Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI PENUAAN

Dosen Penguji : Agus Prasetyo, SKM, M, Kes

Disusun Oleh :
Nama : Anita Puspitasari
NIM : P1337420417065
Tingkat : 3A

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul ” teori penuaan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah keperawatan gerontik program study D3 Keperawatan
Blora .
Selain itu, penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan banyak kesalahan. Oleh karena itu dimohon kepada dosen
pembimbing keperawatan gerontik untuk memberikan kritik dan sarannya.

Blora, 21 september 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….1
A. Latar Belakang …………………………………………………………….2
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….3
C. Tujuan Penulis……………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Penuan…………………………………………………………….6
B. Teori-Teori Penuan…………………………………………………………7
1. Teori Biologis……………………………………………………………8
2. Teori Psikososiologis…………………………………………………….9
C. BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………………………10
2. Saran……………………………………………………………………..11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gerontologi, studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang
berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis,
psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Perawat yang merencanakan dan
memberikan perawatatn pada orang diusianya yang telah lanjut mendukung dan
mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk asuhan keperawatan selama tahap
akhir kehidupan ini.
Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa
terjadi penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan proses penuaan.
Setiap orang akan mengalami enuaan, tetapi penuaan pada setiap individu akan berbeda
tergantung faktor herediter, stresor lingkungan, dan sejumlah besar faktor yang lain.
Walaupun tidak ada satu teori yang dapat menjelaskan peristiwa fisik, psikologis, dan
peristiwa sosial yang kompleks yang terjadi dari waktu ke waktu, suatu pemahaman
dari penelitian dan teori-teori yang dihasilkan sangant penting bagi perawat untuk
membantu orang lanjut usia memelihara kesehatan fisik dan psikis yang sempurna.
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi
biasanya dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan
psikosoaial. Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian
pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada
tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bagaimana
proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, yang menjadi fokus pembahasan dari penulisan makalah ini
adalah bagaimana penjelasan mengenai teori-teori penuaan, yang meliputi:
1. Teori Biologis, terdiri dari:
a) Teori Radikal Bebas
b) Teori Genetika
c) Teori Cross Link

4
d) Teori Wear and Tear
e) Teori Imunologis
f) Teori Neuroendokrin
g) Riwayat Lingkungan
2. Teori Psikososial, terdiri dari:
a) Teori Kepribadian
b) Teori Tugas Perkembangan
c) Teori Disengagement
d) Teori Aktivitas
e) Teori Kontinuitas
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan lebih mendetail lagi
mengenai mata kuliah keperawatan komunitas 2 khusus nya untuk materi tentang
teori-teori penuaan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang teori biologis dan macam-macam teori yang ada
didalamnya.
b. Untuk mengetahui tentang teori psikososial dan macam-macm teori yang ada
didalamnya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penuaan
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994)
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi
tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau
tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang
mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.
Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian,
memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum
lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan
jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas
yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap
orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain
puncak maupun menurunnya

B. Teori-Teori Penuaan
1. Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.
Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam
sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan
6
melawan penyakit. Seiring dengan brekembangnya kemampuan kita untuk
menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman
tantang hubungan hal-hal yang memengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab
penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan.
Walaupun bukan suatu definisi penuaan, tetapi lima karakteristik penuaan
telah dapat diidentifikasi oleh para ahli. Teori biologis juga mencoba untuk
menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara berbeda dari waktu
kewaktu dan faktor apa yang memengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap
organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif
biologi dapat memberikan pengetahuan kepada perawat tentang faktor resiko spesifik
dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk
meminimalkan atau menghindari resiko dan memaksimalkan kesehatan.
a) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian molekul
yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat yang dapat
menciptakan reaksi dengan protein, mengibah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga
dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi
permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan organel sel. Teori ini menyatakan
bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi kerusakan irreversibel akibat
senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat terbentuk dialam, tidak stabilnya
radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein.
b) Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut
teori genetike, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang
berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata
lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori
genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori krtepatan dan
kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. Teori-teori ini menyatakan bahwa
proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak terartur karena adanya informasi
tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi bersilangan
(crosslink) denga unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik. Adanya
crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya
7
mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung
teori-teori ini termasuk perkembangan radikal bebas, kolagen, dan lipofusin. Selain
itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan
bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat
molekular dan selular.
c) Teori Cross Link
Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin,
komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel,
crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan aenyawa antara
molekul-molekul yang normalnya terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua atau
usang, reaksi kimianya menyebakan kurang elastis dan hilangnya fungsi. Contoh
crosslink jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding
arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.
d) Teori Wear and Tear
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat
merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya
malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami
kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan
kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh
sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos
dari proses perusakan ini dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting,
saat itu kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal bebas,
sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas
berhubungan dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya
pada perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan pada teori ini. Pembatasan
kalori telah terbukti dapat meningkatkan masa hidup pada tikus percobaan. Sepanjang
masa hidup, tikus-tikus tersebut telah mengalami penurunan angka kejadian
kemunduran fungsional, dan mengalami lebih sedikit kondisi penyakit yang berkaitan
dengan peningkatan umur, berkurangnya kemunduran fungsional tubuh, dan
menurunnya insidensi penyakit yang berhubungan dengan penuaan.
e) Teori Imunitas

8
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka
terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk
menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya
fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika
orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit autoimun seperti
artritis reumaoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan yang lain.
Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar timus. Berat dan ukuran
kelenjar timus menurun seiring dengan bertambahnya umur, seperti halnya
kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. karena hilangnya diferensiasi sel T, tubuh
salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan
menyerangnya. Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan promosi kesehatan terhadap npelayanan kesehatan, terutama pada saat
penuaan terjadi tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan
pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin,
tetapi pada orang lanjut usia kegagalan melindungi sistem imun yang telah mengalami
penuaan melalui pemeriksaan kesehatan ini dapat mendorong ke arah kematian awal
dan tidak terduga. Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk mencegah
kejadian dan penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan influenza diantara
orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis praktik keperawatan.
f) Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara
sistem saraf dan sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa. Pada kasus
selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya
suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak
pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam
kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat
penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan
bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini
kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya
pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal
tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak

9
kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian perawatan
dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu respon mereka.
g) Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari
industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam
proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan,
dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan
faktor utama dalam penuaan.
Perawat dapat mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dampak dari aspek
ini terhadap penuaan dengan cara mendidik semua kelompok umur tentang hubungan
antara faktor lingkungan dan penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai
untuk mengungkap berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi penuaan.

2. Teori Psikososiologis
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada
kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik
dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan memiliki
pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui banyak
peristiwa. Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk
menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat
memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut
proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori ini termasuk teori kepribadian.
a) Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-
tahun akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas
dipertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Jung
mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang
memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia berteori bahwa
keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah penting kesehatan. Didalam konsep
intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan

10
memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri
melalui aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.
b) Teori Tugas Perkembangan
Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan
tugas yang harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil
penelitian Ericson mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas
perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang
pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.
Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisis tidak
adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka
lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.
Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi dan
perawat gerontologi memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.
c) Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali
pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari
peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses penarikan
diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi
yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila
kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang
lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia dapat
menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi
harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam
rangka memindahkan kekuasaan generasi tua pada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini
dipandang cacat dan karena banyak lansia yang menentang “postulat” yang
dibangkitkan oleh teori untuk menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan ikatan
atau hubungan. Sebagai contoh, dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun wajib
menjadi kebijakan sosial yang harus diterima. Dengan meningkatnya rentang waktu
kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut usia yang
sehat dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi banyak individu yang sehat dan
produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih lambat dan tanggung jawab yang
lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya, banyak lansia dapat terus
11
menjadi anggota masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia 80 sampai 90
tahun.
d) Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai
alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu,
berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan
interaksi yang penuh arti dengan oranglain dan kesejahteraan fisik dan mental orang
tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan
pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan untuk turut berperan
dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya
adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian
menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif memengaruhi
kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas
mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan
pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
e) Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan
suatu kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai
kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada
kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk
memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan
akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah walaupun
usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada
saat orang tersebut bertambah tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan
orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus menikmati gaya
hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki
jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam
melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam
membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini
hanya karena usia mereka yang telah lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan
manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya
12
tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda didalam masa
akhir krhidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial-
ekonomi atau faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul. Kepribadian
yang tetap tidak diketahui selama pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang
dapat menjadi fokal dan juga menjadi sumber kejengkelan ketika situasi
mengharuskan adanya suatu perubahan didalam pengaturan tempat tinggal. Keluarga
yang berhadapan dengan keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat
tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak dukungan. Suatu pemahaman
tentang pola kepribadian lansia sebelumnya dapat memberikan pengertian yang lebih
diperlukan dalam proses pengambilan keputusan ini.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994)
Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kontinum
kejadian dari lahir sampai meninggal (Ignativicus, Workman, Mishler, 1999).Proses
penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori biologik
sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai
definisi mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus
memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya
secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik,
mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan
menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan
berkualitas pada klien lansia.
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.
Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam
sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan
melawan penyakit.
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi
pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau
nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis.

B. Saran
Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia,
untuk menjalani proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat
menghindarinya dan berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda. Berbagai proses
14
harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya dengan baik,
namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut
pandang, dari segi fisik dan kejiwaan. Maka, perawat yang melakukan tindakan
asuhan keperawatan pada berbagai tingkatan usia harus dan wajib tahu bagaimana
konidisi fisiologis pasiennya. Termasuk pada usia lanjut.
Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya, baik sebagai acuan
dalam pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan
pada klien usia lanjut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. SagunSeto.
Sutisna Hilawan (1992), Patologi. Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.
Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep
Kes R.I.

16

Anda mungkin juga menyukai