Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

INVESTIGASI KEJADIAN LUAR BIASA HEPATITIS A


Di Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap,
Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2013
BBTKLPP Yogyakarta, Dinkes Kabupaten Cilacap, Puskesmas Wanareja I, Puskesmas Dayeuhluhur

A. Latar Belakang

Berdasarkan permintaan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap terkait dengan


bantuan pemeriksaan sampel media penularan Hepatitis A yang berawal dari peningkatan
kasus hepatitis A di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap terutama di wilayah kerja
Puskesmas Wanareja I (Desa Madura) dan Puskesmas Dayeuhluhur (PT Waroeng Bathok
Industri). Berdasarkan informasi tersebut maka BBTKL & PP Yogyakarta segera berkoordinasi
ke Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap untuk mendapatkan informasi awal yang berkaitan
dengan peningkatan kasus Hepatitis A. Informasi awal yang diperoleh dari Dinkes Cilacap
adalah:

 Tgl 1 Februari 2013 dilaporkan pertama kalinya kasus Hepatitis A ditemukan di


Puskesmas Wanareja (seorang karyawan RM SR yang datang berobat) dan Puskesmas
Dayeuhluhur (karyawan dari PT WBI)
 Jumlah kasus terus bertambah dan sampai dengan tanggal 14 Februari 2013 sudah ada
20 kasus yang terlaporkan

1. Tujuan Umum

Untuk memastikan adanya peningkatan kasus Hepatitis A di Kecamatan Wanareja dan


Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap.

2. Tujuan Khusus

 Memastikan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Kecamatan Wanareja dan
Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap
 Mengidentifikasi sumber penularan Hepatitis A di populasi berisiko
 Mengidentifikasi faktor risiko penularan Hepatitis A di populasi berisiko

B. Tinjauan Pustaka

1 Bidang Surveilans Epidemiologi, BBTKLPP Yogyakarta


Hepatitis secara umum adalah adanya proses inflamasi yang terjadi di organ hati yang
disebabkan berbagai virus yang berbeda antara lain hepatitis A, B, C, D, E. Secara umum
hepatitis memiliki tanda klinis yang khas berupa ikterik sedangkan keberadaan antibodi anti
virus yang spesifik dapat mendignosis jenis hepatitis yang terjadi. Hepatitis A (HA) merupakan
penyakit yang bersifat self limiting disease, sedangkan kematian dan hepatitis berat terjadi
dengan proporsi yang sangat kecil. Penularan Hepatitis A melalui fekal-oral dan sering terjadi
didaerah dengan kondisi sanitasi dan higiene personal yang buruk. Kondisi tertentu hepatitis A
dapat menimbulkan outbreak dengan satu sumber penularan melalui makanan yang
terkontaminasi tinja penderita.(WHO, 2000)
HA tersebar di seluruh dunia yang muncul secara sporadis dan sebagai wabah. Adanya
perbaikan sanitasi dan personal higiene menyebabkan sebagian besar negara rentan terhadap
penyakit ini sehingga KLB cenderung meningkat. Sebaliknya didaerah dengan sanitasi dan
personal higiene yang buruk, wabah hepatitis A jarang terjadi karena sebagian orang di wilayah
tersebut telah kebal. (Chin et al, 2000)
HA disebut juga sebagai infectius hepatitis/ epidemic hepatitis/epidemic jaundice.
Hepatitis A disebabkan oleh hepatitis A virus merupakan virus RNA non-enveloped yang
diklasifikasikan dalam genus hepatovirus dan famili picornavirus. Di beberapa negara
berkembang, infeksi virus yang terjadi pada masa anak-anak biasanya bersifat asimptomatis
atau gejala sakit ringan. Diagnosis HA ditegakkan dengan ditemukannya antibodi IgM terhadap
virus hepatitis A. Tetapi apabila pemeriksaan laboratorium tidak memungkinkan maka bukti-
bukti epidemiologis sudah dapat mendukung diagnosis. Penularan penyakit melalui konsumsi
makanan maupun minuman yang terkontaminasi tinja terinfeksi, penularan antar orang per
orang dengan personal higiene yang buruk, serta dimungkinkan penularan melalui transfusi
darah dan kontak seksual. (WHO, 2000; Chin et al, 2000)
Perjalanan penyakit hepatitis A pada seseorang adalah: (WHO, 2000)

 Fase inkubasi 10-50 hari (rata-rata: 28-30 hari), merupakan masa preklinik. Masa
asimptomatik (gejala dan tanda penyakit belum muncul) merupakan masa terjadinya
replikasi virus dengan potensi penularan terbesar.
 Fase prodromal atau preikterik yang terjadi beberapa hari bahkan minggu yang ditandai
dengan demam, lemas, nafsu makan menurun, nyeri abdomen, mual, diare, air seni gelap
seperti teh, dan warna tinja pucat.
 Fase ikterik ditandai jaundice (kekuningan di seluruh badan) dapat dilihat jelas melalui
warna kuning pada konjuctiva mata. Pada fase ini kadar total bilirubin mencapai fase

2 Bidang Surveilans Epidemiologi, BBTKLPP Yogyakarta


ekstrem antara 20-40 mg/l. Secara umum, pasien akan mencari pertolongan medis pada
fase ini. Fase ini muncul kira-kira 10 hari setelah gejala awal muncul. Pada fase ini masa
viremia berhenti tetapi virus di tinja masih tetap ada selama 1-2 minggu kemudian.
 Fase penyembuhan (konvalescent) merupakan masa mulai melambatnya manifestasi
klinik penyakit menuju perbaikan kondisi tubuh.

Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah penularan hepatitis A dengan melakukan
tindakan inactivated virus antara lain: (WHO, 2000).

 Pemanasan hingga suhu 85ºC selama 1 menit


 Pemanasan dengan Autoclave dengan suhu 121 ºC selama 20 menit
 Formalin 8% selama 1 menit dalam suhu 25 ºC
 Chlorinasi dengan kadar sisa chlor 2-2,5mg/l selama 15 menit
 Sodium hypochlorite 3-10 mg/l pada suhu 20 ºC selama 5-15 menit
 Kalium permanganat 30 mg/l selama 5 menit
 Iodine 3 mg/l selama 5 menit
 Produk ikan dari daerah terjangkit dipanaskan pada suhu 90 ºC selama 4 menit atau
dikukus dengan suhu 90 ºC selama 90 detik

Upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah apabila dijumpai kasus di


masyarakat dengan tingkat kepadatan hunian yang tinggi adalah dengan memperbaiki sanitasi
dan memastikan terpenuhinya kebutuhan air bersih yang aman. Pemberian imunoglobulin
secara masal tidak dapat menggantikan upaya perbaikan lingkungan. (Chin et al, 2000)

C. Hasil Penyelidikan.

Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Dayeuhluhur merupakan kecamatan yang berada


di wilayah Kabupaten Cilacap bagian barat. Kedua kecamatan ini sebagian besar penduduknya
lebih mengamalkan budaya Sunda, hal ini dibuktikan dengan digunakannya bahasa Sunda
sebagai bahasa sehari-hari. Masyarakat di wilayah ini lebih banyak berinteraksi dengan
masyarakat di Kota Banjar karena kegiatan perekonomian lebih memungkinkan untuk
dilaksanakan di Kota Banjar. Dibutuhkan waktu kurang dari 15 menit untuk mencapai Kota
Banjar daripada ke kecamatan terdekat (Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap).
(id.wikipedia.org/wiki/dayeuhluhur_cilacap)
Berdasarkan informasi dari Dinkes Kota Banjar, telah terjadi KLB Hepatitis A di wilayah
Kota Banjar pada awal Januari 2013.

a. Kronologi kasus Hepatitis A di Puskesmas Wanareja I, Kab. Cilacap.

3 Bidang Surveilans Epidemiologi, BBTKLPP Yogyakarta


Kasus pertama adalah karyawan RM SR dan keponakanya seorang anak umur 10 thn yang
berobat ke Puskesmas Wanareja I pada tgl 1-2 Februari 2013 dengan gejala klinis demam,
mual, malas makan, lemas, selaput mata kuning (ikterik), dan air kencing seperti air teh.
Berdasarkan penelusuran informasi, diketahui bahwa yang bersangkutan sering pergi
ke Kabupaten Banjar untuk berwisata dan kepergian ke Kota Banjar yang terakhir
adalah 2-4 minggu sebelum sakit (sedang terjadi KLB hepatitis A di Kota Banjar).

b. Kronologi kasus Hepatitis A di lingkungan karyawan PT WBI, wilayah Puskesmas


Dayeuhluhur, Kab. Cilacap.

Kasus pertama diketahui karyawan PT WBI yang berobat ke Puskesmas Dayeuhluhur tgl 2
Februari 2013 dengan gejala klinis demam, mual, malas makan, lemas, selaput mata kuning
(ikterik), dan air kencing seperti air teh. Berdasarkan hasil penelusuran kasus pertama
yang menimpa karyawan WBI diketahui bahwa yang bersangkutan adalah penduduk
Kota banjar dan setiap hari pergi-pulang ke Kota Banjar (diketahui Kota Banjar terjadi
KLB Hepatitis A pada awal Januari 2013).

Dalam perjalananya jumlah kasus terus menyebar dan sampai tanggal 16 Februari jumlah
kasus keseluruhan adalah 43 kasus dan tidak ada kematian. Penyebaran kasus terjadi begitu
cepat, dimasyarakat hal ini dikarenakan;
 Kasus pertama (Ny.X), sebagai karyawan RM SR, pada waktu belum sembuh total telah
mulai kembali bekerja secara aktif di RM kembali, sehingga potensi sebagai sumber
penularan masih tinggi.
 Seorang sopir (pemasok kayu ke PT WBI) yang juga sakit (menderita hepatitis A), sehari
hari membantu istrinya yang bekerja di kantin PT WBI dengan tugas mencuci alat
masak dan alat makan.
 Ada kebiasaan di lingkungan PT WBI terjadi penggunaan alat makan minum secara
bersamaan oleh karyawan.

Gambaran dan karakteristik kasus hepatitis A di Puskesmas Wanareja I dan Puskesmas


Daeyuhlulur (PT WBI) adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Manifestasi klinis Penyakit Di Kecamatan Wanareja dan


Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2013

No Gejala dan Tanda Klinis N Frekwensi

4 Bidang Surveilans Epidemiologi, BBTKLPP Yogyakarta


1 Demam 43 100%
2 Mual 43 100%
3 Nafsu makan menurun 43 100%
4 Sakit Kepala 43 100%
5 Air Kencing seperti teh 43 100%
6 Nyeri ulu hati 43 100%
7 Ikterik 43 100%

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan dokter maka gejala dan tanda klinis khas
berupa demam, kencing seperti teh, dan jaundice mengarah adanya peradangan organ hati
(hepatitis). Sedangkan diagnosa hepatitis A ditegakkan bukan berdasarkan pemeriksaan
laboratorium untuk menentukan adanya antibodi spesifik untuk hepatitis A. Diagnosa hepatitis A
di lapangan ditegakkan berdasarkan data-data epidemiologis yang mendasarinya. Data-data
epidemiologis tersebut antara lain kasus muncul secara bersamaan dalam satu masa inkubasi
setelah adanya kontak dengan kasus di daerah terjangkit. Informasi yang diperoleh dari Dinkes
Kota Banjar adalah terjadinya peningkatan kasus hepatitis A di wilayah kerjanya.

Karakteristik kasus berdasarkan jenis kelamin dan usia dikelompokkan dalam distribusi
kasus menurut jenis kelamin dan usia.
Tabel 2. Distribusi Kasus Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
≤5 6-10 11-15 16-20 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50
L 0 1 1 9 6 6 3 1 0 0
P 1 1 1 1 2 3 1 3 2 1

Distribusi kasus hepatitis A yang terjadi di Kabupaten Cilacap berdasarkan wilayah kerja
Puskesmas Wanareja dan Puskesmas Dayeuhluhur adalah:

5 Bidang Surveilans Epidemiologi, BBTKLPP Yogyakarta


Gambar 1. Kurve Epidemik Hepatitis A di Kecamatan Wanareja,
Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2013

Gambar 2. Kurve Epidemik Hepatitis A di PT WBI (Puskesmas Dayeuhluhur)


Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2013

Berdasarkan kedua pola gambar diatas maka kejadian hepatitis A di Kabupaten Cilacap
memiliki pola propagated (person to person). Gambaran propagated adalah outbreak yang
terjadi bila kasus penyakit menjadi sumber penularan bagi kasus berikutnya dan kasus
berikutnya akan menjadi sumber infeksi bagi kasus berikutnya lagi dan demikian seterusnya,
apabila tidak ada tindakan nyata dalam memutus mata rantai penularannya. (Murti.B, 2011)

6 Bidang Surveilans Epidemiologi, BBTKLPP Yogyakarta


Berdasarkan wawancara mendalam dari kasus tentang perilaku cara cuci tangan
setelah BAB dapat diketahui bahwa 100% kasus tidak melakukan cuci tangan dengan sabun
setelah BAB. Kondisi ini potensial untuk menularkan virus kepada orang lain melalui tangan
yang terkontaminasi tinja infeksius. Hasil inspeksi sanitasi menunjukkan sumur gali sebagai
sumber air bersih penduduk tidak aman karena tidak tertutup dengan baik, cincin dinding sumur
tidak sampai dalam, warna air keruh, dan lantai sumur retak yang memungkinkan merembes ke
air sumur. Hasil wawancara air sumur gali tidak digunakan sebagai sumber air minum kasus
karena selama ini air minum kasus dan keluarga memanfaatkan air kemasan. Walaupun
demikian air sumur gali dimanfaatkan untuk mencuci alat makan-minum, mandi, sikat gigi, serta
mencuci bahan makanan tetap berisiko menjadi media penularan penyakit khususnya yang
ditularkan lewat air (water borne disease).

D. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Jenis spesimen pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mengidentifikasi virus penyebab


hepatitis serta untuk mengidentifikasi media penularan penyakit. Pemeriksaan laboratorium
memanfaatkan teknologi biomolekuler untuk mengidentifikasi keberadaan virus Hepatitis A pada
spesimen yang diperiksa. Hasil pemeriksaan yang ada saat ini masih merupakan
pemeriksaan awal (sementara). Pemeriksaan final untuk memperoleh hasil yang lebih
akurat memerlukan waktu lebih lama. Oleh karena itu diputuskan walaupun hasil
pemeriksaan laboratorium masih belum final, perlu segera disampaikan untuk membuat
rekomendasi upaya memutus mata rantai penularan.

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Sementara Spesimen Makanan, Sumber Air Bersih,
Swab, dan Darah Di Kabupaten Cilacap, Tahun 2013
No Spesimen Hasil Puskesmas Lokasi
1 Swab dubur Ibu W Positif Wanareja I RM SR
Sumber Air (kran) Belum keluar
Lalapan (kemangi, kol) Negatif
Nasi Sup Negatif
2 Usap alat makan bersih Negatif Dayeuhluhur Kantin PT WBI
Swab dubur Ibu T Positif
(suami:kasus HA)
Swab dubur Sdr N Negatif
Makanan Belum keluar
3 Swab dubur Sdr D Positif Wanareja I Rumah Kasus

7 Bidang Surveilans Epidemiologi, BBTKLPP Yogyakarta


Serum Darah sdr D Positif (Madura RW 6, RT 2)
Swab dubur Ibu Y (Ortu D) Mengarah +
Serum Darah Ibu Y (ortu D) Mengarah +
4 Swab dubur Ibu K Negatif Wanareja I Rumah Kasus
Swab alat makan Ibu K Positif
(Madura RW 14, RT 2)
5 Usap alat makan An I Positif Wanareja I Rumah Kasus
Sisa Makanan An I Positif
(Madura RW 14, RT 2)
Air Sumur Gali keluarga Positif
6 Serum darah An R Positif Wanareja I Rumah Kasus
Swab dubur An R Positif (Madura RW 14, RT 6)

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dapat diketahui bahwa penyebab hepatitis di


wilayah kerja Puskesmas Wanareja I dan karyawan PT WBI adalah virus hepatitis A.
Pemeriksaan laboratorium dengan spesimen lingkungan menunjukkan hasil positif pada sampel
sisa makanan dan bekas alat makan kasus, kondisi ini menunjukkan adanya penularan
penyakit melalui media makanan/ lingkungan. Oleh karena itu diperlukan tindakan nyata untuk
segera memutus mata rantai penularan penyakit karena hepatitis A mudah sekali ditularkan ke
orang lain melalui media lingkungan yang biasa dipergunakan sehari-hari.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penyelidikan dan hasil pemeriksaan laboratorium maka dapat


disimpulkan bahwa:
 Telah terjadi kejadian luar biasa Hepatitis A di Kabupaten Cilacap khususnya di wilayah
kerja Puskesmas Wanareja I dan Puskesmas Dayeuhluhur (PT WBI)
 Hepatitis A yang terjadi di PT WBI, Puskesmas Dayeuhluhur berawal dari 2 kasus HA yang
bertempat tinggal di Kota Banjar, Provinsi Jawa Barat (daerah terjangkit HA pada Bulan
Januari) dan kesehariannya bekerja di PT WBI
 Hepatitis A yang terjadi di masyarakat wilayah kerja Puskesmas Wanareja I berawal dari
seorang anak yang sering bermain di taman wisata air daerah terjangkit (Kota Banjar) 2-4
minggu sebelum sakit/ muncul gejala.
 Faktor lingkungan dapat menjadi media penularan Hepatitis A melalui lingkungan (alat
makan, makanan-minuman, dan sumber air)

F. Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan berkaitan dengan KLB Hepatitis A di wilayah kerja
Puskesmas Wanareja dan lingkungan PT WBI adalah:

8 Bidang Surveilans Epidemiologi, BBTKLPP Yogyakarta


 Menghentikan sementara kegiatan di kantin PT WBI untuk memutus mata rantai penularan
Hepatitis A
 Mengharuskan karyawan PT WBI membawa makanan-minuman secukupnya sebagai
bekal selama bekerja
 Mewajibkan karyawan PT WBI untuk menggunakan alat makan pribadi yang dibawa dari
rumah serta melarang menggunakan alat makan-minum bukan miliknya
 Melakukan khlorinasi serentak sumber air bersih di Desa Madura, Kecamatan Wanareja
 Melakukan penyuluhan kepada perangkat desa dan masyarakat umum tentang penularan
hepatitis A dan perlunya menerapkan pola hidup bersih dan sehat disertai selalu mencuci
tangan dengan sabun setiap habis buang air kecil dan besar dan setiap mau makan dan
minum.
 Melarang karyawan sedang sakit hepatitis A masuk kerja terutama bagi karyawan di rumah
makan untuk beristirahat di rumah minimal 2 minggu setelah gejala awal hilang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wikipedia,2013.Dayeuhluhur,Cilacap.http://id.wikipedia.org/wikipedi/dayeuhluhur_
cilacap

2. WHO, 2000. Hepatitis A. World Health Organization. Department of Communicable


Disease Surveillance and Response. http://www.who.int/csr/disease/hepatitis/HepatitisA,
diakses tanggal 18 Februari 2013.

3. Chin et.al, 2000. Control of Communicable Diseases Manual. Page: 238-243.

4. Murti B., 2011. Bab 6. Investigasi Outbreak. Hal: 1-14.


http://fk.uns.ac.id/static/materi/Investigasi_Outbreak_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf, diakses
tanggal 18 Februari 2013.

9 Bidang Surveilans Epidemiologi, BBTKLPP Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai