BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada GI P1001 Ab000 UK 36-37 minggu Aterm,
tunggal, hidup, intrauterin dengan ketuban pecah dini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan
asuhan keperawatan secara komprehensif
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mengetahui pengertian Ketuban Pecah Dini
b. Mengetahui pengkajian pada ASKEP Ketuban Pecah Dini
c. Mengetahui Diagnosa pada ASKEP Ketuban Pecah Dini
d. Mengetahui Intervensi pada ASKEP Ketuban Pecah Dini
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
Beberapa kondisi dibubungkan dengan ketuban pecah dini tetapi penyebab pastinya
belum jelas, kemungkinan penyebab yang berhubungan dengan ketuban pecah dini adalah:
1. Infeksi vagina atau serviks seperti; gonorrhea, streptococcus group B, dan gardnerella
vaginalis.
2. Chorioamnionitis
3. Kelainan servik atau alat genital, seperti servik yang pendek ( kecil dari 25mm)
4. Keadaan fetus yang abnormal
5. Peningkatan tekanan intrauteri ; kehamilan kembar, polyhidromion
6. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah atau selaput terlalu tipis
7.Trauma seperti amniosintesis, pemeriksaan pelvik, dan hubungan seksual
8. Hipermortalitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Faktor lain penyebabnya adalah :
a. Faktor golongan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan
bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
c. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
d. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat
2.3 Patofisiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui. Tetapi kemungkinan penyebab
yaitu infeksi pada vagina seperti oleh gonorrhoe dan streptococcus yang menyebabkan
teinfeksinya selaput amnion sehingga memudahkan selaput tersebut untuk pacah secara dini.
Chorioamnionitis merupakan infeksi selaput ketuban yang juga akan merusak selaput amnion
sehinga bisa pula pecah. Penyebab selanjutnya adalah peningkatan tekana intracterine seperti
pada kehamilan kembar dan polihidromnion, menyebabkan terjadinya intrumnion meningkat
akhirnya selaput amnion pecah. Trauma pada amniosintesis menyebabkan cairan ketuban bisa
pecah. demikian juga halnya dengan hipermotilitas uterus dimana kontraksi otot uterus rahim
menjadi meningkat yang menekan selaput amnion.
Semua hal diatas dapat menyebabkan ketuban pecah dini. Pada ibu dengan ketuban pecah
dini tetapi his (-) sehinga pembukaan akan terganggu dan terhambat sementara janin mudah
kekeringan karena pecahnya selaput amnion tersebut, maka Janin harus segera untuk dilahirkan
atau pengakhiran kehamilan harus segera dilakukan. Tindakan yang dilakukan adalah
menginduksi dengan oksitosin, jika gagal lakukan persalinan dengan caecar.
Akibat ketuban pecah dini pada janin yang preterm yaitu melahirkan janin yang
premature dimana paru janin belumlah matur, akibatnya produksi surfaktan berkurang, paru
tidak mengembang sehingga beresiko terhadap RDS ( Rapirasi distiess syndrome ). Ditandai
dengan apgar score yang abnormal, aspixia, dan tachipnoe yang menyebabkan kerusakan
pertukaran gas pada janin.
Pada ibu dengan ketuban pecah dini dan hisnya adal (+) persalinan dapat segera
dilakukan. Apabila adanya pemeriksaan dalam yang terlalu sering dapat beresiko terhadap
infeksi. Ketuban yang telah pecah dapat menyebabkan persalinan menjadi terganggu karena
tidak ada untuk pelicin Jalan lahir. Sehingga persalinan menjadi kering ( dry labor). Akibatnya
terjadi persalinan yang lama.
Akibat persalinan yang lama terjadi pula penekanan yang lama pada janin dijalan lahir,
dan jika terjadi fetal distress mengakibatkan untuk melakukan persalinan atau ekstraksi vacum
dan cuna, atau terjadi asphyxia akibat penekanan yang lama pada jalan lahir inipun
mengakibatkan iskhcmia pada jalan lahir dan akhirnya terjadi nekrosis jaringan. Hal ini beresiko
terhadap cidera pada ibu dan janin, dan juga beresiko tinggi terhadap infeksi
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas ibu
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi
b. Riwayat kesehatan terdahulu
- Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.
- Sintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual
· - Kehamilan ganda, polihidramnion
- Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus.
- Selaput amnion yang lemah/tipis.
- Posisi fetus tidak normal.
- Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek.
- Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c. Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang pernah hamil
kembar/turunan kembar.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher.
- Mata perlu diperiksa dibagian sclera, konjungtiva.
- Hidung : ada/tidaknya pembengkakan konka nasalis. Ada/tidaknya hipersekresi mukosa
- Mulut : gigi karies/tidak, mukosa mulut kering, dan warna mukosa gigi.
- Leher berupa pemeriksaan JVP, KGB, dan tiroid.
b. Dada
Thorak
- Inspeksi kesimetrisan dada, jenis pernafasan thorak abdominal, dan tidak ada retraksi dinding
dada. Frekuensi pernafasan normal 16-24 x/menit. Iktus kordis terlihat/tidak
- Palpasi : payudara tidak ada pembengkakan.
- Auskultasi : terdengar BJ I dan II di IC kiri/kanan. Bunyi nafas norma vesikuler
Abdomen
- Inspeksi : ada/tidaknya bekas operasi, striae, linea.
- Palpasi : TFU, kontraksi ada/tidak, posisi, kandung kemih penuh/tidak.
- Auskultasi : DJJ ada/tidak
c. Genitalia
- Inspeksi: keberhasilan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red, Edema, Discharge,
Approximately), pengeluaran dari ketuban (jumlah, warna, bau), dan lender merah muda
kecoklatan.
- Palpasi: pembukaan serviks (0-4).
- Ekstremitas: edema, varises ada/tidak.
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi.
b. Golongan darah dan factor Rh.
c. Rasio lesitin terhadap spingomielin (rasio US): menentukan maturitas janin.
d. Tes verning dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban.
e. Ultasonografi: menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung janin, dan lokasi plasenta.
f. Pelvimetri: identifikasi posisi janin
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina
berulang, dan rupture membrane amniotic.
2. Kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan adanya penyakit.
3. Gangguan rasa nyaman b.d nyeri, peningkatan HIS
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin.
5. Nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim
6. Intoleransi aktifitas b.d. hipersensitifitas otot.
(Dangoes:2000)
3.3 Intervensi
No
2
3
4
5.
Laporan Pendahuluan Ketuban Pecah Dini (KDP)
Diposkan oleh Mursada di 6/19/2011 10:07:00 PM
Laporan Pendahuluan KPD (Ketuban Pecah Dini)
A. Pengertian KPD
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu
satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 1998).
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan
sebelum persalinan di mulai (William,2001).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu
sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan
37 minggu maupun kehamilan aterm. (saifudin,2002)
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini
disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin
atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo, 2002)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari
3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Sarwono Prawirohardjo, 2005)
B. Etiologi KPD
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predesposisi adalah:
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi
pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri
(akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya
trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau
penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas
panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
5. Keadaan sosial ekonomi
6. Faktor lain
a. Faktor golonngan darah
b. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan
termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
c. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
d. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
e. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
C. Faktor Resiko
Faktor risiko ketuban pecah dini persalinan preterm
1. kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)
2. riwayat persalinan preterm sebelumnya
3. perdarahan pervaginam
4. pH vagina di atas 4.5
5. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
6. flora vagina abnormal
7. fibronectin > 50 ng/ml
8. kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stress psikologis, dsb,
dapat menjadi stimulasi persalinan preterm
9. Inkompetensi serviks (leher rahim)
10. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
11. Riwayat KPD sebelumya
12. Trauma
13. servix tipis / kurang dari 39 mm, Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
14. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Faktor-faktor yang dihubungkan dengan partus preterm
1. iatrogenik : hygiene kurang (terutama), tindakan traumatic
2. maternal : penyakit sistemik, patologi organ reproduksi atau pelvis, pre-eklampsia, trauma, konsumsi
alkohol atau obat2 terlarang, infeksi intraamnion subklinik, korioamnionitis klinik, inkompetensia
serviks, servisitis/vaginitis akut, Ketuban Pecah pada usia kehamilan preterm.
3. fetal : malformasi janin, kehamilan multipel, hidrops fetalis, pertumbuhan janin terhambat, gawat
janin, kematian janin.
4. cairan amnion : oligohidramnion dengan selaput ketuban utuh, ketuban pecah pada preterm, infeksi
intraamnion, korioamnionitis klinik.
5. placenta : solutio placenta, placenta praevia (kehamilan 35 minggu atau lebih), sinus maginalis,
chorioangioma, vasa praevia.
6. uterus : malformasi uterus, overdistensi akut, mioma besar, desiduositis, aktifitas uterus idiopatik
Menurut Taylor menyelidiki bahwa ada hubungan dengan hal-hal berikut :
- Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit
seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim
ini.
- Selaput ketuban terlalu tipis ( kelainan ketuban )
- Infeksi ( amnionitis atau korioamnionitis )
- Factor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi, disproporsi, cervix
incompetent dan lain-lain.
- Ketuban pecah dini artificial ( amniotomi ), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
- Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
- Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban.
- Banyak teori, yang menentukan hal – hal diatas seperti defek kromosom, kelainan kolagen sampai
infeksi.
- Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas.
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-
1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion,
menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan kertas nitrazine,
kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4 - 4,7 sedangkan pH cairan ketuban
adalah 7,1 - 7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan
trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni.
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau melokalisasi kantong
cairan amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
3. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
4. ProteinC-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis
G. Penatalaksaan
Konservatif
1) Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
3) Umur kehamilan kurang 37 minggu.
4) Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
5) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan
fungsi paru janin.
6) Jangan melakukan periksaan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
7) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
8) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi
bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan tanda-tanda inpartu,
infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.
1) Induksi atau akselerasi persalinan.
2) Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan.
3) Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.
H. Komplikasi
1) infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterin.
2) persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
3) prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada
presentasi bokong atau letak lintang).
4) oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.
Komplikasi infeksi intrapartum
- komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia), sepsis CEPAT (karena
daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai
kematian ibu.
- komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin.
Search..
Home
Cara Menghilangkan Jerawat
Cara Menghilangkan Bekas Jerawat
Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami
Cara menghilangkan Komedo
Manfaat Tumbuhan
Tips Kesehatan
Artikel Kesehatan
Makalah Kesehatan
Home » Makalah Kesehatan Kebidanan » CONTOH MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KETUBAN PECAH
DINI (KPD) TAHUN 2015
c. Mendiskusikan penanganan tepat dan cepat pada ketuban pecah dini dan
komplikasinya.
1.3 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga
dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan pada penderita ketuban pecah
sebelum waktunya.
BAB II
ISI
2.1 DEFINISI
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung
(Manuaba,2002). Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi
lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan setelah
ditunggu satu jam belum memulainya tanda persalinan(ilmu kebidanan,penyakit kandungan, dan KB
2010)
Ketuban merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban memiliki fungsi seperti:
Oleh sebab itu perlu untuk mengetahui asuhan apa yang harus diberikan.
2.2 ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya
tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim
(serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena
tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini. Misalnya :
1. TerhadapJanin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena
infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada
ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal.
2. TerhadapIbu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering
diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan
septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan
menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.
1. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih
sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi pada KPD meningkat sebanding dengan
lamanya periode laten.
2. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan
disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.
2.6 PENANGANAN
1. Konservatif
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, curigai adanya kemungkinan solusioplasenta.
Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika sama halnya jika
terjadi amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan< 37 minggu:
Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3x perhari selama 7 hari.
Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beri dexametason, dosisnya IM 5 mg
setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Jika usia kehamilan
sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi
setelah 24 jam
2. Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin. Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula
diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x. Bila ada tanda-
tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
a. Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau 24
jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
b. Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan pengukuran per
rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air
ketuban
Penatalaksanaan lanjutan :
a. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu yang
menggigil.
b. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah tindakan yang
adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin
elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin
akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
c. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
d. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga hal-hal
berikut:
a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan
e. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas dari setiap
infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY M DENGAN KETUBAN PECAH DINI
NO .Med : 659210
Tgl Msk : 07-12-2013
Jam Pngkjian : 22.00 WIB
I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA
A. Anamnesa (data sujectif)
1. Biodata/Identitas
Nama Istri : Ny M Nama Suami : Tn.I
Umur : 21 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Minang Suku : Minang
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : Talawi
No telp : 082387478072
2. Keluhan utama (pukul 19.15 wib)
Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah. Dari vagina keluar air.
3. Tanda-tanda persalinan
Ibu datang pukul 19.15 WIB, his jarang tiap ½ jamdurasi 2 menit, air ketuban sudah tidak ada.
4. Pengeluaran pervagina
Darah : ada
Air ketuban : ada
5. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 07-03-2013
b. TP : 14-12-2013 , 39 minggu
c. Hamil muda
Keluhan : mual dan muntah
ANC : 7 kali, teratur
Penyuluhan yang pernah didapat: makan sedikit tetapi sering dan istirahat yang cukup
d. Hamil tua
Keluhan : ibu sering BAK
ANC : 3 kali, teratur
Terapi yang didapat : berikan ibu tablet Fe 1x 1 Tab/hari
e. Pergerakan anak pertama kali : 16 minggu
6. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu:
N Thn Tmpt Umur Jenis Peno Penyul Anak Nifas Keadaan anak
o partus partus hamil prslinn long it sekarang
JK BB PB
1 h A M I L I N I
pembukaan 2 cm
ketuban pecah.
Janin hidup,tunggal, intrauterine, presentasi kepala terdengar jelas DJJ 134 x/menit, dan teraba
3 bagian besar janin.
III. MASALAH POTENSIAL :
Infeksi, gawat janin.
IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA :
Kolaborasi dengan dokter spOg
V. RENCANA :
1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
2. Anjurkan ibu untuk tirah baring dengan posisi kaki lebih tinggi daripadakepala.
3. Berikan terapi obat ampisilin/amoxilin atas anjuran dokter
4. Beritahu Ibu akan dilakukan induksi
5. Lakukan induksi oksitosin 1 ampul atas anjuran dokter
6. Laporkan setiap perkembangan kepada dokter
7. Persiapan alat
8. Observasi DJJ,HIS, nadi setiap 30 menit, dan TD,suhu, periksa dalam 4 jam kemudian
VI. TINDAKAN PELAKSANAAN :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwakehamilan ibu
berumur 39 minggu, ketuban sudah tidak ada
2. Menganjurkan ibu untuk tirah baring dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala
3. Memberikan ibu terapi obat amoxilin atas anjuran dokter
4. Memberitahukan Ibu akan dilakukan induksi
5. Melakukan induksi oksitosin 1 ampul setiap 1 jam dinaikkan 4 tetes
6. Melaporkan setiap perkembangan kepada dokter
7. Mempersiapkan alat
8. Mengobservasi DJJ,HIS, nadi setiap 30 menit, dan TD,suhu, periksa dalam 4 jam kemudian
VII. EVALUASI
1. Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu bersedia untuk tidur dengan kaki lebih tinggi dari kepala
3. Ibu bersedia untuk meminun obat sesuai anjuran dokter
4. Induksi sudah dilakukan
5. Dokter mengetahui setiap pekembangan ibu dan janin.
6. Alat sudah disiapkan.
7. Hasil observasi DJJ 140 x/menit, HIS 3 kali dalam 10 menit lamanya 45 menit, nadi 80 x/menit, TD
120/80 mmHg, suhu 36,5 ºC,
Pukul 22.00 pembukaan 4 cm, portio menipis, ketuban (-),preskep, UUK kiri depan,Hodge II
Pukul 23.00 pembukaan 8-9 cm, portio menipis, ketuban (-), preskep, UUK kiri depan, Hodge III
KALA II (pukul 23.15 wib)
S :Ibu mengatakan mulas semakin sering dan ibu ingin meneran
O : keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/m
Respirasi : 20x/m
Suhu : 36,5°C
His : 5x/10menit lamaya 45 detik
Djj : 145x/menit puki, teratur
Pemeriksaan dalam :
dinding vagina : tidak ada kelainan
Portio : tidak teraba
Pembukaan : lengkap
Ketuban :-
Presentasi : kepala
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan : H IV
A :Ibu G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala II
Data Subjektif
VT pembukaan lengkap
Portio tidak teraba
Ketuban (-)
UUK kiri depan
Hodge IV
P :
1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu
2. Hadirkan pendamping
3. Dekatkan alat partus set
4. Pakai APD
5. Pimpin persalinan sesuai anjuran dokter
Bayi lahir pukul 23.55wib jenis kelamin perempuan,menangis kuat,warna kemerahan, gerakan aktif.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Komplikasi
yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan , dapat terjadi infeksi maternal
maupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, retensio
plasneta,meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan pada wanita
dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurus sesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi
atau timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan
untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan
kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi
dan beratkorioamnionitis.
B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya. Bidan harus
membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta
risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah
baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya.
Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kebidanan.Jakarta.Bina Pustaka.2008
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2003. Jakarta: YBP-SP.
Gede, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Manuaba DSOD. EGD
Share on : Facebook Twitter Google+ Lintasme
Related Posts :
Artikel Favorit
Jual Masker Kefir | Toner Kefir| Cream Kefir| Susu Kefir | kefir Whey | Lulur Kefir | AG+(Ionic
Silver Water
Cara Menghilangkan Jerawat dan Bekasnya Secara Alami
Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Ampuh
Cara Mengobati Sariawan Dengan Cepat Tepat dan Efektif Secara Alami
Cara Menyembuhkan Sakit Gigi Secara Alami Dengan Cepat
Farmasi Danışman Girişi
Cara Mengecilkan Perut Buncit Secara Alami
Cara Memutihkan Wajah Secara Alami
Cara Memutihkan Kulit Secara Alami
Cara Memutihkan Gigi Secara Alami
Info Menarik
Entri Populer
CONTOH MAKALAH EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
Tips Menghilangkan Jerawat Dengan Pucuk Daun Jambu
CONTOH MAKALAH LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN|Pengertian landasan Psikologi
pendidikan|
CONTOH MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
CONTOH MAKALAH PENGERTIAN DAN MANFAAT OLAHRAGA
CONTOH MAKALAH FARMASI RUANG LINGKUP FARMASI
CONTOH MAKALAH KEBIDANAN TENTANG KB (Keluarga Berencana) | KONTRASEPSI PIL
CONTOH MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) TAHUN 2015
CONTOH MAKALAH KEPERAWATAN KONSEP TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN
Contoh Surat Kesehatan Puskesmas
Labels
Artikel Kesehatan Materi Kesehatan Manfaat Tumbuhan tips kesehatan makalah kesehatan Makalah
Kesehatan Keperawatan Makalah Kesehatan Farmasi PSIKOLOGI Makalah Kesehatan Kebidanan Sejarah
Kesehatan Contoh Surat Kesehatan Contoh format kesehatan Asuhan Kebidanan PROPOSAL Surat
Permohonan Cara Menghilangkan Jerawat Cara Menghilangkan Komedo Sosial-Budaya · Contoh
kesehatan Kebidanan Farmasi Masker Kefir
Copyright © 2015 : Cara Menghilangkan Jerawat
Design Template by Maha Templates