Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI SKILL LBM 2

ANALISIS STUDI KASUS PENYAKIT JANTUNG KORONER

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5 :

1. Adinda Ati W. (33101600416)


2. Alina Nur Rofi (33101600420)

3. Anisa Masithoh (33101600424)

4. Fadhila Hiswatunnida (33101600435)

5. Fina Rosyidah (33101600437)

6. Hesti Ratnasari (33101600443)

7. Isfandiari Aulia (33101600446)

8. Sandra T. (33101600473)

9. Wanda Danis M. (33101600483)

10. Zahratul Ummi (33101600487)

PRODI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2018

PENYAKIT JANTUNG KORONER

I. TUJUAN
1 Agar mahasiswa dapat memahami penyakit jantung koronere sehingga dapat
menganalisis kesesuaian rancangan terapi obat
2 Agar mahasiswa dapat mempertimbangkan pemilihan obat berdasarkan 4W+1H dan
dengan metode SOAP
3 Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah terkait obat dan memberikan
alternatif solusinya

II. LANDASAN TEORI


A. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER
Acutecoronarysyndrome (ACS) adalah istilah yang mencakup pasien yang
hadir dengan angina tidak stabil (UA) atau infark miokard akut (AMI) yang terdiri dari
segmen ST elevasi infark miokard (STEMI) atau non-ST segmen infark miokard
(NSTEMI). Etiologi ACS berasal dari erosi atau pecahnya plak yang tidak stabil dalam
arteri koroner yang mengarah ke pembentukan thrombus oklusif atau non-eksklusif.
Meskipun kedua UA, NSTEMI dan STEMI menyebabkan rawat inap, pasien yang
datang dengan STEMI dianggap sebagai darurat medis dan gawat darurat langsung. .
Rasa sakit mereka dikendalikan komplikasi arrhythmic dijawab, andbedrest, nitrates,
andβ-blockers meminimalkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh jantung.
Manajemen ACS didasarkan pada reperfusi dan revaskularisasi menggunakan berbagai
strategi, termasuk terapi trombolitik, agen antiplatelet, antikoagulan, dan non
pharmacological. (kadac kimbell 2009)
Unstable angina Pasien dengan unstable angina akan mengalami nyeri dada
saat aktivitas berat namun kemudian masih tetap berlangsung saat istirahat. Ini adalah
tanda akan terjadi infark miokard akut . Unstable angina dan MI akut merupakan
sindrom koroner akut karena ruptur dari atherosclerotic plak pada pembuluh darah
koroner (Hendrianto,heri 2014)
B. FAKTOR RESIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER

(Hendrianto,heri 2014)
Faktor Metabolik
Akumulasi metabolik lokal mempengaruhi tonus vaskuler, mempengaruhi
suplai oksigen dan dapat merubah kebutuhan oksigen. Selama terjadi hipoksia maka
metabolisme aerob dan defosforilasi oksidatif di mitokondria terhambat sementara
fosfat energi tinggi termasuk ATP tak dapat diregenerasi sehingga mengakibatkan
adenosin difosfat (ADP) dan adenosin monofosfat (AMP) terkumpul dan terdegradasi
sebagian menjadi adenosin yang mempengaruhi suplai dan kebutuhan oksigen
miokard yang merupakan vasodilator poten dan sangat mempengaruhi tonus vaskular.
(Hendrianto,heri 2014)
Faktor Endotel
Seperti yang kita ketahui pada endotel pembuluh darah dihasilkan substansi
vasoaktif yang mempengaruhi tonus vaskuler. Vasodilator yang diproduksi oleh
endotel termasuk Nitric oxide (NO), prostasiklin dan endothelium derived
hiperpolarizing factor (EDHF). Endotelin 1 sebagai contoh dari substansi endotelium
berfungsi sebagai vasokonstriktor.1,7 NO mempengaruhi tonus vaskuler dengan cara
berdifusi dan melebarkan hubungan antara sel otot sehingga terelaksasi dengan
mekanisme siklik guanosin monofosfat dependent. Produksi NO pada normal endotel
terjadi pada kondisi normal dan dipengaruhi kondisi dan substansi lain.1,7 Prostasiklin
membuat vasodilatasi dengan cara relaksasi otot vaskular melalui jalur cAMP
dependent dengan stimuli seperti hipoksia, stress shear, asetilkolin,dan produk
trombosit (serotonin).1,7 EDHF adalah perangkat vasodilator penting seperti NO ia
bekerja dengan cara berdifusi antar sel. Dihasilkan dengan faktor pencetus seperti NO,
termasuk Ach dan denyut nadi. Pada sirkulasi koroner, EDHF menjadi sangat penting
karena merelaksasi arteri kecil. (Hendrianto,heri 2014)
Faktor Persarafan
Kontrol saraf dari resistensi vaskuler tergantung dari sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Saat kondisi normal saraf simpatis memegang peran penting. Arteri
koroner terdapat α1adrenergik reseptor yang berfungsi sebagai vasokonstriksi dan β2
reseptor berfungsi sebagai vasodilatasi. (Hendrianto,heri 2014)
C. GEJALA KLINIS PENYAKIT JANTUNG KORONERER
- Nyeri dada substernal
- retrosternal, dan prekordial
- mual dan muntah
- kulit menjadi dingin
- Pucat
- Diaforesis
- Xantelasma
- sesak nafas,
- pada kasus yang serius dapat terjadi sincope atau penurunan kesadaran
(Kumar & Clarks, 2009)

D. KLASIFIKASI PENYAKIT JANTUNG KORONER

(Kodac,kimbell 2009)

E. TERAPI FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI

1. Terapi Non-Farmakologi yang dapat dilakukan yaitu:


a. Merubah gaya hidup, misalnya berhenti merokok.
b. Olahraga, dapat meningkatkan kadar HDL dan memperbaiki koroner pada penderita
jantung koroner, karena:
❖Memperbaiki fungsi paru-paru dan memperbanyak O2 masuk ke dalam
miokard.
❖Menurunkan tekanan darah
❖Menyehatkan jasmani
c. Diet dapat mengurangi kadar hiperglikemia ( Firmansyah, 2017)
2. Terapi Farmakologi
a. Golongan Nitrat
Obat golongan ini dapat menurunkan kebutuhan dan meningkatkan suplai
oksigen dengan cara mempengaruhi tonus vaskular. Nitrat menimbulkan
vasodilatasi semua sistem vaskular. Obat golongan nitrat ada 3 macam, yaitu :
- Nitrogliserin : obat yang digunakan untuk profilaksis dan pengobatan
angina. Dosis yang digunakan Sublingual : 0,5 mg, sedangkan untuk yang
per oral : 2,5 mg 2-3x sehari, atau pada kasus berat 5 mg 2-3x sehari
- Isosorbid dinitrat (ISDN)
Digunakan untuk terapi dan profilaksis angina pectoris. Dosis yang
digunakan untuk sediaan sublingual 2,5-15 mg, oral 15-80 mg 2-3x sehari,
IV : 1,25- 5 mg/jam
- Isosorbid Mononitrat
Digunakan untuk terapi profilaksis angina, jantung koroner, terapi tambahan
pada gangguan jantung kongestif. Dosis yang digunakan untuk kasus angina
: oral 2x20 mg/ hari
(
b. Golongan Anti platelet
Antiplatelet bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat
menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri. Obat yang masuk
pada golongan ini yaitu :
- Aspirin
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga
menghambat pembentukan trombus. Aspirin menghambat aktivitas enzim
cyclo-oxygenase I dan II yang selanjutnya menghambat produksi
tromboksan. Dosis untuk sindrom koroner akut yaitu loading dose 150-300
mg dan dosis pemeliharaan 75-100 mg/ hari.
- Clopidogrel
Merupakan obat yang dapat menghambat eseptor P2Y12 di platelet secara
irreversibel. Clopidogrel digunakan secara kombinasi dengan aspirin dosis
rendah untuk pengobatan pada sindrom koroner akut tanpa elevasi segmen
ST dan angina pektoris tidak stabil. Dosis yang digunakan, dosis awal 1x
300 mg/ hari, lalu dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75mg 1x sehari.
- Ticagrelor
Diberikan kombinasi dengan aspirin untuk mencegah trombosis pada pasien
dengan sindrom koroner akut. Dosis untuk sindrom koroner akut, loading
dose 180 mg, dilanjutkan 2x90 mg/ hari.
c. Golongan Beta Blocker
β blocker bekerja dengan cara menurunkan cardiac output dan resistensi
perifer. Obat yang digunakan yaitu Atenolol PO 50-200 mg/ hari, Bisoprolol
PO 10mg/ hari, Metoprolol PO 50-200 mg/ hari, dan Propanolol PO 2x 20-
80mg/ hari.
d. Golongan CCB
Golongan CCB atau penghambat canal kalsium dibagi menjadi 3 kelas yaitu:
1. Dihidropiridin : Amlodipin PO 5-10mg/ hari, Nifedipin PO 30-90mg/ hari
2. Nondihidropiridin : Verapamil PO 180-240 mg/hari
e. Benzotiazepin : Diltiazem PO 120-360 mg/hari. Golongan ACE Inhibitor
Golongan obat ini dapat menurunkan kejadian serebrovaskular dan
kardiovaskular seperti angina pektoris tidak stabil dan infark miokard.
Golongan ACEi meningkatkan fugsi vasomotor endotel pada pasien PJK.
Obat- obat yang termasuk pada golongan ini yaitu, Captopril PO 2-3x 6,25-50
mg, Lisinopril PO 2,5-20mg/ hari, Enalapril 5-20mg/ hari.
(Team Medical Mini Notes. 2017)

