Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Anatomi Indonesia

VOLUME 01 Jurnal AnatomiNo.


Indonesia, Vol. 
01 Agustus 01, No. 1 Agustus 2006
 2006 Halaman 11 - 14

Peran kinesiologi dalam prevensi dan


manajemen obesitas
Rio Sofwanhadi
Departemen Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta

ABSTRAK
Upaya mengurangi faktor risiko pada obesitas dengan latihan fisik mempunyai risiko cedera muskuloskeletal.
Perlu dilakukan penilaian faktor risiko tersebut pada awal, selama berlangsung, dan akhir suatu program latihan.
Penilaian tersebut meliputi: penilaian ada / tidaknya cacat muskuloskeletal, luas sempitnya jelajah gerak, kelenturan
sendi, postur 2 arah, dinamika tinggi rendahnya pusat gravitasi tubuh, tipologi tubuh, analisis jejak langkah (field
gait analysis), kekuatan dan ketahanan otot.

PENDAHULUAN kebugaran fisik sambil mewaspadai timbulnya efek


Kinesiologi atau biomekanika adalah mekanika samping pengelolaan. Perlu disadari, bahwa latihan
makhluk biologis. Sistem biologis dipelajari dengan fisik, akan membebani sistem muskuloskeletal.
pendekatan fisika-mekanik, sehingga terdapat telaah Penderita obesitas sangat rentan terhadap
biomekanik tentang sistem lokomosi, sistem pembebanan fisik. Untuk mengantisipasi timbulnya
kardiovaskuler, sistem respirasi dan lainnya. cedera pembebanan fisik, maka pemeriksaan
Bergantung pada keadaan sistem biologis yang muskuloskeletal awal sangat penting. Secara
ditelaah, maka biomekanik dibagi dalam cabang singkat dikatakan bahwa diperlukan kemampuan
biostatika dan biodinamika. Selanjutnya biodinamika untuk 1. mengevaluasi kebugaran sistem muskulo-
ditelaah lagi dalam biokinematika, yakni telaah skeletal pralatihan 2. menentukan jenis latihan fisik
tentang seluk beluk geometri perpindahan tubuh / dan programnya dan 3.melakukan evaluasi dan
segmen tubuh dalam dimensi ruang dan biokinetika pengawasan berkala, terutama atas kelemahan
yakni telaah tentang seluk beluk gaya-gaya yang kelemahan pada temuan awal pemeriksaan, agar
menimbulkan dan mempengaruhi gerak / kinematika dapat dideteksi adanya cedera secara dini.
sistem biologis tersebut. Gaya otot, gaya gravitasi
dan gaya gesek yang terjadi pada makhluk biologis Pemeriksaan Kinesiologi (Biomechanic testing).
menjadi perhatian biokinetika. Ilmu anatomi, Di laboratorium gerak modern, pemeriksaan
fisiologi, fisika gerak / mekanika, antropologi ragawi faktor kinetik dan kinematik dilakukan dalam gait /
berperan sebagai induk disiplin biomekanika atau movement laboratory yang dapat menyajikan data
kinesiologi. Kinesiologi diperlukan dalam ilmu sangat akurat.
olahraga dan kegiatan fisik, pekerjaan manufaktur, Meskipun demikian, tanpa adanya peralatan
ergonomi, ortopedi, dan rehabilitasi medik. canggih tersebut di atas dengan peralatan seder-
Makalah ini mengangkat topik keadaan hanapun dapat dilakukan evaluasi diagnostik
obesitas, sebagai keadaan yang penuh risiko kinesiologik sebagai berikut:
kesehatan, yang harus diobati, dengan cara
menurunkan berat badan sampai normal. Usaha ini 1. Pemeriksaan Kelainan Morfologi untuk
sebaiknya dicapai melalui pengaturan diet dan mendeteksi adanya kelainan2 berikut 2:
latihan fisik (olahraga). Mengingat berbagai risiko Rangka Tubuh: pada columna vertebralis:
kesehatan yang mengancam penderita obesitas, scoliosis, hyperlordosis, gibbus, sacralisasi,
maka pengelolaan penderita obesitas memerlukan tropisme, spondilolisthesis, spina bifida; pada
berbagai keahlian, agar tercapai tujuan pengelolaan thorax: funnel chest, pigeon chest, barrel chest,
obesitas yakni menurunkan kadar lemak tubuh, rickett’s thorax, Harrison’s groove, winged
menghilangkan semua faktor risiko, meningkatkan scapula; pada pelvis: broad pelvis, anterior cleft,

11
Rio Sofwanhadi: Peran kinesiologi dalam prevensi dan manajemen obesitas

posterior cleft, spondylolisthetic, assimilation; baik. Kedua asal tipologi akan menentukan
pada femur:coxa vara, coxa valga,internal femoral perbedaan penatalaksanaan latihan fisik.
torsion; pada genu: genu varum, genu valgum,
genu recurvatum; pada patella: patella alta, 6. Evaluasi Kinematic tungkai dan kaki cara
squinting patella, frog eyed patella, hypermobile lapangan (Field gait analysis)
patella; pada tibia: tibia vara, internal tibia torsion, a. Metoda Evaluasi Jejak Langkah (Treat Mat
external tibial torsion; pada sendi talocruralis / Evaluation) 7. Diukur sudut sumbu kaki
ankle: ankle valgus, anklevarus, pronated foot, (pternion-akropodion) kanan dan kiri, pada
supinated foot, pes cavus, splay foot, Dudley posisi berdiri istirahat dan pada posisi
Morton’s foot, hallux valgus, hallux rigidus, hammer berjalan dan berlari.
toes, bunion. b. Metoda Penilaian. Ada lima strong gait de-
Pemeriksaan ini akan menghasilkan data terminants yakni:1. lamanya fase berdiri
biostatika tentang ada / tidaknya musculoskeletal tegak (single limb stance), 2. kecepatan
structural anomaly yang dapat menjadi dynamical/ langkah (walking velocity), 3. frekuensi
functional imbalance and asymmetry. langkah (cadence), 4. panjang langkah
(step length) dan 5. ratio pelvic breadth /
2. Penilaian jelajah gerak sendi (range of ankle spread.
motion = ROM) dan kelenturan sendi
(flexibility). Jelajah gerak dan kelenturan yang 7. Evaluasi Kinetika (Muscle Force ).
terlalu kecil atau terlalu besar, dapat berakibat Pemeriksaan kekuatan otot (strength) dan daya
cedera pada latihan fisik. tahan otot (endurance) menggunakan dyna-
mometer.
3. Evaluasi Postur, menggunakan metoda New
York State Posture Rating Scale 3 Dinamika Tubuh
Pemeriksaan ini menghasilkan penilaian yang
menyokong penilaian biostatika. Penilaian Gerak tubuh pada lokomosi yang alami adalah
Cacat muskuloskeletal yang dapat menjadi bersifat alternating, saling bergantian kanan dan kiri.
petunjuk kemungkinan terjadinya cedera pada Apabila dengan sengaja hanya satu sisi tubuh yang
waktu melakukan latihan fisik. Pemeriksaan ini diberdayakan, maka sisi tubuh lainnya akan
juga bisa menggolongkan individu menjadi bertindak sebagai penyeimbang. Oleh karena itu
beberapa kualifikasi fisik berikut: sempurna, prinsip leverage antara kanan dan kiri yang seimbang
kurang sempurna dan buruk. menjamin tubuh yang bekerja secara hemat, dan
karenanya tidak mudah cedera. Pada waktu
4. Penetapan Pusat Gravitasi Tubuh metoda lokomosi, maka terjadi gerak bergantian antara sisi
Waterland Shambes4 kanan dan kiri tubuh akan menghasilkan torsi
Kesimpulan yang didapat dari penilaian ini bergantian batang tubuh yang seimbang. Momen
adalah tentang tinggi rendahnya pusat gravitasi yang menyebabkan torsi batang tubuh, diperkuat
(pada posisi supine), serta apakah proyeksi dengan ayunan bergantian anggota gerak atas dan
pusat gravitasi (pada posisi berdiri) berada tepat bawah. Apabila bagian atas tubuh berputar kekiri,
di tengah di antara kedua telapak kaki dan maka pada waktu yang bersamaan bagian bawah
berapa besar osilasinya. tubuh berputar kekanan. Bidang-temu kedua torsi
Dinamika tinggi rendahnya pusat gravitasi, ini, kira-kira berada pada disci intervertebrales antara
adalah merupakan fungsi sebaran masa tubuh, Lumbal 2-3-4. Pada individu dengan kelemahan
yang berubah pada latihan fisik. faktor ekstrinsik tulang belakang (otot dinding perut,
otot pinggang, erector trunci, ligamenta longitudinalia
5. Penetapan Somatotipe metoda Heath Carter 5/ anterius et posterius, intertranversarius, flavum,
Atlas Sheldon6. interspinale) di daerah ini maka gaya torsi yang
Penetapan somatotipe ini akan memberikan timbul akibat proses lokomosi tersebut akan
gambaran tentang tipe obesitas ginekoid (lower meruntuhkan faktor intrinsik tulang belakang (discus
body obesity) atau android (upper body obesity). intervertebralis) di daerah ini dengan akibat
Tipe ginekoid berkembang dari tipe dominan spondylolisis - spondylolisthesis sampai scoliosis
endomorfi yang sangat injury prone, sedangkan structural. Pada pemain bola basket ataupun voli,
tipe android yang berkembang dari tipe maka gerakan meloncat sambil berputar, adalah
mesomorf, yang memiliki kemampuan otot yang gerakan yang dianggap istimewa. Tetapi bagi mereka

12
Jurnal Anatomi Indonesia, Vol. 01, No. 1 Agustus 2006

yang mempunyai kelemahan otot dinding perut, vertical ground force sebesar 90 X 9.81 Newton =
maka gerakan berjalan sambil sering menoleh juga 883,9 Newton. Apabila ia berjalan biasa maka pada
cukup berbahaya. Adalah keadaan yang sangat waktu heel strike ia akan mendapat tambahan 20%
berbahaya, apabila pada titik temu gaya torsi tersebut (970 N) dan 15% pada waktu toe off 9; apabila
terjadi tarikan disertai puntiran (distention and rota- berlari dengan percepatan keatas 10/detik/detik
tion), karena akan berakibat fraktura atau dislokasi maka kakinya akan terkena ground force sebesar:
(spondylolisthesis). 90 X (9.81 + 10) = 1629 Newton, suatu gaya vertikal
Sistem muskuloskeletal yang sempurna adalah yang besar. Apabila si obes tersebut ada kelainan
sistem rangka yang seimbang (poised) dan simetri, postur genu valgus atau ankle valgus atau yang
baik aspek postur, kinematika (ROM and flexibility) lainnya, maka gaya momen (bending moment) yang
maupun kinetikanya (momen pada sendi). Apabila mengenai lutut atau ankle akan mencederainya.
dalam keadaan biostatika (diam) sistem ini efisien
maka dalam keadaan biodinamika (bergerak), PEMBAHASAN
sistem muskuloskeletal ini besar kemungkinan masih Penanganan obesitas yang antara lain menjadi
efisien, kecuali apabila ada pengaruh lingkungan yang tugas para ahli latihan fisik, bertujuan untuk
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan momen membakar lemak tubuh melalui kegiatan olah raga.
gaya antara berbagai persendian yang dapat Karena obesitas dapat terjadi pada semua jenis
mempengaruhi torsi tubuh yang tidak seimbang. kelamin dan pada semua tingkatan umur manusia
Seperti diketahui bahwa gerakan persendian semua maka kondisi fisik muskuloskeletal awal pada
makhluk biologis adalah gerak anguler, yang pada penderita obese sangat bervariasi, baik mengenai
akhirnya menghasilkan gerakan lokomosi yang trans- biokinematika maupun biokinetikanya. Kelainan yang
lational / gerak lurus. Gaya gaya yang bekerja pada kemungkinan akan dijumpai pada tipologi ini adalah
tubuh / segmen tubuh makhluk biologis adalah gaya sebagai berikut:
otot, gaya gravitasi, gaya gesek udara / air. Segmen Cacat Anatomis: genu valgum, ankle valgum,
tubuh yang bergerak dipengaruhi totalitas momen overpronated foot, hallux valgus.
gravitasi, momen gaya linear dan momen gaya inersia Somatotipologi diperlukan untuk melihat apakah
pada persendian bersangkutan. obesitas tipe ginekoid (lower body obesity) atau an-
droid (upper body obesity )9.
Kinematika: jelajah gerak semua sendi trunkus
dan gelang bahu, gelang panggul mengecil. Bagian
ekstremitas atas dan bawah makin distal makin
normal.
Pusat gravitasi tubuh terletak lebih rendah dan
kisaran proyeksi pusat gravitasi yang lebar.
Kinetika: gaya dan daya tahan otot yang rendah.

Dengan demikian, pengelolaan penderita


obesitas menurut kaidah kinesiologi adalah:
1. Mengidentifikasi adanya semua faktor-risiko-
cedera-latihan-fisik baik secara anatomik,
biokinematik, biokinetika, biotipologik.
2. Memilih program latihan untuk aerobik ( lower
body obesity ) maupun pembebanan (upper
body obesity) dengan dosis yang kecil dengan
durasi lama secara gradual meningkat. Jenis
kelamin berpengaruh pada pilihan latihan,
dimana laki-laki lebih tahan terhadap pem-
Gambar.1. Ground Forces vertical force,
antero-posterior (A-P) force and
bebanan karena faktor untuk strength, speed
mediolateral (M-L) force and power lebih baik, sedangkan wanita lebih
unggul untuk fungsi kapasitas oksidasi, daya
Body dynamics obesitas berbeda dengan non tahan kardiorespirasi lebih baik 10. Memberikan
obesitas karena, seorang obes dengan berat 90 kg latihan latihan otot, tendo dan tulang secara
yang dalam posisi berdiri biasa akan mendapatkan khusus pada bagian tertentu tubuh yang

13
Rio Sofwanhadi: Peran kinesiologi dalam prevensi dan manajemen obesitas

mengalami anomali (segala jenis hallux) dan memerlukan ilmu (kedokteran) olahraga dimana
bantuan peralatan pembantu khusus (orthotics, diperlukan telaah kinesiologi atau biomekanika Tujuan
Milwaukee jackets, knee support, lumbar sup- kinesiologi atau biomekanika dalam pengelolaan
port, neck support, dsb). obesitas adalah untuk mengoptimalkan latihan fisik
3. Memakai sepatu yang dapat menyerap vertical yang aman terhadap cedera. Karena itu berbagai
force, mencegah overpronasi dan tidak pemeriksaan kinesiologik awal, yang dapat mem-
melakukan lokomosi pada terrain datar, tanpa berikan data faktor kinesiologik secara maksimal pada
gerakan loncat/lompat, tidak menoleh/memutar penderita, harus diupayakan sebaik mungkin.
badan sewaktu berjalan. Apabila melakukan Perhatian khusus harus diberikan pada momen gaya
pembebanan sebaiknya dilakukan dengan yang timbul amat besar pada genu dan ankle apabila
posisi duduk. latihan melibatkan lari dan loncat.
Melakukan periodical assessment terutama
terhadap hal hal yang akan diperbaiki (dinamika KEPUSTAKAAN
pusat gravitasi tubuh, ROM, thread mat analy- 1. Sutherland DH. Gait Disorders in Children and
sis, 5-gait determinants, muscle strength & Adults. Williams & Wilkins Baltimore/London 1984:
endurance). 1-27.
4. Siklus kegiatannya adalah evaluasi awal – 2. Steindler A. Kinesiology of The Human Body under
perencanaan – pengorganisasian –pelaksanaan Normal and Pathological Conditions. Charles C
Thomas Publisher. Springfielf Illinois USA. 1955:
– evaluasi - perencanaan baru dst. Setiap 10-54.
langkah pada siklus ini harus tetap dilakukan 3. Verducci FM. Measurement Concepts in Physical
monitoring untuk memastikan semua sesuai Education. The C.V.Mosby Company 1980.
rencana dan tidak ada tanda-tanda cedera. 4. Gowitzke BA. Milner M. Understanding the Scientific
Dalam hal terjadi tanda-tanda cedera (nyeri bases of Human Movement. Williams and Wilkins,
sendi, nyeri tulang, nyeri otot dan tendo - over- Baltimore/London 1980.
training syndrome) maka seluruh kegiatan latihan 5. Carter JEL, Heath BH. Somatotyping-Development
dihentikan, distirahatkan sementara, dilakukan and Applications. Cambridge: Cambridge University
fisioterapi dan kemudian dimulai siklus baru. Press 1990.
6. Sheldon WH. The Varieties of Human Physique.
5. Hal penting yang harus diwaspadai adalah Harper & Brothers Publishers. New York and
besarnya moment Z negative / anticlockwise (ex- London 1940.
ternal torsion), moment X negative / anticlockwise 7. Tax HR. Podopediatrics. Williams and Wilkins
dan moment Z negative / anticlockwise pada Baltimore/ London 1980.
penderita obese yang bisa meningkatkan 8. Nichol AC. Postgraduate Diploma in Biomechanics.
keadaan hallux pada lutut dan ankle apabila University of Strathclyde, Glasgow.
meloncat atau lari. 9. Clarke DH, Eckert HM. Limits of Human
Performance. Human Kinetics Publishers, Inc. Box
5076, Champaign, IL 1985; 61820 (217) 351-5076.
KESIMPULAN 81-92, 106-117.
Pengelolaan obesitas selain pengaturan gizi 10. Heyward VH. Advanced Fitness Assessment &
adalah latihan fisik yang berupa latihan aerobik dan Exercise Prescription. Third Edition. Human
pembebanan. Latihan fisik dan pembebanan Kinetics 1977; 1-11, 177-202.

14

Anda mungkin juga menyukai