TINJAUAN PUSTAKA
A. Perdarahan Antepartum
terjadi pada kehamilan trimester ketiga, yang salah satu penyebabnya adalah plasenta
1. Plasenta
3
2. Lokal pada saluran genitali
a. Show
d. Vulvovaginal varicosities
g. Hematuria
antepartum. Perdarahan akibat plasenta previa terjadi secara progresif dan berulang
karena proses pembentukan segmen bawah rahim. Sampai saat ini belum terdapat
jumlah darah yang keluar dari jalan lahir tidak sebanding dengan jumlah perdarahan
dengan keadaan klinis pasien. Terdapat beberapa definisi yang digunakan untuk
4
d. Perdarahan masif – kehilangan darah > 1000 mL dengan/tanpa tanda klinis
syok.
B. Plasenta Previa
1. Definisi
Plasenta previa berasal dari kata prae yang berarti depan dan vias yang berarti
jalan, jadi artinya di depan jalan lahir atau menutupi jalan lahir (Soebrata, 2008).
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian bawah rahim,
shingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan
perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada
Sejalan dengan bertambah besarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim
ke arah proksimal akan membuat plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim. Ostium uteri yang
mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan
serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau
klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan dalam masa antenatal
maupun dalam masa intranatal dengan USG. Oleh karena itu, pemeriksaan USG perlu
2011).
2. Insiden
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan
sering terjadi pada usia diatas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan
5
angka kejadian plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah
dilaporkan angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7% - 2,9%. Sedangkan di negara
maju angka kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1% yang mungkin disebabkan
Penelitian yang dilakukan oleh Ristyanto di RSUP Dr Kariadi pada tahun 2000
menunjukkan angka kejadian plasenta previa 75 dalam 2367 persalianan atau sekitar
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
menigkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi,
kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas.
desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang
mungkin.
c. Paritas tinggi dan usia diatas 35 tahun akan membuat perubahan aterosklerotik
dalam rahim dan infark yang akan menyebabkan turunnya perfusi ke plasenta.
6
d. Cacat rahim misalnya bekas sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainya
previa. Cacat bekas sesar berperan menaikkan insiden dua sampai tiga kali.
Pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa iebih tinggi 2 kali
lipat.
f. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan kembar dan eritroblastosis
Menurut Mochtar yang dikutip pada buku Norma (2013), ada beberapa faktor resiko
b. Paritas
e. Hipoplasia endometrium
7
4. Patofisiologi
Plasenta adalah organ sementara yang menghubungkan ibu dan janin untuk
mengirim oksigen dan nutrisi-nutrisi dari ibu ke janin. Plasenta pada umumnya
terletak di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri.
Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian
janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu
yang berasal dari desidua basalis Pada usia kehamilan awal, lokasi plasenta berada
pada bagian bawah rahim, dekat dengan jalan lahir, tetapi seiring dengan
perkembangan janin dan pembesaran rahim maka plasenta bergeser ke atas sehingga
menempati lokasi pada korpus atau fundus (bagian atas) rahim pada triwulan ketiga
(Prawirohardjo, 2008).
Pada usia kehamilan yang lanjut telah dimulai terbentuknya segmen bawah
rahim, bagian plasenta akan mengalami pelepasan. Dengan melebarnya isthmus uteri
menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ akan
mengalami laserasi. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (efficement) dan
membuka (dilatation) ada bagian bagian plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi
itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan
intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim
itu perdarahan pada plasenta previa pasti akan terjadi (unavoidable bleeding).
Perdarahan sulit dihentikan karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu
kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana
8
perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan
segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru
tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa
rasa nyeri (painless). Pada plasenta previa totalis perdarahan terjadi lebih awal dalam
kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian
terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis
atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai
persaiinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada
minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atas.
Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka
perdarahan lebih mudah mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk hematoma
retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin
ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada
plasenta previa. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim
yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
akan melekat lebih kuat pada dinding uterus. Sehingga terjadi plasenta akreta dan
plasenta inkreta, bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai
menembus ke buli- buli dan ke rektum bersama piasenta previa. Piasenta akreta dan
inkrera lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen
bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek karena kurangnya kekuatan otot -
9
otot yang ada di daerah itu. Kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan
pascapersalinan pada plasenta previa, misalnya daiam kala tiga karena plasenta sukar
melepas dengan sempurna (retensio plasenta), atau setelah uri lepas karena segmen
5. Klasifikasi
uteri internum
uteri intenum
10
Menurut Perisaei, Sheilendra, Pahay, Rian (2008), plasenta previa dibagi
c. Derajat III : Plasenta telah terletak pada sebagaian ostium uteri internum
6. Gambaran Klinis
Tanda dan gejala plasenta previa ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah
perdarahan uteruS keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru
terjadi akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan
berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa suatu sebab yang jelas setelah
beberapa waktu kemudian jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan
yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta letak rendah perdarahan baru
terjadi pada waktu mulai persalinan, perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada
solusio plasenta. Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak mampu
11
berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian, perdarahan bisa berlangsung
sampai pasca persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan
segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan.
Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya
pada retensio plasenta, sebagai komplikasi plasenta akreta. Berhubung plasenta terletak
pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen sering ditemui bagian terbawah janin
masih tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang
(Prawirohardjo, 2011).
7. Diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk PAP. Tidak jarang terdapat
kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang (Prawirohardjo,
2010).
c. Pemeriksaan inspekulo
ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviksn dan vagina. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus
12
d. Penentuan letak plasenta
(Prawirohardjo, 2010).
Perabaan fornises
akan memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi sampai 96 %
dilakukan untuk medeteksi keadaan ostium uteri internum. Karena di tangan yang tidak
predictive value dan 100 % negative predictive value pada upaya diagnosis plasenta
previa. Transperineal sonografi dapat mendeteksi osrium uteri intranum dan segmen
13
bawah rahim, dan teknik ini dilaporkan 90% positive predictive value dan 100 %
negative predictive value dalam diagnosis plasenta previa. Magnetic Resonance Imagrng
(MRI) juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta termasuk
plasenta previa. MRI kalah praktis jika dibandingkan dengan USG, terlebih dalam
8. Diagnosis Banding
a. Solutio plasenta
b. Kehamilan dengan :
9. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak dan fatal. Menurut Prawirohardjo (2011) komplikasi yang terjadi pada
plasenta previa :
semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah
14
b. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan plasenta
perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat
akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea.
pernah seksio sesarea satu kali, naik menjadi 60 % sampai 65 % bila telah
c. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh
karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual di tempat
ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen
retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak
penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina, ligasi arteria ovarika,
yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi
15
total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak
d. Infeksi
e. Ruptur Uteri
f. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala sering terjadi.
konsekuensinya.
g. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh
antisipasi
h. Asfiksia
i. IUFD
10. Penanganan
Prinsip dasar penanganan pada setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera
dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas tranfusi darah dan operasi.
Perdarahan sedikit keadaan ibu dan anak baik maka biasanya penanganan
tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada his. Bila selama
16
3 hari tidak ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah
pasien berjalan tetap tidak ada perdarahan pasien boleh pulang. Pasien
dianjurkan agar tidak koitus, tidak bekerja keras dan segera ke rumah
sakit jika terjadi perdarahan. Nasehat ini juga dianjurkan untuk pasien
Pada kondisi ini maka dilakukan penanganan secara aktif yaitu segera
previa letak rendah dan plasenta previa lateralis dengan pembukaan 4 cm atau
ketuban agar bagian terbawah janin dapat masuk pintu atas panggul, sehingga
menekan plasenta yang berdarah. Namun bila perdarahan tetap ada maka
c. Cara persalinan
Faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan
dipilih, tergantung jenis plasenta previa, perdarahan banyak atau sedikit tapi
17
berulang-ulang, keadaan umum ibu hamil, keadaan janin (hidup, gawat janin,
atau meninggal), pembukaan jalan lahir, paritas, fasilitas penolong dan rumah
sakit (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Setelah melihat faktor-faktor diatas, ada 2
Persalinan Pervaginam
1. Amniotomi
modern, akan tetapi kedua cara ini masih dilakukan dalam keadaan
18
banyak, atau apabila SC tidak mungkin dilakukan di RS yang
letak lintang.
19
11. Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak
invasive dengan USG. Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia
20