Anda di halaman 1dari 3

HERPES SIMPLEKS

No. Dokumen : /PPT/UKP/2017


No.Revisi :
SOP Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman : 1/3
PUSKESMAS MURNI, S.ST
PADANG TIJI Nip : 19741010 200504 2 001

1. Pengertian Herpes Simpleks Adalah Infeksi Akut Yang Di Sebabkan Oleh Virus Hespes Simpleks
Tipe I Atau Tipe II, Yang Di Tandai Oleh Adanya Vesikel Yang BerKelompok Di Atas
Kulit Sembab Dan Etitamematosa Pada Daerah Mukokutan. Penularan Melalui
Kontak Lansung Dengan Agen Penyebab.
2. Tujuan Sebagai Acuan Dalam Penatalaksanaan Bagi pasien Dengan Herpes Simpleks Di
Puskesmas padang Tiji.
3. Kebijakan SK Kepala puskesmas Tentang kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Padang Tiji.

4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan No.5 Tahun 2014 Tentang Panduan praktik klinis
Bagi Dokter Di FKTP.
5. Prosedur Alat Dan Bahan
-Lup
-Bila Diperlukan, Pemeriksaan Mikroskopis Sederhana Dengan Menemukan Sel
Tzanck Yaitu sel Datia Berinti Banyak: Meskipun Pemeriksaan Ini Tidak Spesifik.
6. Langkah- Hasil Anamnesis (Subjective)
Langkah
Keluhan
Infeksi primer HSV-1 biasanya terjadi pada anak dan subklinis pada 90%
kasus, biasanya ditemukan perioral. Pada 10% sisanya, dapat terjadi
gingivostomatitis akut.
Infeksi primer HSV- 2 terjadi setelah kontak seksual pada remaja dan
dewasa, menyebabkan vulvovaginitis akut dan atau peradangan pada kulit
batang penis. Infeksi primer biasanya disertai dengan gejala sistematik
seperti demam, malaise, mialgia, nyeri kepala, dan adenopati regional,
infeksi HSV- 2 dapat juga mengenai bibir.
Infeksi rekuren biasanya didahului gatal atau sensasi terbakar setempat pada
lokasi yang sama dengan lokasi sebelumnya. Prodromal ini biasanya terjadi
mulai dari 24 jam sebelum timbulnya erupsi.
Faktor Risiko
a. Individu yang aktif secara seksual
b. Imunodefisiensi

Hasil Pemeriksaan Fisik Dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana


(Objective)
Pemeriksaan Fisik
Papul eritema yang diikuti oleh munculnya vesikel berkelompok dengan
dasar eritem. Vesikel ini dapat cepat menjadi keruh, yang kemudian pecah,
membasah, dan berkrusta. Kadang –kadang timbul erosi/ ulkus.
Tempat predileksi adalah didaerah pinggang keatas terutama daerah mulut
dan hidung untuk HSV-1, dan daerah pinggang kebawah terutama daerah
genital untuk HSV- 2. Untuk infeksi sekunder, lesi dapat timbul pada tempat
yang saama dengan lokasi sebelumnya.

Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan, pemeriksaan mikroskopis dengan menemukan sel Tzanck
yaitu sel datia berinti banyak; meskipun pemeeriksaan ini tidak spesifik.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis klinis
Herpes simpleks tipe 1
Herpes simpleks tipe 2
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Catatan untuk diperhatikan:
a. Infeksi primer
b. Fase laten: tidak terdapat gejala klinis, tetapi HSV dapat ditemukan
dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
c. Infeksi rekurens.

Diagnosa Banding
a. Impetigo vesikobulosa.
b. Ulkus genitalis pada penyakit menular seksual

Komplikasi
Dapat terjadi pada individu dengan gangguan imun, berupa:
a. Herpes simpleks ulserativa kronik.
b. Herpes simpleks mukokutaneus akut generalisata.
c. Infeksi sistematik pada hepar, paru, kelenjar adrenal, dan sistem saraf
pusat.
d. Pada ibu hamil, infeksi dapat menular pada janin, dan menyebabkan
neonatal herpes yang sangat berbahaya.

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
a. Terapi diberikan dengan antiviral, antara lain:
1. Asiklovir, dosis 5x 200 mg/ hari, atau
2. Valasiklovir, dosis 2x 500 mg/ hari selama 7- 10 hari.
b. Pada herpes genitalis: edukasi tentang pentingnya abstinensia pasien
harus tidak melakukan hubungan seksual ketika masih ada lesi atau
ada gejala prodromal.
c. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari
oleh karena dapat menyebabkan Reye’s syndrome.

Konseling dan Edukasi


Edukasi infeksi herpes simpleks merupakan infeksi swasirna pada populasi
imunokompeten.
Edukasi untuk herpes genitalis ditujukan terutama terhadap pasien dan
pasangannya, yaitu berupa:
a. Informasi perjalanan alami penyakit ini, termasuk informasi bahwa
penyakit ini menimbulkan rekuensi.
b. Tidak melakukan hubungan seksual ketika masih ada lesi atau gejala
prodromal.
c. Pasien sebaiknya memberi informasi kepada pasangannya bahwa ia
memiliki infeksi HSV.
d. Transmisi seksual dapat terjadi pada masa asimtomatik.
e. Kondom yang menutupi dan sebaiknya digunakan dengan konsisten.

Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk apabila:
a. Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari setelah terapi.
b. Terjadi pada pasien bayi dan geriatrik (imunokompromais).
c. Terjadi komplikasi
d. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka.

Prognosis
Prognosis Umumnya Bonam, Namun Quo Ad Sanationam Adalah Dubia. Karena
Terdapat Risiko Berulangnya Keluhan Serupa.
7. Bagan Alir -

8. Hal-hal yang -
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait - Unit Rawat Jalan
- Rujukan Ke Layanan Kesehatan Sekunder
10. Dokumen Terkait Registrasi dan Rekam Medik Pasien

11. Rekaman
Historis No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai