PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Komunikasi dibatasi oleh latar belakang sosial dan budaya. Semakin mirip latar
belakang sosial budaya, semakin efektiflah komunikasi. Dalam kenyataanya, tidak pernah
ada dua manusia yang persis sama, meskipun mereka kembar yang dilahirkan dan diasuh
dalam keluarga yang sama, diberi makanan yang sama dan dididik dengan cara yang
sama. Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa,
tingkat pendidikan, atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling
tertarik dan pada giliranya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih
efektif. Kesamaan bahasa khususnya akan membuat orang-orang yang berkomunikasi
lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak
memahami bahasa yang sama.4
Komunikasi menjadi tidak efektif karena adanya latar belakang sosial budaya. Oleh
sebab itu diperlukan komunikasi empati, yaitu komunikasi untuk terlebih dahulu
mengerti orang lain, memahami karakter dan maksud atau peran orang lain. Dalam
berkomunikasi efektif dibutuhkan juga kemampuan analisis transaksional, kemampuan
ini berfungsi untuk menganalis kepribadian dan drama kehidupan seseorang. Komunikasi
empati dan komunikasi efektif menjadi landasan bagi seseorang untuk aktualisasi diri dan
mengembangkan komunikasi sosial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario Masalah
Pada waktu mengikuti kegiatan anak jalanan, mahasiswa berupaya melakukan
komunikasi dan empati pada seorang anak laki-laki berusia 10 tahun, tidak sekolah,
pekerjaanya mengemis di lampu merah. Sering kucing-kucingan dengan polisi.
Komunikasi Sosial
Komunikasi
Empati
3
2.5 PembahasanMasalah
2.5.1 Komunikasi
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahas latin : communicatio. Istilah ini
berasal dari kata “communis” yang berarti “sama”. Sama yang dimaksudkan disini adalah
sama makna atau arti. Jadi komunikasi terjadi apabila informasi yang disampaikan oleh
komunikator (pemberi pesan) dan diterima oleh komunikan (penerima pesan) dimaknai
oleh kedua belah pihak secara sama.3
Komunikasi adalah proses interaksi penuh makna antara individu satu dengan yang
lain sehingga terjadi sebuah pemahaman.5
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi menggunakan kata-kata maupun berupa
tulisan.
Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek berupa :
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan
disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi
penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan
bicara dapat diaturdengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatic sehingga pesan
akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi
suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan
catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa
mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan
satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
4
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan
jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat
menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
5
2.5.2 Empati
Empati berasal dari BahasaYunani yang berarti "ketertarikan fisik". Dasar empati
adalah kasih sayang. Empati di definisikan sebagai respons afektif (peka akan perasaan
orang lain), kognitif (mengerti kebutuhan orang), dan psikomotor (perilaku yang peka
pada distress emosional orang lain).2
2. Dewasa (adult)
Oknum dewasa mengelolah persoalan dengan berpangkal pada data dan fakta.
Bagian ini semacam “komputer” atau bagian yang mengolah data dan fakta untuk
membuat keputusan yang rasional. Bagian dewasa bersifat objektif, menganalisa,
berpikir, penguasaan diri dan berdasarkan realitas
6
3. Kanak-kanak (child)
Oknum child memiliki perasaan dan pola perilaku seperti yang dimiliki seseorang
anak. Oknum child mempunyai ciri-ciri “wajar” artinya dapat bertindak sendiri bebas
dari pengaruh bagian orang tua dan “adaptive” untuk memuaskan bagian orang tua dalam
diri manusia tersebut. Child bersifat bebas, immature, rasa ingin tahu besar, spontan,
malu-malu, kadang penurut dan pasif, kadang tidak bertanggung jawab & pemberontak.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Baron, Byrne..Psikologi Sosial. Ed. 2. Jakarta: Erlangga. Hal 111.
2. Debra Roter,Judith A. Hall; Doctors Talking With Patients/Patients Talking With
Doctors: Improving communication in medical visits Ed.2nd; 2006; Westport;
Greenwood Publishing Group, Inc; Hal 12.
3. Mulyana, Deddy; Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar; 2009; Bandung; Penerbit PT
Remaja Rosdakarya. Hal 117
4. Mulyana, Deddy; Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar; 2009; Bandung; Penerbit PT
Remaja Rosdakarya. Hal 341-404
5. Soetjiningsih. 2008. Modul Komunikasi Pasien Dokter (Suatu Pendekatan Holistik).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.