Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TujuanPercobaan
1. Menentukan pengaruh percobaan putaran dan baffle terhadap pola aliran.
2. Menentukan pengaruhpercobaan putaran dan baffle terhadap waktu homogenitas.
3. Menentukan power input untuk setiap jenis pengaduk.

1.2 DasarTeori
1.2.1 Pengertian Pengaduk dan Pencampuran
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari
bahan yang diaduk seperti molekul- molekul, zat-zat yang bergerak atau
komponennya menyebar (terdispersi). Pengadukan memiliki tujuan yaitu :
1. Mencampur dua cairan yang saling melarut
2. Melarutkan padatan dalam cairan
3. Mendispersikan gas dalam cairan dalam bentuk gelembung
4. untuk mempercepat perpindahan panas antara fluida dengan koil pemanas dan
jacket pada dinding bejana.
Pencampuran adalah operasi yang menyebabkan tersebarnya secara acak
suatu bahan ke bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua
fasa atau lebih. Proses pencampuran bisa dilakukan dalam sebuah tangki
berpengaduk. Hal ini dikarenakan faktor-faktor penting yang berkaitan dengan
proses ini, dalam aplikasi nyata bisa dipelajari dengan seksama dalam alat ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengadukan dan pencampuran
diantaranya adalah perbandingan antara geometri tangki dengan geometri
pengaduk, bentuk dan jumlah pengaduk, posisi sumbu pengaduk, kecepatan
putaran pengaduk, penggunaan sekat (baffle) dalam tangki dan juga properti fisik
fluida yang diaduk yaitu densitas dan viskositas. Oleh karena itu, perlu tersedia
seperangkat alat tangki berpengaduk yang bisa digunakan untuk mempelajari
operasi dari pengadukan dan pencampuran tersebut.
Pencampuran terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu :
1. Mekanisme konvektif : pencampuran yang disebabkan aliran cairan secara
keseluruhan (bulk flow).
2. Eddy diffusion : pencampuran karena adanya gumpalan - gumpalan fluida
yang terbentuk dan tercampakan dalam medan aliran.
3. Diffusion : pencampuran karena gerakan molekuler.
Ketiga mekanisme tersebut terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling
menentukan adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran
dalam keadaan turbulen dengan pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat
fisik fluida yang berpengaruh pada proses pengadukan
adalah densitas dan viskositas.
Secara khusus, proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk
mengatasi tiga jenis permasalahan utama, yaitu :
1. Untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem
multifase multikomponen.
2. Untuk memfasilitasi perpindahan massa atau energi diantara bagian-bagian
dari sistem yang tidak seragam.
3. Untuk menunjukkan perubahan fase pada sistem multikomponen dengan
atau tanpa perubahan komposisi.
Aplikasi pengadukan dan pencampuran bisa ditemukan dalam rentang yang luas,
diantaranya dalam proses suspensi padatan, dispersi gas-cair, cair-cair maupun
padat-cair, kristalisasi, perpindahan panas dan reaksi kimia.

1.2.2 Tangki Pengaduk


Yang dimaksud dengan tangki pengaduk (tangki reaksi) adalah bejana
pengaduk tertutup yang berbentuk silinder, bagian alas dan tutupnya cembung.
Tangki pengaduk terutama digunakan untuk reaksi-reaksi kimia pada tekanan
diatas tekanan atmosfer dan pada tekanan vakum, namun tangki ini juga sering
digunakan untuk proses yang lain misalnya untuk pencampuran, pelarutan,
penguapan ekstraksi dan kristalisasi.
Untuk pertukaran panas, tangki biasanya dilengkapi dengan mantel ganda
yang di las atau di sambung dengan flens atau dilengkapi dengan kumparan yang
berbentuk belahan pipa yang dilas. Untuk mencegah kerugian panas yang tidak
dikehendaki tangki dapat diisolasi.
Hal penting dari tangki pengaduk, antara lain :
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silinder dan bagain bawahnya
cekung.
2. Ukuran : diameter dan tangki tinggi.
3. Kelengkapannya, seperti :
a. Ada tidaknya buffle, yang berpengaruh pada pola aliran didalam tangki.
b. Jacket atau coil pendingin/pemanas, yang berfungsi sebagai pengendali
suhu.
c. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu.
d. Sumur untuk menempatkan termometer atau peranti untuk pengukuran
suhu
e. Kumparan kalor, tangki dan kelengkapan lainnya pada tangki pengaduk.
Keuntungan dari pemakaian tangki berpengaduk, yaitu:
1. Pada tangki berpengaduk suhu dan komposisi campuran dalam tangki selalu
serba sama. Hal ini memungkinkan mengadakan suatu proses isothermal dalam
tangki berpengaduk untuk reaksi yang panas reaksinya sangat besar.
2. Pada tangki berpengaduk dimana volume tangki relative besar, maka waktu
tinggal juga besar, berarti zat pereaksi dapat lebih lama beraksi didalam tangki.
Kerugian pemakaian tangki berpengaduk yaitu:
1. Sukar membuat tangki berpengaduk yang dapat bekerja dengan efesiensi untuk
reaksi-reaksi dalam fase gas, karena adanya persoalan pengaduk.
2. Untuk reaksi yang memerlukan tekanan tinggi.
3. Kecepatan perpindahan panas per satuan massa pada tangki pengaduk lebih
rendah.
4. Kecepatan reaksi pada tangki berpengaduk adalah kecepatan reaksi yang
ditunjukkan oleh komposisi waktu aliran keluar dari tangki.
Motor
Pengaduk

Batang
Pengaduk

Baffle Tangki

Pengaduk

Gambar 1.1 Tangki Berpengaduk


Keterangan:
E = tinggi pengaduk dari dasar tangki
DT = diameter tangki
H = tinggi fluida dalam tangki
J = lebar baffle
W = lebar pengaduk

Kapasitas tangki yang dibutuhkan untuk menampung fluida menjadi salah


satu pertimbangan dasar dalam perancangan dimensi tangki. Fluida dalam
kapasitas tertentu ditempatkan pada sebuah wadah dengan besarnya diameter
tangki sama dengan ketinggian fluida. Rancangan ini ditujukan untuk
mengoptimalkan kemampuan pengaduk untuk menggerakkan dan membuat pola
aliran fluida yang melingkupi seluruh bagian fluida dalam tangki.

Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder.


Sehingga salh satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan
mencari nilai dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang
diinginkan dalam pengadukan dan pencampuran. Diameter tangki ditentukan
dengan persamaan (2). Tangki dengan diamter yang lebih kecil dibandingkan
ketinggiannya memiliki kecendrungan menambah jumlah pengaduk yang
digunakan.

dengan D = t

Rancangan dasar dimensi dari sebuah tangki berpengaduk dengan


perbandingan terhadap komponen-komponen yang menyusunnya ditunjukkan pada
gambar 1.1.
Hubungan dari dimensi pada gambar 1.1 adalah :

Geometri dari tangki dirancang untuk menghindari terjadinya dead zone yaitu
daerah dimana fluida bisa digerakkan oleh aliran pengaduk.Geometri dimana
terjadinya dead zone biasanya berbentuk sudut ataupun lipatan dari dinding-
dindingnya.

1.2.3 Pengaduk
Pengaduk berfungsi untuk menggerakkan bahan (cair, cair/padat,
cair,cair/gas, cair/padat/gas) di dalam bejana pengaduk. Biasanya yang berlangsung
adalah gerakan turbulen (misalnya untuk melaksanakan reaksi kimia, proses
pertukaran panas, proses pelarutan). Alat pengaduk terdiri atas sumbu pengaduk
dan strip pengaduk yang dirangkai menjadi satu kesatuan atau dapat dipisah-pisah
menjadi 2-3 bagian pengaduk yang dapat dipisah-pisahkan juga dapat dibongkar
pasang didalam satu unit tangki pengaduk.
Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi
dari pengaduk dalam fluida. Gerak dari pengaduk ini memotong fluida tersebut dan
dapat menimbulkan arus eddy yang bergerak ke seluruh sistem fluida itu. Oleh
karena itu, pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu operasi
fase cair dengan tangki berpengaduk.
Pencampuran baik dapat di peroleh apabila di perhatikan bentuk dan
dimensi pengaduk yang digunakannya karena akan mempengaruhi keefektifan
proses pencampuran, serta daya yang diperlukan.
Zat cair biasanya diaduk di dalam suatu tangki atau bejana biasanya yang
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu
mungkin terbuka saja ke udara atau dapat pula tertutup. Ukuran dan proporsi tangki
itu bermacam-macam, bergantung pada masalah pengadukan itu sendiri.
Di dalam tangki itu dipasang impeller pada ujung poros menggantung,
artinya poros itu ditumpuh dari atas. Poros itu digerakkan oleh motor, yang
terkadang dihubungkan langsung dengan poros itu, namun biasanya dihubungkan
melalui peti roda gigi untuk menurunkan kecepatannya. Tangki itu biasanya
diperlengkapi pula dengan lubang masuk dan lubang keluar, kumparan kalor,
mantel, dan sumur untuk menempatkan termometer atau peranti pengukuran suhu
lainnya. Impeller itu akan membangkitkan pola aliran dalam yang menyebabkan zat
cair bersirkulasi di dalam bejana untuk akhirnya kembali ke impeller.
Alat pengaduk dapat dibuat dari berbagai bahan yang sesuai dengan bejana
pengaduknya, misalnya dari baja, baja tahan karat, baja berlapis email, baja
berlapis karet. Suatu alat pengaduk diusahakan menghasilkan pengadukan yang
sebaik mungkin dengan pemakaian daya yang sekecil mungkin. Ini berarti seluruh
isi bejana pengaduk sedapat mungkin digerakkan secara merata, biasanya
secara turbulen.
Menurut aliran yang dihasilkan pengaduk dapat dibagi menjadi 3 golongan:
1. Pengaduk aliran aksial
Pengaduk ini akan menimbulkan arus atau aliran yang sejajar
dengan sumbu poros pengaduk.
2. Pengaduk aliran radial
Pengaduk ini akan menimbulkan aliran yang mempunyai arah
tangensial dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran
tangensial akan menyebabkan timbulnya vorteks dan terjadinya suatu
pusaran tetapi dapat dihilangkan dengan pemasangan buffle atau cruciform
buffle.
3. Pengaduk aliran campuran
Pengaduk ini merupakan gabungan dari dua jenis pengaduk diatas.
Untuk tugas-tugas sederhana, agitator yang terdiri dari satu dayung datar
yang berputar pada poros vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif.
Kadang-kadang daun-daunnya di buat miring, tetapi biasanya vertikal saja.
Dayung ini berputar di tengah bejana dengan kecepatan rendah sampai
sedang dan mendorong zat cair secara radial dan tangensial, hampir tanpa
adanya gerakan vertikal pada impeler, kecuali bila daunnya agak miring.
Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan yang terdiri :
1. Propeller
Merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan
motor penuh. Arus yang meninggalkan propeller mengalir melalu zat
menurut arah tertentu dan sampai di belokkan oleh lantai dinding bejana.
Propeller biasanya digunakan bila kita menghendaki adanya arus yang kuat,
umpamanya kita hendak menjaga agar partikel-partikel zat padat yang
berada dalam suspensi.
2. Padel.
Untuk tugas yang sederhana agitator yang terdiri dari satu dayung
datar berputar pada poros vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif.
Kadang-kadang daunnya dibuat miring tapi biasanya vertikal saja. Dayung
ini berputar ditengah bejana dengan kecepatan rendah sampai sedang dan
mendorong zat cair secara radial dan tangensial, hampir tanpa adanya
gerakan vertikal pada impeller, kecuali bila daunnya agak miring.
3. Turbin,
Kebanyakan turbin menyerupai agitator berdaun banyak dengan
daun-daun yang agak pendek dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu
porosyang dipasang pada pusat bejana.Daun-daun boleh lurus dan boleh
juga lengkung, sudut vertikal. Impellernya mungkin terbuka, setengah
terbuka atau terselubung. Diameter impellernya biasanya lebih kecil dari
diameter dayung yaitu berkisar antara 30 sampai 50 persen dari diameter
bejana. Turbin biasanya efektif untuk jangkauan viskositas cukup luas. Pada
cairan berviskositas rendah turbin itu menimbulkan arus yang sangat deras
yang berlangsung pada keseluruhan bejana.
Pencampuran didalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi dari
pengaduk didalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong fluida tersebut dan dapat
menimbulkan arus eddy yang bergerak ke seluruh system fluida tersebut. Oleh
sebab itu pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu operasi
pencampuran fase cair dengan tangki pengaduk.
Pencampuran yang baik akan diperoleh bila diperhatikan bentuk dan
dimensi pengaduk yang digunakan, karena akan dipengaruhi keefektifan proses
pencampuran, serta daya diperlukan. Zat cair biasanya diaduk di dalam suatu
tangki atau bejana biasanya yang berbentuk silinder dengan sumbu terpasang
vertikal. Bagian atas bejana itu mungkin terbuka saja ke udara atau dapat pula
tertutup.

Pengaduk paddle Pengaduk Propeller berdaun 3

Pengaduk turbin berdaun 6

Gambar 1.2 bentuk-bentuk pengaduk

Disamping itu, masih ada bentuk-bentuk pengaduk lain yang biasanya merupakan
modifikasi dari ketiga bentuk diatas.

Flate Blade Curved Blade Pitched Blade


Gambar 1.3 tipe-tipe pengaduk jenis turbin
Standard three baldes weedless Guarded
Gambar 1.4 tipe-Tipe Pengaduk Propeller

Basic Anchor Glassed


Gambar 1.5 Tipe-Tipe Pengaduk Jenis Paddle

(a) Impeller (b) Propeller (c) Paddle (d) Helical ribbon

Gambar 1.6 Pola aliran yang dihasilkan oleh jenis-jenis pengaduk yang berbeda

Salah satu variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran adalah
kecepatan putaran pengaduk yang digunakan. Variasi kecepatan putaran pengaduk
bisa memberikan gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan daya listrik
yang dibutuhkan dalam proses pengadukan dan pencampuran. Secara umum
klasifikasi kecepatan putaran pengaduk dibagi tiga, yaitu :
1. Kecepatan putaran rendah
Kecepatan rendan yang digunakan berkisar pada kecepatan 400 rpm.
Pengadukan dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak
kental, lumpur dimana terdapat serat atau pada cairan yang dapat
menimbulkan busa. Jenis pengaduk ini meghasilkan pergerakan batch yang
sempurna dengan sebuah permukaan fluida yang datar untuk menjaga
temperatur atau mencampur larutan dengan viskositas dan gravitasi spesifik
yang sama
2. Kecepatan putaran sedang
Kecepatan sedang yang digunakan berkisar pada kecepatan 1150
rpm.Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan
sirup kental dan minyak pernis. Jenis ini paling sering digunakan untuk
meriakkan permukaan pada viskositas yang rendah, mengurangi waktu
pencampuan, mencampuran larutan dengan viskositas yang berbeda dan
bertujuan untuk memanaskan atau mendinginkan
3. Kecepatan putaran tinggi
Kecepatan tinggi yang digunakan berkisar pada kecepatan 1750
rpm.Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida
dengan viskositas rendah misalnya air.Tingkat pengadukan ini
menghasilkan permukaan yang cekung pada viskositas yang rendah dan
dibutuhkan ketika waktu pencampuran sangat lama atau perbedaan
viskositas sangat besar.
Penambahan jumlah pengaduk yang digunakan pada dasarnya untuk tetap
menjaga efektifitas pengadukan pada kondisi yang berubah. Ketinggian fluida yang
lebih besar dari diameter tangki, disertai dengan viskositas fluida yang lebih besar
dann diameter pengaduk yang lebih kecil dari dimensi yang biasa digunakan,
merupakan kondisi dimana pengaduk yang digunakan lebih dari satu buah, dengan
jarak antar pengaduk sama dengan jarak pengaduk paling bawah ke dasar tangki.
Penjelasan mengenai kondisi pengadukan dimana lebih dari satu pengaduk yang
digunakan dapat dilihat dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1 Kondisi untuk Pemilihan Pengaduk

Viskositas dari cairan adalah salah satu dari beberapa faktor yang
mempengaruhi pemilihan jenis pengaduk. Indikasi dari rentang viskositas pada
setiap jenis pengaduk adalah :
1. Pengaduk jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida di bawah
Pa.s (3000 cP)
2. Pengaduk jenis turbin bisa digunakan untuk viskositas di bawah 100 Pa.s
(100.000 cp)
3. Pengaduk jenis dayung yang dimodifikasi seperti pengaduk jangkar bisa
digunakan untuk viskositas antara 50 - 500 Pa.s (500.000 cP)
4. Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di atas
1000 Pa.s dan telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s. Untuk
viskositas lebih dari 2,5 - 5 Pa.s (5000 cP) dan diatasnya, sekat tidak
diperlukan karena hanya terjadi pusaran kecil.

1.2.4 Baffle
Sekat (Baffle) adalah lembaran vertikal datar yang ditempelkan pada
dinding tangki.Tujuan utama menggunakan sekat dalam tangki adalah untuk
mencegah terjadinya pembentukan ruang udara (vortex) pada saat cairan-cairan
dengan viskositas rendah diaduk dalam tanki silinder vertikal dengan impeler yang
berada pada pusatnya, maka digunakanlah baffle yang dipasang pada dinding
vessel. Baffle yang digunakan biasanya memiliki jarak yang sama sekitar 1 - 10
dari diameter tanki.
Baffle biasanya tidak menempel pada dinding vessel sehingga secara
kebetulan akan terdapat celah antara baffle dengan dinding vessel. Baffle umumnya
tidak digunakan pada cairan dengan viscositas tinggi dimana pembentukan vortex
bukanlah menjadi masalah yang penting. Baffle dipasang pada mixing vessel untuk
menambah turbulensi. Walaupun penggunaan baffle menaikkan jumlah tenaga atau
energi, tetapi di sisi lain memilki keuntungan yaitu terjadinya perpindahan panas
secara terus menerus dan waktu yang dibutuhkanuntuk mencampur lebih cepat.

Gambar 1.7 Pemasangan Baffle


Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada gambar 4 biasa
menghasilkan pola putaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang digunakan
sebaiknya berukuran 1/12 diameter tangki.

1.2.5 Pola Aliran


Jenis aliran didalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis
impeller, karakteristik fluida, dan ukuran serta perbandingan (proporsi) tangki,
sekat, dan agitator. Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai tiga
komponen, dan pola aliran keseluruhan didalam tangki itu tergantung pada variasi
dari ketiga komponen itu dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen kecepatan yang
pertama ialah komponen radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap poros
impeller. Komponen kedua, ialah komponen tangensial, atau rotasional, yang
bekerja pada arah singgung terhadap lintasan terhadap lintasan lingkar disekeliling
poros.
Dalam keadaan biasa, dimana poros itu vertikal, komponen radial dan
tangensial berada dalam satu bidang horizontal, dan komponen longitudinalnya
vertikal.
Komponen radial dan komponen longitudinal sangat aktif dalam memberikan
aliran yang diperlukan untuk melakukan pencampuran. Bila poros itu vertikal dan
terletak persis dipusat tangki, komponen tangensial biasanya kurang
menguntungkan. Arus tangensial itu mengikuti suatu lintasan berbentuk lingkaran
disekeliling poros, dan menimbulkan voteks pada permukaan zat cair.
Adanya sirkulasi aliran laminar, cenderung membentuk stratifikasi pada
berbagai laisan tanpa adanya aliran longitudinal antara lapisan-lapisan itu.Pola
aliran yang terjadi dalam cairan yang diaduk tergantung pada jenis pengaduk.
Karakteristik fluida yang diaduk dan ukuran serta perbandingan ukuran antara
tangki, pengaduk dan sekat. Kecepatan partikel fluida disetiap titik dapat diuraikan
dalam tiga komponen yaitu:
a. Komponen radial, bekerja dalam arah tegak lurus terhadap sumbu
pengaduk.
b. Komponen longitudinal, bekerja dalam arah sejajar sumbu.
c. Komponen tangensial atau rotasional, bekerrja dalam arah garis
singgung lintasan melingkar sekeliling sumbu. Aliran tangensial yang
mengikuti lintasan melingkar sekeliling sumbu, menimbulkan vorteks
dipermukaan cairan. Jika tangki tidak bersekat, maka pengaduk jenis
aliran axial maupun radial akan menghasilkan aliran melingkar. Karena
pusaran itu terlalu kuat, pola aliran akan sama saja untuk semua jenis
pengaduk dan vorteks yang terbentuk akan mencapai pengaduk,
sehingga gas diatas permukaan akan terhisap.
Terdapat tiga cara untuk mencegah pusaran dan vorteks antara lain ;
1. Pengadukdipasang off center atau miring.
2. Pada dinding tangki dipasang sekat vertikal.
3. Pemakaian diffuser ring pada tangki pengaduk jenis turbin.
Jika di dalam system itu terdapat partikel zat padat, arus sirkulasi itu
cenderung melemparkan partikel-partikel itu, dengan gaya sentrifugal kearah luar
dan dari situ bergerak ke bawah dan sesampai ke dasar tangki lalu ke pusat karena
itu, bukannya pencampuran yang berlangsung, tetapi sebaliknya pengumpulan yang
terjadi. Jadi, karena dalam aliran sirkulasi zat cair bergerak menurut arah gerakan
daun impeller, kecepatan relatif antra daun dan zat cair itu berkurang dan daya
yang dapat diserap zat cair itu menjadi terbatas. Dalam bejana yang tak bersekat,
aliran putar itu dapat dibangkitkan oleh segala jenis impeller, baik aliran aksial
maupun radial. Jadi, jika putaran zat cair itu cukup kuat, pola aliran di dalam tangki
itu dapat dikatakan tetap bagaimanapun bentuk mungkin sedemikian dalamnya,
sehingga mencapai impeller, dan gas dari atas permukaan zat cair akan tersedot ke
dalam zat cair itu. Biasanya hal demikian tidaklah di kehendaki.
Aliran lingkaran (circulatory flow) dan arus putar (swirling) dapat di
cegah dengan menggunakan salah satu dari tiga cara di bawah ini. Dalam tangki-
tangki kecil, impeller dipasang di luar sumbu tangki (ekstentrik). Porosnya di geser
sedikit dari garis pusat tangki, lalu dimiringkan dalam suatu bidang yang tegak-
lurus terhadap pergeseran itu. Dalam tangki-tangki yang lebih besar, agitatornya di
pasang di sisi tangki, dengan porosnya pada bidang horizontal, tetapi membuat
sudut dengan jari-jari tangki.
Pada tangki-tangki besar yang mempunyai agitator vertikal, cara yang
paling baik untuk mengurangi arus putar ialah dengan memasang sekat-sekat
(buffle) yang berfungsi merintangi aliran rotasi tanpa mengganggu aliran radial
dengan memasang bilah-bilah vertikal terhadap dinding tangki. Kecuali untuk
tangki yang sangat besar, biasanya empat buah sekat saja sudah memadai untuk
mencegah pembentukan arus putar dan vorteks. Bahkan bila terdapat kesulitan
memasang sekat sebanyak itu, satu atau dua sekat saja pun sudah akan memberi
pengaruh besar terhadap pola alir dan lingkar. Untuk turbin, lebar sekat yang
diperlukan tidak lebih dari seperdelapan belas diameter tangki. Dengan propeller
yang dipasang dari sisi, yang miring atau yang tidak di tempatkan di pusat, tidak di
perlukan sekat.
Jika arus putar sudah dapat di hentikan, pola aliran spesifik di dalam
bejana itu sekarang bergantung pada jenis impeller yang dipergunakan. Agitator
propeller biasanya mendorong zat cair ke bawah sampai kedasar tangki, di mana
arus itu lalu menyebar secara radial ke segala arah menuju dinding, lalu mengalir
lagi ke atas disepanjang dinding dan kembali diisap oleh propeller dari atas.
Propeller biasanya digunakan bila kita menghendaki adanya arus yang kuat,
umpamanya bila kita hendak menjaga agar partikel-partikel zat padat yang berada
dalam suspensi. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor penuh,
Propeller jarang dipakai bila viskositas zat cair lebih dari kira-kira 50.Merupakan
impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair berviskositas rendah.
Turbin dengan daun miring 45o dan mendorong ke bawah juga biasa digunakan
untuk mendapatkan arus aksial yang kuat yang di perlukan untuk membuat
suspensi zat padat.
Agitator dayung dan turbin berdaun datar memberikan aliran radial
yang baik dalam bidang impeller itu, dimana aliran itu lalu membelah diri di
dinding, membentuk dua pola lingkar yang terpisah. Satu bagian yang mengalir ke
bawah di sepanjang dinding dan kembali ke pusat impeller dari bawah sedang satu
bagian lagi mengalir ke atas menuju permukaan dan kembali ke impeller dari atas.
Pada tangki tanpa sekat terdapat aliran tangensial yang kuat serta pembentukan
vorteks, walaupun kecepatan poros hanya sedang-sedang saja. Tetapi, bila ada
sekat, aliran vertikal itu meningkat, dan pencampuran zat cair pun berlangsung
lebih cepat. Pada tangki berbentuk silinder vertical, ke dalaman zat cair harus sama
dengan diameter tangki, atau sedikit lebih besar dari itu. Jika di perlukan
kedalaman yang lebih besar, dapat dipasang dua impeller atau lebih pada satu
poros, dimana masing-masing impeller berfungsi sebagai satu pencampur
tersendiri. Masing-masing impeller membangkitkan dua arus sirkulasi. Impeller
yang di sebelah bawah, baik yang jenis turbin maupun yang jenis propeller, di
pasang pada jarak kira-lira sama dengan diameter impeller dari dasar tangki.

Flat-blate turbine Marine Propeller Helical Screw


Gambar 1.8 pola aliran fluida di dalam tangki berpengaduk

1.2.6 Waktu Homogenitas


Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang homogen untuk menghasilkan campuran atau produk
dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of
mixing) adalah laju dimana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai
kondisi akhir.
Pada operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal :
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti :
+ Ada tidaknya baffle atau cruciform vaffle
+ Bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propele, padel)
+ Ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
+ Laju putaran pengaduk
+ Kedudukan pengaduk pada tangki, seperti :
a. Jarak pengaduk terhadap dasar tangki
b. Pola pemasangan : - Center, vertikal
- Off center, vertical
- Miring (inclined) dari atas
- Horisontal
+ Jumlah daun pengaduk
+ Jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk
2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk :
+ Perbandingan kerapatan atau densitas cairan yang diaduk
+ Perbandingan viskositas cairan yang diaduk
+ Jumlah kedua cairan yang diaduk
+ Jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)
Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat dimanipulasi untuk
mengamati pengaruh setiap faktor terhadap karakteristik pengadukan, terutama
tehadap waktu pencampuran.

