LP Gastroenteritis (Diare)
LP Gastroenteritis (Diare)
GASTROENTERITIS (DIARE)
1. Pengertian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi encer, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. (Ngastiyah,1997)
Diare adalah kondisi dimana frekuensi defekasi yang tidak biasa (buang
air besar lebih dari 3 kali) juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (feses
cair). Hal ini biasanya berkaitan dengan dorongan, rasa tidak nyaman pada
area perianal, inkontinensia atau kombinasi dari faktor ini. Tiga faktor yang
menentukan keparahannya adalah sekresi intestinal, perubahan penyerapan
mukosa, dan peningkatan motilitas. Diare dapat akut dan kronis. (Diane C.
Baughman & JoAnn C. Hackley 2000)
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2001)
2. Etiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
1
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
3. Manifestasi Klinis
- Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang (anoreksia).
- Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
- Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
- Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi (frekuensi defekasi
meningkat) dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
- Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
- Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
- Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
- Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
- Nyeri/ kram pada perut
- Gemuruh usus ( borbrorigimus)
- Demam
- Dehidrasi
2
4. Derajat dehidrasi pada diare
Derajat dehidrasi pada diare dapat dinilai berdasarkan ketentuan pada tabel 1
Tabel 1
PENILAIAN DERAJAT DEHIDRASI (Mansjoer,2000)
No Penilaian A B C
1 Lihat keadaan umum Baik, sadar Gelisah ,rewel Lesu, lunglai /
tidak sadar
Tidak ada
Air mata Ada Tidak ada
Sangat kering
Mulut dan lidah Basah Kering
Malas minum
Rasa haus Minum biasa Haus, ingin dan atau tidak
tidak haus minum banyak bisa minum
Kembali
2 Periksa : turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat sangat lambat
Dehidrasi
3 Hasil pemeriksaan Tanpa Dehidrasi ringan berat
dehidrasi sedang
3
5. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang perlu dilakukan pada pasien diare dan dehidrasi :
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus,bila diduga
terdapat intoleransi gula
c) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resisten.
2. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
3. pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium,porfor
dalam serum (terutama pada diare disertai kejang)
4. pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitafit terutama dilakukan pada penderita diare kronik
5. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah dehidrasi organisme shigella
keluar melalui urine).
6. Uji antigen imunoesei ennzim untuk memastikan rotavirus.
7. Test malabsorpsi yang meliputi karbohidrat (Ph,elini test), lemak.
6. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi cairan
a. Pemberian cairan
1. Per oral untuk dehidrasi ringan , sedang atau tanpa dehidrasi dan bila ank
minim serta kesadaran baik.
2. Intragastrik untuk dehidrasi ringan , sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi
anak tidak mau minum, atau kesadaran menurun.
3. Intravena untuk dehidrasi berat.
b. Jumlah pemberian
Jumlah pemberian cairan pada pasien diare berdasarkan jumlah
kehilangan cairan sesuai dengan Tabel 2
4
Tabel 2
JUMLAH CAIRAN YANG HILANG MENURUT
DERAJAT DEHIDRASI PADA ANAK
DI BAWAH UMUR 2 TAHUN
Keterangan
PWL = Previous Water Losses
NWL = Normal Water Losses
CWL = Concommitant Water Losses
5
b. 7 jam kemudian : 12 ml/kg BB/ jam
= 3 tetes/ kg BB/ menit ( 1 ml = 15 tetes) atau
= 4 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 20 tetes)
c. 16 jam berikut : 125 ml/ kg BB oralit per oral atau intragastrik bila
anak yidak mau minum, terus DG aa intravena 2 tetes/ Kkg BB/ menit
( 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes /kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes).
3. Pengobatan simptomatik
a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
b. Obat antu spasmolitik (papaverine, ekstrak beladona, opium, loperamid)
c. Obat pengeras tinja (kaolin, pektin,chacoal, tabonal)
d. Antibiotika (tetrasiklin, asetosal, penisilin, prokain, klorampenikol dan
gentamisin)
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Kaji keadaan kulit dan status Dehirasi
2. Observasi tanda-tanda vital ( suhu, respirasi, nadi)
3. anjurkan orang tua memberi banyak minum
4. beri lingkungan yang tenang dan nyaman
5. observasi pemasukan ndan haluaran cairan
6
6. beri kompres hangat
7. timbang berat badan.
b. Diagnosa
Dari data di atas, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :
a) Keruaskan integritas kulit berhubungan dengan sering buang air
besar.
b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan.
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
d) Kurang pengetahuan berhubung dengan kurangnya infomasi.
e) Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder
terhadap dehidrasi.
f) Risiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan
kekurangan cairan dan elektrolit.
7
g) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan.
h) Resiko terjadinya penularan berhubungan dengan sering kontak
dengan pasien.
c. Perencanaan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan
- Tujuan : Keseimbangan input dan output cairan.
- Intervensi :
a) Kaji status dehidrasi
Rasional : Untuk dapat memberi intervensi lebih lanjut
b) Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan pedoman
untuk penggantian cairan.
c) Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital
Rasional : Hipotensi postural, takikardi, demam dapat menunjukan
respon terhadap dan atau efek kehilangan cairan.
d) Beri pasien minum ± 10-20 cc setiap kali anak BAB
Rasional : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko
dehidrasi.
e) Timbang berat badan
Rasional : Indikator cairan dan status nutrisi.
f) Kaloborasi dalam pemberian obat anti diare
Rasional : Menurunkan kehilangan cairan dari usus.
g) Kaloborasi dalam pemberian IVFD
Rasional : Menggantikan cairan yang hilang.
8
- Intervensi
a) Kaji tanda-tanda vital
Rasional : Indikator dehidrasi, keadekuatan penggantian cairan.
b) Kaji status dehidrasi
Rasional : untuk dapat memberikan intervensi lebih lanjut.
c) Dorong peningkatan masukan moral
Rasional : Mempengaruhi kembalinya fungsi usus normal.
d) Awasi elektrolit
Rasional : Timbulnya diare dapat menurunkan elektrolit.
e) Awasi masukan dan haluaran cairan
Rasional : Perubahan pada kapasitas gaster, imotilitas usu dapat
mempengaruhi masukan dan kebutuhan cairan,
peningkatan resiko dehidrasi.
f) Kaloborasi dalam pemberian IVFD
Rasional : Menggantikan kehilangan cairan.
9
4) Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder
terhadap dehidrasi.
- Tujuan : suhu tubuh normal (360 – 370 C)
- Intervensi
a) Pantau suhu tubuh pasien
Rasional : Indikator dehidrasi / syok hipovolemik.
b) Beri kompres hangat
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam.
c) Pantau suhu lingkungan batasi / tambahkan
Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
d) Anjurkan orang tua untuk memberi banyak minum
Rasional : Menjaga keseimabngan cairan dan mengrangi demam.
e) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dan mencegah
terjadinya peradangan.
10
Rasional : Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu dan
pentingnya nutrisi pada proses penyembuhan.
d) Awasi masukan dan haluaran
Rasional : Berguna dalam mengukur keefektivan nutrisi.
e) Berikan kebersihan moral
Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.
f) Pantau hasil laboratorium haemoglobin (HGB)
Rasional : Monitor status nutrisi.
g) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah
mulai makan diet
Rasional : Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh
takut makan akan mengakibatkan eksaserbasi gejala.
11
Rasional : Kelembaban dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri
yang bisa menimbulkan infeksi.
12
c) Bersihkan dan angkat bekas buang air besar dan
tempatkan pada tempat yang khusus
Rasional : Menurunkan terjadinya penularan.
d) Tempatkan pada ruangan khusus
Rasional : Mencegah terjadinya penularan.
e) Gunakan pencegahan universal (sarung tangan).
Rasional : Mencegah terjadinya penularan.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
perawatan yang telah disusun.
e. Evaluasi
Hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan yaitu :
a. Keseimbangan input dan output cairan.
b. Cairan dan elektrolit seimbang.
c. Syok hipovolemik tidak terjadi.
d. Suhu tubuh normal.
e. Nutrisi pasien terpenuhi.
f. Integritas kulit tidak rusak.
g. Pengetahuan pasien bertambah.
h. Penularan penyakit tidak terjadi.
13
Web of Caution (WOC) Gastroenteritis (Diare)
Etiologi
Kurangnya Kurangnya
pengetahuan Informasi Diare Resiko terjadi penularan
14
(kecemasan) oliguri Perubahan nutrisi Hipertermi
kurang dari
kebutuhan tubuh
15