III. URAIAN KASUS


Pasien Ny. P usia 73 th masuk rumah sakit disalah satu RS di Semarang pada
tanggal 15 November 2018, dengan keluhan nafas terasa sesak saat santai(malam
hari) dan dada sebelah kiri terasa nyeri seperti tertindih benda berat, menjalar ke
belakang. Riwayat penyakit hiperurisemia, dislipidemia, DM, hipertensi. Riwayat
obat Glibenklamid. Vital sign: TD: 150/110mmHg suhu 36C nadi 90x per menit
RR 20x/ menit. Data lab: GDA 345, HBA 1C 9%, TG 143 mg/dL, kolesterol 182
mg/dL, LDL 136 mg/dL, AU 5,2 mg/dL, ECG: ST Elevation. Dokter
mendiagnosis SKA, DM, Hiperglikemia. Pasien mendapat terapi infus NS 1 kolf/
24 jam, Aspilet 1x1, CPG 1x1, Ranitidin inj 2x1, Cedocard 2 mg infus, ISDN
3x5mg, arixtra 1x1amp, asam mefenamat 3x1, Gemfibrosil 2x1, simvastatin 1x1,
metformin 2x1, alupurinol 1x1.

IV. PENYELESAIAN KASUS DENGAN METODE SOAP


SUBJECT
Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny.p
Usia Pasien : 73 tahun
Berat Badan :-
Tinggi Badan :-
Keluhan Pasien : keluhan nafas terasa sesak saat santai(malam hari) dan
dada sebelah kiri terasa nyeri seperti tertindih benda
berat, menjalar ke belakang
Riwayat penyakit keluarga : -
Riwayat penyakit penderita : hiperurisemia, dislipidemia, DM, hipertensi
Riwayat pengobatan : Glibenklamid
Kebiasaan perilaku hidup :-

OBJECTIVE
Data vital sign
Data Laboratorium

Data laboratorium nilai Nilai normal


Tekanan Darah 150/110 mmHg 120/80 mmHg
Nadi 90 x/menit
Respirasi rate 20 x/menit
Gula darah acak 345
HBA1C 9%
Trigliserida 143 mg/dl
Low density lipoprotein 136 mg/dl
Kolestrol 182mg/dl
AU 5,2 mg
ECG ST elevation

ASSESMENT
 Problem medik : unstable angina

Terapi obat Dosis Terapi yang diperoleh


Infus NS kolf/24 jam -
Aspilet 1x1 -
Clopidogrel 1x1 1x300mg/hari
Ranitidin Inj. 2x1 -
Cedocard 2 mg infus -
ISDN 3x5 mg 2,5 mg
Arixtra 1x1 -
Asamafenamat 3x1 -
Gemfibrozil 2x1 -
Simvastatin 1x1 -
Metformin 2x1 500 mg /hari
Allupurinol 1x1 -

 DRP :
 Obat tanpa indikasi, gemfibrosil 2x1, simvastatin 1x1 dimana pasien
nilai TG 143 mg/dl, kolesterol 182 mg/dl, LDL 136 mg/dl, dimana dari
data tersebut masih di range normal, sehingga tidak dislipidemia.
 Asam mefenamat, tidak perlu digunakan karena sudah diberikan obat
SKA shg nyeri dapat berkurang.
 Ranitidin, tidak perlu digunakan karena pasien tidak terindikasi tukak
lambung.
 Allupurinol tidak perlu diberikan , karena asam urat pasien normal
 Arixtra, tidak digunakan karena sudah diberikan aspirin utk mencegah
trombus.
 Aspirin tidak perlu di gunakan karena aspirin akan menurunkan efek
bisoprolol
Pemberian Bisoprolol 1x5-10mg sehari sebagai anti hipertensi
PLAN
 Penetapan tujuan terapi
menangani unsable angina , DM , Hiperglikemia
 Solusi DRP : tidak menggunakan obat ranitidin, cedocard, arixtra, asam
mefenamat, gemfibrosil, simvastatin dan allupurinol.
V. 4T+1W
Metformin
 Tepat indikasi : DM tipe II
 Tepat dosis : 500-3000 mg/hari
 Tepat obat : metformin mengurangi produksi glukosa hati dan memperbaiki
ambilan glukosa dijaringan perifer
 Tepat pasien : metformin tidak konta indikasi dengan kondisi pasien
 Waspada efek samping : mual, muntah, diare, anorexia, eritema, nyeri perut.
ISDN
 Tepat indikasi : untuk mengurangi gejala nyeri akibat penurunan suplay
oksigen (angina pectoris)
 Tepat dosis : sublingual 2,5 – 15 mg/hari
 Tepat obat : Menurunkan kebutuhan dan meningkatkan suplay oksigen dengan
cara mempengaruhi tonus vaskular
 Tepat pasien : ISDN tidak konta indikasi dengan kondisi pasien
 Waspada efek samping : sakit kepala, muka merah, hipotensi, dan taki kardi
Bisoprolol
 Tepat indikasi : gagal jantung kronik, angina
 Tepat dosis : 1x5-10mg sehari pada pagi hari
 Tepat obat : memberikan hamabatan terhadap reseptor beta
 Tepat pasien : tidak ada kontra indikasi
 Waspada efek samping : rasa dingin, mual, muntah, diare dan konstipasi
Clopidogrel
 Tepat indikasi : infark miokard, stroke iskemik
 Tepat dosis : 1x300mg/hari, dosis pemeliharaan 1x75mg/hari
 Tepat obat : mengurangi agregasi platelet sehingga menghambat pembentukan
trombus pada sirkulasi arteri
 Tepat pasien : tidak ada kontra indikasi
 Waspada efek samping : nyeri perut, diare, perdarahan

VI. PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus Ny. p mempunyai riwayat penyakit hiperurisemia,


dislipidemia, DM, hipertensi, dengan riwayat obat glibenklamid .Ny. p masuk
rumah sakit dengan keluhan nafas terasa sesak saat santai(malam hari) dan dada
sebelah kiri terasa nyeri seperti tertindih benda berat, menjalar ke belakang, dokter
mendiagnosis Ny. p menderita SKA , DM, Hiperglikemia dokter memberikan
terapi obat infus NS 1 kolf/ 24 jam, Aspilet 1x1, CPG 1x1, Ranitidin inj 2x1,
Cedocard 2 mg infus, ISDN 3x5mg, arixtra 1x1amp, asam mefenamat 3x1,
Gemfibrosil 2x1, simvastatin 1x1, metformin 2x1, alupurinol 1x1. DRP yang di
peroleh yaitu obat tanpa indikasi , solusi DRP yang di berikan yaitu mengobati
SKA dimana ny.p menderita unstabel angina yang terjadi pada saat istirahat
mengalami nyeri dada, berdasarkan jurnal acute coronary syndrome kristin et all
tanda - tanda unstabel angina dengan gejala Nyeri dengan atau tanpa radiasi pada
daerah lengan, leher, punggung, atau epigastrik.Sesak napas, diaphoresis, mual,
kepala terasa ringan, takikardia, takipnea, hipotensi atau hipertensi, penurunan
saturasi oksigen arteri (SaO2) dan ketidaknormalan ritme. Terjadi saat istirahat
atau dengan pengerahan tenaga, membatasi aktivitas . Karena penderita sudah
masuk rumah sakit maka kita mengobat SKA dahulu yaitu ISDN untuk
mengurangi rasa nyeri dengan dosis 2,5 mg pada pertolongan awal apabila masih
mengalami nyeri maka diberikan obat aspirin dengan kombinasi clopidogrel dalam
dosis yang rendah dimana aspirin di berikan 162-325 mg /hari , clopidogrel
1x300mg per hari dan untuk obat DM / hiperglikemia diberikan metformin 500 mg
/ hari .
ISDN ,Apirin dan Clopidogrel di indikasikan sebagai SKA sedangkan
metformin digunakan sebagai DM/Hiperglikemia karena kadar HBA1 9% tinggi .
sedangkan untuk antihipertensi tidak di berikan karena tekanan darah 150/110
mmHg masuk kedalam stage 1 dimana hipertensi ini dapat diatasi dengan indikasi
aspirin dan clopidogrel mekanisme kerja memvasodilatasi pembuluh darah yaitu
akan memperlancar aliran darah sehingga tekanan darah akan lancar dan akan
menurunkan tekanan darah.

VII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, Iman. 2017. Farmakoterapi Terapan Penyakit Jantung Koroner. Bandung:
Universitas Padjajaran.
Koda-Kimble, Mary Anne, et al. 2009. Applied Therapeutics :The Clinical Use of Drugs 9th
edition. USA: Lippincot William and Wilkins
KRISTIN ET ALL 2009. ACUT CORONERY SYNDROM Even nurses outside the ED
should recognize its signs and symptoms
Kumar, P., & Clark, M. L. 2009. Medicine 9th Edition. Spain: Elsevier.
Hendrianto,heri 2014 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner .Volume VI, Nomor 3, Tahun
2014
Team Medical Mini Notes. 2017. Basic Pharmacology & Drug Notes . MMN

Anda mungkin juga menyukai