Anda di halaman 1dari 24

RESUME KASUS GAWAT DARURAT PADA TN.

M DENGAN HIPERTENSI
URGENSI DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT
KEN SARAS KABUPATEN SEMARANG

DISUSUN OLEH

NIA NANDY KHAIRUNNISAK


P1337420919024

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan
masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus
bertambah. Terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita
hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di
Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar 6-15%. Menurut perkiraan, sekitar 30%
penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi (underdiagnosed condition). Hal
ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala ringan bagi mereka yang
menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak organ
tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak,
mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi disebut sebagai silent killer.
Data Worlh Health Organization, diseluruh dunia sekitar 972 juta orang
atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan
akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333
juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk
Indonesia (Yonata, 2016). Hipertensi juga menempati peringkat ke-2 dari 10
penyakit terbanyak pada klien rawat jalan dirumah sakit di Indonesia. Penderitanya
lebih banyak wanita (30%) dan pria (29%) sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi
terjadi terutama dinegara berkembang (Triyanto, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2018 yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 34,1 %. Prevelensi
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum
obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 % yang minum obat sendiri. Penatalaksanaan
hipertensi yang tidak dilakukan dengan baik dapat menyebabkan komplikasi
(Riskesdas, 2013). Apabila hipertensi tidak ditangani dengan tepat maka akan

1
menimbulkan komplikasi yaitu stroke, infark miokard, gagal jantung, gagal ginjal
kronik dan retinopati (Nurarif, 2015).
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut
menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi
krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa
penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden
krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %. Krisis hipertensi adalah suatu keadaan
klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi (tekanan darah sistolik
≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg yang membutuhkan penanganan
segera. Berdasarkan keterlibatan organ target, krisis hipertensi dibagi menjadi dua
kelompok yaitu: Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan
darah mendadak (sistolik ≥170 mm Hg dan / atau diastolik ≥110 mm Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Hipertensi mendesak (urgency
hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik ≥170 mm Hg dan / atau
diastolik ≥110 mm Hg) tanpa kerusakan organ target yang progresif atau minimal.
Sehingga penurunan tekanan darah bisa dilaksanakan lebih lambat, dalam hitung jam
sampai hari.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik
melakukan studi kasus Hipertensi Urgensi pada Tn. M dalam judul “Asuhan
Keperawatan Gawat darurat Pada Tn. M dengan diagnose medik Hipertensi Urgensi
di IGD Rumah Sakit Ken Saras tahun 2019.

B. Web Of Causation
Terlampir

2
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN. M DI
RUMAH SAKIT KEN SARAS KABUPATEN SEMARANG

Tanggal Pengkajian: 11 Agustus 2019, 11.20 WIB Ruang/RS: IGD RS Ken Saras

A. PENGKAJIAN KLIEN
1. Biodata Klien
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 65 tahun 04 bulan
c. Alamat : Bergas
d. Pendidikan : SMP
e. Pekerjaan: : Pensiunan
f. Tanggal masuk : 11 September 2019, 11.20 WIB
g. Diagnosa Medis : Hipertensi Urgensi
h. Nomor registrasi : A101512

2. Biodata Penanggung Jawab


a. Nama : Ny. P
b. Umur : 60 tahun
c. Alamat : Bergas
d. Pendidikan : SMP
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Hubungan dengan klien : Istri

B. TRIAGE
1. RIWAYAT KESEHATAN :
a. Keluhan Utama :
Rujukan dari Puskesmas dengan TD >normal: 177/117, dengan
keluhan sesak nafas dengan RR 24 x/i, pusing dan mual

b. Riwayat Penyakit Sekarang :


Klien mengeluh pusing, sesak dan mual sejak 3 jam SMRS. Klien
tampak lemah, sesak, kesadaran composmentis, GCS: E4V5M6, dan
klien memiliki riwayat stroke 5 tahun yang lalu dan asam lambung.

3
Keluarga mengatakan klien kelelahan sepulang dari ibadah haji dan
merasa sesak setelahnya.

2. TTV
 TD : 177/117 mmHg
 RR : 26 x/i
 N : 98 x/i
 S : 36,20c
 SpO2 : 98%

C. PRIMARY SURVEY
1. AIRWAY : jalan nafas paten
BREATHING : RR 26 x/menit, nafas regular, tidak ada sianosis, tidak
ada suara nafas ronchi maupun wheezing, tidak ada nafas cuping
hidung, dan tidak ada tarikan dinding dada.
I: bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P: Vokal Vermitus kanan kiri
P : Redup pada paru kiri
A : Vesikuler pada paru kanan, vesikuler melemah pada paru kiri

2. CIRCULATION : tekanan darah 177/117, Nadi 98 x/menit, Suhu


36,2 ºC, capiraly refill normal <3 detik, akral hangat, nadi teraba kuat,
warna kulit normal, tidak terdapat perdarahan
3. DISABILITY : kesadaran klien compomentis, nilai GCS E4 V5 M6
total GCS:15, pupil isokor besar pupil kiri kanan isokor atau sama
besar 2/2, reaksi pupil terhadap cahaya positif. Tidak terjadi paralisis
dan tingkat kekuatan otot (4)
4. EXPOSURE: tidak terjadi hipotermi, Suhu: 360c, tidak udem dan
tidak ditemukan adanya luka/infeksi pada bagian tubuh klien.
5. FOLEY CATETER : klien terpasang kateter urin uk. 16 untuk
memenuhi kebutuhan eliminasi klien
6. GASTIC TUBE : klien tidak terpasang NGT
HEART MONITOR/ EKG MONITOR : Klien dilakukan
pemeriksaan EKG dengan hasil LVH (Left Ventrikular Hypertropi).

4
D. SECONDARY SURVEY
1. ANAMNESIS:
Klien mengeluh pusing, sesak dan mual sejak 3 jam SMRS. Klien tampak
lemah, sesak, kesadaran composmentis, GCS: E4V5M6, TD: 177/117 mmHg.
Klien tidak ada riwayat alergi obat ataupun makanan, klien sedang
mengkonsumsi obat antihipertensi, klien memiliki riwayat hipertensi, stroke 5
tahun yang lalu dan asam lambung. Sebelum kerumah sakit klien terakhir
hanya makan roti jam 08:00. Keluarga mengatakan klien kelelahan sepulang
dari ibadah haji.
A : klien tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun alergi obat
M : klien sedang mengkonsumsi obat apapun saaat ini
P : klien menderita penyakit HT dan stroke 5 tahun yang lalu
L : klien terakhir makan jam 08.00 WIB
E : Keluarga mengatakan klien kelelahan sepulang dari ibadah haji.
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kepala :
- Muka : sianosis (-), ukuran pupil kanan/kiri 2mm/2mm, rangsang
cahaya pupil kanan/kiri +/+
- Hidung : bersig, cuping hidung (-)
- Telinga : simetris, bersih, serumen (-)
- Leher : JVP (-), pembesaran kelenjer tiroid (-)

b. Dada :
I : dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada dan tidak
menggunakan otot bantu pernapasan, RR : 26 x / menit
P : Premitus kanan/kiri
P : Sonor
A : Vesikuler

c. Jantung :
I : Iktus cordis tidak terlihat
P : IC teraba (1 jari medial LMCS RIC kes/6)
P : Batas jantung jelas, atas region intercosta II Kiri : 1 jari medial
LMCS RIC kes Kanan : linea sternalis dekstra
A : aritmia

d. Abdomen :
 I : simetris antara kanan dan kiri, terlihat gerakan diafragma,
tidak ada lesi atau luka diperut

5
 A : bising usus 8 x/menit
 P : tympani
 P : tidak ada pembesaran hati, tidak ada distensi

e. Ekstremitas :
 Atas : tangan kanan terpasang infus RL 0,9% 20 tpm,
 Bawah : tidak terdapat memar baik dikaki kanan ataupun kaki
kiri
 Kekuatan otot

4 4

4 4
Keterangan :
5 : Mampu menggerakkan persendian dalam lingkup gerak penuh,
mampu melawan gaya gravitasi, mampu melawan dengan tahan penuh
4 : Mampu menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi, mampu
melawan dengan tahan sedang
3 :Hanya mampu melawan gaya gravitasi
2 :Tidak mampu melawan gaya gravitas {gerakkan pasif}
1 :Kontraksi otot dapat di palpasi tampa gerakkan persendian
0 :Tidak ada kontraksi otot

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium :
Hemoglobin: 13,7
Leukosit: 7,83
Trombosit: 355
Natrium: 397,1
Eritrosit: 4,79
Hematokrit: 41,3
Hasil GDS : 95 mg/dL

2. Pemeriksaan EKG:
Diagnosa EKG : LVH (Left Ventrikular Hipertrophy)

6
PROGRAM TERAPI

Dosis Dan Cara


No Nama Obat Kegunaan
Pemberian

1 Infus RL 0,9% 20 tpm Sumber eletrolit dan air


untuk hidrasi, serta agen
alkalisator yang merupakan
cairan kristaloid yang sering
ditemui. Cairan infus ini
digunakan untuk menggan-
tikan cairan tubuh yang
hilang, mengoreksi ketidak-
seimbangan elektrolit, dan
menjaga tubuh agar tetap
terhidrasi dengan baik.

2 Nerosanbe Drip infus 3mg Suplemen dengan kandung-


an vitamin B kompleks (B1,

7
B6, B12) untuk mengatasi
defisiensi vit B kompleks

3 Citicoline Injeksi IV 500 mg Vitamin untuk saraf untuk


mempertahankan fungsi otak
secara normal

4 Ranitidine Injeksi IV 50mg Obat maag gol. Antihista-


min, mengurangi produksi
asam lambung sehingga
dapat mengurangi rasa nyeri
ulu hati akibat ulkus atau
tukak lambung dan masalah
asam lambung tinggi
lainnya.

5 Captrofil p.o 25mg captopril adalah untuk


mengobati hipertensi dan
gagal jantung.

F. ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Problem

8
1. DS : keletihan Ketidakefektifan
1. Klien mengeluh sesak
pola napas
nafas
(00032)
2. Keluarga mengatakan
klien kelelahan sepulang
dari ibadah haji dan
merasa sesak setelahnya.
DO :

1. Klien tampak sesak


sambil memegang
dadanya
2. Klien tampak lemas dan
sulit bernafas
3. RR : 26 x/i
SpO2 : 98%
4. Hasil auskultasi:
Vesikuler pada paru
kanan, vesikuler
melemah pada paru kiri
2 DS : Stimuli Mual
1. Klien mengeluh mual dan (00134)
lingkungan yang
pusing
mengganggu
2. Klien memiliki riwayat
asam lambung

DO :

1. Klien tampak lemas


2. Klien tampak mau
muntah
3. TTV :
TD : 177/117 mmHg
N : 198 x/menit
RR : 26 x/menit
S : 36, 2 ºC

9
4. Klien terpasang infus RL
20 tpm

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Keletihan
2. Mual b.d Stimuli Lingkungan Yang Mengganggu

H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO Hari/Tang
NOC NIC
DX gal/ Jam

1 Rabu, 11 Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas:


September tindakan selama 1 x 2 1. Atur posisi tidur untuk
2019 jam diharapkan pola memaksimalkan
11.30
nafas kembali efektif ventilasi.
WIB 2. Kaji TTV, dan adanya
dengan kriteria hasil :
sianosis
1. Sesak nafas berkurang
3. Pertahankan pemberian
sampai dengan hilang
O2 sesuai kebutuhan
2. Ekspirasi dada
4. Kaji peningkatan
simetris
kegelisahan, ansietas
3. Tidak ada penggunaan
dan tersengal-sengal
otot bantu pernafasan,
5. Monitor pola pernafa-
tidak ada nafas
san (Bradipnea, takip-
pendek
nea, hiperventilasi):
4. Bunyi nafas tambahan
kecepatan, irama,
tidak ada (wheezing,
kedalaman, dan usaha
ronchi, ....)
5. TTV dalam batas respirasi.
6. Ajarkan teknik relak-
normal
sasi kpd klien dan
keluarga.
7. Kolaborasi Tim medis :
untuk program terapi,
pemberian oksigen,

10
obat bronkhodilator,
obat nyeri cairan,
nebulizer, tindakan/
pemeriksaan medis,
pemasangan alat bantu
nafas,, dan fisioterapi

2. Rabu, 11 Setelah dilakukan Managemen Nutrisi


September tindakan selama 1 x 2 1. Berikan informasi yang
2019 jam diharapkan mual tepat mengenai
16:50
dapat teratasi dengan kebutuhan nutrisi kepada
kriteria hasil : klien dan keluarga.
2. Anjurkan klien nafas
1. Klien melaporkan
dalam setelah
gejala mual
menelan/waktu menelan
berkurang sampai
untuk menekan reflek
hilang
2. Klien melaporkan muntah
kenyamanan fisik 3. Anjurkan klien untuk
dan psikologis membatasi minum 1 jam
3. Asupan makanan/ sebelum makan, dan 1
cairan dan haluaran jam setelah makan
seimbang 4. Batasi stimulasi yang
menimbulkan rasa mual :
benda-benda / makanan
yang merangsang /bau-
bauan/ lingkungan gaduh,
pencahayaan.
5. Berikan informasi yang
tepat mengenai
kebutuhan nutrisi kepada

11
klien dan keluarga.
6. Kolaborasi dengan
medis untuk pemberian
anti emetik

I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl/jam No/dx Implementasi Respon Paraf


Rabu, 1, 2 Melakukan pengkajian data DS :
11/09/2019 umum (Riwayat penyakit, Klien mengeluh pusing,
11.30 WIB
identitas, keluhan utama, dan sesak dan mual sejak 3
gaya hidup) jam SMRS. Keluarga
mengatakan klien me-
miliki riwayat stroke 5
tahun yang lalu dan
asam lambung. Keluar-
ga mengatakan klien
kelelahan sepulang dari
ibadah haji dan merasa
sesak setelahnya.

DO :
Keluarga klien tampak
menyampaikan infor-
masi dan menanyakan
kondisi pasien

11.35 WIB 1 1. Mengatur posisi tidur untuk DS :


Klien bersedia dilaku-
memaksimalkan ventilasi.
2. Mengkaji TTV, dan adanya kan pemeriksaan
sianosis
DO :
3. Mempertahankan pemberian
-Klien tampak lemas
O2 sesuai kebutuhan (5 lpm)

12
4. Mengkaji peningkatan dan gelisah
-TTV :
kegelisahan, ansietas dan
TD: 177/117 mmHg
tersengal-sengal RR: 26 x/i
N: 98 x/i
S: 36,20c

11.45 WIB 1, 2 1. Melakukan pemasangan Infus DS:


klien bersedia untuk
RL 500cc drip Neurosanbe
dilakukan tindakan
3mg 20 tpm sekaligus
mengambil sampel darah dan DO:
-klien terpasang infus
mengecek glukosa darah
2. Berkolaborasi Tim Medis: RL 500cc drip
untuk pemberian terapi obat neurosanbe 3mg
injeksi (ranitidin dan dengan Ivcath N0. 20,
citicoline) dan obat oral 20 tpm, serta sampel
(catopril) darah sudah diambil
3. Memasang DC ukurang 16 - Hasil GDS: 95 mg/dL
- urine keluar dengan
lancar, dan warna
urinekuning jernih

12.00 WIB 1, 2 1. Memonitor pola pernafasan DS :


2. Mengajarkan teknik relaksasi -klien tampak rileks
kpd klien dan keluarga. dan pasrah ketika
3. Memberikan informasi yang
diperiksa serta koope-
tepat mengenai kebutuhan
ratif
nutrisi kepada keluarga.
4. Menganjurkan klien nafas DO:
-Pola Pernafasan tacip-
dalam setelah menelan/waktu
nea
menelan untuk menekan
-Hasil auskultasi: Tidak
reflek muntah
terdapat suara nafas
5. Menganjurkan klien untuk
tambahan, vesikuler
membatasi minum 1 jam
pada paru kanan,

13
sebelum makan, dan 1 jam vesikuler melemah
setelah makan pada paru kiri
6. Membatasi stimulasi yang -klien tampak tenang
-keluarga tampak an-
menimbulkan rasa mual :
tusias dalam mende-
benda-benda / makanan yang
ngarkan saran
merangsang /bau-bauan/
lingkungan gaduh,
pencahayaan.

J. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal No/dx Evaluasi Paraf


Rabu, 1 S:
11/09/2019, klien mengatakan sesaknya sudah mulai
13.30 WIB berkurang
O:
-Klien masih tampak lemah
- Masih terpasang oksigen nasal kanul 3
lpm
-RR: 20 x/i
SPO2: 99%
A:
Masalah belum teratasi sepenuhnya
(sebagian)
P:
Pertahankan intervensi seperti:
1. pertahankan jalan nafas yang adekuat
dan beri posisi nyaman
3. memantau tanda-tanda vital
4. observasi tanda-tanda hipoventilasi
5. berkolaborasi dalam pemberian terapi
sesuai indikasi
2. S:
klien mengatakan mualnya sudah jauh
berkurang
O:

14
-Klien masih tampak lemah
- Klien sudah tidak ingin muntah lagi
-TTV :
TD : 160/97 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 ºC
A:
Masalah belum teratasi sepenuhnya
(sebagian)
P:
Pertahankan intervensi seperti:
1. pertahankan pola manajemen nutri
2. Batasi stimulasi yang dapat
menimbulkan rasa mual
3. Memantau tanda-tanda vital
4. berkolaborasi dalam pemberian terapi
sesuai indikasi

BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus
Studi kasus dilakukan di RS Ken Saras pada hari Rabu tanggal 11 September
2019 di ruang IGD. Klien yang dirawat berinisial Tn. M, umur 65 tahun 4 bulan, jenis
kelamin laki-laki, agama Islam, alamat Bergas, No Register A101512. Masuk rumah
sakit pada tanggal 11 September 2019 pukul 11.20 dengan diagnosa medik hipertensi
urgenci, tanggal pengkajian 11 September 2019 sumber informasi dari klien, keluarga
dalam hal ini penanggung jawab yaitu istri. Pada kasus nyata Tn.M berumur 65
tahun 4 bulan masuk rumah sakit Klien mengeluh pusing, sesak dan mual sejak 3
jam SMRS. Klien tampak lemah, sesak, kesadaran composmentis, GCS: E4V5M6,

15
TD: 177/117 mmHg. Klien tidak ada riwayat alergi obat ataupun makanan, klien
sedang mengkonsumsi obat antihipertensi, klien memiliki riwayat hipertensi, stroke 5
tahun yang lalu dan asam lambung. Sebelum kerumah sakit klien terakhir hanya
makan roti jam 08:00. Keluarga mengatakan klien kelelahan sepulang dari ibadah
haji.
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut
menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi
krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa
penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden
krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %. Krisis hipertensi adalah suatu keadaan
klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi (tekanan darah sistolik
≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg yang membutuhkan penanganan
segera. Berdasarkan keterlibatan organ target, krisis hipertensi dibagi menjadi dua
kelompok yaitu: Hipertensi darurat (emergency hypertension) dan Hipertensi
mendesak (urgency hypertension). Diagnosa medis pada klien kelolaan adalah dengan
hipertensi urgensi yang merupakan kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik ≥170
mm Hg dan / atau diastolik ≥110 mm Hg) tanpa kerusakan organ target yang
progresif atau minimal. Sehingga penurunan tekanan darah bisa dilaksanakan lebih
lambat, dalam hitung jam sampai hari.
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vaskular, berupa
disfungsi endotel, remodeling, dan arterial stiffness. Namun faktor penyebab
hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami. Diduga karena
terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan resistensi
vaskular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan menyebabkan jejas
endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat kerusakan vaskular,
deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi. Autoregulasi merupakan
penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap kebutuhan dan pasokan darah dengan
mengadakan perubahan pada resistensi terhadap aliran darah dengan berbagai
tingkatan perubahan konstriksi/dilatasi pembuluh darah. Bila tekanan darah turun

16
maka akan terjadi vasodilatasi dan jika tekanan darah naik akan terjadi
vasokonstriksi. Pada individu normotensi, aliran darah otak masih tetap pada
fluktuasi Mean Atrial Pressure (MAP) 60-70mmHg. Bila MAP turun di bawah batas
autoregulasi, maka otak akan mengeluarkan oksigen lebih banyak dari darah untuk
kompensasi dari aliran darah yang menurun. Bila mekanisme ini gagal, maka akan
terjadi iskemia otak dengan manifestasi klinik seperti mual, menguap, pingsan dan
sinkop.

B. Analisa Intervensi Keperawatan


Tahap perencanaan keperawatan ada tahap goal, objektif, Nursing Outcome
Clasification (NOC) dan Nursing Intervantion Classification (NIC) (Gloria, 2018),
yang dibuat adalah diagnosa pertama ketidakefektifan pola nafas b.d Keletihan
diagnose utama karena dapat mengancam jiwa. Diagnosa keperawatan pertama
ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan Setelah dilakukan tindakan selama 1 x 2 jam
diharapkan pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil sesak nafas berkurang
sampai dengan hilang, ekspirasi dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan, tidak ada nafas pendek, bunyi nafas tambahan, TTV dalam batas normal.
Sedangkan NIC Dalam kasus ini penulis merencanakan tindakan berdasarkan
buku Nanda tahun (2013).dengan intervensi terapi oksigen dengan nassal kanul
yang tujuanya untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh
(Nugroho, dkk, 2018) memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
yaitu dengan posisi semi fowler atau setengah duduk yaitu untuk mendorong isi
perut kebawah dan mengurangi tekanan dinding thorak pada paru-paru sehingga
ekspansi maksimal (Marmi, 2016) atur posisi tirah baring yang ideal yaitu
kepala tempat tidur harus di naikan 45° untuk mengurangi kesulitan bernafas
atau dengan posisi duduk dan tangan bersandar pada bantal untuk mencegah
kelelahan bahu (Mutaqqin, 2012) dan monitor tanda-tanda vital sebelum
selama dan setelah aktifitas, pertahankan posisi pasien, monitor frekuensi dan
irama nafas pasien, monitor suara paru, catat adanya fluktuasi tekanan darah.
Kemudian catat laporan yang di katakan oleh pasien seperti merasa sesak nafas

17
saat bicara atau saat beristirahat dan beraktivitas, lalu dapat melihat apakah
pasien terdapat suara nafas tambahan seperti wheezing bernafas terengah-
engah perubahan kedalaman pernafasan dan pernafasan cuping hidung. Untuk
menunjang pemberian terapi obat maka kolaborasikan kepada dokter untuk
pemberian terapi farmakologis.
Diagnosa kedua yaitu mual dengan NOC yaitu setelah dilakukan tindakan selama
1 x 2 jam diharapkan mual dapat teratasi dengan kriteria hasil : klien melaporkan
gejala mual berkurang sampai hilang, melaporkan kenyamanan fisik dan psikologis,
asupan makanan/ cairan dan haluaran seimbang. Dengan NIC memberikan informasi
yang tepat mengenai kebutuhan nutrisi kepada klien dan keluarga, njurkan klien nafas
dalam setelah menelan/waktu menelan untuk menekan reflek muntah, menganjurkan
klien untuk membatasi minum 1 jam sebelum makan, dan 1 jam setelah makan,
membatasi stimulasi yang menimbulkan rasa mual : benda-benda/makanan yang
merangsang /bau-bauan/ lingkungan gaduh, pencahayaan, memberikan informasi
yang tepat mengenai kebutuhan nutrisi kepada klien dan keluarga, berkolaborasi
dengan medis untuk pemberian anti emetik. Oleh karena itu, perlu dilakukan
manajemen nutrisi untuk merelaksasikan tubuh didukung oleh terapi yang telah
diberikan untuk meningkatkan kenyamanan klien, agar klien ataupun keluarga dapat
mengetahui tentang kebutuhan nutrisi yang baik dan benar, merelaksasikan klien
untuk meminimalisir terjadinya reflek muntah, Membatasi stimulasi yang
menimbulkan rasa mual : benda-benda / makanan yang merangsang /bau-bauan/
lingkungan gaduh, pencahayaan, agar rasa mual tidak berkelanjutan menjadi muntah
yang menimbulkan efek buruk dan menurunkan selera makan klien. Pelaksanaan
rencana keperawatan mengacu pada rencana yang telah ditetapkan dalam teori.
Namun penulis tidak dapat melaksanakan semua rencana yang ada dalam teori
tapi dapat melaksanakan semua rencana sesuai dengan diagnosa keperawatan.

18
BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
Setelah dilakukakan asuhan keperawatan Hipertensi Urgenci pada Tn.M
diruang Instalasi Gawat Darurat RS Ken Saras pada tanggal 11September 2019
kemudian membandingkan antara teori dan kasus, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pada saat pengkajian klien mengeluh Klien mengeluh pusing, sesak dan mual
sejak 3 jam SMRS. Klien tampak lemah, sesak, kesadaran composmentis, GCS:
E4V5M6, dan klien memiliki riwayat stroke dan HT 5 tahun yang lalu. Keluarga
mengatakan klien kelelahan sepulang dari ibadah haji dan merasa sesak.
b. Berdasarkan hasil analisa data didapatkan ada dua diagnosis keperawatan yang
diangkat berdasarkan diagnose keperawatan yaitu ketidakefektifan pola nafas dan
mual

19
c. Perencanaan keperawatan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien. Pada saat penulis melakukan pengkajian serta kemampuan
keluarga dalam kerja sama dengan penulis, dalam melakukan asuhan
keperawatan pada Tn.M penulis telah berusaha melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditujukan untuk
mengatasi masalah yang dialami klien.
d. Implementasi yang dilakukan penulis sudah sesuai dengan intervensi yang telah
direncanakan, evaluasi keperawatan pada Tn.S menggambarkan kondisi Tn.M
sudah mulai membaik ditandai dengan tekan darah berkurang menjadi 160/90
nadi 82 x/i.
e. Hasil evaluasi pada kasus nyata didapatkan tidak adanya kesenjangan antara teori
dan kasus. Dimana masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas dan mual
ini dikarenakan perubahan keadaan klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan sudah teratasi sebagian sehingga pencapaian tujuan dan kriteria
hasil dari diagnosis keperawatan tersebut belum sepenuhnya tercapai dan
dilanjutkan pada saat klien dirawat di ruang rawat inap.

B. SARAN
a. Bagi Rumah Sakit
Pada saat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi
hendaknya perawat ruangan memberikan pembekalan penanganan dirumah supaya
keluarga dapat merawat klien saat klien sudah pulang seperti menasehati klien
untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit, rutin meminum obat sesuai jadwal
dan sering mengontrol tekanan darah di fasilitas kesehatan.

b. Bagi Klien
Diharapkan sebagai pedoman untuk mengetahui lebih lanjut penyakit yang
dialami.

c. Bagi Penulis
Hasil penelitian membuat pengalaman belajar dalam meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan berkaitan dengan klien Hipertensi dan
menambah wawasan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dalam
mengembangkan penelitian lanjutan terhadap klien yang menderita hipertensi.

20
21
1
1

Anda mungkin juga menyukai