Anda di halaman 1dari 10

Seorang fisiologis berkebangsaan Inggris, F. F.

Blackman, mengadakan percobaan dengan


melakukan penyinaran secara terus-menerus pada tumbuhan Elodea Sejenis tanaman hias hidrofit

 Ternyata, ada saat dimana laju fotosintesis tidak meningkat sejalan dengan meningkat nya
penyinaran.
 Akhirnya, Blackman menarik kesimpulan bahwa paling tidak ada dua proses berlainan yang
terlibat dalam fotosintesis
 Ada reaksi yang memerlukan cahaya dan ada reaksi yang tidak memerlukan cahaya.
 Baru kemudian hari muncul Reaksi terang dan Reaksi gelap fotosintesis
 Yang terakhir meskipun dinamai reaksi gelap, namun dapat berlangsung terus saat
keadaan terang.
 Teori ini diperkuat dengan mengulangi percobaan pada temperatur yang agak lebih
tinggi. Seperti diketahui, kebanyakan reaksi kimia berjalan lebih cepat pada suhu lebih tinggi
(sampai suhu tertentu). Pada suhu 35°C, laju fotosintesis tidak menurun sampai ada
intensitas cahaya yang lebih tinggi.
 Hal ini menunjukkan bahwa reaksi gelap kini berjalan lebih cepat.
 Faktor bahwa pada intensitas cahaya yang rendah laju fotosintesis itu tidak lebih
besar pada 35°C dibandingkan pada 20°C juga menunjang gagasan bahwa yang menjadi
pembatas pada proses ini adalah reaksi terang.
 Reaksi terang ini tidak tergantung pada suhu, tetapi hanya tergantung pada
intensitas penyinaran.
 Laju fotosintesis yang meningkat dengan naiknya suhu tidak terjadi jika suplai
CO2 terbatas.
 Jadi, konsentrasi CO2 harus ditambahkan sebagai faktor ketiga yang mengatur laju
fotosintesis itu berlangsung. OK

Jadi, secara umum fotosintesis terbagi menjadi dua tahap reaksi:


1.Reaksi Terang, yang membutuhkan cahaya
2.Reaksi Gelap, yang tidak membutuhkan cahaya

REAKSI TERANG

 Reaksi yang merupakan tahapan awal dari system fotosintesis


 Reaksi ini memerlukan bahan utama molekul air (H2O)
 Reaksi sangat bergantung kepada ketersediaan energi dari foton / sinar matahari.
 Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen fotosintetik chlorofil
sebagai antena / akseptor cahaya.
 Sinar matahari yang berupa foton yang terbaik adalah sinar merah dan ungu
 Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna ungu (400-
450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-
600 nanometer).
 Untuk cahaya hijau (550 nm) akan dipantulkan oleh daun dan ditangkap oleh
mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau.
 Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya
dengan panjang tertentu.
 Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi.
 Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpul kan
pada pusat-pusat reaksi
 Reaksi ini melibatkan beberapa kompleks protein dari membran tilakoid berupa pigmen yang
terdiri dari sistem cahaya yang disebut fotosistem

FOTOSISTEM ( PHOTOSYSTEM)

 Ada dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi
 Pusat reaksi yang sekaligus sebagai akseptor foton itu disebut fotosistem
 Fotosistem yang ada kemudian dikenal dengan fotosistem II dan fotosistem I.
 Fotosistem I dan II ini mempunyai katakter bisa sebagai sistem pembawa elektron terdapat
perangkat komplek protein pembentuk ATP berupa enzim ATP sintase.dan sistem reseptor cahaya
(antena) penangkap cahaya / foton
 Fotosistem I antenanya mampu menangkap cahaya dengan panjang gelombang 700
nm dan PSII antenanya mampu menangkap cahaya dengan panjang gelombang 680 nm

FOTOSISTEM I

 Fotosistem I mampu menangkap dengan baik foton dengan panjang gelombang


700 nanometer yang kemudian disebut P = 700 ( P= Photosistem), tidak terlibat pada
proses pelepasan O2.
 Fotosistem-I merupakan suatu partikel yang disusun sekitar 200 molekul Klorofil-
a, 50 molekul Klorofil-b, 50-200 karotenoid, dan 1 molekul penerima energi matahari
yang disebut dengan P700.
 Energi matahari (foton) yang ditangkap oleh pigmen, dipindahkan melalui
beberapa molekul pigmen, yang akhirnya diterima oleh P700
 Fotosistem I ini menghasilkan ATP saja

FOTOSISTEM II

 Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang
gelombang 680 nanometer, yang kemudian dikenal dengan P 680
 Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua
baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat pencahayaan
 Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem
II(P.680)
 Fotosistem II melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai
transpor elektron.
 Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP ,
satuan pertukaran energi dalam sel.
 Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan
elektron yang harus segera diganti.
 Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari
hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil.
 Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen.
 Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon
dioksida
 Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi
fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron
yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH

Jadi Kesimpulan yang didapat dari data


1. Photosistem I (P 700) menhasilkan ATP , Photosistem 1 ini bersifat
siklik
2. Phoyosistem II (P 680) menghasilkan Oksigen dan NADPH2 , non
sikllik
 Reaksi terang mengubah energi cahaya menjadi energi kimia, juga menghasilkan oksigen
dan ATP dari ADP dan NADP+ menjadi energi pembawa ion H + menjadi NADPH2.maka dua sumber
energi ini kemudian di transfer ke reaksi lainnya
 Jadi ATP dan NADPH2 inilah yang nanti akan digunakan sebagai energi dalam reaksi gelap
di stroma kloroplast
 Perlu diketahui pusat Reaksi terang pada kloroplast ini terjadi di tilakoid, yaitu struktur
cakram yang terbentuk dari pelipatan membran dalam kloroplas.
 Membran tilakoid menangkap energi cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia. Jika
ada bertumpuk-tumpuk tilakoid, maka disebut grana

Fotofosforilasi Siklik

 Reaksi fotofosforilasi siklik adalah reaksi yang hanya melibatkan satu fotosistem,
yaitu fotosistem I. yang bisa menangkap foton 700 nm (P 700)
 Dalam fotofosforilasi siklik, pergerakan elektron dimulai dari fotosistem I dan berakhir
di fotosistem I , namun ada elektron yang terlontar mendukung Potosistem 2
 Fotofosforilasi siklik ini menghasilkan ATP

 Pertama, energi cahaya, yang dihasilkan oleh matahari, membuat elektron-elektron di P700
menjadi aktif karena rangsangan dari luar
 elektron yang terbentuk itu kemudian keluar menuju akseptor elektron primer kemudian menuju
rantai transpor elektron.
 Karena P700 mentransfer elektronnya ke akseptor elektron, P700 mengalami defisiensi
elektron dan tidak dapat melaksanakan fungsinya.
 Selama perpindahan elektron dari akseptor satu ke akseptor lain, selalu terjadi transformasi
hidrogen bersama-sama elektron pada fotosistem P 700 itu
 Rantai transpor ini menghasilkan gaya penggerak proton, yang memompa ion H+melewati
membran, yang kemudian menghasilkan gradien konsentrasi yang dapat digunakan untuk
menggerakkan sintase ATP selama kemiosmosis, yang kemudian menghasilkan ATP.
 Dari rantai transpor, elektron kembali ke fotosistem I. Dengan kembalinya elektron ke
fotosistem I, maka fotosistem I dapat kembali melaksanakan fungsinya lagi
 Fotofosforilasi siklik terjadi pada beberapa bakteri, dan juga terjadi pada semua organisme
fotoautotrof.

Fotofosforilasi Nonsiklik
 Reaksi fotofosforilasi nonsiklik adalah reaksi dua tahap yang melibatkan dua
fotosistem klorofil yang berbeda, yaitu fotosistem I dan II.
 Dalam fotofosforilasi nonsiklik, pergerakan elektron dimulai di fotosistem II, tetapi
elektron tidak kembali lagi ke fotosistem II.

 Mula-mula, molekul air diurai menjadi 2H+ + 1/2O2 + 2e-.


 Dua elektron dari molekul air tersimpan di fotosistem II,
 Sedang ion H+ akan digunakan pada reaksi yang lain
 dan O2 akan dilepaskan ke udara bebas.
 Karena tersinari oleh cahaya matahari, dua elektron yang ada di P680 menjadi tereksitasi dan
keluar menuju akseptor elektron primer.
 Setelah terjadi transfer elektron, P680 menjadi defisiensi elektron, tetapi dapat cepat
dipulihkan berkat elektron dari hasil penguraian air tadi.
 Setelah itu mereka bergerak lagi ke rantai transpor elektron, yang membawa mereka
melewati pheophytin, plastoquinon, komplek sitokrom b6f, plastosianin, dan akhirnya sampai di
fotosistem I, tepatnya di P700.
 Perjalanan elektron diatas disebut juga dengan "skema Z".
 Sepanjang perjalanan di rantai transpor, dua elektron tersebut mengeluarkan energi untuk
reaksi sintesis kemiosmotik ATP, yang kemudian menghasilkan ATP.
 Sesampainya di fotosistem I, dua elektron tersebut mendapat pasokan tenaga yang cukup besar
dari cahaya matahari.
 Kemudian elektron itu bergerak ke molekul akseptor, feredoksin, dan akhirnya sampai di ujung
rantai transpor, dimana dua elektron tersebut telah ditunggu oleh NADP+ dan H+, yang berasal dari
penguraian air.
 Dengan bantuan suatu enzim bernama Feredoksin-NADP reduktase, disingkat FNR, NADP+, H+,
dan elektron tersebut menjalani suatu reaksi:
 NADP+ + H+ + 2e- —> NADPH
 NADPH, sebagai hasil reaksi diatas, akan digunakan dalam reaksi Calvin-Benson, atau
reaksi gelap.
Fotofosforilasi siklik dan fotofosforilasi nonsiklik memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu sebagai
berikut

Reaksi Gelap

 Reaksi gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam fotosintesis.
 Reaksi ini tidak membutuhkan cahaya. Reaksi gelap terjadi pada bagian kloroplas yang
disebut stroma.
 Bahan reaksi gelap adalah ATP dan NADPH, yang dihasilkan dari reaksi terang, dan CO2, yang
berasal dari udara bebas.
 Dari reaksi gelap ini, dihasilkan glukosa (C6H12O6), yang sangat diperlukan bagi reaksi
katabolisme.
 Reaksi ini ditemukan oleh Melvin Calvin dan Andrew Benson, karena itu reaksi gelap disebut
juga reaksi Calvin-Benson.
 Salah satu substansi penting dalam proses ini ialah senyawa gula beratom karbon lima yang
terfosforilasi yaitu ribulosa fosfat.
 Jika diberikan gugus fosfat kedua dari ATP maka dihasilkan ribulosa difosfat (RDP). Ribulosa
difosfat ini yang nantinya akan mengikat CO2 dalam reaksi gelap.
 Secara umum, reaksi gelap dapat dibagi menjadi tiga tahapan (fase), yaitu fiksasi, reduksi, dan
regenerasi.

 Pada fase fiksasi, 6 molekul ribulosa difosfat mengikat 6 molekul CO2 dari udara dan membentuk
6 molekul beratom C6 yang tidak stabil
 6 molekul beratom C6 yang tidak stabil itu kemudian pecah menjadi 12 molekul beratom C3 yang
dikenal dengan 3-asam fosfogliserat (APG/PGA).
 Selanjutnya, 3-asam fosfogliserat ini mendapat tambahan 12 gugus fosfat, dan membentuk 1,3-
bifosfogliserat (PGA 1.3 biphosphat).
 Kemudian, 1,3-bifosfogliserat masuk ke dalam fase reduksi, dimana senyawa ini direduksi oleh
H+ dari NADPH, yang kemudian berubah menjadi NADP+, dan terbentuklah 12
molekul fosfogliseraldehid (PGAL) yang beratom 3C.
 Selanjutnya terjadi sintesa , 2 molekul fosfogliseraldehid melepaskan diri dan menyatukan diri
menjadi 1 molekul glukosayang beratom 6C (C6H12O6).
 10 molekul fosfogliseraldehid yang tersisa kemudian masuk ke dalam fase regenerasi, yaitu
pembentukan kembali ribulosa difosfat.(RDP/RuBP)
 Pada fase ini, 10 molekul fosfogliseraldehid berubah menjadi 6 molekul ribulosa fosfat. Jika
mendapat tambahan gugus fosfat, maka ribulosa fosfat akan berubah menjadi ribulosa difosfat (RDP),
 RDP/RuBP kemudian kembali akan mengikat CO2 lagi , begitu setrusnya.
 OK Gampang to

 Dalam fotosynthesis kebutuhan karbon dioksida (CO2) pada reaksi gelap , akan dipenuhi dari
udara yang masuk melalui stomata tanaman

 Pada kebanyakan tanaman, fotosintesis berfluktuasi sepanjang hari sebagai stomata membuka
dan menutup.
 Biasanya, stomata terbuka di pagi hari, menutup pada tengah hari, membuka kembali di sore
hari, dan ditutup untuk baik di malam hari.
 Karbon dioksida yang berlimpah di udara, sehingga tidak menjadi faktor pembatas dalam
pertumbuhan tanaman.
 Pada sistem penanaman tanaman dengan Greenhouse tertutup rapat mungkin tidak cukup
memungkinkan udara luar untuk masuk dan dengan demikian mungkin kurangnya karbon dioksida yang
cukup untuk pertumbuhan tanaman.
 Karbon dioksida generator digunakan untuk menghasilkan CO2 di rumah kaca untuk tanaman
komersial seperti mawar, anyelir, dan tomat.
 Dalam rumah kaca rumah yang lebih kecil, es kering adalah sumber yang efektif dari CO2.

FAKTOR PEMBATAS FOTOSINTESIS

 Faktor penentu laju fotosintesis


 Reaksi gelap ini menghasilkan APG (asam fosfogliserat), ALPG (fosfogliseraldehid), RDP
(ribulosa difosfat), dan glukosa (C6H12O6).
Dalam fotosynthesis kebutuhan karbon dioksida (CO2) pada reaksi gelap , akan dipenuhi dari udara yang
masuk melalui stomata tanaman

 Pada kebanyakan tanaman, fotosintesis berfluktuasi sepanjang hari sebagai stomata membuka
dan menutup.
 Biasanya, stomata terbuka di pagi hari, menutup pada tengah hari, membuka kembali di sore
hari, dan ditutup untuk baik di malam hari.
 Karbon dioksida yang berlimpah di udara, sehingga tidak menjadi faktor pembatas dalam
pertumbuhan tanaman.
 Pada sistem penanaman tanaman dengan Greenhouse tertutup rapat mungkin tidak cukup
memungkinkan udara luar untuk masuk dan dengan demikian mungkin kurangnya karbon dioksida yang
cukup untuk pertumbuhan tanaman.
 Karbon dioksida generator digunakan untuk menghasilkan CO2 di rumah kaca untuk tanaman
komersial seperti mawar, anyelir, dan tomat.
 Dalam rumah kaca rumah yang lebih kecil, es kering adalah sumber yang efektif dari CO2.
FAKTOR PEMBATAS FOTOSINTESIS

Faktor penentu laju fotosintesis


Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis:Intensitas cahaya

Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.

1. Konsentrasi karbon dioksida Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak
jumlah bahan yang dapt
digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
2. Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja
pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
3. Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat
penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
4. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan
naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju
fotosintesis akan berkurang.
5. Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada
tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini
mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi
dan makanan untuk tumbuh.
Dengan terbentuknya Glukosa sebagai hasil akhir Fotosintesis nya , akan dirubah menjadi Amylum dan
kemudian dimanfaatkan menjadi berbagai bentuk karbohidrat . Supaya tidak setengah setengah
memahaminya Karbohidrat ini di kelompokkan menjadi berbagai bentuk yaitu berdasarkan gugus
gulanya. dan tentu secara pasti apapun bentuknya karbohidrat itu mutlak berasal dari Hasil fotosintesis
Tumbuhan OK
Berdasar panjang rantai karbon, karbohidrat dibagi 3, yaitu:

1. Monosakarida Merupakan karbohidrat yang tidak bisa dihidrolisis menjadi bentuk yang
lebih sederhana dibagi menjadi triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, heptosa. Heksosa dalam tubuh
antara lain glukosa, galaktosa, fruktosa dan manosa.
2. Oligosakarida Menghasilkan 2 - 6 monosakarida melalui hidrolisis. Oligosakarida yang
penting dalam tubuh adalah disakarida yang menghasilkan 2 monosakarida jika dihidrolisis,
contoh disakarida antara lain: sukrosa (gula pasir), laktosa (gula susu), dan maltosa (gula
gandum). Hidrolisis sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa. Hidrolisis laktosa menghasilkan
galaktosa dan glukosa. Hidrolisis maltosa menghasilkan dua molekul glukosa.
3. PolisakaridaMenghasilkan lebih dari 6 monosakarida melalui hidrolisis. Contoh: pati,
glikogen, selulosa, dekstrin.

Anda mungkin juga menyukai