Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fatma Ega Purnaningsih

Kelas : B (Genap)
NIM : L1B017034

Sejarah Perkembangan Agama Hindu Di Pulau


Lombok

Berdasarkan hasil penelitian kelompok 5 tentang perkembangan agama hindu di Pulau


Lombok maka inilah sedikit ringkasan yang bisa saya sajikan.

Agama hindu menyebar ke pulau lombok di mulai pada tahun 1744 yang dibawa oleh
Kerajaan Karang Asem di bawah pimpinan raja saat itu. Ada banyak versi tentang masuknya
kerajaan hindu di Lombok tapi di balik semua itu masuknya kerajaan bercorak hindu di Lombok
memberikan warna tersendiri bagi kebudayaan Lombok saat ini dimana saat ini Lombok
merupakan pulau dengan mayoritas muslim.

Agama hindu yang dibawa tidak pernah memaksa para penduduk setempat untuk
memeluknya, melainkan mereka dengan sukarela memeluk agama hindu tersebut. Agama hindu
banyak dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan yang ada di Bali dan dibawa ke Lombok.

Masuknya agama hindu di pulau Lombok berawal dari rombongan orang bali yang dating
dari barat tidak jauh dari Gunung Pengsong dan dari sanalah dimulai penyebaran agama hindu
yang berawal dari daerah Gunung Pengsong lalu menyebar ke daerah Pagutan,Pagesangan dan
terus sampai ke timur pulau Lombok, jadi agama hindu masuknya dari barat terus menyebar
hingga timur dan sampai sekarang agama hindu masih bertahan dan sangat mudah di temui di
pulau Lombok.

Salah satu peninggalan agama hindu di Lombok adalah Taman Narmada. Taman
narmada dibangun oleh Raja Anak Agung Karang Asem pada tahun 1727 nama Taman Narmada
diambil dari nama anak sungai gangga di India yaitu Narmadani. Taman Narmada dibangun
sebagai miniatur dari Gunung Rinjani karena pada saat itu Raja sudah menua dan tidak sanggup
lagi untuk mendaki Gunung Rinjani untuk melakukan pemujaan atau persembahyangan.

Kompleks Taman Narmada yang ada di Lombok itu dapat dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu gerbang utama, jabalkap, telaga kembar, gapura gelang/paduraksa, mukedes, telaga
padmawangi, balai loji, balai terang, patandaan, bangunan sekepat, balai bancingah, Pura Kelasa
dan Pura Lingsar. Berikut ini akan diuraikan bagian-bagian dari Taman Narmada dari gerbang
utama.

Gerbang utama yang berbentuk gapura bentar dan berada di sebelah utara. Setelah
gerbang utama kita akan memasuki halaman jabalkap, yang di dalamnya terdapat telaga kembar.
Di bagian selatan jabalkap terdapat sebuah gapura yang bernama Gapura Gelang atau Paduraksa
yang menghubungkan antara halaman jabalkap dengan halaman mukedes. Pada halaman
mukedes terdapat beberapa buah bangunan, antara lain Sanggah Pura, Balai Pamerajan dan Balai
Loji(salah satu di antara bangunan kediaman raja). Di sebelah tenggara halaman mukedes
terdapat gapura yang menuju ke halaman pasarean. Di halaman paseran ini terdapat juga Balai
Loji, Telaga Padmawangi, Pawedayan, pawargan, Balai Terang. Balai Terang adalah sebuah
bangunan yang berfungsi sebagai tempat istirahat/tidur raja, berbentuk panggung yang
seluruhnya terbuat dari kayu. Bagian atas bangunan yang terbuka dipergunakan untuk menikmati
pemandangan ke arah Meru pura di sebelah timurnya. Pintu dan jendela Balai Terang ini
bermotif bulan tunggal dan tumbuh-tumbuhan.

Di sebelah timur halaman pasarean terdapat Pura Kelasa atau Pura Narmada. Bentuk
arsitekturnya menyerupai punden berundak. Bagian yang paling suci terdapat di halaman tengah
pada undak yang paling atas (pura di Bali umumnya halaman paling suci adalah yang paling
belakang). Pura ini tergolong pura jagat atau pura umum bagi semua penganut Hindu Dharma
dan merupakan salah satu di antara delapan pura tua di Pulau Lombok. Pura Narmada terletak di
atas tebing berundak-undak, sedang di bawah lembah tebing terdapat kolam duyung dan telaga
segara anak.

Sebelah selatan halaman pasarean terdapat halaman patandaan. Pada halaman patandaan
ini terdapat dua bangunan sakapat yaitu sejenis wantilan atau panggung terbuka bertiang empat.
Pada halaman inilah sering diselenggarakan berbagai pertunjukan. Sedangkan di sebelah selatan
Patandaan terdapat halaman bancingah. Yang tertinggal di halaman ini sekarang hanyalah
tembok keliling halaman dengan dua gapura bentar.

Unsur-unsur bangunan yang lain sebenarnya masih banyak, antara lain pancuran
sembilan (siwak) yang letaknya di atas Segara Anak. Bentuk bangunannya dorogancet dengan
dua bagian terpisah menyerupai bangunan tradisional di Jawa Tengah. Bangunan ini termasuk
bangunan sakral baik bagi penganut Hindu Dharma maupun penganut Waktu Tilu.

Selain itu, ada pula Balai Petirtaan yang sumber mata airnya berasal dari Gunung Rinjani.
Balai Petirtaan juga merupakan tempat pertemuan tiga sumber air, yakni Suranadi, Lingsar, dan
Narmada. Karena mata airnya berasal dari Gunung Rinjani dan tempat pertemuan tiga sumber
mata air lainnya, maka air yang ada di Balai Petirtaan dipercaya dapat menjadikan orang yang
meminum dan membasuh mukanya dengan air di situ akan awet muda.

Bangunan-bangunan lain di kompleks Taman Narmada dalam wujud pertamanan sudah


sulit ditelusuri keasliannya. Menurut peta tahun 1899 taman di kompleks Taman Narmada di
antaranya adalah: Taman Bidadari, Taman Anyar, Taman Paresak, dan Taman Kelasa. Taman
Anyar dan Taman Kelasa saat ini telah menjadi perkampungan penduduk. Sedangkan Taman
Paresak saat ini telah menjadi kebun buah-buahan dengan tanaman utamanya ialah buah
manggis.

Sekian ringkasan yang dapat saya sajikan tentang sejarah perkembangan agama hindu
yang ada di Pulau Lombok.

Anda mungkin juga menyukai