Anda di halaman 1dari 17

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


1. MANAJEMEN
Manajemen seperti yang dikembangkan Depkes (2010) adalah proses pengelolaan
pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan tenaga, pengarahan, evaluasi, dan pengendalian mutu
pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan. Jadi manajemen
dapat dikatakan sebagai aktifitas pimpinan yang melaksanakan pekerjaan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan.

2. MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana,
sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien,
keluarga, dan masyarakat (Suyanto, 2008).
Manajemen keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi sumber daya
melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengawasan
untuk mencapai tujuan institusional yang spesifik dan obyektif (Huber, 2010).

3. FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN


Kegiatan manajemen dilaksanakan dalam proses menyeluruh,
berkesinambungandan dilakukan secara formal. Prinsip-prinsip ini erat kaitannya dengan
pelaksanaan fungsi manajemen. Ada beberapa pendapat mengenai fungsi manajemen,
namun fungsi yang seing dipakai dalam proses manajemen adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses dan rangkaian kegiatan untuk menetapkan terlebih dahulu
tujuan yang diharapkan pada suatu jangka waktu tertentu atau periode waktu yang telah
ditetapkan, serta tahapan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses dan rangkaian kegiatan dalam pembagian pekerjaan
yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok pekerjaan, penentuan
5

hubungan pekerjaan yang baik diantara mereka, serta pemeliharaan lingkungan dan
fasilitas pekerjaan yang pantas.
c. Penggerakan (Actuating)
Menurut Terry dalam Sarwoto (2011) penggerakan dan pelaksanaan adalah tindakan
untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai
sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan
terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan hasil yang dikehendaki. Menurut
Sarwoto (2011), terdapat 2 teknik pengawasan yaitu pengawasan langsung dan
pengawasan tidak langsung. Selain itu, fungsi pengawasan fungsional yaitu apakah
kebijaksanaan yang ditatapkan dijalankan oleh jajaran pelaksana atau tidak,
pengguanaan dana, pemanfaatan sarana dan prasarana kerja, ketaatan aparatur pelaksana
pada prosedur dan mekanisme kerja yang telah ditetapkan dan manajemen sumber daya
manusia.
e. Penilaian (Evaluating)
Menurut Siagian (2016) penilaian adalah pengukuran dan pembandingan hasil-hasil
yang telah dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.

4. UNSUR DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN


Perangkat atau unsur dasar manajemen yang mendasari segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan manajemen biasa dikenal dengan 5 M
yaitu man, material, method, money dan mutu.
a. Manusia (Man)
Manusia merupakan unsur penting dalam proses manajemen diamana setiap organisasi
bergantung pada manusia. Cepat atau lambatnya setiap keputusan mencakup unsur
manusia. Sumber daya manusia mencakup ketenagaan, yang meliputi :

1) Struktur organisasi
2) Jumlah tenaga yang ada (keperawatan / non keperawatan)
3) Pengaturan ketenagaan
 Struktur organisasi :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Ruang Amarilis III

Kepala Ruang
Rita Sakti Nur B,S.Kep, Ns

Katim A Katim B
Ully Hikmah, S.Kep,Ns Dyah K ,S.Kep,Ns
6

Hartini, S.Kep,Ns
Istiana, Amd.Kep

Isnia K, Amd.Kep
Wahyuti,S.Kep,Ns

Aniek S, Amd.Kep
Df Muhammad Z,
S.Kep,Ns

Irfan S P, Amd.Kep
Nasir H,S.Kep,Ns

Sanita P, S.Kep,Ns Zuli M, Amd.Kep

Laely R, Amd.Kep
Ana Maria N, Amd.Kep

Yayik R, Amd.Kep
Administrasi
Ari Minarsih

Pramu Ruang
Niko Ozzy
 Uraian Tugas Anggun Dwi L

Kepala Ruang : mengawasi dan mengendalikan kegiaan pelayanan


keperawatan di ruang rawat inap yang berada di wilayah
tanggung jawabnya.
Ketua Tim : bertanggung jawab dan mengkoordinasi perawat pelasana
dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien.
7

Perawat pelaksana : melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien secara


langsung.
Administrasi : mengatur segala administrasi pasien yang dirawat dari
awal masuk sampai pasien pulang.
Pramu Ruangan : membantu mengatur jalannya ruangan, membersihkan
alat-alat medis, mengantar keperluan laborat atau radiologi
pasien.

 Jumlah tenaga di ruangan

Keperawatan : 16 orang
Non keperawatan : 3 orang
 Kebutuhan tenaga

Jumlah Kebutuhan Perawat menurut Depkes RI

Jumlah perawat yang tersedia = Jumlah jam perawatan per hari

jam kerja efektif


Lossday
Jml Hari Minggu / tahun + cuti + haribesar x jml Perawat

Jml hari kerja efektif

Non nursing Job


(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%

Faktor Koreksi
Faktor Koreksi = loss day + non nursing
job
8

Jumlah tenaga Kerja


Jumlah tenaga perawat = tenaga perawat yang tersedia + faktor koreksi

a) Menurut Depkes RI
Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah:
(1) Rata rata jumlah jam perawatan/klien/ hari
Hari 1
Mandiri : 11
Parsial :8
Total :2
Jumlah jam perawatan /klien/ hari
Mandiri = (11 x 2jam) + (11 x 1jam) + (11 x ¼ jam)
= 22+11+2,75
=35,75jam
Parsial = (8 x 3jam) + (8 x 1jam) + (8 x ¼ jam)
= 24+8+2
= 34jam
Total = (2 x 3jam) + (2x 1jam)+ (2x ¼ jam)
= 6+2+0,5
= 8,5jam
Jumlah jam hari 1 = 78 jam
Hari ke 2
Minimal : 9
Parsial :6
Total :3
Jumlah jam perawatan perhari/klien/hari
Mandiri = (9 x 2jam) + (9 x 1jam) + (9 x ¼ jam)
= 18+9+2,25
= 29,5jam
Parsial = (6 x 3jam) + (6 x 1jam) + (6 x ¼ jam)
= 18+6+1,5
= 25,5jam
Total = (3 x 3jam) + (3 x 1jam)+ (3 x ¼ jam)
= 9+3+0,75
= 12,75
Jumlah jam hari 2 = 67,75jam

Hari ke 3
Mandiri : 11
Parsial :8
9

Total :2
Jumlah jam perawatan /klien/ hari
Mandiri = (11 x 2jam) + (11 x 1jam) + (11 x ¼ jam)
= 22+11+2,75
=35,75jam
Parsial = (8 x 3jam) + (8 x 1jam) + (8 x ¼ jam)
= 24+8+2
= 34jam
Total = (2 x 3jam) + (2x 1jam)+ (2x ¼ jam)
= 6+2+0,5
= 8,5jam
Jumlah jam hari 1 = 78 jam

Tabel 2.3
Jumlah Perawat yang Tersedia Menurut Depkes
Di Ruang Amarilis 3

Hari 1 Hari 2 Hari 3


Jumlah perawat 78/7 = 11,14 67,75/7 = 9,67 78/7 = 11,14
yang tersedia
Lossday (52 + 12 + 16) x (52 + 12 + 16) x (52 + 12 + 16) x
11 /285 11 /285 11 /285
= 3,08 = 3,08 = 3,08
Non nursing Job (11 +3,08) x 25 % (11 +3,08) x 25 % (11 +3,08) x 25 %
= 3,52 = 3,52 = 3,52
Faktor Koreksi = 3,08+ 3,52 = 3,08+ 3,52 = 3,08+ 3,52
= 6,6 = 6,6 = 6,6
Jumlah tenaga = 11,14 +6,6 = 9,67 +6,6 = 11,14 +6,6
Kerja = 17,74 = 16,27 = 17,74
Rata- rata 51,75/3
=17,25
=17

Analisa data dari perhitungan kebutuhan perawat menurut depkes diruangan


amarilis 3 adalah 17 orang. Tetapi jumlah perawat di ruangan amarilis 3
berjumlah 16 orang.

 Douglass
Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien
Menurut Douglass
Klasifikasi Pasien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
P S M P S M P S M
10

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20


2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Sumber: Nursalam, 2014
Jumlah tenaga perawat di Ruang Amarilis 3 berdasarkan perhitungan Douglas
Waktu / Kebutuhan Perawat
Klasifikasi Pagi Siang Malam
Minimal 7x0,17= 1,19 7x0,14= 0,98 7x0,07= 0,49
Parsial 9x0,27= 2,43 9x0,15= 1,35 9x0,10= 0,90
Total 2x0,36= 0,72 2x0,30= 0,60 2x0,20= 0,40
Jumlah 4,34 2,93 1,79

 10 Kasus terbanyak di RS/Ruangan


Untuk 1 bulan terakhir ini yang banyak masuk di ruang amarilis 3 adalah
pasien dengan DM, PPOK, CKD, Febris Typoid, Diare, HT, Dispepsia, Ca
Mamae, BPH, Hernia, IHD, Gastroenteritis, Hipokalemi, Anemia.

b. Material (Material)
Standar pelayanan keperawatan adalah penetapan peralatan keperawatan yang meliputi
kebutuhan (jumlah, jenis dan spesifikasi) serta pengelolaannya dalam upaya mewujudkan
pelayanan keperawatan yang berkualitas. Ruang lingkup peralatan keperawatan adalah ruang
tenun, alat kesehatan, alat rumah tangga, alat pencatatan pelaporan keperawatan, pengelolaan
peralatan keperawatan meliputi standar perencanaan, standar pengadaan, standar distribusi,
standar penggunaan, standar penghapusan, standar pengawasan dan pengendalian (Depkes,
2011).
Perawatan minimal dilengkapi dengan ruang keperawatan, ruang perawat jaga
sebaiknya terletak ditengah-tengah ruang perawatan pasien, ruang ganti perawat, ruang
tindakan keperawatan, ruang obat dan peralatan, ruang penyimpanan alat kesehatan, ruang
diskusi, kamar mandi pasien, kamar mandi perawat/petugas.
Standar pelayanan keperawatan di ruang Amarilis 3 adalah penetapan peralatan
keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlah, jenis dan spesifikasi) serta pengelolaannya
dalam upaya mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas, ruang lingkup peralatan
keperawatan adalah ruang tenun, alat kesehatan, alat rumah tangga, alat pencatatan pelaporan
keperawatan, pengelolaan peralatan keperawatan meliputi standar perencanaan, standar
pengadaan, standar distribusi, standar penggunaan, standar penghapusan, standar pengawasan
dan pengendalian. Dalam pencatatan dan pelaporan di Ruang Amarilis 3 ada penanggung jawab
alkes dan non alkes dimana pelaporan tiap operan jaga shift dan direkap setiap bulan. Perawatan
11

minimal dilengkapi dengan ruang keperawatan, ruang perawat jaga berada di tengah-tengah
ruang perawatan pasien, ruang ganti perawat, ruang obat dan peralatan, ruang penyimpanan alat
kesehatan, ruang diskusi, kamar mandi pasien, kamar mandi petugas atau perawat. Material
merupakan sarana dan prsasarana yang digunakan untuk menunjang kelancaran manajemen mel
iputi :
1) Denah
Denah di ruangan amarilis 3 terlampir
2) Fasilitas
Fasilitas untuk pasien di amarilis 3 sudah memadahi dengan terdapat :
a) Kapasitas ruangan Amarilis 3 Kelas I : 12 kamar x @ 2 TT = 24 TT
b) Fasilitas kamarRuang biasa terdapat 12 kamar @ 2 TT = 24 TT

Fasilitas Kamar di Ruang Amarilis 3


Kelas I
Fasilitas Kuantitas Kondisi
Alat
TT 24 Baik
Bedside cabine 24 Baik
Over table 24 Baik
Kursi 24 Baik
Oksigen manometer 24 Baik
Vacum manometer 24 Baik
Televisi 12 Baik
AC 12 Baik
Jam dinding 12 Baik
Tempat sampah non infeksius 12 Baik
Kamar mandi dalam 12 Baik
Wastafel 12 Baik
Cermin 12 Baik
Sumber: Observasi ruangan amaryllis 3 RSUD Tugurejo Semarang

c) Fasilitas untuk petugas kesehatan di amarilis 3 terdapat :


Tabel 1.2 Fasilitas Ruang Perawat di Ruang Amarilis 3
Fasilitas Kuantitas Kondisi Alat

Almari 1 Baik
Kursi 1 Baik
Sofa 1 Baik
Papan tulis 1 Baik
Dispenser 1 Baik
Meja 2 Baik
Kaca 1 Baik
Tempat sampah 1 Baik
AC 1 Baik
Jam dinding 1 Baik
12

Kalender 1 Baik
Kulkas 1 Baik

Sumber: Observasi ruangan amaryllis 3 RSUD Tugurejo Semarang

d) Alat kesehatan
Alat kesehatan yang ada diruangan amarilis 3 (medis dan non medis) yaitu :
Tabel 1.3 Inventaris Alat-alat di Ruang Amarilis 3 RSUD Tugurejo Semarang Tahun
2017
13

Sumber: Data Inventaris Alat Bangsal Amarilis 3 Dalam Bulan Tahun 2017

e) Obat-obatan dan bahan habis pakai


14

Obat-obat jenis antimetik, antipiretik, antihistamin, antibiotik, contoh bahan


habis pakai yaitu handscoon, masker, tisu alcohol swab, obat-obatan, jel, hands
rub, Nacl, cairan infus, lisol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kasa, plester,
set infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine bag
f) Administrasi
Administrasi penunjang di ruang amarilis 3 terdapat buku injeksi, buku laborat,
lembar dokumentasi, buku observasi TTV, buku timbang terima, SOP (standar
operasional prosedur), SAK (standar asuhan keperawatan), lembar visit, leaflet
meliputi penyakit dalam dan bedah yang diletakkan di nurse station.

c. Method (Metode Asuhan Keperawatan)


1) Metode asuhan keperawatan
Metode asuhan keperawatan diruang amarilis 3 mengguanakan metode TIM,
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, dimana seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada satu kelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 2010).
a) Hasil Observasi : Perawat di Ruang Amarilis 3 terbagi menjadi 2 Tim, Tim A
dan Tim B. Tim A bertanggung jawab untuk kamar 301, 302, 303,
304,305,306. Sedangkan Tim B bertanggung jawab untuk kamar 307, 308, 309,
310,311,312. Pelaksanaan metode Tim di dalam pelaksanaanya untuk sift pagi
yang bertanggung jawab adalah KATIM, sedangkan untuk sift siang dan malam
terdapat PJ sift yang bertanggung jawab dalam asuhan keperawatan.
b) Hasil wawancara : Menjelaskan bahwa terkait dengan metode asuhan
keperawatan di ruang Amarilis 3 menggunakan metode tim, untuk pelaksanaan
tim di ruang Amarilis 3 yang bertanggung jawab untuk sift pagi adalah KATIM
dimana ia yang bertugas mengkoordinasi perawat pelaksana dalam memberikan
asuhan keperawatan, sedangkan untuk sift siang dan malam yang bertanggung
jawab PJ sift.
c) Hasil Analisa : Di ruang Amarilis 3 menggunakan metode asuhan keperawatan
tim sudah sesuai dengan teori metode TIM.
15

2) Timbang terima (operan)


Timbang   terima   merupakan   suatu   cara   dalam   menyampaikan   dan   menerima

sesuatu   (laporan)   yang   berkaitan   dengan   keadaan   pasien   (Triwibowo,   2013)

Timbang   terima  dilakukan seefektif mungkin setiap   pergantian   shift   dengan


penjelasan yang jelas, akurat, dan lengkap untuk menunjang keberlangsungan
asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik (Nursalam, 2016). Pencapaian
proses kerja timbang terima dapat terlaksana dengan baik apabila terdapat diagnosa
keperawatan, tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan belum dilakukan,
dan tindakan kolaborasi.
a) Hasil Observasi :  Timbang terima di Ruang Amarilis 3 telah dilakukan oleh
perawat setiap pergantian shift baik pada shift pagi, siang atau malam.
Pengaturan shift tiap hari terbagi menjadi 3 shift, yaitu shift pagi dari jam 07.00 WIB –
14.00 WIB, shift sore dari jam 14.00 WIB -21.00 WIB dan shift malam dari jam 21.00
WIB – 07.00 WIB, sudah terdapat SOP timbang terima, Timbang terima shift
pagi biasanya menunggu semua perawat hadir sedangkan pada siang dan
malam tidak harus menunggu semua hadir namun dapat diwakilkan oleh
beberapa perawat yang sudah hadir termasuk PJ shift selanjutnya. Metode
asuhan keperawatan TIM di Ruang Amarilis 3 pada saat operan tidak dibagi
sesuai dengan tim namun dilakukan bersama Tim A dan Tim B. Belum ada
buku buku laporan tim yang berisi keadaan umum, pemenuhan KDM, terapi
tindakan yang sudah dan akan dilakukan pada shift berikutnya
b) Hasil wawancara :
Timbang terima telah dilakukan oleh perawat setiap pergantian shift baik pada
shift pagi, siang atau malam. Terkait dengan pelaksanaan timbang terima sift
pagi , sift siang, dan sift malam dilakukan di meja nurse station. Saat timbang
terima sift pagi menunggu semua komplit baik dari KARU, KATIM , dan
perawat pelaksana. Dalam timbang terima yg dilaporkan adalah diagnosa
medis, dokter penanggung jawab, program yang sudah dilakukan, program yg
belum dilakukan, dan terapi obat advis dokter.
16

c) Hasil Analisa : Di ruang Amarilis 3 dalam melakukan timbang terima belum


optimal, dikarenakan terdapat yang belum disampaikan yaitu : diagnosa
keperawatan, terapi cairan infus, diit pasien yang merupakan kolaborasi gizi.

3) RDK (Refleksi Diskusi Kasus)


Refleksi diskusi kasus adalah suatu metode dalam merefleksikan pengalaman klinis
perawat dan bidan yang mengacu kepada pemahaman terhadap standar. RDK
adalah suatu metode pembelajaran dalam mereflesikan pengalaman perawat dan
bidan yang actual dan menarik memberikan dan mengelola asuhan keperawatan
dan kebidanan di lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu pada
pemahaman standar yang ditetapkan. Selain itu, RDK dapat meningkatkan
profesionalisme perawat. Meningkatkan aktualisasi diri perawat dan bidan,
membangkitkan motivasi belajar perawat, belajar untuk menghargai kolega untuk
lebih asertif dan meningkatkan kerja sama, memberikan kesempatan individu
untuk mengeluarkan pendapat tanpa merasa tertekan serta memberikan masukan
kepada pimpinan sarana kesehatan untuk penambahan dan peningkatan SDM
perawat (pelatihan,pendidikan berkelanjutan, magang, kalakarya), penyempurnaan
SOP dan bila memungkinkan, pengadaan alat (Ratnasari, 2010).
a) Hasil Observasi : RDK di ruang amarilis belum optimal

b) Hasil Wawancara : Refleksi Diskusi Kasus di ruang amarilis 3 pernah dilakukan


namun dalam pelaksanaannya belum optimal dilakukan oleh petugas kesehatan
yang berada di ruang Amaliris 3 dikarenakan terbatasnya waktu dan tenaga
keperawatan

c) Hasil Analisa : Di ruang amarilis 3 belum optimal dilakukan Refleksi Diskusi


Kasus dikarenakan terbatasnya waktu dan tenaga keperawatan di ruangan

4) Pengelolaan logistik dan obat


Manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit dapat didefinisikan sebagai
suatu proses pengolahan secara strategis terhadap pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemantauan persediaan bahan (stock, material, supplies, inventory
17

dan lain-lain) yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit. Untuk pengelolaan
logistik dan obat akan diusulkan/ dilaporkan pada bagian rumah tangga dan
farmasi. Datas dasar observasi dan wawancara pengelolaan logistik dan obat di
ruang amarilis 3 sudah berjalan sesuai standart yang ada di rumah sakit.

5) Penerimaan pasien baru


Secara teori orientasi penerimaan pasien baru dilakukan oleh katim atau
penanggung jawab shif yang bertugas pada shif tersebut. Namun bila katim atau
penanggungjawab tidak bisa, mereka bisa mendelegasikannya kepada perawat
pelaksana. Perawat pelaksana dapat memberikan orientasi untuk pasien baru dan
keluarga (Ariyanti, 2015). Dan berdasarkan hasil observasi dan wawancara di
dapatkan hasil bahwa di Ruang Amarilis 3 sudah terdapat SPO penerimaan pasien
baru. Penerimaan pasien baru akan dilakukan oleh katim atau perawat
penanggungjawab yang berjaga, namun ketika katim atau perawat penangungjawab
tidak bisa maka bisa di wakilkan oleh perawat pelaksana.

6) Discharge planning
Discharge Planning adalah suatu proses dimana pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang di ikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien

merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Putra, 2017). Di ruang amarilis 3


discharge planning diisi oleh perawat yang menerima pasien baru dan akan
dilengkapi oleh perawat yang bertugas ketika pasien pulang.

7) Supervisi Klinik
Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara langsung
dan berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan untuk
kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung
guna mengatasinya (Suarli & Bahtiar, 2009). Supervisi klinik berpotensi
meningkatkan keahlian dan kemampuan klinik staf yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kesuksesan pencapaian rumah sakit. Sistem supervisi akan
memberikan kejelasan tugas, feedback dan kesempatan perawat pelaksana
18

mendapatkan promosi. Supervisi klinik sangat penting dalam pelayanan


keperawatan untuk menciptakan pelayanan keperawatan berkualitas tinggi dan
kesuksesan pencapaian tujuan rumah sakit.
Dalam rangka memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
diperlukan supervisi yang terus menerus terhadap staf keperawatan, fasilitas dan
lingkungan kerja, agar seluruh asuhan yang diberikan tetap berjalan sesuai standar
yang sudah ditetapkan.
a) Hasil Observasi : Supervisi klinik di ruang amarilis 3 belum dilaksanakan oleh
kepala ruang secara optimal
b) Hasil Wawancara : Supervisi sudah dilaksanakan dan sudah ada SPO dari
rumah sakit, namun belum adanya format draft penilaian laporan supervisi
klinik yang baku dari rumah sakit dalam memberikan survey kepada perawat
untuk menilai kinerja perawat diruangan.

