Anda di halaman 1dari 12

p-ISSN: 2086-4280

Sapilin, Adisantoso, & Taufik e-ISSN: 2527-8827

Peningkatan Pemahaman Konsep Peserta Didik dengan


Model Discovery Learning pada Materi Fungsi Invers
Sapilin1, Purwo Adisantoso2*, dan Marhan Taufik3
1Pendidikan Matematika, SMA Negeri 9 Malang
Jalan Puncak Borobudur No. 1, Malang, Jawa Timur, Indonesia
sapilinwakahumas@gmail.com

2*Program Studi Pendidikan Profesi Guru, Universitas Muhammadyah Malang


3Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadyah Malang
Jalan Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia
2*purwo.adisantoso27@gmail.com, 3marhan@umm.ac.id

Artikel diterima: 31-03-2019, direvisi: 26-05-2019, diterbitkan: 31-05-2019

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya pemahaman konsep peserta didik. Tujuan penelitian ini
untuk mendeskripsikan langkah-langkah model discovery learning dan besarnya peningkatan
pemahaman konsep peserta didik tentang materi fungsi invers. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini meliputi tes tulis dan observasi. Instrumen
penelitian yaitu lembar soal tes akhir siklus dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran.
Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X IPA 6 di SMA Negeri 9 Malang sebanyak 35 peserta
didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep peserta didik
dengan model discovery learning pada materi fungsi invers. Kemampuan pemahaman konsep
peserta didik mengalami peningkatan sebesar 20,41%, sedangkan ketuntasan klasikal meningkat
sebesar 17,15%. Pembelajaran dengan model discovery learning yang dapat meningkatkan
pemahaman konsep dilaksanakan dengan langkah-langkah yaitu stimulation (memberi stimulus),
problem statement (mengidentifikasi masalah), data collecting (mengumpulkan data), data
processing (mengolah data), verification (memverifikasi), dan generalization (menyimpulkan).
Kata Kunci: Model discovery learning, pemahaman konsep, fungsi invers.

Improved Understanding of the Concept of Learners with The Discovery


Learning Model on Inverse Function Materials
Abstract
This research is motivated by the low understanding of the concepts of students. The purpose of
this study is to describe the steps of the discovery learning model and the magnitude of the
increase in students' understanding of the concept of inverse function material.
Data collection methods used in classroom action research (CAR) include written tests and
observations. The research instruments were the final cycle test questions sheet and the
observation sheet of learning implementation. The research subjects were 35th-grade science
students 6 in Malang State Senior High School as many as 35 students. The results of the study
showed that there was an increase in understanding of students' concepts with discovery learning
models in inverse function material. The ability to understand students' concepts has increased by
20.41%, while classical completeness has increased by 17.15%. Learning with discovery learning
models that can improve understanding of concepts are carried out by steps namely stimulation
(giving stimulus), problem statement (identifying problems), collecting data (collecting data),
data processing (processing data), verification (verifying), and generalization (conclude).
Keywords: Discovery learning model, understanding of the concept, inverse function.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 285


Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

I. PENDAHULUAN konsep materi selanjutnya (Fajriah & Sari,


Pembelajaran matematika merupakan 2016).
komunikasi dua arah, yaitu mengajar Pemahaman konsep sangat penting
matematika dilakukan oleh pihak guru dalam matematika karena merupakan
atau pendidik, sedangkan belajar dasar untuk menguasai matematika
matematika dilakukan oleh peserta didik. sehingga memudahkan peserta didik
Pembelajaran matematika adalah kegiatan dalam memecahkan masalah (Luritawaty,
membelajarkan peserta didik untuk 2018). Peserta didik dalam memahami
mencapai tujuan pembelajaran konsep suatu materi dilakukan melalui
matematika. Tujuan pembelajaran investigasi, inkuiri, dan pemecahan
matematika menurut Kurikulum 2013 masalah dari situasi dan masalah yang ada
menekankan pada dimensi pedagogik (Priyambodo, 2016).
modern dalam pembelajaran, yaitu Namun pada kenyataannya, peserta
menggunakan pendekatan scientific didik masih kesulitan dalam mempelajari
(ilmiah) (Fuadi, Johar, & Munzir, 2016). matematika. Peserta didik beranggapan
Dalam pembelajaran matematika, kegiatan matematika merupakan mata pelajaran
yang dilakukan agar pembelajaran yang sulit, membosankan, banyak rumus,
bermakna yaitu dengan mengamati, dan menakutkan (Fitri, Aima, & Muhlisin,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, 2017). Peserta didik merasa kesulitan
dan mencipta. memahami konsep materi yang dipelajari
Penerapan pembelajaran matematika karena peserta didik lebih banyak
yang bermakna, diharapkan pemahaman menghafal daripada memahami.
konsep peserta didik menjadi lebih baik Terkadang guru dalam menjelaskan juga
karena dalam mempelajari konsep baru hanya menggunakan metode ceramah. Hal
dihubungkan dengan konsep yang telah ini sesuai pendapat Nasution dan Surya
dipelajari oleh peserta didik. Seperti yang (2017) bahwa penggunaan metode
dikemukakan oleh Nugraheni dan Sugiman ceramah oleh guru menimbulkan rasa
(2013) bahwa mempelajari konsep bosan dan mengantuk pada peserta didik
matematika ibarat membangun bangunan ketika belajar.
bertingkat dimana dibutuhkan fondasi dan Hal ini mengakibatkan sikap pasif pada
lantai yang kuat, begitupun mempelajari peserta didik dalam pembelajaran. Selain
konsep matematika, dibutuhkan konsep itu ingatan peserta didik terhadap konsep-
dasar yang digunakan untuk mempelajari konsep tidak membekas dengan tajam
konsep selanjutnya. Jika peserta didik yang menyebabkan peserta didik mudah
memahami konsep materi prasyarat, maka lupa dan sering kebingungan ketika
peserta didik akan mudah memahami memecahkan suatu masalah yang
diberikan oleh guru (Rahmiati, Musdi, &
Fauzi, 2017). Hasil diskusi peneliti dengan
286 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Sapilin, Adisantoso, & Taufik e-ISSN: 2527-8827

guru diperoleh informasi bahwa pengetahuan yang bermakna karena


persentase peserta didik yang paham peserta didik berusaha mencari dan
dengan konsep-konsep matematika juga menemukan sendiri pengetahuan tersebut
tergolong rendah yaitu hanya 40%. Kondisi (Effendi, 2012; Moreno, 2018).
ini bertolak belakang dengan tujuan Hasil penelitian yang menunjukkan
peambelajaran matematika yang bahwa model discovery learning dapat
mengharapkan kreativitas berpikir peserta memberikan dampak yang positif
didik berkembang, sehingga terjadi diantaranya dilakukan oleh Moreno
peningkatan kemampuan berpikir. Peserta (2018). Hasil penelitian Moreno (2018)
didik juga diharapkan mengkonstruksi menunjukkan bahwa terjadi perbaikan
pengetahuan yang baru diperoleh untuk proses pembelajaran dan peningkatan
dihubungkan dengan pengetahuan yang kemampuan pemahaman matematis
dimilikinya agar materi matematika mudah peserta didik kelas VII-1 SMP Negeri 25
dipahami dan tersimpan dengan kuat Pekanbaru melalui penerapan model
dalam ingatan peserta didik. Akhirnya Discovery Learning.
peserta didik senang ketika belajar Berdasarkan permasalahan di atas,
matematika dan memiliki prestasi belajar penulis bertujuan meneliti peningkatan
yang memuaskan (Sipayung, 2018). pemahaman konsep peserta didik dengan
Untuk mengatasi permasalahan model Discovery Learning pada materi
pembelajaran matematika tersebut fungsi invers.
diperlukan metode pembelajaran aktif,
kreatif, dan inovatif yang dapat membuat II. METODE
peserta didik termotivasi dan berperan Pendekatan kualitatif digunakan pada
aktif dalam membangun konsep penelitian ini, sedangkan jenis penelitian
matematika. Terdapat berbagai macam adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK
metode belajar yang dapat diterapkan. yang digunakan adalah model Kemmis dan
Discovery learning merupakan salah satu McTaggart (Susilo, Chotimah, & Sari, 2012)
model yang dapat digunakan. Discovery yang terdiri dari 4 tahapan yaitu: (1)
learning merupakan model pembelajaran perencanaan (planning), (2) tindakan
yang mengembangkan cara belajar dimana (acting), (3) pengamatan (observing), dan
peserta didik dituntut aktif dalam (4) refleksi (reflecting)
memperoleh pengetahuan dimana Subjek dari penelitian ini adalah peserta
pengetahuan tersebut ditemukan dan didik kelas X IPA 6 semester 2 di SMA
diperoleh oleh peserta didik untuk dirinya Negeri 9 Malang tahun pelajaran
sendiri (Moreno, 2018). Model discovery 2018/2019 yang berjumlah 35 peserta
learning memiliki banyak kelebihan. Salah didik (16 laki-laki dan 19 perempuan).
satunya adalah pengetahuan yang Tempat yang digunakan sebagai tempat
diperoleh peserta didik menjadi
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 287
Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

penelitian dalam penelitian ini adalah SMA mendeskripsikan kegiatan pembelajaran


Negeri 9 yang beralamat di Jalan Puncak yang meliputi aktivitas guru dan siswa
Borobudur No. 1 Kota Malang, Jawa Timur. yang belum ada pada lembar observasi,
Metode pengumpulan data sehingga tidak ada data yang terlewatkan.
menggunakan dua cara yaitu tes tulis dan Analisis data penelitian ini dilakukan
observasi. Tes tulis dilakukan dengan selama dan setelah pengumpulan data.
tujuan untuk mengetahui pemahaman Data penelitian yang terkumpul dianalisis
konsep peserta didik setelah mengikuti dengan model alir (flow model) Milles dan
pembelajaran dengan model discovery Huberman (Sugiyono, 2011) yang meliputi:
learning. Tes tulis dilaksanakan sebanyak (a) mereduksi data, (b) menyajikan data,
dua kali. Tes pertama merupakan tes akhir dan (c) menarik kesimpulan.
siklus I dengan materi menemukan rumus Kriteria keberhasilan tindakan meliputi
fungsi invers, sedangkan tes kedua dua komponen yaitu kriteria keberhasilan
merupakan tes akhir siklus II dengan proses dan kriteria keberhasilan
materi invers fungsi komposisi. Kegiatan pemahaman konsep sebagai berikut: (1)
observasi mempunyai dua tujuan yaitu Keberhasilan proses berdasarkan lembar
untuk mengetahui kesesuaian antara observasi oleh pengamat. Analisis data
rencana tindakan dan pelaksanaan hasil observasi berupa analisis persentase.
tindakan serta mengamati aktivitas siswa Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh
selama pembelajaran. Observasi terhadap dari masing-masing deskriptor disebut
peneliti (guru) dan kegiatan peserta didik jumlah skor. Selanjutnya dihitung
dilakukan oleh guru mata pelajaran persentase nilai rata-ratanya dengan
matematika dan teman sejawat. rumus sebagai berikut.
Instrumen penelitian pada penelitian ini 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 (𝑁𝑅)
yaitu lembar soal tes akhir siklus dan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟
= × 100%
lembar observasi pelaksanaan 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
pembelajaran. Lembar soal tes akhir siklus Jika NR mencapai minimal 80%, maka
yang digunakan adalah soal tes berbentuk kriteria siklus pelaksanaan tindakan dapat
uraian materi fungsi invers yang telah dikatakan berhasil dan siklus dapat
disesuaikan dengan indikator pemahaman dihentikan. Kriteria taraf keberhasilan
konsep peserta didik. Lembar observasi proses dapat ditentukan pada tabel 1.
yang digunakan adalah lembar observasi Tabel 1.
pelaksanaan pembelajaran dengan Kriteria Keberhasilan Proses
No Interval Kriteria
menggunakan model discovery learning.
1. 90% ≤ NR ≤ 100% Sangat Baik
Selain menggunakan lembar observasi 2. 80% ≤ NR < 90% Baik
juga menggunakan catatan lapangan. 3. 70% ≤ NR < 80% Cukup
Catatan lapangan dimaksudkan sebagai 4. 60% ≤ NR < 70% Kurang
5. 0% ≤ NR < 60% Sangat Kurang
pelengkap data yang digunakan untuk
288 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Sapilin, Adisantoso, & Taufik e-ISSN: 2527-8827

