Anda di halaman 1dari 6

J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No.

2, 116-121
Perhimpunan Entomologi Indonesia

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami


pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan
Balong-Ponorogo
INDRIYA RADIYANTO, MOCHAMMAD SODIQ DAN
NOENG M. NURCAHYANI

Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur

(diterima Februari 2010, disetujui Juli 2010)

ABSTRACT
Biodiversity of Insect Pests and Natural Enemies on Soybean In The
Field of Balong-Ponorogo District. The study aims to determine the
presence of pests and natural enemies on soybean plants and to study the
effect of insecticides on the diversity. Methods for observation of insects
was done by using different type of traps i.e. yellow pan trap, pitfall trap,
light trap, sweeping net and direct observation (visual). The presence of
pests and natural enemies of soybean plants on plots without insecticide was
lower than on the plots that was treated with insecticide. Composition of the
population of pests found in soybean plots that were not treated with
insecticide were dominated by Aphis sp. followed by Phaedonia inclusa,
Riptortus linearis, Nezara viridula and Ophiomyia phaseoli. Composition of
the population of natural enemies (predators) found in soybean cropps that
were not treated with insecticide was family Coccinellidae followed by
Syrphidae, Chrysopidae, Mantidae and Oxyopidae. The highest composition
of natural enemies (parasites) found in treated and untreated soybean plots
were family Braconidae then followed by family Ichneumonidae.
KEY WORDS: Diversity, pests, predators and parasites

ningkatan konsumsi produk industri


PENDAHULUAN kecil seperti tahu, tempe, kecap, dan
susu semakin populer sebagai peng-
Produksi kedelai nasional tahun ganti daging. Jenis industri yang ter-
2008 sebesar 671.600 ton dengan luas golong skala kecil-menengah ini
lahan 526.796 Ha. Data di atas jumlahnya sangat banyak, menye-
menunjukkan bahwa produksi kedelai babkan tingginya tingkat kebutuhan
di Indonesia berkisar antara 1-1,5 konsumsi kedelai (Anonim 2004;
ton/Ha. Hasil tersebut hanya me- Anonim 2010).
menuhi 40 persen dari kebutuhan Salah satu kendala upaya pe-
dalam negeri. mencapai 1.679.400 ton ningkatan produksi kedelai adalah
sehingga kita harus mengimpor kedelai adanya serangan berbagai hama.
sedikitnya 1 juta ton/tahun. Lonjakan Tanaman kedelai merupakan salah satu
import kedelai disebabkan oleh pe- tanaman yang dapat diserang hama

116
Indriya Radiyanto et al.,: Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami

sejak mulai tumbuh hingga menjelang ngendalian berdasarkan konsepsi pe-


panen. Di Indonesia tercatat lebih dari ngelolaan hama terpadu (PHT).
111 spesies Arthropoda merupakan Untung (1993) menyatakan bahwa
hama, 53 spesies merupakan bukan PHT lebih mengutamakan pengenda-
sasaran, 61 spesies predator dan 41 lian dengan memanfaatkan peran
spesies parasitoid (Okada et al. 1988). berbagai musuh alami hama. Musuh
Tercatat 17 jenis hama yang dapat alami pada keseimbangan alam yang
menyebabkan kerusakan dan kerugian baik selalu berhasil mengendalikan
pada tanaman kedelai. Beberapa hama populasi hama, tetap berada di bawah
utama yang sering ditemukan adalah aras ekonomi. Oleh karena itu, dengan
lalat kacang (Ophiomyia phaseoli), memberikan kesempatan kepada mu-
ulat grayak (Spodoptera litura), suh alami untuk bekerja berarti dapat
Kumbang daun tembukur (Phaedonia mengurangi penggunaan pestisida.
inclusa), penggerek polong (Etiella Mengingat peran parasit dan predator
zinckenella), penghisap polong (Rip- dalam menekan populasi hama secara
tortus linearis), dan kepik hijau alami cukup penting, maka upaya
(Nezara viridula) (Anonim 1992). konservasi musuh alami di lapang
Dalam upaya untuk mengendalikan perlu lebih diperhatikan.
hama, petani sekarang masih bertumpu Penelitian ini bertujuan untuk
pada insektisida, karena cara-cara yang mengeksplorasi dan mengetahui ke-
lain seperti penggunaan varietas tahan beradaan hama dan musuh alami pada
dan musuh alami belum banyak lahan tanaman kedelai yang meng-
digunakan. Pengendalian hama meng- gunakan insektisida maupun tanpa
gunakan insektisida sudah biasa di insektisida.
lakukan, tetapi kegagalan dalam me-
nanggulangi hama masih sering terjadi. BAHAN DAN METODE
Penggunaan insektisida tanpa didasari Penelitian ini dilaksanakan mulai
pengetahuan bioekologi hama dan Agustus 2004 sampai dengan Oktober
teknik aplikasi yang benar meng- 2004 di Desa Balong, Kecamatan
akibatkan tidak tercapainya tujuan pe- Balong, Kabupaten Ponorogo.
ngendalian, bahkan dapat me- Penelitian ini menggunakan meto-
nyebabkan terjadinya kasus resistensi de survei, yaitu melakukan peng-
dan resurjensi (Marwoto 1992). amatan secara langsung (visual) dan
Untuk mengurangi dampak negatif penangkapan dengan menggunakan
penggunaan pestisida tersebut, maka alat perangkap seperti yellow pan trap,
pengendalian hama secara konven- pitfall trap, sweep net, light trap pada
sional (menggunakan pestisida) mulai lahan pertanaman kedelai. Lahan per-
ditinggalkan dan beralih pada pe- tanaman kedelai yang diamati adalah

117
J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 116-121

lahan tanpa penyemprotan insektisida Komposisi Hama


dan lahan yang disemprot insektisida Hasil penelitian menunjukan ada-
dua minggu sekali. Jenis insektisida nya perbedaan komposisi keberadaan
dengan bahan aktif deltametrin dan populasi hama dan musuh alami yang
metoksifenosida dosisnya mengacu ditemukan pada pertanaman kedelai di
dosis yang biasa digunakan petani di Kecamatan Balong Kabupaten Pono-
daerah tersebut. rogo (Gambar 1). Data yang diperoleh
Masing-masing petak contoh (luas menunjukkan bahwa dari lima spesies
berkisar 500 m2 per petak contoh) hama yang ditemukan, Aphis sp.
diulang tiga kali pada tiga lokasi, memiliki kerapatan populasi tertinggi
setiap lokasi berada pada desa yang dibanding hama lain, seperti
berbeda dalam satu kecamatan. Phaedonia inclusa, Riptortus linearis,
Serangga yang tertangkap / ditemukan Nezara viridula dan Ophiomyia
di lapangan dihitung dan diidentifikasi, phaseoli, pada lahan pertanaman
kemudian ditentukan pula komposisi kedelai tanpa perlakuan insektisida
populasi dari masing-masing hama (A) berturut-turut sebesar 44 %, 15 %,
atau musuh alami. Pengamatan di- 14 %, 14 % dan 13 %. Demikian juga
lakukan setiap satu minggu sekali, pada lahan pertanaman kedelai yang
pada fase vegetatif 7 – 42 hari setelah disemprot insektisida 2 minggu sekali
tanam (hst) dan fase generatif 49 – 77 (B), Aphis spp. memiliki kerapatan
hst. populasi tertinggi kemudian diikuti
oleh Phaedonia inclusa, Nezara
HASIL DAN PEMBAHASAN viridula, Riptortus linearis dan
Jenis Hama dan Musuh Alami Ophiomyia phaseoli berturut-turut se-
Hasil pengamatan dan identifikasi besar 47 %, 20 %, 14 %, 11 % dan 8
terdapat beberapa spesies hama dan %. Keberadaan populasi Aphis sp.
beberapa famili musuh alami. Hama yang lebih tinggi dibandingkan jenis
yang didapatkan adalah yang me- hama lain karena di daerah tropis
nyerang daun dan polong. Beberapa serangga ini dapat berkembang biak
famili dari predator dan parasitoid tanpa melalui perkawinan, sehingga
yang tertangkap adalah: Coccinelidae, populasinya dapat meningkat dengan
Syrphidae, Chrysopidae, Oxyopidae, cepat. Aphis spp. berkembang biak
dan Mantidae untuk predator, se- dengan parthenogenesis (Anonim
dangkan untuk parasitoid ditemukan 1989). Selain itu menurut Trisyono
dua famili yaitu: Ichneumonidae dan (2006) meningkatnya populasi hama
Braconidae. bukan hanya karena penyederhanaan

118
Indriya Radiyanto et al.,: Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami

Komposisi hama pada perlakuan A Kom posisi ham a pada perlakuan B

Ophiomyia
Ophiomyia phaseoli 8% phaseoli
13%
Nezara
Nezara viridula 14% viridula
14%
44% Riptortus linearis 47% Riptortus
11% linearis
Phaedonia inclusa Phaedonia
14%
Aphis sp. inclusa
15% 20% Aphis sp.

A ( n = 2873 ekor) B ( n = 982 ekor )

Gambar 1. Komposisi hama pada kondisi lahan pertanaman kedelai


A. tanpa insektisida dan B. disemprot insektisida 2 minggu
sekali

Komposisi predator pada perlakuan A Komposisi predator pada perlakuan B

16% Coccinellidae 15% Coccinellidae


Mantidae 37% Mantidae
7% 13%
45%
Syrphidae Syrphidae
17% Oxyopidae 18% Oxyopidae
Chrysopidae 17% Chrysopidae
15%

A ( n = 870 ekor) B (n = 328 ekor)

Gambar 2. Komposisi predator pada lahan pertanaman kedelai


A. tanpa insektisida dan B. disemprot insektisida 2 minggu
sekali

tanaman tetapi juga karena peng- temukan Famili Coccinellidae ke-


gunaan pestisida yang tidak bijaksana. mudian diikuti Syrphidae, Chrysopi-
Contohnya adalah hama ulat grayak dae, Mantidae dan Oxyopidae, ber-
Spodoptera exigua pada tanaman turut-turut sebesar 45 %, 17 %, 16 %,
bawang telah resisten dengan insek- 15 % dan 7 %. Demikian juga pada
tisida berbahan aktif metoksifenosida lahan pertanaman kedelai yang
diperlakukan dengan insektisida 2
Komposisi Musuh Alami (Predator)
minggu sekali (B) ditemukan paling
Pada Gambar 2 dapat diperhatikan
banyak famili Coccinellidae kemudian
bahwa predator yang paling dominan
diikuti Syrphidae, Mantidae, Chryso-
dari lima famili yang ditemukan di
pida dan Oxyopidae berturut-turut
lapang adalah Famili Coccinellidae.
sebesar 37 %, 18 %, 17 %, 15 % dan
Pada lahan pertanaman kedelai tanpa
13 %. Tingginya populasi Coccinelli-
insektisida (A) paling banyak di-
dae pada pertanaman kedelai di-