1.2.7 Vortex
Vortex adalah putaran air yang memebentuk aliran yang bergerak
secara tangensial.Vortex pada permukaan zat cair ini yang terjadi karena adanya
sirkulasi aliran laminer cenderung membentuk stratifikasi pada berbagai lapisan
tanpa adanya aliran longitudinal antara lapisan-lapisan itu. Bila di dalam sistem
terdapat partikel zat padat maka arus sirkulasi akan melemparkan padatan itu
dengan gaya sentrifugal ke arah luar, yang lalu bergerak ke bawah dan setelah
sampai di dasar tangki akan menuju ke pusat. Hal ini menyebabkan pencampuran
yang diharapkan tidak terjadi, melainkan timbul pemisahan antara lapisan atas dan
bawah yang harus dihindari.Beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menghilangkan vorteks antara lain :
1. Memasang impeller tidak tepat pada sumbu tangki. Metode ini
digunakan untuk tangki yang berukuran agak kecil.
2. Dengan memasang baffle (sekat) yang berfungsi merintangi aliran rotasi
tanpa mengganggu aliran radial atau longitudinal. Baffle yang
sederhana namun efektif dapat dibuat dengan memasang bilah-bilah
vertikal terhadap dinding tangki. Untuk tangki pengaduk yang
menggunakan turbin, lebar maksimal baffle yang digunakan adalah 1/12
diameter tangki, untuk propeller lebar baffle maksimalnya 1/18 diameter
tangki.
3. Untuk tangki yang besar, agitator dipasang di sisi tangki dengan
porosnya pada arah horizontal, tetapi membuat sudut dengan jari-jari
tangki.
Beberapateknik yang dapat digunakan untuk menentukan waktu dan laju
pencampuran, antara lain :
1. Menambahkan pewarna dan mengukur waktu yang dibutuhkan
untukmencapai keseragaman warna.
2. Menambahkan larutan garam dan mengukur konduktivitas elektrik saat
komposisi seragam.
3. Menambahkan asam atau basa serta mendeteksi perubahan warna
indicator ketika proses netralisasi sudah selesai.
4. Metode distribusi waktu tinggal (residence time distribution) yang diukur
dengan memantau konsentrasi output.
5. Mengukur temperature serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
keseragaman.

1.2.8 Kebutuhan Daya dalam Tangki Berpengaduk


Untuk menaksir daya yang diperlukan untuk memutar impeller pada
kecepatan tertentu, diperlukan suatu korelasi mengenai daya (angka daya). Bentuk
korelasi demikian bias didapatkan dari analisis dimensi , bila ukuran-ukuran
penting tangki daun impeller diketahui, demikian pula jarak impeller dari dasar
tangki, kedalam zat cair dan ukuran-ukuran sekat bila menggunakan sekat. Jumlah
dan susunan sekat serta jumlah daun impeller perlu pula ditetapkan. Variabel-
variabel yang masuk kedalam analisis ialah ukuran-ukuran penting tangki dan
impeller, viscositas 𝜇, dan densitas 𝜌 zat cair, kecepatan n dan karena hukum
Newton berlaku, tetapan dimensional gc.

Untuk penetuan nilai Np diperlukan grafik perbandinganantara Np vs NRe.


Untuk tangki bersekat yang dilengkapi dengan turbin yang ditempatkan dipusat
menggunakan grafik dibawah ini:

Grafik 1. Angka daya Np vs NRe untuk turbin,untuk bagian kurva D dengan garis
putus-putus,Np yang dibaca dari grafik harus dikalikan dengan 𝑁𝐹𝑟 𝑚

Sedangkan untuk tangki dengan sekat yang dilengkapi pengaduk propeller yang
ditempatkan dipusat menggunakan grafik dibawah ini.

Grafik 2. Angka daya Np vs NRe untuk propeller, untuk bagiam kurva B,C dan D
yang bergaris putus-putus, niali Np yang dibaca pada grafik harus dikalikan dengan
𝑁𝐹𝑟 𝑚 .
Tangki tak bersekat.Pada angka Reynolds, yaitu dibawah kira – kira 300,
kurva angka daya untuk tangki yang mempunyai sekat maupun untuk tangki tanpa
sekat adalah identik. Pada angka Reynolds yang lebih tinggi kurva itu memisah,
sebagaimana terlihat pada bagian kurva D yang putus – putus pada grafik 1 dan
kurva B, C dan D pada grafik 2. Di daerah angka Reynolds demikian yang biasanya
dihindarkan dalam praktek dengan tangki tanpa sekat, terbentuk vorteks dan angka
Froude akan berpengaruh. Persamaan NFrmyaitu :

N² . Da
NFr= g

Ekponen m dalam persamaan tersebut, untuk setiap perangkat faktor bentuk


tertentu dihubungkan secara empirik dengan angka Reynolds, maka persamaan
sebagai berikut :

a−log NRe
m= b

dimana nilai a dan b merupakan tetapan. Nilai a dan b untuk kurva dari grafik 1 dan
2 diberikan pada tabel 1.Bila kita menggunakan kurva garis putus – putus pada
gambar 1 dan 2, angka daya Np yang dibaca dari skala ordinat harus dikoreksi
dengan mengalikannya dengan NFrm.

Tabel 1.2 Konstanta a dan b untuk persamaan 2 :

Pengaduk Kurva a b
Turbin D 1,0 40,0
Propeller B 1,7 18,0
Propeller C 0 18,0
Propeller D 2,3 18,0

Setelah menentukan nilai Np nilai P dapat dicari dengan menggunakan persamaan :

Np . n³.Da5 ρ
P= gc
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan bahan


2.1.1 Alat yang digunakan
1. Tangki
2. Pengaduk tipe turbin berdaun empat
3. Stopwatch
4. Baffle 3 sekat
5. Motor pengaduk
6. Pipet tetes
7. Statif dan klemp
2.1.2 Bahan yang digunakan
1. Air jernih sebanyak 2/3 volume tangki
2. Indikator EBT sebanyak 5 tetes untuk setiap percobaan
3. ± 1 genggam kacang hijau

2.2 Prosedur percobaan


2.2.1 Menentukan Pola Aliran Tiap Jenis Pengaduk Menggunakan Kacang Hijau
untuk Berbagai Macam Variasi Kecepatan Pengaduk
1. Mengisi tangki dengan air keran sebanyak 2/3 bagian
2. Menambahkan kacang hijau sebanyak kurang lebih 1 genggam (1ons)
3. Memasang turbin berdaun empat pada batang pengaduk.
4. Memasang batang pengaduk pada motor pengaduk yang dilengkapi dengan alat
pengukur kecepatan putaran yang berada diatas tangki tanpa baffle.
5. Mengatur kecepatan putaran pada skala 100rpm, kemudian amati pola aliran.
Melakukan hal yang sama untuk variasi kecepatan 150 rpm, 200 rpm, dan 250
rpm.
6. Melakukan hal yang sama seperti diatas dengan menggunakan jenis pengaduk
turbin berdaun empat dengan baffle.
7. Mencatat hasil pengamatan.
2.2.1 Menentukan Waktu Homogenitas dan Power Input dengan Berbagai Macam
variasi Kecepatan Pengadukan
1. Mengisi tangki dengan air keran sebanyak 2/3 bagian
2. Memasang pengaduk tipe turbin berdaun empat pada batang pengaduk
3. Memasang batang pengaduk pada motor pengaduk yang dilengkapi dengan alat
pengukur kecapatan putaran yang berada diats tangki
4. Mengatur kecepatan putaran dengan berbagai macam variasi kecepatan putaran
yaitu 100 rpm, 150 rpm, 200 rpm, dan 250 rpm
5. Mengukur suhu air dalam air menggunakan termometer untuk mendapatkan
density air dan viskositas air
6. Menambahkan indikator EBT sebanyak 5 tetes kedalam setiap macam variasi
kecepatan putaran
7. Mencatat waktu yang dibutuhkan dari tetesan pertama hingga larutan menjadi
homogen (bercampur sempurn dengan air) pada setiap macam variasi kecepatan
putaran menggunakan stopwatch.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


Tabel 1. Data Pengamatan Tangki Berpengaduk Turbin Berdaun Empat dengan
Baffle
Temperatur Kecepatan Putaran Pola Waktu
No Motor Aliran Homogenitas 𝛒
℃ ℉ rpm rps Cairan (detik) (𝐤𝐠/𝐦𝟐
1. 26 78.8 101 1.6833 Aksial 8.6 996.233
2. 26 78.8 150 2.5000 Aksial 6.8 996.233
3. 26 78.8 201 3.3500 Aksial 6.5 996.233
4. 26 78.8 252 4.2000 Aksial 5.6 996.233

3.2 Hasil Perhitungan


Tabel 2. Hasil Perhitungan Pengamatan Tangki Berpengaduk untuk Turbin
berdaun empat dengan Baffle
No N NRe Np m NFr Np P
(rps) koreksi 𝐤𝐠
(𝐦𝟐 𝐬𝟐 )

1. 1.6833 48012.3228 1.7 -0.0920 0.0451 2.2608 0.9925


2. 2.5000 71306.842 1.6 -0.0963 0.0995 1.9982 2.8737
3. 3.3500 95551.168 1.5 -0.0955 0.1786 1.7682 6.1186
4. 4.2000 11979.4946 1.3 -0.1019 0.2808 1.4796 10.0896

3.3 Pembahasan
Praktikum yang kami lakukan berjudul tangki berpengaduk (mixing)
bertujuan utnuk menentukan pola aliran, menentukan waktu homogenitas, serta
menentukan power input yang dibutuhkan. Pada praktikum mixing ini
menggunakan jenis pengaduk berdaun empat dan baffle serta kecepatan putaran
yang divariasikan.
Tujuan pertama menentukan pola aliran pada fluida saat proses mixing.
Dalam proses mixing menggunakan jenis pengaduk berdaun empat serta tambahan
baffle atau sekat dengan menggunakan variasi kecepatan 102 rpm, 150 rpm, 201
rpm, dan 252 rpm. Untuk mempermudah mengamati pola aliran yang terjadi
dengan memasukkan kacang hijau kedalam tangki pengaduk.Sehingga hasil
pengamatan kami bahwa pola aliran yang terjadi ialah pola liran aksial, yaitu pola
aliran yang bekerja pada arah sejajar dengan porosnya.

Tujuan kedua menentukan waktu homogenitas campuran. Waktu


homogenitas pada proses mixing ini adalah waktu bercampurnya indikator EBT
dengan air didalam tangki pengaduk. Jenis pengaduk yang digunakan pengaduk
turbin berdaun empat serta tambahan baffle atau sekat. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa semakin cepat kecepatan putaran pengaduk maka waktu
homogenitasnya juga semakin cepat. Dapat dilihat dari hasil percobaan kecepatan
putaran 102 rpm waktu homogenitasnya 8.6 detik, kecepatan putaran 150 rpm
waktu homogenitasnya 6.8 detik, kecepatan putaran 201 rpm waktu
homogenitasnya 6.5 detik dan kecepatan putaran 252 rpm waktu homogenitasnya
5.6 sekon. Hal ini dikarenakan semakin cepat kecepatan putaran yang diberikan
maka semakin cepat pula EBT untuk homogen bercampur dengan air yang terdapat
dalam tangki.

Tujuan ketiga menentukan power input yang diperlukan. Power input


merupakan energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan motor pengaduk. Hasil
percobaan yang kami lakukan menunjukkan bahwa semakin cepat kecepatan
putaran pengaduk maka power input juga semakin besar. Hal ini dapat dibuktikan
dengan hasil perhitungan power input pada saat kecepatan putaran 102 rpm power
input sebesar 0.9925 kg/m2s2, kecepatan putaran 150 rpm power input sebesar
2.8737 kg/m2s2, kecepatan putaran 201 rpm power input sebesar 6.1186 kg/m2s2,
dan kecepatan putaran 252 rpm power input sebesar 10.0896 kg/m2s2. Sehingga
kecepatan putaran pengaduk berbanding lurus dengan power input yang diberikan.
Saat kecepatan putaran pengaduk diperbesar maka power input atau energi yang
dibutuhkan semakin besar untuk menggerakkan motor pengaduk tersebut.
Penggunaan baffle atau sekat juga mempengaruhi kebutuhan daya pengadukan
karena penggunaan sekat akan menambah beban pengadukan dan pencampuran.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pola aliran yang terbentuk dengan menggunakan pengaduk turbin berdaun
empat serta baffle 3 sekat ialah pola aliran aksial. Penggunaan baffle
mempengaruhi pola aliran yang terbentuk.
2. Semakin cepat kecepatan putaran motor pengaduk maka semakin cepat pula
waktu homogenitasnya.
3. Semakin cepat kecepatan motor pengaduk maka semakin besar pula power
input yang dibutuhkan untuk menggerakkan motor pengaduk.
DAFTAR PUSTAKA
Ade. S, 2014, Fluid Mixing, http://rumahdukasi.blogspot.co.id/2014/03/fluid-mixing.html,
29 Maret 2016, 20.00

Kurniawan. R, 2011, Pengadukan dan Pencampuran


http://tekimku.blogspot.co.id/2011/08/pengadukan-dan-pencampuran.html,
29 Maret 2016, 19.00

Mc Cabe dan Smith, 1990, Unit Operation of Chemical Engineering, Jakarta, Erlangga

Riza,2011, Mixing, http://rizatoker.blogspot.co.id/2011/06/mixing.htmlv, 29 Maret 21.15

Septiani. M, 2013, Tangki Berpengaduk, http://mhimns.blogspot.co.id/2013/04/tangki


berpengaduk.html, 29 Maret 2016, 19.15

Vielky. F, 2012, Tangki Berpengaduk, http://fevzyvielky.blogspot.co.id/2012/12/tangki


berpengaduk.html, 29 Maret 2016, 19.30
LAMPIRAN
PERHITUNGAN

1. N = 1.6833
ρ x N x D2
NRe =
μ
kg
996.233 2 x 1.6833 rps x (0.156 m)2
m
=
8.5x10−4 kg/m.s

= 48012.3228
Np = 1.7 (Didapat dari NReVs Np)
a−log NRe
m =
b
1.0−log 48012.3228
=
40
= −0.0920
N2 x D
NFr =
g
(1.6833 rps)2 x 0.156 m
=
9.8 m/s2

= 0.0451
NpKoreksi = Np x NFrm
= 1.7 x 0.0451-0.0920
= 2.2608

Npkoreksi x N3 x D5 x ρ
P =
gc

2.2608 x (1.6833 rps)3 x (0.156 m)5 x 996.233 kg/m2


= kg.m
1
N.s2

= 0.9925 kg/m2 s 2

2. N = 2.5
ρ x N x D2
NRe =
μ
kg
996.233 2 x 2.5 rps x (0.156 m)2
m
=
8.5x10−4 kg/m.s

= 71306.842
Np = 1.6 (Didapat dari NReVs Np)
a−log NRe
m =
b
1.0−log 71306.842
=
40
= −0.0963
N2 x D
NFr =
g
(2.5 rps)2 x 0.156 m
=
9.8 m/s2

= 0.0995
NpKoreksi = Np x NFrm
= 1.6 x 0.0995-0.0963
= 1.9982

Npkoreksi x N3 x D5 x ρ
P =
gc

1.9982 x (2.5 rps)3 x (0.156 m)5 x 996.233 kg/m2


= kg.m
1
N.s2

= 2.8737 kg/m2 s 2

3. N = 3.35
ρ x N x D2
NRe =
μ
kg
996.233 2 x 3.35 rps x (0.156 m)2
m
=
8.5x10−4 kg/m.s

= 95551.168
Np = 1.5 (Didapat dari NReVs Np)
a−log NRe
m =
b
1.0−log 95551.168
=
40
= −0.0955
N2 x D
NFr =
g
(3.35 rps)2 x 0.156 m
=
9.8 m/s2

= 0.1786
NpKoreksi = Np x NFrm
= 1.5 x 0.1786-0.0955
= 1.7682

Npkoreksi x N3 x D5 x ρ
P =
gc

1.7682 x (3.35 rps)3 x (0.156 m)5 x 996.233 kg/m2


= kg.m
1
N.s2

= 6.1186 kg/m2 s 2

4. N = 4.2
ρ x N x D2
NRe =
μ
kg
996.233 2 x 4.2 rps x (0.156 m)2
m
=
8.5x10−4 kg/m.s

= 119795.4946
Np = 1.3 (Didapat dari NReVs Np)
a−log NRe
M =
b
1.0−log 119795.4946
=
40
= −0.1019
N2 x D
NFr =
g
(4.2 rps)2 x 0.156 m
=
9.8 m/s2

= 0.2808
NpKoreksi = Np x NFrm
= 1.3 x 0.2808-0.1019
= 1.4796
Npkoreksi x N3 x D5 x ρ
P =
gc

1.4796 x (4.2 rps)3 x (0.156 m)5 x 996.233 kg/m2


= kg.m
1
N.s2

= 10.0896 kg/m2 s 2

Anda mungkin juga menyukai