(2) Keberhasilan pemahaman konsep (memverifikasi), dan generalization


dilihat dari nilai rata-rata kelas dan (menyimpulkan).
ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas Pada tahap stimulation, guru
Ketuntasan hasil belajar di SMA Negeri 9 memberikan apersepsi berupa tujuan
Malang memiliki kriteria ketuntasan pembelajaran, materi prasyarat, aplikasi,
minimal (KKM) sebesar 80 yang mencakup dan pentingnya materi yang dipelajari.
semua indikator pemahaman konsep. Peserta didik tampak serius
Kelas dinyatakan tuntas belajar jika memperhatikan penjelasan guru. Peserta
presentase ketuntasan belajar peserta didik terdorong untuk melaksanakan
didik tidak kurang dari 80% dari jumlah pembelajaran dengan aktif ketika mereka
keseluruhan peserta didik yang mengikuti telah mengetahui tujuan dari
tes. Perhitungan persentase skor siswa pembelajaran yang mereka ikuti (Rusman,
yang tuntas belajar adalah sebagai berikut. 2013).
𝑛 Guru kemudian membagi kelas menjadi
𝑃 = × 100%
𝑁 beberapa kelompok dan membagikan
Keterangan:
UKBM (Unit Kegiatan Belajar Mandiri)
P = prosentase peserta didik yang tuntas
kepada setiap peserta didik. Peserta didik
belajar.
kurang setuju dengan kelompok yang
n = banyaknya peserta didik yang tuntas
dibuat oleh guru karena mereka
belajar.
menginginkan peserta didik yang
N = banyaknya peserta didik.
menentukan. Guru menjelaskan bahwa
Suatu siklus dapat dikatakan berhasil
pembagian kelompok telah heterogen
jika kedua kriteria keberhasilan tercapai.
kemampuannya. Kelompok yang
Akan tetapi jika tidak tercapai maka
heterogen baik dalam kemampuan
dilanjutkan dengan siklus selanjutnya.
maupun sosial memungkinkan peserta
didik untuk saling berdiskusi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
(Suprihatiningrum, 2013).
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus
Setelah berkumpul dengan
dengan setiap siklus terdiri dari dua
kelompoknya, guru melanjutkan pada
pertemuan dan satu kali tes akhir siklus.
tahap problem statement. Peserta didik
Pembelajaran pada penelitian ini
dengan bimbingan guru menemukan
menerapkan model discovery learning
permasalahan yang akan diselesaikan,
dengan enam langkah yaitu stimulation
yaitu menemukan rumus invers suatu
(memberi stimulus), problem statement
fungsi. Melalui pembelajaran
(mengidentifikasi masalah), data collecting
menggunakan model discovery learning,
(mengumpulkan data), data processing
maka peserta didik dituntun untuk
(mengolah data), verification
menemukan sendiri tentang konsep yang
dipelajari. Sejalan dengan pendapat
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 289
Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Yurniwati dan Hanum (2017) bahwa Pada akhir presentasi, guru memberi
dengan menggunakan model discovery kesempatan untuk bertanya jika terdapat
learning, peserta didik dituntut untuk perbedaan dan jika ada yang belum
melakukan observasi, diskusi, komunikasi, dipahami. Ini merupakan tahap
dan menarik kesimpulan sendiri. generalization. Guru memberi penguatan
Untuk menyelesaikan permasalahan dan menyimpulkan hasil presentasi
menentukan rumus invers suatu fungsi, bersama peserta didik satu kelas.
maka peserta didik masuk ke tahap Penguatan yang diberikan oleh guru
selanjutnya yaitu tahap data collecting. dengan segera membuat peserta didik
Pada tahap ini peserta didik diberi terdorong untuk belajar dengan semangat
kesempatan oleh guru untuk mencari dan giat (Dimyati & Mudjiono, 2013).
materi dan hal-hal yang diperlukan untuk Pada pertemuan selanjutnya diberikan
menyelesaikan masalah dari berbagai tes akhir siklus I untuk mengetahui
sumber. pemahaman konsep peserta didik. Hasil
Selanjutnya peserta didik melanjutkan tes akhir siklus dianalisis untuk
pada tahap data processing. Pada tahap ini mengetahui persentase ketuntasan secara
peserta didik secara berkelompok klasikal serta untuk mengetahui
menyelesaikan masalah pada UKBM. pemahaman konsep peserta didik. Analisis
Beberapa kelompok mengalami kesulitan hasil tes akhir siklus I ditunjukkan pada
dan bertanya kepada guru karena peserta tabel 2.
didik belum terbiasa menggunakan model Pada tabel 2, terlihat bahwa peserta
discovery learning. Guru tidak langsung didik yang memenuhi KKM berjumlah 23
memberikan jawaban, tetapi memberikan peserta didik (65,71%) sedangkan peserta
pertanyaan pancingan yang mengarahkan didik yang tidak memenuhi KKM berjumlah
peserta didik menuju solusi yang ditanya 12 peserta didik (34,29%). Nilai rata-rata
oleh peserta didik. yang diperoleh peserta didik adalah 75,57.
Tahap selanjutnya yaitu tahap Penerapan model discovery learning
verification. Pada tahap ini guru meminta selain melihat dari nilai hasil tes siklus I
perwakilan salah satu kelompok untuk juga dilihat aktivitas guru beserta peserta
mempresentasikan hasil diskusi didik. Aktivitas guru beserta peserta didik
kelompoknya. Peserta didik saling
Tabel 2.
menunjuk ketika diminta presentasi. Hal Analisis Hasil Tes Siklus Siklus I
ini terjadi karena peserta didik kurang No Keterangan Nilai Persentase
percaya diri dan belum terbiasa berbicara 1. Jumlah siswa yang 23 65,71%
di depan kelas. Guru memberi stimulus tuntas
2. Jumlah siswa yang 12 34,29%
agar peserta didik berani presentasi di
tidak tuntas
depan kelas. Rata-rata nilai 75,57

290 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Sapilin, Adisantoso, & Taufik e-ISSN: 2527-8827

dilihat menggunakan lembar observasi. 81,94% pada kriteria baik. Hasil ini
Hasil analisis aktivitas guru ditunjukkan menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata
pada tabel 3. aktivitas peserta didik sebesar 80,72%
Pada pertemuan pertama, skor sudah sesuai dengan lembar observasi dan
masksimal yang dapat diperoleh adalah RPP serta berada pada kriteria baik.
52, sedangkan pada pertemuan kedua Setelah melakukan analisis baik pada
adalah 48. Berdasarkan hasil analisis hasil tes siklus I, aktivitas guru, dan
aktivitas guru menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik, diperoleh
persentase pertemuan pertama sebesar kesimpulan bahwa siklus II perlu dilakukan.
80,13% pada kriteria baik dan persentase Siklus II dilakukan dengan memperbaiki
pertemuan kedua sebesar 82,75% pada kekurangan pada siklus I.
kriteria baik. Hasil ini menunjukkan bahwa Kegiatan pembelajaran pada siklus II
pada siklus I rata-rata aktivitas guru tetap menerapkan model discovery
sebesar 81,44% sudah sesuai dengan learning dengan melakukan perbaikan dari
lembar observasi dan RPP serta berada hasil refleksi siklus I. Pembelajaran model
pada kriteria baik. discovery learning diawali dengan tahap
Hasil analisis aktivitas peserta didik stimulus. Guru menyampaikan tujuan
pada siklus I menggunakan lembar pembelajaran, materi prasyarat, aplikasi,
observasi peserta didik ditunjukkan pada dan pentingnya materi yang dipelajari.
tabel 4. Guru mempersingkat apersepsi yang
Pada pertemuan pertemuan pertama, disampaikan sesuai hasil refleksi pada
skor masksimal yang dapat diperoleh siklus I.
adalah 52, sedangkan pada pertemuan Tahap problem statement, peserta didik
kedua adalah 48. Berdasarkan hasil analisis menentukan permasalahan yang akan
aktivitas peserta didik menunjukkan diselesaikan yaitu tentang invers dari
bahwa persentase pertemuan pertama fungsi komposisi. Peserta didik
sebesar 79,49% pada kriteria cukup dan membentuk kelompok sesuai instruksi
persentase pertemuan kedua sebesar
Tabel 4.
Tabel 3. Analisis Hasil Lembar Observasi Peserta Didik
Analisis Hasil Lembar Observasi Guru Siklus I Siklus I
Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan
No Pengamatan Pertama Kedua No Pengamatan Pertama Kedua
Skor % Skor % Skor % Skor %
1 Pertama 49 94,23 45 93,75 1 Pertama 50 96,15 45 93,75
2 Kedua 39 75,00 40 83,33 2 Kedua 37 71,15 38 79,17
3 Ketiga 37 71,15 39 71,15 3 Ketiga 37 71,15 35 72,92
Rata-rata 80,13 82,75 Rata-rata 79,49 81,94
Kategori Baik Baik Kategori Cukup Baik

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 291


Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

guru. Pembentukan kelompok disesuaikan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono


dengan hasil tes siklus I. Untuk lebih (2013) bahwa guru perlu memberi
mengefektifkan jalannya diskusi kelompok, motivasi kepada peserta didik untuk
guru memberi saran kepada setiap percaya diri dapat mengatasi segala
kelompok untuk menunjuk ketua hambatan.
kelompok. Di akhir presentasi, guru memberi
Ketua kelompok merupakan peserta kesempatan bertanya bagi peserta didik.
didik yang bertugas memberi pengarahan Guru juga memberi penegasan dari hasil
kepada anggota kelompok tentang presentasi peserta didik. Kegiatan ini
masalah yang akan diselesaikan, merupakan tahap generalization. Peserta
pembagian tugas, memimpin diskusi, dan didik dengan bimbingan guru
mengatur agar semua anggota aktif menyimpulkan hasil pembelajaran. Melalui
berdiskusi (Anam, 2015). kegiatan penyimpulan, diharapkan peserta
Selanjutnya peserta didik melanjutkan didik dapat mengingat kembali
pembelajaran pada tahap data collecting. keseluruhan materi pembelajaran yang
Peserta didik tetap diberi kesempatan telah dipelajari (Sanjaya, 2011).
mencari materi dan hal-hal yang Pada pertemuan selanjutnya, diadakan
berhubungan dengan permasalahn yang tes siklus II. Hasil tes siklus II dianalisis dan
akan diselesaikan dari berbagai sumber. ditunjukkan pada tabel 5.
Setelah memperoleh data yang Pada tabel 5, terlihat bahwa peserta
diperlukan, peserta didik memproses data didik yang memenuhi KKM berjumlah
tersebut untuk menyelesaikan berjumlah 29 peserta didik (82,86%)
permasalahan pada UKBM. Peserta didik sedangkan peserta didik yang tidak
saling berdiskusi dalam kelompoknya. memenuhi KKM berjumlah 6 peserta didik
Tahap ini merupakan tahap data (17,14%). Nilai rata-rata yang diperoleh
processing. Guru mengingatkan semua peserta didik adalah 88,91.
kelompok untuk saling aktif berdiskusi Analisis nilai hasil tes siklus I dan siklus II
dalam menyelesaikan masalah pada juga menunjukkan bahwa terjadi
UKBM. peningkatan jumlah peserta didik yang
Pada tahap verification, guru meminta memenuhi KKM serta rata-rata nilai tes
perwakilan kelompok untuk Tabel 5.
mempresentasikan hasil diskusi Analisis Hasil Tes Siklus II
No Keterangan Nilai Persentase
kelompoknya. Peserta didik langsung maju
dan mempresentasikan hasil diskusinya. 1. Jumlah siswa 29 82,86%
yang tuntas
Peserta didik tidak lagi saling menunjuk. 2. Jumlah siswa 6 17,14%
Hal ini terjadi karena guru selalu memberi yang tidak
tuntas
motivasi kepada peserta didik agar
Rata-rata nilai 88,91
percaya diri ketika presentasi. Sejalan
292 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Sapilin, Adisantoso, & Taufik e-ISSN: 2527-8827

siklus. Analisis nilai hasil tes siklus I dan


siklus II ditunjukkan pada tabel 6. Analisis hasil tes siklus I dan siklus II
Berdasarkan tabel 6, jumlah peserta berdasarkan indikator pemahaman konsep
didik yang memenuhi KKM sebanyak 23 disajikan menggunakan diagram pada
peserta didik (65,71%) pada siklus I dan 29 gambar 1.
peserta didik (82,86%) pada siklus II, Berdasarkan grafik pada gambar 1
sehingga terjadi peningkatan peserta didik terlihat bahwa terjadi peningkatan
yang memenuhi KKM sebanyak 6 peserta persentase pada setiap indikator. Indikator
didik (7,15%). Rata-rata nilai siklus I I1 meningkat sebesar 2,86% dari 94,29%
sebesar 75,57 meningkat menjadi 88,91 menjadi 97,14%. Indikator I2 meningkat
pada siklus II, sehingga terjadi peningkatan sebesar 14,29% dari 80% menjadi 94,29%.
sebesar 13,34. Dengan demikian dapat Indikator I3 meningkat sebesar 5,71% dari
disimpulkan bahwa materi yang diajarkan 85,71% menjadi 91,43%. Indikator I4
lebih mudah dipahami oleh peserta didik. meningkat sebesar 62,86% dari 25,71%
Hal ini disebabkan model discovery menjadi 88,57%. Indikator I5 meningkat
learning mendorong peserta didik untuk sebesar 17,14% dari 77,14% menjadi
menemukan sendiri konsep yang 94,29%. Indikator I6 meningkat sebesar
dipelajari. Dengan menemukan sendiri 22,86% dari 77,14% menjadi 100%.
konsep yang dipelajari, maka konsep Indikator I7 meningkat sebesar 17,15%
tersebut akan lebih membekas dalam dari 77,14% menjadi 94,29%. Rata-rata
ingatan peserta didik (In’am & Hajar, indikator pemahaman konsep siklus II
2017). Tabel 7.
Pemahaman konsep peserta didik Indikator Pemahaman Konsep
Kode
dilihat dari hasil tes akhir siklus I dan siklus No Indikator Pemahaman Konsep
Indikator
II yang didasarkan pada indikator 1. I1 Menyatakan ulang sebuah
pemahaman konsep menurut Fajriah & konsep
2. I2 Mengklasifikasi objek-objek
Sari, 2016; Lestari & Surya (2017). menurut sifat-sifat tertentu
Indikator pemahaman konsep tersebut (sesuai dengan konsepnya)
ditunjukkan pada tabel 7. 3. I3 Memberi contoh dan non-
contoh dari konsep
Tabel 6. 4. I4 Menyajikan konsep dalam
Tabel Analisis Hasil Tes Siklus I dan Siklus II berbagai bentuk representasi
Siklus I Siklus II matematis
No Keterangan 5. I5 Mengembangkan syarat perlu
Nilai % Nilai % atau syarat cukup suatu
1. Jumlah siswa 23 65,71 29 82,86 konsep
yang tuntas 6. I6 Menggunakan,
2. Jumlah siswa 12 34,29 6 17,14 memanfaatkan, dan memilih
yang tidak tuntas prosedur atau operasi tertentu
Rata-rata nilai 75,57 88,91 7. I7 Mengaplikasikan konsep atau
algoritma pemecahan masalah

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 293


Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

meningkat sebesar 20,41% dibandingkan model pembelajaran yang memungkinkan


siklus I yaitu dari 73,88% pada siklus I diskusi antara guru dan peserta didik
menjadi 94,29% pada siklus II. (Moreno, 2018). Hasil ini menunjukkan
Analisis aktivitas guru dan peserta didik bahwa pembelajaran menggunakan model
pada siklus I dan siklus II dilakukan untuk discovery learning dapat meningkatkan
mengetahui peningkatan penerapan pemahaman konsep peserta didik.
model discovery learning. Analisis aktivitas Berdasarkan hasil analisis data,
guru dan peserta didik pada siklus I dan diperoleh bahwa pembelajaran
siklus II ditunjukkan pada tabel 8. menggunakan model discovery learning
Berdasarkan tabel 8, terlihat bahwa dapat meningkatkan pemahaman konsep
terjadi peningkatan persentase materi fungsi invers. Langkah-langkah
keterlaksanaan model discovery learning pembelajaran dengan model discovery
dari siklus I ke siklus II. Hal ini terjadi learning yang dapat meningkatkan
karena pada model discovery learning pemahaman konsep dilaksanakan dengan
terjadi diskusi antara guru dan peserta langkah-langkah yaitu stimulation
didik. Peserta didik diharuskan aktif (memberi stimulus), problem statement
berdiskusi dalam menemukan sebuah (mengidentifikasi masalah), data collecting
konsep. Sejalan dengan pendapat bahwa (mengumpulkan data), data processing
model discovery learning merupakan (mengolah data), verification
(memverifikasi), dan generalization
(menyimpulkan).
Pada tes akhir siklus I peserta didik yang
mencapai KKM sebanyak 23 peserta didik
dari 35 peserta didik atau sebanyak
65,71% peserta didik mencapai
ketuntasan. Pada tes akhir siklus II peserta
didik yang mencapai KKM sebanyak 29
Gambar 1. Grafik Persentase Nilai Masing- peserta didik dari 35 peserta didik atau
Masing Indikator Pemahaman Konsep. sebanyak 82,86% peserta didik mencapai
Tabel 8. ketuntasan. Dengan demikian, ketuntasan
Analisis Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru peserta didik pada siklus II terjadi
dan Peserta Didik
peningkatan sebesar 17,15%. Selain itu,
Jenis Siklus I Siklus II
No rata-rata indikator pemahaman konsep
Kegiatan % Kategori % Kategori
siklus II meningkat sebesar 20,41%
1. Aktivitas 81,44% Baik 84,14% Baik
Guru dibandingkan siklus I yaitu dari 73,88%
2. Aktivitas 80,72% Baik 84,08% Baik pada siklus I menjadi 94,29% pada siklus II,
Peserta
sehingga dapat disimpulkan bahwa model
Didik

294 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Sapilin, Adisantoso, & Taufik e-ISSN: 2527-8827

discovery learning dapat meningkatkan Batang Anai Padang Pariaman.


pemahaman konsep peserta didik. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 6(2), 247–254.
IV. PENUTUP Fuadi, R., Johar, R., & Munzir, S. (2016).
Peningkatkan Kemampuan
Berdasarkan semua data yang
Pemahaman dan Penalaran
diperoleh dari siklus I dan siklus II sudah
Matematis melalui Pendekatan
memenuhi kriteria keberhasilan, sehingga Kontekstual. Jurnal Didaktika
tidak perlu dilaksanakan siklus selanjutnya. Matematika, 3(1), 47–54.
Kriteria keberhasilan yang dimaksud In’am, A., & Hajar, S. (2017). Learning
adalah hasil analisis data observasi guru Geometry through Discovery
dan peserta didik minimal pada kriteria Learning Using a Scientific Approach.
International Journal of Instruction,
baik dan analisis hasil tes akhir siklus yaitu
10(01), 55–70.
sedikitnya 80% dari banyak peserta didik https://doi.org/10.12973/iji.2017.101
dalam kelas mendapatkan nilai tes akhir 4a
siklus minimal 80 sesuai KKM di sekolah. Lestari, L., & Surya, E. (2017). The
Effectiveness of Realistic
DAFTAR PUSTAKA Mathematics Education Approach on
Anam, K. (2015). Pembelajaran Berbasisi Ability of Students’ Mathematical
Inkuiri: Metode dan Aplikasi. Concept Understanding. International
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Journal of Sciences: Basic and Applied
Dimyati, & Mudjiono. (2013). Belajar & Research (IJSBAR), 34(1), 91–100.
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Luritawaty, I. P. (2018). Pembelajaran Take
Effendi, L. A. (2012). Pembelajaran And Give Dalam Upaya
Matematika Dengan Metode Mengembangkan Kemampuan
Penemuan Terbimbing Untuk Pemahaman Konsep Matematis.
Meningkatkan Kemampuan Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Representasi Dan Pemecahan Matematika, 7(2), 179–188.
Masalah Matematis Siswa Smp. Jurnal Moreno, L. (2018). Penerapan Model
Penelitian Pendidikan, 13, 1–10. Discovery Learning Untuk
Fajriah, N., & Sari, D. (2016). Meningkatkan Kemampuan
Meningkatkan Pemahaman Konsep Pemahaman Matematis Siswa Kelas
Matematis Siswa Pada Materi SPLDV VII SMPN 25 Pekanbaru. Jurnal
Melalui Model Pembelajaran Pendidikan Tambusai, 2, 1401–1428.
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Di Nasution, F. S., & Surya, E. (2017). Efforts
Kelas VIII SMP. EDU-MAT Jurnal to Increase Student Learning Results
Pendidikan Matematika, 4(April), 68– with Cooperative Learning Type
75. Learning Model Think Pair Share on
Fitri, D. Y., Aima, Z., & Muhlisin. (2017). the Cube and Beams Materials in
Pengaruh Penerapan Teknik Spotlight Class VIII SMP Kartika I-1 Medan.
Terhadap Pemahaman Konsep International Journal of Sciences:
Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 1 Basic and Applied Research (IJSBAR),
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 295
Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

33(3), 280–290. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.


Nugraheni, E. A., & Sugiman. (2013). Susilo, H., Chotimah, H., & Sari, Y. D.
Pengaruh Pendekatan PMRI terhadap (2012). Penelitian Tindakan Kelas
Aktivitas dan Pemahaman Konsep sebagai Sarana Pengembangan
Matematika Siswa SMP. Pythagoras, Keprofesionalan Guru dan Calon
8(1), 101–108. Retrieved from Guru. Malang: Bayumedia.
http://journal.uny.ac.id/index.php/py Yurniwati, & Hanum, L. (2017). Improving
thagoras%0APengaruh Mathematics Achievement of
Priyambodo, S. (2016). Peningkatan Indonesian 5th Grade Students
Kemampuan Pemahaman Konsep Through Guided Discovery Learning.
Matematis Siswa dengan Metode Journal on Mathematics Education,
Pembelajaran Personalized System of 8(1), 77–84.
Instruction. Mosharafa: Jurnal https://doi.org/10.22342/jme.8.1.320
Pendidikan Matematika, 5(1), 10–17. 9.77-84
Rahmiati, Musdi, E., & Fauzi, A. (2017).
Pengembangan Perangkat RIWAYAT HIDUP PENULIS
Pembelajaran Matematika Berbasis Drs. Sapilin
Discovery Learning Untuk
Lahir di Lamongan, 7 Agustus
Meningkatkan Kemampuan
1963. Guru pengajar di SMA
Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII Negeri 9 Malang, Jawa Timur.
SMP. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Studi S1 Pendidikan
Matematika, 6(2), 267–272. Matematika Fakultas
Rusman. (2013). Model-Model Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam IKIP Negeri
Pembelajaran Mengembangkan
Malang.
Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Press. Purwo Adisantoso, S.Pd.
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Lahir di Malang, 14 Juli 1990.
Berorientasi Standar Proses Alumni prodi Pendidikan
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Matematika Universitas
Media. Kanjuruhan Malang, ini
merupakan mahasiswa
Sipayung, A. (2018). Meningkatkan
Pendidikan Profesi Guru
Pemahaman Konsep Matematika Prajabatan Universitas
Tentang Sifat-Sifat Bangun Ruang Muhammadiyah Malang
Sederhana Melalui Contextual tahun 2018.
Teaching and Learning. Mosharafa: Drs. Marhan Taufik, M.Si.
Jurnal Pendidikan Matematika, 7(3),
401–412. Lahir di Palembang, 5
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Oktober 1965. Dosen
pengajar pendidikan
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
matematika Universitas
Kualitatif, dan R & D). Bandung: Muhammadiyah Malang.
Alfabeta. Studi S1 Pendidikan
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Matematika Universitas
Pembelajaran: Teori & Aplikasi. Sriwijaya; Studi S2
Matematika Institut Teknologi Bandung.
296 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika

Anda mungkin juga menyukai