A.Pengertian
Appendisitis adalah peradangan pada umbai cacing, insiden terjadi pada Pria lebih
cenderung terkena appendiksitis dibanding wanita. Appendiksitis lebih sering menyerang
pada usia 10 sampai 30 tahun.
B.Anatomi Appendiks
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjang kira-kira 10 cm (4 inci),
melekat pada sekum tepat dibawah katub ileosekal. Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum, karena pengosongannya tidak efektif
dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan
terhadap infeksi (Brunner and Suddarth, 2002).
C.Etiologi
-Obstruksi: hiperplasi kelenjar getah bening (60%), fecalit (massa keras dari feses) 35%,
corpus alienum (4%), striktur lumen (1%).
-Tumor
D.Patognesis
Produksi mucin 1-2 ml/hari. Kapasitas appendiks 3-5 cc/hari. Jadi nyeri McBurney akan
muncul setelah terjadi sumbatan ± 2 hari
E. Patofisiologi
▼
-Gangguan drainase limphe
-Oedema + kuman
-Ulserasi mukosa
Tekanan intra lumen ↑↑: »»» Appendiks supuratif:
-Thrombus ▼
▼
-Iskemia + kuman
-Pus
Tekanan intra lumen ↑↑↑: »»» Appendiks gangrenosa
-Gangguan arteri ▼
-Gangrene ▼
Peritonitis umum
Apendiks terimplamasi dan mengalami edema sebagai akibat atau tersumbat, kemungkinan
oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing. Proses implamasi
meningkatkan tekanan intraluminal menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progesif dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya appendiks yang terimplamasi berisi pus.
1.Sembuh
2.Kronik
3.Perforasi
4.Infiltrat → abses
F.Manifestasi Klinik
1.Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual, muntah dan
hilangnya nafsu makan.
7.Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
9.Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial
menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10.Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi akibat
illeus paralitik.
11.Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak
mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
G.Pemeriksaan Diagnosis
1.Anamnesa
2.Pemeriksaan fisik
a.Status generalis
-Tampak kesakitan
-Demam (≥37,7 oC)
b. Status lokalis
d.Rovsing sign (+) → pada penekanan perut bagian kontra McBurney (kiri) terasa nyeri di
McBurney karena tekanan tersebut merangsang peristaltic usus dan juga udara dalam usus,
sehingga bergerak dan menggerakkan peritonium sekitar apendiks yang sedang meradang
sehingga terasa nyeri.
e.Psoas sign (+) → m. Psoas ditekan maka akan terasa sakit di titik McBurney (pada
appendiks retrocaecal) karena merangsang peritonium sekitar app yang juga meradang.
f.Obturator sign (+) → fleksi dan endorotasi articulatio costa pada posisi supine, bila nyeri
berarti kontak dengan m. obturator internus, artinya appendiks di pelvis.
Alvarado score:
Digunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai appendiksitis akut atau bukan, meliputi
3 simtom, 3 sign dan 2 laboratorium:
c. Vomitus 1 point
d.Anoreksia 1 point
Total point 10
3. pemeriksaan penunjang
a.laboratorium
-Hb normal
-Non-filling
-Partial filling
-Mouse tail
-Cut off
H.Penatalaksanaan
I.Kompilkasi
1.Perforasi
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan pada apendiktomi)
2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi inadekut b/d
faktor biologis ( mual, muntah, puasa)
RENPRA APP
-Monitor TTV .
Monitor Nutrisi
Proteksi infeksi :
5 PK: Perdarahan Setelah dilakukan askepPantau tanda dan gejala perdarahan post operasi.
… jam perawat akan
menangani atau
-Monitor V/S
mengurangi komplikasi
dari pada perdarahan
-Pantau laborat Hb, HMT. AT