Disusun Oleh :
DELVI LESTARI
31141035
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN BIDANG APOTEK
APOTEK KIMIA FARMA CIPACING – BANDUNG
PERIODE 01 MARET – 31 MARET 2017
Disetujui Oleh :
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat memperoleh kesehatan serta
kesempatan untuk dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan Bidang
Apotek ini dengan baik. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu prasyarat
dalam memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi dalam Program Studi Diploma III
Farmasi Sekolah Tinggi Farmasi Bandung Tahun Akademik 2016/2017.
Pada penulisan ini, penulis tidak lepas dari bimbingan, arahan, bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Entris Sutrisno, S.Farm., MH.Kes., Apt, selaku Ketua Sekolah Tinggi
Farmasi Bandung.
2. Ibu Ani Anggriani, M.Si., Apt, selaku Ketua Program Studi D III Farmasi
dan dosen pembimbing di Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.
3. Bapak Dilal Adlin Fadil, M. Farm., Apt, selaku pembimbing lapangan di
Apotek Kimia Farma Cipacing – Rancaekek.
4. Ayah dan Ibu terima kasih atas limpahan doa, dukungan, dan motivasi yang
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
5. Seluruh karyawan Apotek Kimia Farma Cipacing yang selalu memberikan
arahan dan pengetahuan.
6. Seluruh Staf Dosen dan Tata Usaha di lingkungan Sekolah Tinggi Farmasi
Bandung, yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik dari segi
teoritis maupun moril dalam menyelesaikan studi penulis
7. Rekan-rekan Mahasiswa/I Sekolah Tinggi Farmasi Bandung, yang
senantiasa memberikan masukan dan juga arahan dalam proses penyelesaian
laporan ini.
8. Serta semua pihak yang memberikan kontribusi dalam proses penyusunan
laporan ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan masih ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada
iii
kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKL yang dituangkan dalam
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
DELVI LESTARI
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 3
1.3 Waktu dan Tempat .................................................................. 3
v
2.10.3 Obat Keras dan Obat Psikotropika .............................. 37
2.10.4 Obat Narkotika ............................................................. 38
2.10.5 Obat Wajib Apotek ...................................................... 39
2.10.6 Obat Generik ................................................................ 40
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Lokasi dan Lay Out ................................................................. 74
5.2 Kategori Produk ....................................................................... 77
5.3 Pelayanan Kefarmasian ........................................................... 81
vi
5.4 Administrasi Apotek ................................................................ 82
5.5 Pengadaan ................................................................................ 82
5.6 Sumber Daya Manusia ............................................................ 84
LAMPIRAN .................................................................................................. 90
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Pemusnahan Resep ........................................................... 91
LAMPIRAN 2 Pelaporan Pemakaian Narkotika ...................................... 92
LAMPIRAN 3 Pelaporan Pemakaian Psikotropika .................................. 92
LAMPIRAN 4 Catatan Pengobatan Pasien ............................................... 93
LAMPIRAN 5 Dokumentasi Pelayanan Informasi Obat .......................... 93
LAMPIRAN 6 Berita Acara Pemusnahan Obat Kedaluarsa/Rusak .......... 94
LAMPIRAN 7 Kartu Stock ........................................................................ 95
LAMPIRAN 8 Etiket ................................................................................. 95
LAMPIRAN 9 Label .................................................................................. 96
LAMPIRAN 10 Fraktur Dari Distributor..................................................... 96
LAMPIRAN 11 Dropping Barang Mendesak Antara Apotek Kimia Farma 97
LAMPIRAN 12 Kertas Pembungkus Puyer ................................................ 97
LAMPIRAN 13 Bon Pinjaman ................................................................... 97
LAMPIRAN 14 Surat Pesanan Psikotropika .............................................. 98
LAMPIRAN 15 Lembar UPDS .................................................................. 98
LAMPIRAN 16 Lembar Copy Resep ......................................................... 99
LAMPIRAN 17 Lembar pengambilan Obat ............................................... 99
LAMPIRAN 18 Contoh Resep ................................................................... 99
LAMPIRAN 19 Gondola Penyimpanan Obat di area ethical ..................... 100
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas ............................................................. 36
Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas ............................................. 36
Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas .......................... 36
Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras ............................................................. 37
Gambar 2.5 Penandaan Obat Narkotika ...................................................... 38
Gambar 2.6 Penandaan Obat Generik ......................................................... 40
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
1.2 Tujuan
3
4
BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK
Apotek
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
kemudian setelah perang kemerdekaan sampai tahun 1958 serta pada periode
tahun 1958 – 1967.
5
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
6
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien (PERMENKES No. 35 Tahun 2016).
7
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
8
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
1. Lokasi
Jarak minimum antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, tetapi tetap
mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan,
jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan dan hygiene
lingkungan. Selain itu apotek dapat didirikan di lokasi yang sama dengan
kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi (Firmansyah, M.,
2009). Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran
Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.
2. Bangunan
Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek (Firmansyah, M.,
2009). Persyaratan teknis bangunan apotek setidaknya terdiri dari (Permenkes
No. 9 Tahun 2017) :
a. penerimaan Resep;
b. Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);
c. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
d. Konseling;
9
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
10
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
11
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
12
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
5. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima permohonan
dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan
menggunakan Formulir 2.
7. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa
ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat
yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 3.
8. Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan dan dinyatakan memenuhi
persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan
tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan
Organisasi Profesi dengan menggunakan Formulir 4.
13
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
14
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
1. Perencanaan
2. Pengadaan
15
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
a. Persiapan
b. Pemesanan
16
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
17
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
5. Pendistribusian
6. Pemusnahan
18
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
7. Pengendalian
19
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu
stok sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal kedaluwarsa,
jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
20
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
1. Pengkajian Resep
21
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
2. Dispensing
22
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
23
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
24
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
4. Konseling
25
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
26
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multi diagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi
Obat yang merugikan.
Kegiatan:
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
b. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan
pasien yang terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan
Obat dan riwayat alergi; melalui wawancara dengan pasien
atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain
c. Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah terkait
Obat antara lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi,
pemberian Obat tanpa indikasi, pemilihan Obat yang tidak
tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi
Obat yang tidak diinginkan atau terjadinya interaksi Obat
d. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien
dan
menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi
akan terjadi
e. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang
berisi rencana pemantauan dengan tujuan memastikan
27
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Kegiatan:
Resep yang telah dilayani harus disimpan selama tiga tahun. Resep
yang disimpan diberi penandaan mengenai tanggal, bulan dan tahun
pelayanan. Kemudian resep disusun rapih agar mampu ditelusuri bila
sewaktu-waktu diperlukan. Tanggal terdekat dengan bulan layanan
ditempatkan yang lebih mudah dijangkau agar mampu ditelusuri dengan
cepat. Untuk pengelolaan resep narkotik dan psikotropika. Pada saat
pelayanan resep narkotika diberi tanda garis warna merah. Resep narkotika
dan psikotropika harus terarsip dengan baik dan dicatat dalam buku
28
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang tentang Narkotika (PERMENKES, 2015).
1. Pemesanan Narkotika
2. Penyimpanan Narkotika
29
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
4. Pelaporan Narkotika
30
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
31
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
5. Pemusnahan Narkotika
32
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
1. Pemesanan Psikotropika
Obat golongan psikotropika dipesan dengan menggunakan Surat
Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan
mencantumkan nomor SIK. Surat pesanan tersebut dibuat rangkap dua
dan setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis
psikotropika.
2. Penyimpanan Psikotropika
Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan. Namun karena
kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan untuk
obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau
lemari khusus dan membuat kartu stok psikotropika.
3. Penyerahan Psikotropika
Obat golongan psikotropika diserahkan oleh apotek, hanya dapat
dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan dan dokter kepada pengguna/pasien berdasarkan resep dokter
4. Pelaporan Psikotropika
Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan
yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan pemakaiannya
setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
kepada Kepala Balai Besar POM setempat dan 1 salinan untuk arsip
apotek.
Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulannya melalui
SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten
apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan psikotropika
melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut di import.
Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan
(meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal
bulan). pasword dan username didapatkan setelah melakukan registrasi
pada dinkes setempat (sipnap.binfar.depkes.go.id).
33
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
5. Pemusnahan Psikotropika
Pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak
pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku
dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kedaluarsa atau
tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika
dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya
memuat tempat dan waktu pemusnahan; nama pemegang izin khusus;
nama, jenis, dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan; cara
pemusnahan; tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab
apotek dan saksi-saksi pemusnahan.
2. Keuangan
Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah (Umar, M.,
2011):
34
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
3. Administrasi
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu
dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi (Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 2004):
a. Administrasi umum
Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan
dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Administrasi pelayanan
Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien,
pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam pengelolaan apotek adalah (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 1993) :
1. Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.
2. Obat dan perbekalan farmasi lainnya yang karena suatu hal tidak dapat
digunakan atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara
dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan.
35
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh :
Parasetamol (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).
36
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna
hitam. Contoh : CTM (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam
Mefenamat. Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2006).
37
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh :
Morfin, Petidin (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Obat
narkotika ditandai dengan simbol palang medali atau palang swastika.
38
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
39
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
1. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang
disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.
2. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
3. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya,
kontra indikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu
diperhatikan oleh pasien.
40
41
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PT. Kimia Farma (Persero) pada saat itu bergerak dalam bidang usaha (Tim
PKPA PT. Kimia Farma Apotek, 2012):
a. Industri farmasi
b. Industri kimia dan makanan kesehatan
c. Perkebunan obat
d. Pertambangan farmasi dan kimia
e. Perdagangan farmasi, kimia dan ekspor-impor.
3.2.1 Visi
Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu
menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi
dan koordinasi bisnis yang sinergis.
3.2.2 Misi
Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-
bidang:
a. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan
produk yang inovatif.
b. Perdagangan dan jaringan distribusi.
c. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmasi dan jaringan
pelayanan kesehatan lainnya.
d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha
perusahaan (Kimia Farma, 2012).
42
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
sebanyak 725 Apotek yang tersebar di seluruh tanah air yang memimpin pasar di
bidang perapotekan dengan penguasaan pasar sebesar 19 % dari total penjualan
apotek dari seluruh Indonesia. Penambahan jumlah apotek yang terus
dikembangkan merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan
momentum pasar bebas, dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia
Farma akan diuntungkan. Apotek Kimia Farma melayani beberapa jenis
pelayanan, yaitu penjualan langsung, pelayanan resep dokter, penyediaan,
pelayanan praktik dokter, optik, dan pelayanan swalayan farmasi, seta pusat
pelayanan informasi obat.
Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah persepsi dan
citra lama tentang kimia farma. Dengan konsep baru bahwa setiap apotek kima
farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual obat, tetapi menjadi pusat
pelayanan kesehatan yang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti
laboratorium klinik, optik, praktik dokter, dan gerai untuk obat-obatan tradisional
indonesia. Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbarui
penampilan eksterior dan interior dari apotek kimia farma yang tersebar di seluruh
Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap apotek
untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap Apotek
Kimia Farma haruslah mampu memberikan servis yang baik, menyediakan obat
yang baik dan lengkap, berikut pelayanan yang cepat dan terasa nyaman.
Pada saat ini, unit Bisnis Manager (BM) dan Apotek Pelayanan, merupakan
garda terdepan dari PT. Kimia Farma Apotek dalam melayani kebutuhan obat
kepada masyarakat. Unit BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang
berada dalam suatu wilayah tertentu, dengan tugas menangani administrasi
permintaan barang dari Apotek Pelayanan yang berada di bawahnya, administrasi
pembelian/ pemesanan barang, administrasi piutang dagang, administrasi hutang
dagang dan administrasi perpajakan. Fokus dari Apotek Pelayanan adalah
pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek
berkualitas dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui
penjualan setinggi-tingginya.
43
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Logo PT. Kimia Farma Apotek sama dengan PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk, yaitu matahari dengan jenis huruf italic seperti dapat dilihat
pada gambar 3.1.
A. Pengertian
B. Jenis Hurup
44
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
C. Sifat Hurup
1. Kokoh, memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan
terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir
dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki
Indonesia.
2. Dinamis, dengan jenis huruf Italic, memperlihatkan
kedinamisan dan optimisme
3. Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dan lengkung,
memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani
konsumennya dalam konsep apotek jaringan. Konsep apotek
jaringan sendiri telah di canangkan pada tahun 1998 yang
artinya sudah kurang lebih 14 tahun kebijakan itu diberlakukan
untuk menjadikan beberapa apotek bergabung ke dalam grup
yang akhirnya diharapkan menjadi suatu jaringan apotek yang
kuat.
45
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
umum. Apotek berada di lokasi yang cukup strategis dan mudah dicapai oleh
masyarakat, karena apotek terletak ditepi jalan raya yang dilalui kendaraan
dua arah, banyak dilalui oleh angkutan umum, berdekatan dengan pemukiman
penduduk, bank, rumah sakit, sekolah, dan rumah makan yang dapat turut
menunjang keberhasilan apotek.
46
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
B. Apoteker Pendamping
47
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
48
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
49
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
50
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Jika sudah sesuai maka paraf tanda tangan, nama petugas yang
menerima barang, tanggal penerimaan, dan waktu kedatangan barang,
untuk obat golongan psikotropika dan narkotika disertakan juga SIP
APA. Setelah proses pengecekan dan penerimaan selesai, dilakukan
proses Droping dengan menggunakan sistem KIS untuk memasukkan
stok barang yang terkini setelah barang ditambahkan. Jika barang
berasal dari PBF langsung, apabila barang yang diterima tidak sesuai,
faktur diberi stempel blok penerimaan barang, dan fraktur diberi nomor.
Faktur yang asli diserahkan ke PBF sebagai tanda terima dan akan
digunakan sebagai alat tagih. Dua salinannya ditinggal di apotek untuk
arsip, dan untuk diserahkan ke apotek administrator. Kemudian seluruh
transaksi pembelian dimasukan kedalam data komputer pada kolom
administrasi pembelian. Jika barang yang datang dari PBF tidak sesuai
dengan surat pesanan, maka dibuat surat “retur” untuk kemudian
barangnya dikembalikan ke distributor yang bersangkutan untuk
selanjutnya ditukar. Namun, bila barang tersebut berasal dari BM maka
dibuat retur ke BM.
51
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
4. Penyaluran Barang
Penyaluran Perbekalan farmasi di Apotek Kima Farma Cipacing
meliputi :
52
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
53
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas pada
suatu instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi yang telah
mengadakan kerja sama dengan apotek yang sering disebut Ikatan
Kerja Sama (IKS), pembayaran dilakukan dalam jangka waktu
tertentu berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama.
Pelayanan resep kredit dapat dilakukan melalui faksi mili, telepon,
selanjutnya asisten apoteker akan membuat salinan resep atau
pasien datang sendiri membawa resep yang telah diberikan oleh
dokter perusahaan. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya
sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada pelayanan
resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti:
54
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
1. Administrasi Resep
Administrasi ini berupa pencatatan data pasien, pembuatan kuitansi
dan salinan resep.
a. Administrasi keuangan
Secara berkala Apotek Kimia Farma Cipacing mempunyai
kewajiban untuk melaporkan :
55
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
b. Administrasi barang
Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen
pembelian (faktur pembelian), defekta, Bon Permintaan Barang
Apotek (BPBA), Surat Pesanan (terutama narkotika dan
psikotropika), kartu stok, laporan stock opname dan lain-lain.
c. Administrasi SDM
Kegiatannya meliputi tata tertib pegawai, pengaturan jadwal
kerja, absensi, lembur pegawai, perhitungan hari kerja, cuti dan
lain-lain.
1. Penerimaan Resep
56
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
3. Peracikan
4. Pemeriksaan Akhir
57
58
BAB IV
TUGAS KHUSUS
tenggorokan dan diare (90%), diikuti oleh infeksi saluran kencing (75%),
bronkhitis akut (73%), otitis media (51%) dan sinusitis akut (40%). Metronidazole
(89%) dan ciprofloxacin (86%) yang umumnya diberikan untuk diare dan infeksi
saluran urine, sedangkan amoxicillin/klavulanat diberikan (51%) untuk kasus
lainnya (Abdulhak et al, 2011). Dari pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa
penggunaan antibiotik banyak digunakan pada kasus diare dan ISPA.
Salah satu efek samping yang ditakutkan dari antibiotik adalah munculnya
bakteri yang resisten terhadap antibiotik tersebut. Munculnya resistensi ini akan
merugikan pasien dan beban negara menjadi lebih besar. Sebagai gambaran,
pemerintah USA mengeluarkan tambahan 20 milyar USD untuk menanggung
biaya kesehatan, 35 milyar USD untuk biaya sosial karena resistensi. Dan terjadi
kematian 2x lebih besar karena antibiotik (APUA, 2010). Data di Inggris,
menyebutkan bahwa seseorang yang menderita resistensi terhadap satu macam
antibiotik, menanggung biaya 3,62 pound disbanding jika tidak terjadi resistensi.
Data di Indonesia belum ada penelitian yang mengeksplorasi beban yang harus
ditanggung pasien maupun negara akibat resistensi ini.
Kurangnya pengetahuan tentang penggunaan antibiotik menyebabkan
kesalahan dalam penggunaan. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat
menyebabkan resistensi. Resistensi merupakan kemampuan bakteri dalam
menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik. Masalah resistensi selain
berdampak pada morbiditas dan mortalitas juga memberi dampak negatif terhadap
ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat
rumah sakit, tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan masyarakat,
khususnya Streptococcus Pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus, dan
Eescherichia Coli (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406
/ MENKES/ PER / XII/ 2011) dalam Fernandez, Beatrix Anna Maria (2013).
Dampak negatif akibat penggunaan antibiotika yang tidak rasional adalah
resistensi kuman terhadap banyak obat (multidrug-resistance). Hal ini
mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun
mortalitas pasien, dan peningkatan biaya kesehatan (Directorate General of
Medical Care Mini try of Health Republic of Indonesia, 2005) dalam Fernandez,
Beatrix Anna Maria (2013).
59
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
60
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
61
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
62
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
63
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
64
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
65
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
66
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
67
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
e. Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan
aman.
Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak dilakukan dengan beberapa
langkah sebagai berikut (Kepmenkes RI, 2011):
1. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terhadap penggunaan
antibiotik secara bijak.
2. Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang
3. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten di
bidanginfeksi.
4. Mengembangkan sistem penanganan penyakit infeksi secara tim
(teamwork).
5. Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan antibiotik
secara bijak yang bersifat multi disiplin.
6. Memantau penggunaan antibiotik secara intensif dan
berkesinambungan.
7. Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik secara
lebih rincidi tingkat nasional, rumah sakit, fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya dan masyarakat.
68
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Cefadroxil adalah obat antibiotik yang paling banyak dikonsumsi dengan resep
(Larasari, 2015).
69
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
antibiotik yang terdahulu sehingga bisa digunakan untuk penyakit yang sama atau
gejala penyakit yang sama (Fernandez, 2013).
70
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
71
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
IV.5 Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Antibiotik yang banyak digunakan oleh responden amoxicillin.
Amoxicillin adalah antibiotik yang paling banyak dikonsumsi tanpa resep
dan cefadroxil adalah obat antibiotik yang paling banyak dikonsumsi
dengan resep oleh responden.
2. Faktor yang mendorong masyarakat menggunakan antibiotik tanpa resep
adalah karena pengetahuan dan kepercayaan sosial.
3. Beberapa golongan antibiotik saat ini mengalami resistensi terhadap
beberapa bakteri, salah satunya golongan beta laktam terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
4. Penyebab terjadinya resistensi yaitu karena penggunaan antibiotik untuk
virus dan penggunaan antibiotik yang tidak tuntas (habis).
72
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
73
74
BAB V
PEMBAHASAN
Apotek Kimia Farma Cipacing terletak di lokasi yang strategis dan mudah
diakses karena terletak di tepi jalan besar yang memiliki dua arah, cukup ramai,
banyak dilalui oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kemudahan
akses menuju apotek merupakan faktor penting sehingga pelanggan tidak enggan
untuk datang ke apotek. Tidak hanya strategis dari segi letaknya yang berada di
tepi jalan raya, Apotek Kimia Farma Cipacing juga dinilai strategis karena
dikelilingi oleh daerah pemukiman penduduk, klinik/praktik dokter, sekolah,
rumah sakit. Lokasi Apotek Kima Farma ini diperjelas dalam keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 35 Tahun 2016 tentang sarana dan prasarana menurut standar
pelayanan kefarmasian di apotek, dalam keputusan menteri ini disebutkan bahwa
apotek berlokasi pada daerah yang mudah dikenal dan dapat dengan mudah
diakses oleh masyarakat.
Desain Lay out suatu apotek memegang peranan penting dalam keberhasilan
suatu apotek. Dengan mengembangkan suatu desain lay out apotek yang efektif
dan efisien, serta mempertimbangkan konsumen, maka penyajian produk akan
optimal dan image apotek akan bagus sehingga menyebabkan konsumen akan
tertarik untuk datang ke apotek tersebut. Desain lay out Apotek juga harus
disesuaikan dengan lokasi apotek dan tingkat ekonomi yang masyarakat yang
menjadi target pasar dari apotek tersebut. Misalnya berada pada daerah padat
penduduk dan berada pada tepi jalan raya dua arah, atau berada dekat dari tempat
fasilitas umum, seperti pasar, bank, dan rumah sakit.
Layout apotek secara umum, sarana yang terdapat di Apotek Kimia Farma
Cipacing sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dimana apotek terdiri atas
dua lantai yang dilengkapi dengan tempat parkir yang cukup luas. Lantai I
merupakan apotek sebagai sarana farmasi dan basement merupakan mushola dan
Apotek
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
toilet. Pelayanan di bilik racik apotek terdapat ruangan persediaan obat, ruang
peracikan, dan ruang penyerahan obat. Bagian pelayanan depan dengan mudah
dilihat oleh konsumen yang datang, swalayan farmasi dan non farmasi dengan
mudah dilihat. Sarana yang belum dimiliki oleh Apotek Kimia Farma Cipacing
yaitu ruangan praktik dokter. Ruangan praktik dokter merupakan sarana yang
diperlukan untuk menunjang pelayanan kesehatan yang optimal.
Desain layout Apotek Kimia Farma Cipacing dapat dilihat pada gambar 5.1.
Dari gambar desain tersebut dapat kita lihat bahwa Apotek Kimia Farma Cipacing
telah memiliki perencanaan layout yang baik dan sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh PT. Kimia Farma Tbk.
Pada desain layout apotek diatas dapat dilihat secara garis besar apotek
dibagi menjadi 2 area, yaitu area swalayan dan area farmasi (ethical).
75
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
76
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Tata ruang dan bangunan Apotek Kimia Farma Cipacing ini sudah sesuai
dengan KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, dimana bangunan apotek
ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang
peracikan dan penyerahan obat, tempat pencucian obat dan toilet yang dilengkapi
dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik,
ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis. Apotek
Kimia Farma Cipacing juga memiliki papan nama yang memuat nama apotek,
nama APA (Apoteker Pengelola Apotek), nomor SIA, alamat dan nomor telepon
apotek.
Secara garis besar desain layout Apotek Kimia Farma Cipacing telah dibuat
dengan baik, apotek dibuat sesuai dengan konsep Kimia Farma Apotek. Tata
ruang apotek juga telah dibuat dengan dengan baik dan memikirkan arus
konsumen, hal ini terlihat dari apotek yang tetap terasa lapang dan nyaman
walaupun ramai oleh konsumen yang datang.
77
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Pada island gondola diletakkan produk kategori oral care, personal care,
traditional medicine, vitamin and mineral, topical dan first aid. Produkproduk
yang dipajang pada end gondola adalah produk-produk yang dikeluarkan oleh
Kimia Farma dan juga produk yang sedang dalam masa promosi atau produk-
produk yang melakukan kerja sama dengan Kimia Farma Apotek.
Sedangkan untuk produk yang dipajang pada wall gondola antara lain
adalah skin care, soap and body wash, hair care, baby diapers, baby and child
care, milk and nutrition, food supplement, adult diapers, dan paper product. Pada
bagian atas dari wall gondola ini diletakkan duratran yang digunakan sebagai
media iklan atau promosi dari produk principal. Penyusunan produk pada wall
gondola ini tersusun dengan rapi dan sesuai dengan kategorinya dan dalam
penataan produk pun sudah baik. Sedangkan produk-produk yang dipajang di end
gondola adalah produk-produk promosi dan juga produk-produk keluaran Kimia
Farma.
78
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Pada apotek juga terdapat cooler yang digunakan sebagai tempat tempat
untuk menyimpan minuman, cooler yang terdapat di sini ada satu buah cooler
yang terletak di samping kiri wall gondola.
79
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Jenis obat yang disimpan pada area ethical adalah obat-obat golongan
keras, narkotika, psikotropika, vitamin, dan obat yang memerlukan perlakuan
khusus dalam penyimpanannya.
80
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Apotek Kimia Farma Cipacing tidak hanya melayani penjualan obat OTC
tetapi juga melayani pelayanan resep dokter, resep tunai, resep kredit, dan
swamedikasi yang dikenal sebagai Upaya Penyembuhan Diri Sendiri (UPDS).
Pasien yang ingin menebus resep obat dapat menyerahkan resep nya pada kasir,
kemudian kasir akan melakukan pengecekan ketersediaan obat beserta melakukan
skrining resep dan memberi harga obat-obat tersebut. Apabila pasien setuju
dengan jumlah harga yang diinformasikan oleh kasir maka penyiapan obat baru
akan dilakukan. Dalam penyiapan obat dilakukan berkali-kali pengecekan guna
mengurangi kesalahan dalam pelayanan resep. Tahap selanjutnya adalah
penyerahan obat oleh apoteker bersamaan dengan informasi obat berupa obat
yang diberikan, aturan pakai, waktu minum, durasi, efek samping, interaksi obat
dan waktu penyimpanan obat. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) di apotek
ini masih kurang optimal, hal ini disebabkan adanya keterbatasan waktu apoteker
dalam memberikan konseling pada pasien. Pada umumnya, petugas yang bekerja
sudah melayani dengan baik, ramah, sigap dan mau membantu mengatasi
kesulitan pelanggan. Selain itu, petugas juga cukup informatif dalam melayani
pelanggan, berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien dan cepat
tanggap dalam mengatasi keluhan konsumen. Keadaan ini harus terus
dipertahankan dan jika mungkin ditingkatkan.
81
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
5.5 Pengadaan
Selain ketersediaan sarana dan prasarana serta tenaga kerja yang
profesional, ketersediaan perbekalan farmasi di apotek merupakan faktor penting
lain untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien. Ketersediaan
perbekalan farmasi dapat dicapai dengan pengelolaan, yang meliputi perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian obat yang baik. Pengelolaan
82
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Persediaan farmasi yang sudah atau akan habis diperiksa tiap minggunya
dan dicatat dalam buku defekta untuk kemudian diproses dan segera dilakukan
pengadaan. Pengadaan barang di Apotek mengikuti sistem yang telah ditetapkan
oleh PT. Kimia Farma Apotek melalui Bisnis Manajer (BM). Pemesanan barang
untuk Apotek Kimia Farma Cipacing dilakukan melalui BM Bandung. BM
berfungsi melaksanakan pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian barang
untuk outlet-outlet yang berada di wilayahnya. Sistem tersebut akan
meningkatkan efisiensi dalam hal pengadaan barang dan dapat memberikan
keuntungan dari potongan harga yang diperoleh dari distributor karena
pengambilan barang dalam jumlah besar. Selain itu, sistem perencanaan secara
kolektif tersebut juga dapat menghindari pemesanan barang yang tidak dibutuhkan
akibat tidak cukup faktur.
83
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Sumber daya manusia yang ada di apotek Kimia Farma Cipacing juga
telah memenuhi Peraturan Pemerintah RI tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di Apotek Kimia Farma
Cipacing, APA dibantu oleh satu orang apoteker pendamping, dan tiga orang
tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker). Apotek Kimia Farma Cipacing buka
selama 14 jam setiap harinya, dari hari senin sampai minggu. Sumber daya
manusia di apotek dibagi dalam dua shift jam kerja, yaitu shift I pada jam 08.00-
15.00, dan shift II pada jam 15.00-22.00 WIB. Namun terkadang dalam satu hari,
terdapat shift yang tidak di dampingi apoteker yang bertugas. Oleh karena itu,
84
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
perlu dipertimbangkan untuk melakukan koordinasi jam kerja antara APA dan
apoteker pendamping sehingga pada setiap shift kerja selalu terdapat apoteker
yang dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian.
85
86
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di
Apotek Kimia Farma Cipacing, yaitu :
Apotek
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
1. Perlu perencanaan pengadaan yang lebih baik pada apotek Kimia Farma
Cipacing untuk mengatasi kekosongan produk yang terjadi pada apotek.
2. Sebaiknya disediakan kasir khusus swalayan farmasi agar konsumen
tidak perlu mengantre bersama dengan pasien yang hendak membayar
resep dan memudahkan konsumen untuk mengetahui harga produk yang
diletakkan pada swalayan farmasi sebagai upaya dalam peningkatan
pelayanan. Jika memungkinkan, dapat diletakkan harga dari tiap produk
pada gondola peletakannya. Hal tersebut akan membantu konsumen
dalam memutuskan alternatif produk yang akan dipilih berdasarkan
perbandingan harga dan manfaat produk. Sebaiknya kasir khusus
swalayan farmasi dijaga oleh petugas teknis kefarmasian (seperti asisten
apoteker) agar dapat sekaligus berfungsi sebagai tempat pemberian
informasi mengenai produk swalayan farmasi kepada konsumen.
3. Sebaiknya disediakan ruangan khusus untuk konseling obat oleh apoteker
kepada pasien untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di
apotek.
4. Perlu disiplin dan tindakan tegas dalam penulisan stok barang di kartu
stok, sehingga tidak terjadi kekurangan obat atau kehilangan obat.
5. b. Perlu ditingkatkan sistem informasi di komputer dalam hal stok
barang, sehingga pada saat pembeli datang tidak perlu dilakukan
pengecekan ulang.
87
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
DAFTAR PUSTAKA
88
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
89
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Tim PKPA PT. Kimia Farma Apotek. (2012). Panduan dan Materi Praktek Kerja
Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma. Jakarta: PT. Kimia Farma
Apotek.
Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis Cetakan ke-4. Jakarta: Wira Putra
Kencana.
90
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
91
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
92
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
93
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
94
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Lampiran 8 Etiket
95
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
Lampiran 9 Label
96
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
97
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
98
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
99
Laporan Kerja Praktek Lapangan D3 Farmasi Apotek
100