Di susun oleh :
1. Faiz aisyi
2. Samsul
3. Lelly nurbaya
4. Dila ulfah nursyaidah
5. Windy widyawati
1
Kata pengantar
penyusunannya kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
terlibat.
Harapan kami semoga makalah ini dapat diterima dan menjadi referensi, sehingga
kami dapat memperbaiki isi makalah ini, sehingga kedepannya dapat lebih baik.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara
Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti
Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab mana kala
3
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang
4
BAB III
A. PENDEKATAN TEOLOGIS
Teologi dari segi etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu theologia.
Yang terdiri dari kata theos yang berarti tuhan atau dewa, dan logos yang
terhadap agama. Pada umumnya, pendekatan ini dilakukan dari dan oleh
bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empiris dari suatu keagamaan
Murji’ah.
5
sikap saling bermusuhan dan saling menonjolkan segi-segi perbedaan masing-
masing secara arogan, tapi sebaiknya dicari titik persamaanya untuk menuju
subtansi dan misi agama yang paling suci. Salah satunya adalah dengan
mewujudkan rahmat bagi seluruh alam yang dilandasi pada prinsip keadilan,
kedamaian, dan seterusnya. Jika misi tersebut dapat dirasakan, fungsi agama
6
B. PENDEKATAN ANTROPOLOGI
sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik
C. PENDEKATAN SOSIOLOGI
menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini Islam
ayat ibadah dan ayat-ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah satu
7
berbanding seratus – untuk satu ayat ibadah, ada seratus ayat muamalah
(masalah sosial).
lebih besar dari pada ibadah yang bersifat seorangan. Karena itu shalat yang
dilakukan secara berjamaah dinilai lebih tinggi nilainya dari pada shalat
puluh derajat.
4. Keempat, dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak
masalah sosial.
5. Kelima, dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang
memahami agama. Hal ini dapat dimengerti karena banyak bidang kajian
agama yang baru dipahami secara imporsional dan tepat apabila menggunakan
jasa bantuan dari ilmu sosila. Pentingnya pendekatan sosial dalam agama
8
agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama
yang bersifat lahir diteliti dengan menggunakan ilmu sosial seperti sosiologi,
antropologi dan lain sebagainya. Pendekatan sosial ini seperti apa perilaku
dengan ajaran agamanya atau tidak. Pendekatan ilmu sosial ini digunakan
D. PENDEKATAN FILOSOFIS
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta
kepada kebenaran, ilmu dan hikmah. Selain itu, filsafat dapat pula berarti
mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha
9
Jika melihat definisi yang diberikan oleh dua orang yang mula-mula
mencintai kebijakan, Plato dan Aristoteles, kita dapat mulai melihat bagaimana
sebagai orang yang siap merasakan setiap bentuk pengetahuan, senang belajar
dan tidak pernah puas. Aristoteles juga memberikan suatu defenisi filsafat
argumen. Maka unsur kunci yang menyusun ”cinta pada kebijakan’ adalah
kemauan menjaga pikiran tetap terbuka, kesediaaan membaca secara luas, dan
kebenaran. Semua itu bagian dari suatu aktivitas atau proses dimana dialog,
diskusi, dan mengemukakan ide dan argumen merupakan intinya. Dengan kata
lain, “cinta pada kebijakan” ini adalah suatu komitmen, suatu kemauan
mengikuti sesuatu atau alur pemikiran atau suatu ide sampai pada kesimpulan-
kesimpulannya, namun setiap langkah proses itu selalu terbuka untuk ditentang
inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya adalah upaya atau usaha untuk
10
menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik
objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang
peristiwa. Kata sejarah dari kata Arab syajarahtun yang berarti pohon.
history). Atau boleh jadi juga karena kata kerja syajara juga punya arti to
dengan tarikh (Arab), istora (Yunani), history atau geschichte (jerman), yang
silam.
peristiwa. Perlu di ketahui dan dicatat bahwa tidak semua peristiwa masa silam
dimasukkan kedalam sejarah setidaknya kalau kita bicara sejarah sebagai ilmu,
11
menyangkut peristiwa, ketiga, pembatasan yang menyangkut tempat,
peristiwa masa lampu dianggap katagori sejarah Oleh karena itu masalah waktu
F. PENDEKATAN KEBUDAYAAN
kebudayaan maka yang kita lihat adalah agama sebagai keyakinan yang hidup
yang ada dalam masyarakat manusia, dan bukan agama yang ada dalam teks
suci, yaitu dalam kitab suci Al Qur’an dan Hadits Nabi. Sebagai sebuah
keyakinan yang hidup dalam masyarakat, maka agama menjadi bercorak lokal;
hakiki dari agama tersebut dan untuk itu juga harus dapat mensesuaikan nilai-
ada, sehingga agama tersebut dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
demikian maka agama akan dapat menjadi nilai-nilai budaya dari kebudayaan
tersebut.
Bila agama telah menjadi bagian dari kebudayaan maka agama juga
12
demikian, maka berbagai tindakan yang dilakukan oleh para warga masyarakat
harinya juga akan berlandaskan pada etos agama yang diyakini. Dengan
demikian, nilai-nilai etika dan moral agama akan terserap dan tercermin dalam
berbagai pranata yang ada dalam masyarakat tersebut. Sebaliknya, bila yang
menjadi inti dan yang hakiki dari kebudayaan tersebut adalah nilai-nilai budaya
yang lain, maka nilai-nilai etika dan moral dari agama yang dipeluk oleh
masyarakat tersebut hanya akan menjadi pemanis mulut saja atau hanya
Kegunaan kedua, sebagai hasil lanjutan dari kegunaan utama tersebut, adalah
untuk dapat mengarahkan dan menambah keyakinan agama yang dipunyai oleh
para warga masyarakat tersebut sesuai dengan ajaran yang benar menurut
sama dengan keyakinan yang kita punyai itu dapat berbeda dalam berbagai
aspeknya yang lokal. Tetapi, dengan memahami kondisi lokal tersebut maka
kita dapat menjadi lebih toleran terhadap aspek-aspek lokal tersebut, karena
pranata yang ada dalam masyarakat tersebut yang akhirnya akan menghasilkan
13
perubahan kebudayaan yang hanya akan merugikan masyarakat tersebut karena
tersebut.
G. PENDEKATAN PSIKOLOGIS
keagamaan itu benar-benar ada dan bahwa dengan suatu esensi, pengalaman
gerak dinamisnya, harus pula diteliti dan inilah yang menjadi tugas interpretasi
psikologis.
dan dijadikan sebagai cabang dari psikologi dengan nama psikologi agama.
Karena ilmu ini tidak berhak mempelajari betul tidaknya suatu agama,
metodenya pun tidak berhak untuk menilai atau mempelajari apakah agama itu
diwahyukan Tuhan atau tidak, dan juga tidak berhak mempelajari masalah-
masalah yang tidak empiris lainnya. Oleh karena itu pendekatan psikologis
tidak berhak menentukan benar salahnya suatu agama karena ilmu pengetahuan
H. PENDEKATAN INTERDISPLINER
14
misalnya menggunakan pendektan sosiologis, historis dan normatif secara
Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan sunnah Nabi tidak cukup
pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah dengan
pendekatan hermeneutik .
pengetahuan itu sendiri. Kedua, adanya penekanan terhadap bidang dan pendekatan
komplek. Ketiga, perkembangan tersebut adalah satu hal yang wajar dan seharusnya
memang terjadi, kalau tidak menjadi pertanda agama semakin tidak mendapat
perhatian.
menjawab status hukum aborsi. Untuk melihat status hukum aborsi perlu dilacak
nash Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Tentang larangan pembunuhan anak dan proses
15
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya adalah upaya atau usaha
untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada
dibalik objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti
baru yang harus terus digali oleh para pembaharu. Dalam konteks penelitian,
dimaksud disini (bukan dalam konteks penelitian), adalah cara pandang atau
paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan
sesuai dengan kerangka paradigmanya. Karena itu tidak ada persoalan apakah
16
penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian filosofi, atau penelitian
legalistik.
17
B. SARAN
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari sempurna. Banyak kekurangan disana-sini untuk itu mohon
kiranya mengoreksi sekalian mau memberikaan masukan kritik dan saran guna
DAFTAR PUSTAKA
18