Anda di halaman 1dari 7

TITRASI PENETRALAN

Oleh:

Laila Nur Cholifatul Isnaini Sabila

18030194073

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

PROGRAM STUDI S1-PENDIDIKAN KIMIA

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana cara menentukan standarisasi larutan basa?
1.2.2 Bagaimana cara menentukan kadar asam sitrat dalam jeruk?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui cara menentukan standarisasi larutan basa
1.3.2 Untuk mengetahui cara menentukan kadar asam sitrat dalam air
jeruk
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Standarisasi Larutan

Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Kebanyakan
reaksi kimia bukan berlangsung antara padatan murni, cairan murni, atau gas murni
melainkan antara ion-ion atau molekul-molekul terlarut dalam air atau pelarut lain.
Larutan dapat terdiri atas sedikitnya satu komponen cairan yaitu gas-cairan, cairan-
cairan, dan padatan-cairan. Air adalah pelarut cairan yang biasanya sering
digunakan. Dalam zat cairan-padatan, molekul-molekul saling terkait akibat adanya
tarik-menarik antar molekul. Pembentukan larutan terjadi apabila suatu zat terlarut
dapat larut dalam seluruh zat pelarut, partikel zat terlarut menempati posisi yang
biasanya ditempati oleh molekul pelarut. Hal tersebut bergantung pada kekuatan
relatif dan interaksi pelarut-pelarut, interaksi zat terlarut-zat terlarut, dan interaksi
zat pelarut-zat terlarut. (Chang, 2004:4)

Standarisasi larutan adalah proses penentuan konsentrasi suatu larutan.


Suatu larutan disebut sebagai larutan standar apabila molekul analit(a) bereaksi
dengan molekul pereaksi(t), sebagaimana yang terdapat dalam reaksi

aA + tT  produk

Pereaksi T adalah titran berwujud larutan yang konsentrasinya telah diketahui.


Titran biasanya ditambahkan secara kontinu dari sebuah buret sampai jumlahnya
secara kimiawi sama dengan jumlah analit. Untuk mengetahui kapan titrasi
dihentikan, dapat digunakan indicator yang bereaksi dengan kehadiran titran
berlebih dengan melakukan perubahan warna.

2.2 Titrasi Penetralan

Syarat sebelum reaksi dapat digunakan:

1. Reaksi harus di proses sesuai persamaan kimiawi tertentu, harusnya tidak


ada reaksi sampingan
2. Reaksi harus diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekuivalen
3. Harus tersedia beberapa metode untuk menentukan titik ekuivalen
4. Diharapkan reaksi dapat berjalan cepat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat

3.2 Bahan

3.3 Prosedur

3.3.1 Penentuan (standarisasi) Larutan NaOH ±0,1 N dengan Bahan Baku


Asam Oksalat

Asam oksalat (H2C2O4.H2O) ditimbang secara teliti sejumlah ±1,6 gram


dalam kaca arloji. Kemudian asam oksalat dipindah dalam labu ukur 250 mL
dan dilarutkan dengan air suling sampai tanda batas. Larutan asam oksalat
dikocok dengan baik agar larut dengan sempurna.

Buret khusus basa yang sudah bersih dan sudah dibilas, diisi dengan larutan
NaOH. Dalam hal ini, buret dengan kran kaca tidak boleh digunakan.

Larutan asam oksalat dipipet sejumlah 25 mL, kemudian dimasukkan


kedalam Erlenmeyer ukuran 250 mL. Ditambahkan air suling sejumlah 25mL
menggunakan gelas ukur dan ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein(PP).

Larutan asam oksalat dititrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi


perubahan warna indikator. Dibaca dan dicatat angka pada buret pada awal dan
akhir titrasi, ditentukan volume NaOH yang diperlukan. Titrasi diulang
sebanyak 3 kali dengan volume asam oksalat yang sama. Dihitung konsentrasi
rata-rata larutan NaOH.

3.3.2 Penentuan Kadar Asam Sitrat dalam Air Jeruk

Air jeruk ditimbang sejumlah 10 gram. Kemudian dilarutlam dalam labu


ukur 100 mL. Terbentuklah larutan air jeruk. Larutan air jeruk dipipet sejumlah
10 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 25mL aquades
dengan 3 tetes indikator fenolftalein. Dititrasi dengan NaOH sampai terjadi
perubahan warna indikator. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali dan dihitung
kadar asam sitrat dalam air jeruk.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai