Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH KURANGNYA WAWASAN TERHADAP TINDAKAN ANTISIPASI


TSUNAMI DI SULAWESI SELATAN

OLEH :

AYU LESTARI

1615140002

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana adalah kejadian yang dapat menimbulkan kerusakan alam yang juga
disebabkan oleh alam itu sendiri. Seperti gempa, tsunami, tanah longsor dan
sebagainya. Dari definisi bencana alam, tsunami adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan cara tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh tiga sebab, yaitu gempa bumi,
letusan gunung api, dan longsoran.

Tsunami ialah gelombang besar air laut yang bisa menghancurkan apa saja yang
dilaluinya. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan
karena hantaman air ataupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang ditimbulkan tsunami adalah merusak semua yang telah
dilewatinya. Bangunan, tumbuhan atau tanaman, dan mengakibatkan korban jiwa serta
menyebabkan genangan, pencemaran air asin terhadap lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.

Oleh karena itu, tsunami merupakan bencana alam yang sangat berbahaya dan
tidak bisa dicegah oleh manusia karena penyebab dari tsunami sendiri adalah dari alam
dan atas kehendak dari Yang Maha Kuasa. Kita sebagai manusia hanya bisa pasrah dan
melakukan beberapa tindakan antisipasi. Namun, banyak masyarakat yang minim
wawasannya akan bencana tsunami. Hal itulah yang mendorong kami untuk
mengetahui tentang “Pengaruh Kurangnya Wawasan Terhadap Tindakan Antisipasi
Tsunami”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang ada, maka dapat disimpulkan yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan bencana alam?

2. Apa yang dimaksud dengan tsunami?

3. Bagaimana persebaran tingkat terjadinya tsunami di setiap wilayah di Indonesia?


4. Bagaimana tindakan antisipasi yang dapat dilakukan sebelum terjadi bencana
tsunami?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan penelitian, yaitu :

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bencana.

2. Mengetahui tentang tsunami.

3. Menggambarkan persebaran tingkat terjadiya tsunami di setiap wilayah di


Indonesia.

4. Mengetahui cara atau tindakan antisipasi yang dapat dilakukan sebelum terjadi
bencana tsunami.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan tentang bagaimana


bencana alam itu khususnya tsunami bagi masyarakat.

2. Bagi masyarakat, dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat


belajar untuk memahami tindakan antisipasi sebelum terjadinya bencana tsunami.

3. Bagi pemerintah dapat memberikan himbauan kepada masyarakat untuk


mengetahui tindakan antisipasi sebelum terjadinya bencana tsunami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Bencana Alam
Menurut Frangki (2016), bencana alam adalah kejadian yang mempunyai efek
dan juga dapat menyebabkan berkurangnya jumlah. Peristiwa alam yang dimaksud
dapat berupa gempa, letusan gunung berapi, banjir, tsunami, tanah longsor, angin topan
atau angin puting beliung, kebakaran hutan, kekeringan, dan lain-lain. Dijelaskan
bahwa jenis-jenis bencana alam terbagi menjadi tiga, yaitu : (1) Bencana Alam
Meteorologi atau Hidrometeorologi, adalah bencana alam yang memiliki hubungan
dengan iklim. Bencana ala mini tidak terjadi pada suatu tempat khusus. Bencana alam
yang bersifat meteorologist yang paling sering terjadi misalnya seperti banjir dan
kekeringan diberbagai daerah di bumi. (2) Bencana Alam Geologi, merupakan bencana
alam yang tempat terjadinya dipermukaan bumi seperti tsunami, gunung meletus,
gempa bumi, dan tanah longsor. Dan (3) Bencana Alam Ekstra-Terestrial, adalah
bencana alam yang terjadi di luar angkasa. Bencana dari luar angkasa merupakan
datangnya berbagai jenis benda langit misalnya seperti asteroid atau ganguan badai
matahari.
Bencana merupakan peristiwa atau serangkaian peristiwa yang dapat mengancam
atau mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
alam dan ataupun faktor manusia itu sendiri sehingga bisa menimbulkan korban jiwa,
rusaknya lingkungan, kehilangan atau rugi harta benda, dan ancaman gangguan
psikologis. Jadi bencana adalah serangkaian peristiwa yang bisa mengancam atau
mengganggu kehidupan manusia yang bersumber dari alam (Menurut Dodirullyanda,
2017).
Nurdiansyah (2013), bencana alam merupakan salah satu kejadian atau peristiwa
pada alam yang berdampak bisa mengakibatkan jumlah populasi manusia bekurang.
Macam-macam bencana alam bisa berupa letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor,
gempa bumi, tsunami, kebanjiran, kebakaran hutan, angin putting beliung atau angin
topan, kekeringan dan lainnya.
2. Tsunami