8) Dokumentasi
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan
yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien.
Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan
pasen, kebutuhan pasen, kegiatan asuhan keperawatan/ serta respons pasen
terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi keperawatan/
mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan
faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Perawat atau
tenaga kesehatan lainnya selalu mendokumentasikan tindakannya pada pasien pada
catatan medis (CM) pasien dengan jelas dan lengkap. Dari hasil pengamatan dan
wawancara di ruang amarilis 3 mendapatkan hasil bahwa catatan medis asuhan
keperawatan dan data penunjang lain selalu dilengkapi oleh oleh perawat yang
bertugas. Sehingga dokumentasi keperawtannya dapat berjalan dengan baik.

d. Money (Keuangan/ Anggaran)


Salah sau fungsi rumah sakit yaitu memberikan pelayanan, baik medis maupun
non medis. Dalam pelayanan tersebut agar pelayanan tersebut dapat berjalan dengan
19

baik dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat, maka rumah sakit perlu
mempersiapkan jasa non medis dan jasa pemborongan.
Menurut (Pohan, 2017) biaya merupakan faktor penting dalam organisasi,
demikian pula halnya dalam lingkungan organisasi layanan kesehatan umumnya biaya
ditetapkan dan dicatat pada setiap satuan kerja, misalnya biaya berbagai kategori
tindakan, pemeliharaan bangunan, administrasi, binatu, biaya obat, makanan dll.
Segala jenis pelaporan keuangan di Ruang Amarilis 3 masuk ke pelaporan keuangan
pusat di bagian Keuangan RSUD Adhiyatma M.P.H. sumber dana terbagi menjadi 2 yaitu dari
BLUD (berasal dari pasien baik pasien umum, pasien dengan BPJS maupun pasien dengan
JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja) dan APBD (berasal dari pemerintah) yang nantinya akan
dikolaborasikan keduanya untuk memenuhi kebutuhan untuk memajukan dan meningkatkan
mutu pelayanan Rumah Sakit. Pengajuan alat bedasarkan kebutuhan ruangan dilakukan
secara insidentil yaitu saat ada alat yang rusak atau hilang atau ada kebutuhan alat baru. Di
ruang Amarilis III juga terdapat iuran individu setiap bulan untuk kebutuhan perawat,
yaitu untuk sosialisasi pertemuan bulanan dan wisata, dan mengisi kas.

e. Mutu
Secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa
yang menunjukkan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau
yang tersirat. Mutu dan peningkatan mutu merupakan tugas yang paling utama yang
dihadapi oleh berbagai lembaga. Mutu merupakan suatu konsep yang kompleks
sehingga tidak mudah untuk didefinisikan dan diukur. Pengertian mengenai mutu yang
diungkapkan oleh seseorang akan berbeda dengan yang lainnya. Dalam kehidupan
sehari-hari biasanya kita baru menyadari arti dari mutu ketika mutu tersebut hilang atau
berkurang. Mutu merupakan salah satu unsur pokok yang membedakan antara produk
satu dengan lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa mutu itu adalah suatu
keistimewaan dari suatu produk.
Di dalam rumah sakit setiap mereka yang terlibat dalam layanan kesehatan,
seperti pasien, masyarakat, dan organisasi masyarakat, profesi layanan, dinas kesehatan
dan pemerintah daerah, pasti mempunyai pandangan yang berbeda tentang unsur apa
yang penting (Pohan, 2017). Peningkatan mutu layanan kesehatan dalam ruang lingkup
rumah sakit menjadi isu utama dalam pembangunan kesehatan baik dalam lingkup
20

nasional maupun global. Peningkatan mutu kualitas pelayanan kesehatan dipengaruhi


juga oleh kepuasan pelayanan terhadap pelayanan yang diberikan. Diruang Amarilis III
pasien mengatakan puas terhadap pelayanan yang diberikan berdasarkan kuesioner
yang telah kita bagikan dari 8 pasien yang menyatakan puas 6 orang dan 2 oarang
menyatakan cukup puas.

Anda mungkin juga menyukai