119
J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 116-121

sebabkan predator Coccinelidae me- kedelai tanpa insektisida (A) berturut-


miliki sifat oligofagus, memakan be- turut sebesar 68 dan 32 %. Pada lahan
berapa jenis serangga kecil tertentu, pertanaman kedelai yang disemprot
misalnya kutu daun dan tungau dari insektisida 2 minggu sekali (B) ber-
berbagai stadia telur, nimfa maupun turut-turut sebesar 56 dan 44 %.
imago. Menurut Untung (1993),
Coccinellidae selain imago, larvanya KESIMPULAN
juga aktif mencari mangsa dan Hama maupun musuh alami pada
biasanya lebih rakus dari pada imago. tanaman kedelai pada lahan tanpa
Mangsa yang ditangkap akan dihisap perlakuan insektisida populasinya
cairan tubuhnya, bangkainya akan lebih rendah dibanding lahan yang
dibuang dalam keadaan kering. Pada diperlakukan dengan insektisida.
pertanian yang tidak menggunakan Komposisi sebaran populasi hama
pestisida, jenis dan populasi Artropoda yang ditemukan pada lahan per-
lebih banyak daripada yang meng- tanaman kedelai yang diperlakukan
aplikasikan pestisida. Kasus tersebut maupun tidak dengan insektisida
berlaku baik areal pada tanam se- tertinggi Aphis sp. kemudian Phaedo-
rempak maupun tanam tidak serempak nia inclusa, Riptortus linearis, Nezara
(Laba et al. 2000). viridula dan Ophiomyia phaseoli.
Komposisi sebaran populasi predator
Komposisi Parasitoid
yang ditemukan pada lahan per-
Gambar 3 menunjukkan bahwa
tanaman kedelai yang diperlakukan
Famili Braconidae memiliki kepadatan
maupun tidak dengan insektisida
tertinggi untuk parasitoid hama pada
tertinggi Famili Coccinellidae ke-
tanaman kedelai, kemudian diikuti
mudian diikuti Syrphidae, Chryso-
famili Ichneumonidae. Hal tersebut
pidae, Mantidae dan Oxyopidae.
ditunjukkan pada lahan pertanaman

Komposisi parasit pada perlakuan A Komposisi parasit pada perlakuan B

9% 13%
Braconidae Braconidae
23%
Ichneumonidae 1 Ichneumonidae 1
31% 56%
68%
Ichneumonidae 2 Ichneumonidae 2

A (n = 148 ekor) B (n = 65 ekor)


Gambar 3. Komposisi parasitoid pada lahan pertanaman kedelai
A. tanpa Insektisida dan B. disemprot insektisida 2 minggu sekali

120
Indriya Radiyanto et al.,: Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami

Komposisi sebaran padat para- Prosiding Simposium Keaneka-


sitoid yang ditemukan pada lahan ragaman Hayati Arthropoda
pertanaman kedelai yang diperlakukan pada Sistem Produksi Pertanian;
maupun tidak dengan insektisida Cipayung, 16-18 Oktober 2000.
tertinggi famili Braconidae kemudian PEI-KEHATI.
famili Ichneumonidae. Marwoto. 1992. Masalah Efektifitas
Pengendalian Hama Kedelai di
DAFTAR PUSTAKA Tingkat Petani. Risalah Loka-
karya Pengendalian Hama Ter-
[Anonim]. 1989. Kedelai. Yogyakarta: padu Tanaman Kedelai. Balittan.
Kanisius. Malang. Hal. 37-43.
_______. 1992. Dominasi dan Tingkat Okada, T., W. Tengkano and T.
Serangan Hama Kedelai. Risalah Djuwarso. 1988. An Outline of
Lokakarya Pengendalian Hama Soybean Pest In Indonesia In
Terpadu Tanaman Kedelai. Faunistic Aspect. Di dalam:
Balittan. Malang. Hal. 29-35. Seminar BORIF; Bogor, 6 Dese-
_______. 2004. Vegetable Soybean mber 1988. Bogor: BIORIF p.
Production. AVRDC Insect Pests 37
Manajemen. http:// www. Avrdc. Siwi, S. S., 1993. Kunci Determinasi
org/vegetable soybean produc- Serangga. Yogyakarta: Penerbit
tion,ipm.htm. [diakses Februari Kanisius.
2010] Trisyono, Y. A. 2006. Refleksi dan
_______. 2010. Kedelai. http://id. Tuntutan Perlunya Manajemen
wikipedia.org/wiki/Kedelai. [di- Pestisida. Pidato Pengukuhan
akses Februari 2010] Guru Besar UGM Yogyakarta.
Kalshoven, L G E. 1981. Pest of Crop Untung K. 1993. Pengantar
in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Pengelolaan Hama Terpadu.
Baru – Van Hoeve. Yogyakarta: Gajah Mada Uni-
Laba, I. W., Djatnika K. dan M. Arifin. versity Press.
2000. Analisis Keanekaragaman
Hayati Musuh Alami Pada
Ekosistem Padi Sawah. Di
dalam: E. Soenarjo et al. (ed.),
__________________

121

Anda mungkin juga menyukai