Istilah tsunami pertama kali didengar dalam bahasa Jepang. Tsu berarti
“pelabuhan” dan name yang artinya “gelombang” sehingga tsunami dapat diartikan
sebagai “gelombang pelabuhan”. Istilah ini pertama kali digunakan oleh para nelayan di
Jepang. Karena panjang gelombang tsunami sangat besar saat berada di tengah laut,
namun para nelayan tidak merasakannya. Namun, saat mereka kembali ke pelabuhan
dan melihat sekitar pelabuhan telah hancur porak-poranda. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa gelombang hanya di rasakan di bagian pelabuhan dan tidak akan berefek pada
bagian laut lepas. Tsunami merupakan sebuah ombak yang terjadi setelah gempa bumi
atau gempa laut, gunung merapi meletus dan hamtaman meteor di laut. Tsunami tidak
terlihat pada saat berada jauh di laut lepas, namun pada saat akan mencapai daratan
gelombangnya akan terlihat semakin cepat dan semakin besar. Dampak negatif yang
ditimbulkan selepas tsunami adalah merusak apa saja yang telah dilaluinya
(Sugito,2008). Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang selalu senantiasa
memberikan ancaman kepada penduduk pesisir. Walaupun jarang terjadi, namun
mengakibatkan daya hancur yang besar membuat tsunami harus diperhitungkan. (Islam,
2014)

Tsunami Banyuwangi (1994), tsunami Papua (2002), tsunami Aceh (2004), dan
yang paling akhir adalah tsunami Fukusima, Jepang (2011) adalah sekedar contoh
bahwa tsunami bisa terjadi dimanapun dan kapanpun. Kemajuan teknologi belum
mampu mengantisipasi kapan tepatnya setiap bencana itu datang. Karena karakteristik
bencana tersebut adalah ‘unpredictable’ maka satu-satunya pilihan yang logis dan
rasional adalah mengupayakan agar dampak bencana tersebut bisa diminimalisir
(Priyowidodo, 2013).

3. Sistem Peringatan Dini


Menurut Priyowidodo (2013), Berdasarkan UU No.24 Tahun 2007 spektrum
bencana cukup luas. Maka diperlukan kerjasama yang intens antara institusi
kebencanaan baik di pusat atau di daerah. Mereka harus mampu bekerjasama dalam
semua (empat) lini tahapan dengan masyarakat. Empat tahapan tersebut yaitu tahap
pertama kesiap-siagaan (perencanaan siaga, peringatan dini), tahap kedua tanggap
darurat (kajian darurat, rencana operasional, bantuan darurat), tahap ketiga pasca
darurat (pemulihan, rehabilitasi, penuntasan, pembangunan kembali), tahap keempat
pencegahan dan mitigasi atau penjinakan dapat secara simultan dilaksanakan dengan
peran aktif masyarakat. Dari empat tahap tersebut, yang paling mungkin melibatkan
masyarakat adalah tahapan langkah-langkah pencegahan dan mitigasi. Penanganan
bencana berbasis masyarakat (community based disaster management) ini, bakal jauh
lebih efektif dibandingkan badan-badan formal bentukan negara. Namun juga tidak
berarti lembaga formal itu tidak penting. Institusi tersebut tetap memiliki peran sebagai
manifestasi kehadiran Negara ketika rakyat berada pada situasi kritis. Bahwa setiap
bencana membawa korban baik manusia maupun harta benda adalah fakta. Tetapi
apapun jenis bencana, sebelum ia datang selalu ada pertanda. Disinilah urgensinya
memahami secara benar dan akurat setiap pertanda yang datang. Maka tentu yang
diperlukan adalah pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan bagaimana masyarakat
terutama di wilayah rawan bencana tersebut mempersiapkan langkah-langkah
antisipatif kedatangan bencana itu.
Menurut Baeda (2012), pulau Sulawesi sebagai pulau dengan intensitas penduduk
tertinggi di Kawasan Timur Indonesia menjadi prioritas utama kajian; terlebih juga
karena posisinya sebagai sentra perdagangan di Kawasan Timur Indonesia tersebut.
Gempa dan tsunami yang potensial dapat terjadi di sekitar Pulau Sulawesi harus dapat
dipetakan, guna menentukan tindakan yang tepat dalam menghadapi dua bencana alam
tersebut. Khusus tentang tsunami, ketepatan tindakan akan memperlihatkan tingkat
keberhasilan mitigasi bencana yang dipakai. Berkenaan dengan mitigasi tsunami,
sampai saat ini belum pernah dilakukan pemodelan khusus tentang potensialitas
tsunami secara menyeluruh di Pulau Sulawesi. Dengan menyatukan semua aspek, yakni
lokasi, intensitas dan dimensi patahan serta pola bathymetri, terlihat bahwa Perairan
Utara, Selatan dan Timur dari North Arm di Pulau Sulawesi dan dapat dinyatakan
sebagai area potensi seismik dan tsunami di masa mendatang. Berkenaan dengan
tsunami di garis pantai, khususnya pada rentang waktu propagasi gelombang dari
episenter ke bibir pantai dan visibilitas mata telanjang, terlihat bahwa gelombang yang
tiba di perairan dengan pola kedalaman yang curam akan lebih mudah terlihat
dibanding dengan perairan dengan pola kedalaman yang landai. Sayangnya, dua tipe
pantai ini terbagi cukup merata di pantai Utara dan Timur dari North Arm, yang pada
akhirnya membuat sulitnya menentukan jenis perlindungan pantai yang cocok untuk
areal tersebut. Untuk alasan ini diperlukan penelitian lanjut mengenai perlindungan
pantai yang cocok untuk bahaya tsunami, khususnya untuk daerah North Arm di Pulau
Sulawesi tersebut.
B. Kerangka Berpikir
Penelitian ini membahas pengaruh kurangnya wawasan tentang tsunami terhadap
memahami tsunami, baik penyebab, tanda - tanda, maupun sifat tsunami, dapat
dilakukan dengan penyuluhan terhadap warga melalui pertemuan RT, mencari,
memperoleh, dan berbagi informasi dari berbagai sumber, termasuk kisah korban
tsunami, buku, media elektronik, dan lain - lain.

Daerah rawan gempa dan


tsunami di Sulawesi Selatan

Wawasan tentang tsunami Tindakan antisipasi tsunami

Kesimpulan

Gambar 2.1, Kerangka berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Pinrang, Kota Pare-pare, Kabupaten
Barru, Kabupaten Pangkajene, Kota Makassar, dan Kabupaten Takalar di Provinsi
Sulawesi Selatan.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif, yaitu menjelaskan,
menggambarkan atau menganalisis secara sistematis tentang data wawasan masyarakat
terhadap tsunami yang telah diperoleh.

C. Variabel Penelitian
Variabel merupakan indicator penting yang menentukan keberhasilan penelitian,
variabel secara sederhana diartikan sebagai ciri dari individu, objek gejala, peristiwa
yang dapat diukur. Hasil pengukuran suatu variabel bisa konstan atau tetap juga
berubah-ubah. Hal ini tergantung dari sikap variabel. Adapun variabel-variabel yang
akan diteliti yaitu diantaranya :
a. Data terjadinya Tsunammi
b. Pengetahuan tentang Tsunami

D. Populasi
Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak
terbatas. Populasi dalam penelitian ini adalah Kota dan Kabupaten yang terdiri dari 6
Kota dan Kabupaten. Adapun yang menjadi populasi dari penelitian adalah adalah
warga yang tinggal di sekitar pesisir.

E. Sampel
Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu
populasi. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Purposif Sampeling,
yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data
dianggap paling tahu tentang apa yang dibutuhkan sehingga memudahkan peneliti.
Sampel dalam penelitian ini yaitu, 100 orang dari tiap kabupaten atau kota yang
bertempat tinggal diwilayah pesisir.

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Data primer diperoleh dari survey lapangan menyangkut objek yang akan diteliti
dan disesuaikan dengan kebutuhan.data dikumpulkan dengan menggunakan :
pengamatan atau observasi, kuisioner, wawancara, dan dokumentasi.
2. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran atau studi pustaka dari berbagai
arsip-arsip penelitian, artikel-artikel, dokumen-dokumen, dan buku-buku yang
terkait dalam penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menganalisis data
primer yang dikumpulkan melalui kuisioner yang telah dibuat terlebih dahulu yang
memuat daftar pertanyaan yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang diperoleh
diklasifikasi, ditabulasi, dan diolah sesuai dengan alat analisis yang digunakan. Teknik
analisis yang digunakan yaitu teknik analisis statistic deskriptif, yaitu data yang telah
diperoleh dalam penelitian dibuat dalam tabel dan dihitung persentasenya. Dari tabel
tersebut kemudian dianalisis untuk menjelaskan suatu gejala atau fenomena serta
menyimpulkannya. Analisis data yang digunakan yakni dengan menghitung
persentasenya.
DAFTAR PUSTAKA

Baeda Achmad Yasir, 2012. Kajian Potensi Tsunami Akibat Gempa Bumi Bawah Laut di
Perairan Pulau Sulawesi. JURNAL TEKNIK SIPIL, Vol 19, No. 1, Halaman 75-82.

Dodirullyanda. 2017. Artikel 5 Bencana Alam, Penyebab dan Dampaknya.


http://dodirullyandapgsd.blogspot.co.id/2017/04/artikel-5-bencana-alam-penyebab-
dan.html. Diakses pada tanggal 7 April 2018.
Frangki. 2016. ENSIKLOPEDIASLI : Pengertian Bencana Alam, Macam-Macam Lengkap
dengan Gambar. https://ensiklopediasli.blogspot.co.id/2016/04/pengertian-bencana-
alam-macam-macam-dengan-gambar.html. Diakses pada tanggal 7 April 2018.
Islam Faiz, dkk. 2014. Penentuan Resiko Dan Kerentanan Tsunami Di Kebumen Dengan
Citra Alos. Jurnal GEODESI UNDIP, Vol. 3, No. 1, Halaman 141-154.

Kaharuddin Ms, Dkk. 2011. Perkembangan Tektonik Dan Implikasinya Terhadap Potensi
Gempa Dan Tsunami Di Kawasan Pulau Sulawesi. Proceedings Jcm Makassar 2011.
Halaman 1-10.

Nurdiansyah Rizky. 2013. Alam Indonesia : Artikel Tentang Pengertian Bencana Alam dan
Penyebabnya.http://mynewsalamindonesia.blogspot.co.id/2017/03/artikel-tentang
pengertian-macam.html. Diakses pada tanggal 7 April 2018.
Priyowidodo Gatut, Dkk. 2013. Literasi Mitigasi Bencana Tsunami Untuk Masyarakat Pesisir
Di Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Jurnal Ekotrans, Vol.13, No. 1, Halaman 47-61.

Sugito Nanin Trianawati. 2008. TSUNAMI. Bandung, Jawa Barat : Universitas Pendidikan
Indonesia.
Wikipedia, 2017. Bencana Alam. https://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam. Diakses pada
tanggal 25 Maret 2018.
Wikipedia, 2017. Tsunami. https://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami. Diakses pada tanggal 25
Maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai