tungkai menekuk sendi
yang tidak atau menggerakkan
sakit tungkai dan
membantu
mempertahankan
kekuatan dan masa
otot

20
IV. Pelaksanaan
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “AN”
DENGAN HANERTROPHY NON UNION FRAKTUR FEMUR SINISTRA
DI RUANG ANGSOKA RSUP SANGLAH DENPASAR
PADA TANGGAL 13 – 15 DESEMBER 2006
Tindakan
No. Hari/tgl Dx Evaluasi Respon Paraf
Keperawatan
1. Jumat,14 Des
2006
10.00 1 - Mengajarkan - Pasien kooperatif
pasien teknik dan mau
distraksi dan melaksanakan
relaksasi

10.20 1 - Mengajarkan dan - Pasien kooperatif


mengawasi latihan dan mau
gerak aktif/pasif melaksanakan

10.40 1 - Menganjurkan - Pasien tampak tidak


untuk menghiraukan,
mempertahkan pasien tetap saja
imobilisasi bagian berjalan-jalan
yang sakit menggunakan
tongkat

11.00 1 - Mengkaji skala - Pasien mengatakan


nyeri pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-
tusuk, lama nyeri  3
menit dan hilang jika
posisi kaki diberi
posisi yang nyaman,
pasien tampak
meringis, skala nyeri

21
4 (0-10)

12.30 2 - Mengkaji skala - Pasien mengatakan


imobilisasi bisa berpindah
tempat tetapi tidak
bisa berjalan tanpa
bantuan kursi
roda/tongkat

12.40 2 - Mendorong - Pasien mengangguk


pasien untuk dan mengatakan
latihan mulai akan berusaha
dengan tungkai
yang tidak skit
2. Sabtu, 15 Des
2006
14.30 1 - Mengajarkan - Pasien kooperatif
pasien teknik dan mau
distraksi dan melaksanakan
relaksasi

14.50 1 - Mengajarkan dan - Pasien kooperatif


mengawasi latihan dan mau
gerak aktif/pasif melaksanakan

15.00 1 - Menganjurkan - Pasien tampak tidak


untuk menghiraukan,
mempertahkan pasien tetap saja
imobilisasi bagian berjalan-jalan
yang sakit menggunakan
tongkat

15.30 1 - Mengkaji skala - Pasien mengatakan


nyeri pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-
tusuk, lama nyeri  3
menit dan hilang jika
posisi kaki diberi
posisi yang nyaman,
pasien tampak
meringis, skala nyeri
4 (0-10)

22
16.00 2 - Mengkaji skala - Pasien mengatakan
imobilisasi bisa berpindah
tempat tetapi tidak
bisa berjalan tanpa
bantuan kursi
roda/tongkat

16.20 2 - Mendorong - Pasien mengangguk


pasien untuk dan mengatakan
latihan mulai sudah berusaha
dengan tungkai
yang tidak skit

V. Evaluasi
EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “AN”
DENGAN HANERTROPHY NON UNION FRAKTUR FEMUR SINISTRA
DI RUANG ANGSOKA RSUP SANGLAH DENPASAR
PADA TANGGAL 13 – 15 DESEMBER 2006
No. Hari/tgl Dx Evaluasi Paraf
1. Sabtu,15 Des
2006
15.30 1 S : “Pasien mengatakan mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk, lama nyeri  3 menit
dan hilang jika posisi kaki diberi posisi
yang nyaman, skala nyeri 4 (0-10)”
O : Wajah pasien tampak meringis.
A : Tujuan belum tercapai
P : Kombinasikan renpra
2. Sabtu,15 Des 2 S : “Pasien mengatakan bisa berpindah tempat
2006 tetapi tidak bisa berjalan tanpa bantuan
16.20 kursi roda/tongkat”
O: Pasien tampak masih berjalan menggunakan
tongkat
A : Tujuan belum tercapai
P : Kombinasikan renpra

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik (Price, Sylvia, A, 1995). Fraktur bisa terjadi atau mengenai bagian tubuh
manapun, baik itu fraktur tertutup maupun fraktur terbuka. Selama ini fraktur yang
sering terjadi di masyarakat adalah fraktur yang terjadi pada tulang panjang seperti
fraktur femur.
Penyembuhan patah tulang femur pada prinsANnya sama dengan patah tulang
lainnya. Pada saat tulang patah, tubuh mengadakan proses penyembuhan dengan
perbaikan jejas. Dalam waktu 42 – 72 jam terdapat hematoma disekitar fraktur karena
adanya nekrosis, fibroblas dan osteoblas bermigrasi segera membentuk granulasi
sebagai awal penyembuhan. Sehingga terbentuk vaskularisasi dan proliferasi
disekitar fraktur jaringan dan dinamakan callus. Pembentukan callus menyatukan
jaringan tulang. Callus ditranformasikan dari jaringan yang hilang ketulang.
Osteoclast dan Pagocytes memindahkan runtuhan jaringan necrotik dan direabsorbsi.
Proses pembentukan dan reabsorbsi disebut remodelling. Remodelling berlangsung
sekitar 6 minggu. Pada lansia berlangsung lebih lama 3 – 6 bulan karena masa
tulangnya kurang.
Peran perawat dalam penanganan pasien Fraktur Femur 1/3 Proximal Dextra
Post ORIF yakni melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi nyeri yang dapat muncul pada luka

24
bekas operasi (ORIF) serta memberikan informasi akan pentingnya latihan gerak aktif
pasif (ROM) pada pasien pasca fraktur untuk mempercepat proses penyembuhan.

B. Saran
Agar teman sejawat selalu memberikan dorongan kepada pasien pasca fraktur
agar melaksanakan latihan gerak aktif pasif (ROM) demi mempercepat proses
penyembuhan.

25

Anda mungkin juga menyukai