Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

OBSETRI DAN GINEKOLOGI


PARTUS KASEP

Oleh :
CENDRA MULYA
201510330311055

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Partus kasep ialah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, pada ibu, atau
keduanya. Terdapat faktor-faktor yang berperan dalam proses persalinan yaitu
kekuatan mendorong janin keluar (power), yang meliputi his (kekuatan
uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi diafragma. Faktor lain
adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir (passage) dan faktor
penolong serta faktor psikis.
Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka
proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu
dari faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan
his tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong
ataupun gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik.
Persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal juga
dipengaruhi berbagai faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan
bahaya persalinan, keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai,
masih tebalnya kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan
rendahnya keadaan sosial ekonomi rakyat.
Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Dari seluruh
persalinan, kejadian persalinan lama adalah sebesar 31%, perdarahan
berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angka kejadian infeksi sebesar 5%.
Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan adalah
sebesar 64%. Berdasar survei ini, maka pelayanan kesehatan ibu di Indonesia
masih perlu peningkatan pelayanan dan harus di benahi dengan berbagai
pendekatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Yang dimaksud dengan partus kasep adalah suatu keadaan persalinan yang
mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu
maupun anak.

2.2 Diagnosis dan Gejala Klinis


Gejala klinis/symptom:
1. Ibu
a. Kelelahan – dehidrasi – keadaan umum (KU) lemah – nadi
meningkat, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, his
melemah, produksi urine menurun.
b. Meteorismus
c. Infeksi: suhu meningkat (>37,6 C) nadi meningkat, ketubahn
keruh dan berbau
d. Edema pada jalan lahir
2. Tanda-tanda robekan rahim
a. Diawali adanya bandl
b. Perdarahan pervaginam
c. Bagian-bagian janin mudah diraba
d. Denyut jantung janin pada umumnya negatif
e. His menghilang
f. Bagian terendah janin mudah didorong
3. Janin
a. Gawat janin: denyut jantung janin meningkat atau menurun,
cairan ketuban keruh
b. Trauma pada janin: karena terlalu lama di jalan lahir atau
karena tindakan
c. Kematian janin
Cara pemeriksaan/diagnosis:
1. Keadaan umum ibu
a. Dehidarasi
b. Panas
c. Meteorismus
d. Syok
e. Anemia
f. Oliguria
2. Palpasi
a. His lemah atau hilang
b. Gerak janin tidak ada
c. Janin mudah diraba
3. Auskultasi
Denyut jantung janin: takikardi/bradikardi, ireguler, negatif (bila
anak sudah meninggal)
4. Pemeriksaan dalam
a. Keluar air ketuban berwarna keruh dan berbau bercampur
mekonium
b. Bagian terendah anak sukar digerakkan bila rahim belum
robek, tetapi mudah didorong bila rahim sudah robek,
disertai keluarnya darah
c. Suhu rektal >37,6 C
2.3 Etiologi
Penyebab partus kasep multikompleks, yang berhubungan dengan
pengawasan pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan persalinan.
Penyebab kemacetan dapat terjadi karena:
2.3.1 Faktor Kekuatan Ibu
1. Kelainan His
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
hambatan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika
tidak dapat diatasi dapat megakibatkan kemacetan persalinan. His yang
normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian
menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi
kekutan pada fundus uteri, kemudian mengadakan relaksasi secara merata
dan menyeluruh. Baik atau tidaknya his dinilai dengan kemajuan
persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya, lamanya, kuatnya dan
relaksasinya) serta besarnya caput succedaneum.
Adapun jenis-jenis kelainan his sebagai berikut:
a. Inersia uteri
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat
untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar.
b. Kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi
Disini kontraksi uterus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian
atas, tengah dan bawah, tidak adanya dominasi fundal, tidak adanya
sinkronisasi antara kontraksi daripada bagian-bagiannya. Dengan
kekuatan seperti ini, maka tonus otot terus meningkat sehingga
mengakibatkan rasa nyeri yang terus menerus dan hipoksia janin.
Macamnya adalah spastik lower segment, colicky uterus, lingkaran
kontriksi dan distosia servikalis.
2. Kelainan Mengejan
Pada umumnya persalinan kala II kemajuannya sangat dibantu oleh
hejan perut, yang biasanya dikerjakan bersama-sama pada waktu his.
Kelainan mengejan disebabkan oleh:
1. Otot dinding perut lemah
2. Distasis recti, abdomen pendulans dan jarak antara kedua m. recti lebar
3. Refleks mengejan hilang oleh karena pemberian narkose atau anestesi
4. Kelelahan (otot dinding perut menjadi lemah).
2.3.2 Faktor Janin
1. Posisi Oksiput Posterior Persisten

Prevalensi kondisi ini adalah 10%. Pada posisi ini ubun-ubun tidak
berputar ke depan, tetapi tetap berada di belakang. Salah satu penyebab
terjadinya adalah usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran
panggul. Penyebab yang lain adalah otot-otot dasar panggul yang lembek
pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat sehingga tidak ada
paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke depan.
2. Presentasi Puncak Kepala
Pada presentasi ini, kepala janin dalam keadaan defleksi ringan
ketika melewati jalan lahir. Sehingga ubun-ubun besar menjadi bagian
terendah. Pada presentasi puncak kepala, lingkaran kepala yang melalui
jalan lahir adalah sirkumfernsia frontooksipitalis dengan titik perputaran
yang berada di bawah simfisis adalah glabela.
3. Presentasi Muka
Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan
defleksi maksimal, sehingga aksiput tertekan pada punggung dan muka
merupakan bagian terendah yang menghadap ke bawah. Presentasi muka
dikatakan primer jika terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan
sekunder jika baru terjadi pada masa persalinan. Pada umumnya penyebab
terjadinya presentasi muka adalah keadaan-keadaan yang memaksa
terjadinya defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi
kepala. Oleh karena itu presentasi muka dapat ditemukan pada panggul
sempit atau pada janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga
merupakan faktor yang memudahkan terjadinya presentasi muka. Kelainan
janin seperti anensefalus dan tumor di leher depan juga dapat
menyebabkan presentasi muka. Terkadang presentasi muka dapat terjadi
pada kematian janin intrauterine akibat otot janin yang telah kehilangan
tonusnya.
4. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada
diantara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan
bagian terendah. Pada umumnya, presentasi dahi bersifat sementara, dan
sebagian besar akan berubah menjadai presentasi muka atau presentasi
belakang kepala. Sebab terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama
dengan sebab terjadinya presentasi muka karena semua presentasi muka
biasanya melewati fase presentasi dahi lebih dahulu.
5. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri danbokong berada di bagian
bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yaitu
presentasi bokong, presentasi bokong sempurna, presentasi bokong kaki
tidak sempurna, dan presentasi kaki. Diagnosis letak sungsang umunya
tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, kepala teraba di fundus uteri, sementara
pada bagian bawah uterus teraba bokong yang tidak dapat digerakkan
semudah kepala. Selain dari pemeriksaan luar, diagnosis juga dapat
ditegakkan dari pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunang seperti
USG dan MRI.
6. Letak Lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu dan bokong berada pada sisi yang
lain. Sebab tersering terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai
dinding uterus dan perut yang lembek. Pada kehamilan prematur,
hidramnion, dan kehamilan kembar, janin sering dijumpai dalam letak
lintang. Kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatus atau subseptus juga
merupakan penyebab terjadinya letak lintang. Adanya letak lintang dapat
diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak melebar dan fundus tampak
lebih rendah tidak sesuai dengan usia kehamilannya. Pada palpasi, fundus
uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan diatas simfisis juga
kosong.
7. Presentasi Ganda
Presentasi ganda adalah presentasi dimana disamping kepala janin
di dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan
disamping bokong janin dijumpai tangan. Presentasi ganda terjadi karena
pintu atas panggul tidak tertutup sempurna oleh kepala atau bokong,
misalnya pada seorang multipara dengan perut gantung, pada kesempitan
panggul dan janin kecil.
8. Pertumbuhan Janin yang Berlebihan
Berat neonatus yang besar adalah apabila berat janin melebihi 4000
gram. Pada janin besar, faktor keturunan memegang peran penting. Selain
itu janin besar juga dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus,
postmaturitas, dan grande multipara.
9. Hidrosefalus
Adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi pelebaran
sutura serta ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya
berkisar antara 500-1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5
liter. Karen akepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di
bagian bawah uterus, maka sering ditemukan dalam keadaan sungsang.
Bagaimanapun letaknya, hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi
sefalopelvik dengan segala akibatnya.
10. Prolaps Funikuli
Prolaps funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada di
samping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah
ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaps funikuli sangat berbahaya
bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit diantara bagian
terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi janin.
Keadaan yang menyebabkan gangguan adaptasi bawah janin terhadap
panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertututp oleh bagian bawah
janin tersebut, merupakan predisposisi turunnya tali pusat dan terjadinya
prolaps funikuli. Dengan demikian prolaps funikuli sering didapatkan pada
letak sungsang dan letak lintang. Pada presentasi kepala dapat dijumpai
pada disproporsi sefalopelvik. Pada kehamilam premature lebih sering
dijumpai karena kepala anak yang kecil tidak dapat menutup pintu atas
panggul secara sempurna.
2.3.3 Faktor Jalan Lahir
Jalan lahir dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang
panggul dengan sendi-sendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot,
jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen. Dengan demikian distosia akibat
jalan lahir dapat dibagi atas:
1. Distosia karena kelainan panggul
Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan,
penyakit tulang dan sendi (rachitis, neoplasma, fraktur, dll), penyakit
kolumna vertebralis (kyphosis, scoliosis,dll), kelainan ekstremitas inferior
(coxitis, fraktur, dll). Kelainan panggul dapat menyebabkan kesempitan
panggul. Kesempitan panggul dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu;
kesempitan pintu atas panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah
panggul. Pintu atas panggul dikatakan sempit bila konjugata vera < 10 cm,
atau diameter transversa < 12 cm. Kesempitan pintu atas panggul dapat
menyebabkan persalinan yang lama karena adanya gangguan pembukaan
yang diakibatkan oleh ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan
bagian terbawah kurang menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban
sangat menonjol dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala tetap
tidak dapat menekan cerviks karena tertahan pada pintu atas panggul.
Selain itu persalinan yang lama juga disebabkan karena adanya moulage
kepala yang hebat sehingga dapat melewati pintu atas panggul ,dan ini
memerlukan waktu yang lama.
Bidang tengah panggul dikatakan sempit bila jumlah diameter
transversa dan diameter sagitalis posterior ≤13,5 cm (N = 10,5 cm + 5 cm
= 15,5 cm), diameter antar spina ≤ 9 cm. Pada panggul tengah yang
sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau
presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse arrest).
Pintu bawah panggul dikatakan sempit bila jarak antara tuber ossis
ischii ≤8 cm dan diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15
cm (N =11 cm+7,5 cm = 18,5 cm), hal ini dapat menyebabkan kemacetan
pada kelahiran janin ukuran biasa.
2. Distosia karena kelainan jalan lahir lunak
Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan
lahir lunak (kelainan tractus genitalis). Kelainan tersebut terdapat di
vulva, vagina, cerviks uteri, dan uterus.
Distosia servikalis dan uteri dapat disebabkan oleh dysfunctional
uterine action atau dapat juga disebabkan oleh jaringan parut pada serviks
uteri dan dengan adanya tumor. Mioma pada serviks atau segmen bawah
uterus dapat menghalangi persalinan. Mioma yang terletak di dalam jalan
lahir atau berlanjut ke jalan lahir pada awal kehamilan, dapat terdorong ke
atas ketika uterus membesar sehingga obstruksi terhadap persalinan
pervaginam tidak terdapat lagi.
2.3.4 Faktor penolong
Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong
persalinan juga mempunyai peran yang sangat penting. Penolong
persalinan bertindak dalam memimpin proses terjadinya kontraksi uterus
dan mengejan hingga bayi dilahirkan. Seorang penolong persalinan harus
dapat memberikan dorongan pada ibu yang sedang dalam masa persalinan
dan mengetahui kapan haruis memulai persalinan. Selanjutnya melakukan
perawatan terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu, penolong persalinan
seharusnya seorang tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil serta
mengetahui dengan pasti tanda-tanda bahaya pada ibu yang melahirkan,
sehingga bila ada komplikasi selama persalinan, penolong segera dapat
melakukan rujukan. Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan
tidak berjalan dengan lancar, berlangsung lama, dan muncul berbagai
macam komplikasi.
Di Indonesia, persalinan masih banyak ditolong oleh dukun. Dan
baru sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar
mendapat kursus dukun. Karenanya kasus-kasus partus kasep masih
banyak dijumpai, dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha
menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Yang sangat ideal tentunya
bagaimana mencegah terjadinya partus kasep. Bila persalinan berlangsung
lama, dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu
maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan
anak.
2.3.5. Faktor psikologis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus
emosional yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak
dapat dipisahkan dari aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan
proses persalinan membuat mereka takut dan cemas. Ketakutan dan
kecemasan inilah yang dapat menghambat suatu proses persalinan.
Dengan persiapan antenatal yang baik, diharapkan wanita dapat
melahirkan dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat menikmati proses
kelahiran bayinya.
2.4 Patofisiologi
Penyebab kemacetan dapat karena
1. Faktor panggul: kesempitan jalan lahir
2. Faktor anak: kelainan bawaan
3. Faktor tenaga: kekuatan pendorong: his, tenaga mengejan
4. Faktor penolong: pimpinan yang salah
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam
dihitung awal pembukaan sampai anak lahir.
Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi: 20 jam, multi: 14
jam) fase aktif (primi: 1,2 cm per jam, multi 1,5 cm per jam) atau kala
pengeluaran (primi: 2 jam, multi: 1 jam), maka kemungkinan akan timbul
partus kasep.
Komplikasi yang dapat terjadi karena persalinan lama:
Ibu:
1. Kelelahan karena “intake: kalori yang kurang
2. Dehidrasi karena cairan yang masuk kurang
3. Meteorismus karena gangguan elektrolit
4. Penekanan lama pada jalan lahir, edema vulva robekan jalan lahir,
infeksi, fistula
5. Ancaman ruptura uteri (RUI) sampai dengan ruptura uteri
6. Perdarahan setelah melahirkan
7. Syok sampai dengan meninggal dunia
Janin:
1. Gawat janin sampai dengan kematian janin
2. Infeksi

2.5 Penatalaksanaan
Perbaikan keadaan umum ibu
1. Pasang infus set/”blood transfusion set” yang cukup adekuat (No.16-
18) dan kateter urine (ditampung).
2. Beri cairan dan kalori serta elektrolit
a. Normal saline: 500 cc
b. Dextrose 5-10%: 500 cc
Dalam 1-2 jam pertama selanjutnya tergantung:
a. Urine produksi
b. BJ Plasma (bila perlu)
Cairan dapat diberikan menurut kebutuhan
3. Koreksi asam basa dengan pengukuran CO2 darah dan pH (bila
perlu)
4. Pemberian antibiotik spektrum luas secara parenteral
Derivat:
a. Ampiciline 1 gr/hari i.v tiap 8 jam selama 2 hari, dilanjutkan
500 mg/hari per.os tiap 6 jam selama 3 hari dan Gentamycine
60-80 mg tiap 8 jam sehari selama 5 hari, atau Cephalosporine
gerasi III 1 gr tiap 8 jam, sehari sealam 5-7 hari.
b. Metronidazole I gram rektal supositoria per hari tiap 12 jam,
selama 5-7 hari.
5. Penurunan panas:
a. Antipiretika parenteral xyllomidon 2 cc i.m
b. Kompres basah
Pengakhiran persalinan
Tergantung kondisi ibu saat itu
Bila: pembukaan lengkap
Syarat-syarat persalinan pervaginam terpenuhi maka persalinan
dilakukan pervaginam dengan mempercepat kala II (Vaccum/Forcep atau
perforasi kranioklasi).
Bila: pembukaan belum lengkap
Syarat pervaginam tidak terpenuhi dilakukan seksio sesar
Dilakukan pemasangan drain untuk kasus yang terinfeksi (ketuban
keruh, berbau, keadaan
DAFTAR PUSTAKA

Joy, S., Thomas, P. 2011. Abnormal Labor.


http://emedicine.medscape.com/article/273053-overview
Kumboyo, Doddy. A., SpOG, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit
Umum Daerah NTB. Mataram
Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persalinan
dengan Tindakan. Http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS. Diakses pada
28 Agustus 2019
Managing Complications in Pregnancy and Child birth A Guide fro Midwives and
doctors. Departement of Reproductive Health & Research WHO 2000
Neilson, J.P., lavender, T., et al. Obstructed labour: reducing maternal death and
disability during pregnancy.2003. british medical bulletin, vol 67.
www.bmb.oxfordjournals.org
Pedoman Diagnosis dan Terapi. Ilmu kebidanan dan ginekologi. Fakultas
kedokteran Unair. 2011. Hal. 94
Pernoll, M. L. 2001. Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics and gynecology.
Tenth edition. New York: Mc Graw Hill
Supriatmaja, I. P. G., Suwardewa, T. G. A. 2005. Persalinan Kala I dan Kala II.
Cermin Dunia Kedokteran no. 146. www. Kalbe.co.id
Wiknjosastro, H. Dkk. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai