Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan tindakan “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.K

DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG RINDU A 1 KAMAR

III 1 RSUP H.ADAM MALIK MEDAN’’ maka pada bab pembahasan ini akan

di uraikan tentang kesenjangan tersebut dengan menggunakan proses

keperawatan yang terdiri dari 5 tahap yaitu, mulai dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan utama dari proses keperawatan

dan menyusun rencana keperawatan secara menyeluruh. Pengkajian di

lakukan pada tanggal 27 agustus 2013 dan di dapati : Ny,k, berjenis kelamin

perempuan, umur 57 tahun, suku batak , agama islam, alamat Jalan Suka Jadi

Dusun VI Kecamatan Hina, masuk rumah sakit tanggal 26 agustus 2013 di

Ruang Rindu A1 RSUP H Adam Malik Medan dengan diagnosa medis

Diabetes Melitus Tipe Ii. Menurut teoritis umur / usia, Ras (bangsa) riwayat

keluarga dan, obesitas merupakan faktor resiko yang tidak diubah terjadinya

Diabetes Melitus Tipe II . Biasanya semakin tua, kejadian Diabetes Melitus

Tipe II semakin tinggi. (Brunner & Suddarth, 2002).

Riwayat penyakit sekarang Ny,k masuk rumah sakit karena adanya

peningkatan kadar gula darah tanggal 27 agustus 2013 pada jam 16.15 WIB,

dengan keluhan lemah,letis.

52
53

Riwayat penyakit dahulu menurut pernyataan paisen tidak pernah

mengalami penyakit menular, pasien pernah mengalami penyakit diabetes

mellitus salama 5 bulan dangan KGD tinggi dan tidak teratur berkisar antara

200 lebih,jika sakit hnya berobat ke puskesmas dan tidak pernah di rawat

RSUP.

Riwayat kesehatan keluarga Pasien dan keluarga pasien mengatakan

tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang di derita

pasien saat ini maupun penyakit keturunan lainnya. (Brunner & Suddarth,

2002)

Pola eliminasi, sebelum sakit pasien BAB 1 hari sekali dengan

konstensi lunak dan BAK 5-6 x/hari, selama sakit, pasien BAB 1x/hari ,dan

BAK 7-9 x/hari dangan jumlah BAK 2500 cc/hari (Brunner & Suddarth,

2002).

Pola aktifitas, sebelum sakit pasien dalam menjalankan aktifitas sehari-

harinya dengan sebagai IRT, aktifitas pasien berjalan dengan normal. Selama

sakit pasien bedrest, tidak dapat melakukan aktifitasnya karena kaadaannya

yang lemah. Menurut teoritis pasien dengan diabetes mellitus pasien merasa

lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot (Doenges, 2000).

Pola istirahat, sebelum sakit pola istirahat pasien tidak terganggu,

pasien tidur malam dari jam 22.00 – 06.00 Wib, ditambah tidur siang

kadang-kadang dari jam 15.00 – 17.00 Wib. Selama sakit pola istirahat

pasien tidak mengalami perubahan karena pasien hanya berbaring di tempat


tidur, tidur malam 4-5 jam, tidur siang 1-2 jam , walaupun sekali-kali pasien

terbangun dan kemudian tertidur lagi. Menurut teoritis pasien dengan

diabetes mellitus merasa susah untuk beristirahat . (Doenges, 2000).

Pola nutrisi, sebelum sakit pasien makan teratur 3x sehari dengan menu

nasi, ikan, sayur, dan kadang-kadang buah-buahan seperti pisang dan jeruk,

tidak ada makanan tertentu yang disukai pasien mengkonsumsi air kopi,teh

air putih ±5-6 gelas sehari. Pada saat di kaji pasien dirumah sakit pasien

makan 3x sehari dengan menu nasi, lembek, dan makanan yang telah

disediakan di Rumah Sakit

Personal hygiene, sebelum sakit pasien mandi 3x sehari, pagi dan sore

memakai sabun mandi, gosok gigi 2x sehari, ganti baju 1x sehari. Selama

sakit, pasien mandi 1 x/sehari. (Brunner, 2001)

Riwayat psikologis didapat pasien cemas dan gelisah akan penyakitnya.

Pada riwayat spiritual, pasien adalah seorang islam yang taat, selama

rawatan pasien tidak dapat melakukan kewajibannya kepada Tuhan, pasien

banyak berdo’a untuk kesembuhan penyakitnya dan pasien yakin Yang Maha

Kuasa akan menolongnya.

2. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa yang terdapat pada tioritis adalah

1. Kekurangan Volume Cairan Tubuh Berhubungan Dengan Diuresis

Osmotik.
55

2. perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan

Dengan Defisiensi insulin.

3. Resiko Terhadap Infeksi Berhubungan Dengan Kadar Glukosa

Tinggi, Penurunan fungsi leukosit.

4. Resiko Tinggi Terhadap Perubahan Sensori Perseptual Berhubungan

Dengan Ketidakseimbangan glukosa/ insulin dan elektrolit.

5. Kelelahan Berhubungan Dengan Penurunan Produksi Energi

Metabolik, Perubahan Kimia darah: insufisensi insulin.

6. Ketidakberdayaan Berhubungan Dengan Penyakit Jangka Panjang/

Progressif yang tidak dapat diobati.

7. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit,

Prognosis, Dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak

mengenal sumber informasi (Doenges, M. E, et. Al, 2000).

Adapun diagnosa yang terdapat pada kasus adalah

1. Gangguan pola eliminasi BAK BHD diuretic osmotic berhubungan

dengan osmotik diuritik

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual muntah

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan persediaan glukosa diotot

berkurang.

Dari uraian di atas kami menemukan 4 kesanjangan antara teoritis

dan kasus, dimana diagnosa yang kami temukan di kasus tidak sesuai
dengan diagnosa yang terdapat pada teoritis. Dimana diagnose yang terdapat

pada tioritis antara lain tentang resiko infeksi, resiko tentang perubahan

sensorik, diagnosa tentang kurang pengetahuan yang terdapat pada kasus DM

Tipe II tidak kami temukan pada kasus selama kami melakukan pengkajian,

Diagnosa resiko infeksi tidak kami angkat karena pada pada Ny K tidak

terdapat luka,dan diagnosa tentang perubahan sensorik, sebenarnya pasien

sudah mengalami gangguan perubahan sesnsorik yaitu pandangan mata

kabur tetapi kelompok tidak mengangkat masalah dalam dokumentasi karena

keterbatasan waktu dan diagnose kurang pengetahuan tidak ditemukan

adanya pertanyaan pasien tentang penyakitnya atau pasien mengerti tentang

penyakinya.

3. intervensi keperawatan

Dalam intervensi keperawatan tidak di temukan kesanjangan karena

intervensi yang terdapat dalam tioritis hamper sama dangan intervensi yang

di laksanakan dalam kasus.

4. Implementasi

Pada tahap pelaksanaan yang dilaksanakan tanggal 27-30 Agustus

2013 pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan adanya kerja sama

kelurga klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya dirumah sakit

umum pusat haji adam malik medan.sedangkan factor penghambat dari

pelaksanaan yaitu keterbatasan tenaga dan waktu dalam melaksanakan semua

Implementasi.
57

5. Evaluasi

Tahap Evaluasi merupakan tahap penilaian dan pelaksanaan Asuhan

Keperawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Dari

Implementasi yang Dilaksanakan dari Tanggal 27-30 Agustus 2013 Semua

Masalah Dapat Teratasi sebagian dapat teratasi, pasien pulang.

Anda mungkin juga menyukai