KELOMPOK III
Buah anggur merupakan bahan utama untuk pembuatan wine yang telah
lama dibuat di Mesir dan di Siria yaitu tahun 3500 sebelum masehi. Jenis buah
anggur yang paling dikenal untuk dijadikan wine adalah jenis Vitis vinifera..
daerah lain seperti ke Afrika Selatan, Australia dan beberapa negara yang lain.
Anggur yang termasuk jenis Vitis tersebar di seluruh dunia, tetapi banyak pula
yang termasuk jenis ini tidak cocok untuk dijadikan wine, karena komposisi
Wine adalah jenis minuman yang berbahan dasar sari buah dengan
kandungan gula yang cukup tinggi dan telah melalui proses fermentasi yang
menjadi dua kelompok yaitu kelompok wine alami (natural wine) berupa wine
yang dihasilkan dengan proses fermentasi yang kurang sempurna yang
B. Rumusan
C. Tujuan
1. Deskripsi karakter
etanol tinggi dan akumulasi produk samping yang rendah (Prescott, 1990).
membesar dan akhirnya lepas menjadi sebuah sel khamir baru. Beberapa
jenis khamir dapat pula berkembang biak dengan pembelahan dan ada juga
Saccharomyces sp. Merk Alcotec yang masih dalam bentuk butiran kering
tabung reaksi yang berisi media PD Broth steril yang telah dibuat
dibiarkan pada suhu kamar selama 2 hari. Setelah tumbuh yang ditunjukkan
sama selama 2 hari dalam posisi terbalik. Kultur sisanya dapat dipindahkan
ke dalam botol kecil yang telah berisi gliserol steril digunakan sebagai
kultur stok. Setelah yeast pada petri dibiarkan selama 2 hari dalam posisi
2018).
3. Kultivasi Inokulum
Kultivasi atau proses pertumbuhan mikroorganisme ditandai
Kultivasi sel ini dilakukan secara bertahap mulai dari jumlah kecil pada
pembibitan.
liter tetes 10o brix dan 1 gr ZA serta 1,5-2 % agar. Media ini dimasukkan
brixtambahkan lagi tetes 8o brix sebanyak 1/3 volume semula dan pupuk 1
tetes 10o brix secara bertahap setiap 3 jam sekali sehingga volumenya
dipindahkan ke induk peragian dan ditambah tetes 12o brix dan pupuk
650 L dan 900 L. 900 L ini dipindahkan ke tangki peragian dan dilakukan
1. Sumber Nutrisi
dan hasil pengurauan protein, asam (tartrat dan malat), mineral (kalium,
kalsium dan magnesium sebagai garam fosfat, sulfat, hidrogen, zat samak,
vitamin dan enzim). Gula dan senyawa nitrogen yang terbentuk selama
karbon dan dikonversi menjadi alkohol dan CO2 akibat aktivitas khamir.
akan menghasilkan 92 g etanol dimana hanya dua ATP yang dihasilkan per
kemudian gula akan dikonversi oleh sel menjadi etanol (Hawusiwa, 2015).
kecuali dalam kondisi tertentu dimana kadar nitrogen dalam musts tidak
fermentasi sari buah dipengaruhi oleh kandungan biotin dan nitrogen total
C. Metode Fermentasi
1. Jenis fermentasi
dengan bahan yang lain yang diubah secara reaksi biokimia oleh khamir
yaitu dengan menutup rapat wadah dan diberi saluran untuk mengeluarkan
diperoleh hasil yang jernih dan aroma yang kuat, lalu disaring dan
dibotolkan. Untuk dapat menghasilkan wine dengan rasa yang lebih manis
nitrogen dan mikronutrien. Jika gas H2S muncul maka akan menyebabkan
bau yang tidak enak sehingga kualitas wine yang duhasilkan kurang bagus.
d. Oksigen
Oksigen secara tidak langsung mempengaruhi lama fermentasi yang
dilakukan oleh Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae
dapat tumbuh dengan baik pada kondisi aerob, tetapi untuk melakukan
proses fermentasi alkohol, dibutuhkan kondisi anaerob. Proses fermentasi
dilakukan di dalam filering flask 1000 ml yang ditutup rapat. Sehingga
hal) ini memberikan kondisi anaerob. Menurut Kunaepah (2008),
Saccharomyces cerevisiae tumbuh dengan baik pada kondisi aerob. Pada
kondis aerob Saccharomyces cerevisiae menghidrolisis gula menjadi air
dan CO2, tetapi dalam keadaan anaerob gula akan diubah) oleh
Saccharomyces cerevisiae menjadi alkohol dan CO2. Ditambahkan oleh
Richana (2011), jika tujuan penggunaan Saccharomyces cerevisiae adalah
untuk menghasilkan alkohol maka) dibutuhkan kondisi anaerob, tetapi
untuk pembuatan starter biakan awal diperlukan kondisi aerob.
e. Mikroba
Mikroba sebagai pelaku fermentasi tentu sangat berpengaruh terhadap
lama fermentasi. Dalam fermentasi alkohol umumnya digunakan khamir
karena khamir dapat mengkonversi gula menjadi alkohol dengan adanya
enzim zimase. Dalam penelitian ini, mikroba yang digunakan adalah
Saccharomyces cerevisiae. Menurut O’leary et( al.) (2004),
Saccharomyces cerevisiae adalah khamir yang biasa digunakan dalam
fermentasi alkohol. Saccharomyces cerevisiae memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan mikroba lain yang juga dapat membentuk
alkohol.
Pada kondisi yang sesuai maka penurunan massa sel sangat kecil
sehingga α dapat diabaikan sehingga persamaan diatas menjadi :
𝑑𝑦
= µ𝑥
𝑑𝑡
Integrasi dari persamaan 2 untuk menghasilkan nilai
konversi nutrien dalam subtrat menjadi produk pada periode tertentu yang
sebesar 0,74 g/l sehingga dapat dihasilkan 0,0154 g/l wine, sehingga dapat
0,0154
= × 100% = 3,5%
0,74
Pada semua konsentrasi yang diuji terjadi penurunan nilai total gula selama
fermentasi. Hal ini menunjukkan bahwa substrat yang diberikan dapat dikonsumsi
ada, sehingga langsung dapat mengkonsumsi gula dalam substrat. Hal ini ditandai
dengan terjadinya penurunan konsentrasi gula secara drastis pada awal masa
fermentasi. Menurut Young (1996) dalam Priest dan Campbell (1999) glukosa
cepat dikonsumsi oleh khamir pada tahap awal fermentasi. Semakin rendah
mengkonsumsi substrat juga semakin rendah. Hal ini disebabkan pada konsentrasi
rendah jumlah gula sederhana yang tersedia sangat sedikit. Gula sederhana seperti
glukosa dan frukosa sangat penting bagi Saccharomyces cerevisiae pada masa
tinggi, maka akan diperlukan waktu fermentasi yang lebih lama, serta semakin
terjadi pada fermentasi wine dengan konsentrasi pasta 35% dan lama
pasta dan semakin lama fermentasi maka semakin banyak gula yang dapat
Hanya dua ATP yang dihasilkan per mol glukosa yang dimetabolisme,
Dengan demikian selama fermentasi, gula sebagai sumber karbon akan digunakan
untuk memperbanyak sel kemudian gula akan dikonversi oleh sel menjadi etanol.
Kadar alkohol tertinggi didapat dari konsentrasi pasta 35% dan lama
fermentasi 3 minggu yaitu sebesar 12.45%. Hal tersebut juga dipengaruhi
oleh lama fermentasi yang merupakan salah satu faktor dalam produksi kadar
alkohol. Khamir akan memecah gula sederhana menjadi alkohol dan
karbondioksida. Sehingga semakin lama fermentasi semakin banyak
Saccharomyces cerevisiae yang akan memecah gula menjadi alkohol dan
karbondioksida. Semakin lama fermentasi maka semakin banyak glukosa
yang dirombak menjadi alkohol, sehingga kadar alkohol yang dihasilkan
semakin tinggi.
D. Produk Akhir
berupa etanol (metabolit primer) dan CO2 serta hasil-hasil metabolisme dari
kilokalori
Jadi 180 gram glukosa (Berat Atom C = 12, H = 1 dan O = 16) akan
4. Metode pembuatan
5. Metode pemanenan/pemurnian
Setelah fermentasi, wine menjadi keruh disebabkan material sisa,
Wine yang bening kemudian dipisahkan dari endapan (proses ini biasanya
hilang.
sejumlah besar material yang tersisa, atau dilakukan secara ketat untuk
Wine yang baru dihasilkan juga memiliki zat terlarut, yaitu tartrat
asam potasium ('krim' tartar). Karena garam ini lebih sulit larut pada suhu
dengan air untuk menghilangkan klorida. Wine diisi dari atas dan dibiarkan
turun. Seiring mengalirnya wine melalui kolom. Wine akan mengikat Na+ dan
melepaskan K+ ke resin. Ketika Na+ pada resin habis, maka resin harus dibilas
6. Pengemasan :
cara penyimpanan botol wine. Pengemasan dan penyimpnan wine yang tidak
sesuai akan mempercepat wine rusak dan rasa wine akan berubah. Beberapa
horizontal akan membuat gabus selalu basah sehingga tidak akan ada
Botol wine biasana menggunakan kaca berwarna gelap atau agak gelap
merusak wine. Dapur adalah tempat yang sangat tidak disarankan untuk
menyimpan wine.
III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Zubaidah, E. dan Veronica, C., 2014, Studi Aktivitas Antioksidan Cuka Berbasis
Buah Anggur Bali (Vitis vinifera) Utuh dan Tanpa Kulit, Jurnal
Teknologi Hasil Pertanian, 7(2): 95-103
Gunam, Ida Bagus Wayan, Ni Nyoman Suka Ardani dan Nyoman Semadi
Antara., 2018, Pengaruh Konsentrasi Starter dan Gula terhadap
Karakteristik Wine Salak, Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian
Agrotechno, 3(1): 289-297.