Anda di halaman 1dari 29

A K H L A K M E N UN T U T I LM U

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Akhlak

Disusun oleh :

Nama : NI PUTU AGNES SUARI

NIM : 170020051

UNIVERSITAS AHMAD DAHLA N YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

PROGRAM STUDI TEKNIK KIM IA

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari

berbagai pihak dan bimbingan dari dosen mata kuliah sehingga dapat

memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan

makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih ada kekurangan

baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya

menerima dengan tangan terbuka segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat

memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat mempermudah

pembacanya lebih memahami isi dan kegunaan-kegunaannya bagi kehidupan.

Yogyakarta, 9 Mei 2019

Penyusun

2
D A F TA R P US T AK A

Halaman judul................................. ..............................1

Kata pengantar........................... ....................................2

Daftar isi........................... ........................... ................3

BAB I PENDAHULUAN................. ...............................4

1.1 LatarBelakang.................. ................... ..........4

1.2 Rumusan masalah.................. .........................6

1.3 Tujuan Penulisan................................... ........6

BAB II PEMBAHASAN...................... .............................7

2.1 ajaran menuntut ilmu......................................8

2.2 k e m u l ya a n m e n u n t u t i l m u . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 5

2.3 k e m u l ya a n m e n u n t u t i l m u . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 0

2.4 Ilmu untuk kebangkitan bangsa dan negara..... 27

BAB III KESIMPULAN dan PENUTUP .......... ................28

BAB IV DAFTAR PUSTAKA................. ......... .............29

3
Bab 1 . Penda hulua n

1 .1 L a t a r b e l a ka n g

Ilmu agama yang mulia ini hendaknya selalu digandengkan dengan akhlak

yang mulia. Terlebih para da‘i yang akan menyeru kepada kebaikan dan menjadi

sorotan oleh masyarakat akan kegiatan keseharian dan muamalahnya. Nasehat

tersebut dari seorang ulama yaitu syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin

rahimahullah, beliau berkata,

‫ إذا لم يتحل باألخالق الفاضلة فإن طلبه للعلم ال فائدة فيه‬: ‫طالب العلم‬

“Seorang penuntut ilmu, jika tidak menghiasi diri dengan akhlak yang mulia,

maka tidak ada faidah menuntut ilmunya.”

Memang demikian contoh dari para ulama sejak dahulu, mereka sangat

memperhatikan adab dan akhlak. Jangan sampai justru dakwah rusak karena

pelaku dakwah itu sendiri yang kurang adab dan akhlaknya. Ulama dahulu benar-

benar mempelajari adab dan akhlak bahkan melebihi perhatian terhadap ilmu.

Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata,

‫طلبت األدب ثالثين سنة وطلبت العلم عشرين سنة كانوا يطلبون األدب ثم العلم‬

“Saya mempelajari adab selama tiga puluh tahun dan saya mempelajari ilmu

(agama) selama dua puluh tahun, dan ada-lah mereka (para ulama salaf) memulai

pelajaran mereka dengan mempelajari adab terlebih dahulu kemudian baru ilmu”.

4
Hendaknya kaum muslimin terutama para penuntut ilmu dan dai sangat

memperhatikan hal ini. Jika setiap orang atau sebuah organisasi, kita permisalkan.

Mereka punya target dan tujuan tertentu, maka tujuan Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam diutus adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak manusia.

Kita berupaya untuk mewujudkan hal ini.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫بُ ِعثْتُ ِألُت َِم َم‬


ِ َ‫صا ِل َح ْاأل َ ْخال‬
‫ق‬

“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Berhiaslah dengan Akhlak Mulia

Beliau memerintahkan kita agar bergaul dan bermuamalah dengan manusia

berhiaskan akhlak yang mulia.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫س ٍن‬ ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬


َ ‫ق َح‬ َ َّ‫ق الن‬
ِ ‫َوخَا ِل‬

“Bergaulah dengan manusia dengan akhlak mulia.”

Beliau adalah suri teladan bagi kaum muslimin dan beliaupun sudah

mencontohkan kepada kita akhlak beliau yang sangat mulia dalam berbagai kisah

sirah beliau. Allah memuji akhlak beliau dalam Al-Quran.

Allah Ta’ala berfirman,

5
ٍ ُ‫َو ِإنَّكَ لَعَلى ُخل‬
‫ق َع ِظ ٍيم‬

Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang

luhur” (Al-Qalam: 4).

Demikian juga pujian dari istri beliau, perlu diketahui bahwa komentar dan

testimoni istri pada suami adalah salah satu bentuk perwujudan akhlak sebenarnya

seseorang. ‘A`isyah berkata mengenai akhlak Nabi Shallallahu ‘alaih wa sallam,

َ‫َكانَ ُخلُقُهُ ْالقُ ْرآن‬

“Akhlak beliau adalah Al-Quran.”[5]

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah ajaran menuntut ilmu

2 . A p a k a h k e m u l ya a n m e n u n t u t i l m u

3. Apa peran ilmu dalam agama

4. Ilmu untuk kebangkitan bangsa dan negara

6
1.3 Tujuan penulisan

1 . M e n ye l e s a i k a n t u g a s m a t a k u l i a h A k h l a k

2. Mengetahui ajaran menuntut ilmu

3. Mengetahui kemulyaan menuntut ilmu

4. Mengetahui peran ilmu dalam agama

5. Mengetahi Ilmu untuk kebangkitan bangsa dan negara

B a b I I P e mb a h a s a n

2 .1 Ajaran menuntut ilmu

7
Seorang muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa

berusaha untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus

dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam. Dan untuk

melaksanakan konsekuensi-konsekuensi dari pengakuan bahwa kita sudah

berIslam, itu membutuhkan ilmu.

Menuntut Ilmu Itu Wajib

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ضةٌ َعلَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم‬


َ ‫طلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
َ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari

sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih

al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913)

Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun Muslimah. Ketika sudah turun

perintah Allah yang mewajibkan suatu hal, sebagai muslim yang harus kita

lakukan adalah sami’na wa atha’na, kami dengar dan kami taat. Sesuai dengan

firman Allah Ta ‘ala:

‫ط ْعنَا ۚ َوأُو َٰلَئِكَ ُه ُم‬


َ َ ‫س ِم ْعنَا َوأ‬
َ ‫سو ِل ِه ِليَحْ ُك َم بَ ْينَ ُه ْم أ َ ْن يَقُولُوا‬ َّ ‫إِنَّ َما َكانَ قَ ْو َل ْال ُمؤْ ِمنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى‬
ُ ‫َّللاِ َو َر‬

َ‫ْال ُم ْف ِلحُون‬

“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk

kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan

hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan

8
kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang yang berbahagia.” (QS. An-Nuur

[24]: 51).

Sebagaimana kita meluangkan waktu kita untuk shalat. Ketika waktu sudah

menunjukkan waktu shalat pasti kita akan meluangkan waktu untuk shalat

walaupun misal kita sedang bekerja dan pekerjaan kita masih banyak. Kita akan

tetap meninggalkan aktivitas kita dan segera mengerjakan shalat. Maka begitupun

sebaiknya yang harus kita lakukan dengan menuntut ilmu.

Ilmu Itu Apa?

Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan

apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna

pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak

Allah ditunaikan, dan dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.

Kebutuhan pada ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan pada makanan dan

minuman, sebab kelestarian urusan agama dan dunia bergantung pada ilmu. Imam

Ahmad mengatakan, “Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan

minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali

sehari, sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu.”

Jika kita ingin menyandang kehormatan luhur, kemuliaan yang tak terkikis oleh

perjalanan malam dan siang, tak lekang oleh pergantian masa dan tahun,

kewibawaan tanpa kekuasaan, kekayaan tanpa harta, kedigdayaan tanpa senjata,

9
kebangsawanan tanpa keluarga besar, para pendukung tanpa upah, pasukan tanpa

gaji, maka kita mesti berilmu.

Namun, yang dimaksud dengan kata ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu

yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa

masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-

sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan

mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan” (Fathul Baari, 1/92).

Dari penjelasan Ibnu Hajar rahimahullah di atas, jelaslah bawa ketika hanya

disebutkan kata “ilmu” saja, maka yang dimaksud adalah ilmu syar’i. Oleh karena

itu, merupakan sebuah kesalahan sebagian orang yang membawakan dalil-dalil

tentang kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu dari Al Qur’an dan As-Sunnah,

tetapi yang mereka maksud adalah untuk memotivasi belajar ilmu duniawi.

Meskipun demikian, bukan berarti kita mengingkari manfaat belajar ilmu

duniawi. Karena hukum mempelajari ilmu duniawi itu tergantung pada tujuannya.

Apabila digunakan dalam kebaikan, maka baik. Dan apabila digunakan dalam

keburukan, maka buruk. (Lihat Kitaabul ‘Ilmi, hal. 14).

Keutamaan-Keutamaan Ilmu Dan Pemilik Ilmu

Hal yang disayangkan ternyata beberapa majelis ilmu sudah tidak memiliki daya

magnet yang bisa memikat umat Islam untuk duduk di sana, bersimpuh di

hadapan Allah untuk meluangkan waktu mengkaji firman-firman Allah ‘Azza wa

Jalla dan hadist nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita lebih senang menyia-

10
nyiakan waktu bersama teman-teman, menghabiskan waktu di instagram, twitter,

atau media sosial lain dibandingkan duduk di majelis ilmu. Ada banyak faktor

yang menyebabkan hal ini terjadi. Salah satunya adalah karena umat Islam belum

mengetahui keutamaan dan keuntungan, mempelajari ilmu agama. Kita belum

mengetahui untungnya duduk berjam-jam di majelis ilmu mengkaji ayat-ayat

Allah. Kalau kita tidak mengetahuinya, kita tidak akan duduk di majelis ilmu.

Karena fitrah manusia memang bertindak sesuai asas keuntungan. Faktanya, kalau

kita tidak mengetahui keuntungan atau manfaat suatu hal maka kita tidak akan

melakukan hal itu. Begitu juga dengan ibadah. Maka dari itu, semakin kita belajar

dan mengetahui keuntungan-keuntungan salat, puasa, zakat, maka kita akan

semakin semangat menjalaninya. Ini yang seharusnya kita sadari. Oleh karena itu,

kita harus mengetahui keutamaan dan keuntungan menuntut ilmu. Terdapat

banyak dalil dari kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya terkait keutamaan ilmu dan

pemilik ilmu. Di antaranya adalah:

1. Ilmu Menyebabkan Dimudahkannya Jalan Menuju Surga

Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ط ِر ْيقًا إِلَى ْال َج َّن ِة‬ َ ،‫س فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬


َ ‫س َّه َل هللاُ لَهُ بِ ِه‬ ُ ‫ط ِر ْيقًا يَ ْلت َِم‬
َ َ‫سلَك‬
َ ‫َم ْن‬

“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan

memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

2. Ilmu Adalah Warisan Para Nabi

11
Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh hadits,

ٍ‫ فَ َم ْن أ َ َخذَهُ أ َ َخذَ بِ َحظ‬،‫ َولَ ِك ْن َو َّرث ُ ْوا ْال ِع ْل َم‬،‫َارا َو َال د ِْرهَا ًما‬ ِ َ‫ا َ ْلعُلَ َما ُء َو َرثَةُ ْاأل َ ْنبِي‬
ً ‫اء َوإِ َّن ْاأل َ ْن ِبيَا َء لَ ْم ي َُو ِرث ُ ْوا ِد ْين‬

‫َوافِ ٍر‬

“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak

mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu,

barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu

Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah; dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-

Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6297).

3. Ilmu Akan Kekal Dan Akan Bermanfaat Bagi Pemiliknya Walaupun Dia

Telah Meninggal

Disebutkan dalam hadits,

َ ‫ أَ ْو َولَ ٍد‬،‫ أَ ْو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬،ٍ‫اريَة‬


ُ‫صا ِلحٍ يَدْعُو لَه‬ َ :ٍ‫ط َع َع َملُهُ إِ َّال ِم ْن ث َ َالث‬
ِ ‫صدَقَ ٍة َج‬ َ َ‫سانُ ا ْنق‬ ِ ْ َ‫إِذَا َمات‬
َ ‫اْل ْن‬

“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal:

sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya”

(HR. Muslim).

4. Allah Tidak Memerintahkan Nabi-Nya Meminta Tambahan Apa Pun Selain

Ilmu

Allah berfirman:

‫ب ِزدْنِي ِع ْل ًما‬
ِ ‫َوقُ ْل َر‬

12
“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu“. (QS. Thaaha

[20] : 114). Ini dalil tegas diwajibkannya menuntut ilmu.

5. Orang Yang Dipahamkan Agama Adalah Orang Yang Dikehendaki

Kebaikan

Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َّ ‫َم ْن ي ُِر ِد‬


ِ ‫َّللاُ ِب ِه َخي ًْرا يُفَ ِق ْههُ ِفى ال ِد‬
‫ين‬

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah

akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No.

1037).

Yang dimaksud faqih dalam hadits bukanlah hanya mengetahui hukum syar’i,

tetapi lebih dari itu. Dikatakan faqih jika seseorang memahami tauhid dan pokok

Islam, serta yang berkaitan dengan syari’at Allah. Demikian dikatakan oleh

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Kitabul ‘Ilmi (hal. 21).

6. Yang Paling Takut Pada Allah Adalah Orang Yang Berilmu

Hal ini bisa direnungkan dalam ayat,

‫َّللاَ ِم ْن ِع َبا ِد ِه ْالعُلَ َما ُء‬


َّ ‫ِإنَّ َما َي ْخشَى‬

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah

ulama” (QS. Fathir: 28).

13
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah

dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena

semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha

Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu

ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan

akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 308).

Para ulama berkata,

‫من كان باهلل اعرف كان هلل اخوف‬

“Siapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah”.

7. Orang Yang Berilmu Akan Allah Angkat Derajatnya

Allah Ta’ala berfirman:

ٍ ‫َّللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوا َّلذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجا‬


…‫ت‬ َّ ِ‫يَ ْرفَع‬..

“…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-

Mujadilah [58]: 11).

Allah Subhanahu wa Ta ‘ala berfirman,

‫ير‬
ِ ‫س ِع‬
َّ ‫ب ال‬ ْ َ ‫َوقَالُوا لَ ْو ُكنَّا نَ ْس َم ُع أ َ ْو نَ ْع ِق ُل َما ُكنَّا فِي أ‬
ِ ‫ص َحا‬

14
“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan

(peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang

menyala-nyala”. (QS. Al-Mulk : 10).

Allah telah memberikan banyak kenikmatan, jika tidak kita gunakan untuk

mempelajari firman-firmannya maka kita akan menjadi salah satu orang yang

menyatakan dan Allah abadikan dalam surat Al-Mulk ayat 10 di atas. Semoga

Allah memberikah taufiq dan hidayah-Nya kepada kita untuk bisa menuntut ilmu

dan mengamalkannya sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Aamiin.

2.2 k e m u l ya a n m e n u n t u t i l m u

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata: Rasulallah SAW bersabda, "Tidaklah

orang yang meniti di jalan untuk menuntut ilmu kecuali Allah akan memudahkan

jalannya menuju surga, sedangkan orang yang memperlambat dalam mengamalkannya,

maka tidak akan cepat mendapatkan nasabnya (keberuntungan)." (HR Abu Daud).

Kemudian, dari Katsir bin Qaiz, Abu-Ad Darda lalu berkata, "Sesungguhnya aku

mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa berjalan untuk menuntut

ilmu, maka Allah akan memperpanjangkannya di antara jalan-jalan yang ada di

surga, sedangkan malaikat akan meletakkan sayapnya (memberikan doa) karena

senang dengan para penuntut ilmu'."

Seluruh penghuni langit serta bumi dan ikan-ikan di dasar laut akan memintakan

ampunan kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Kelebihan dan

keutamaan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan atas ahli ibadah bagaikan

15
keutamaan bulan pada malam purnama atas bintang-bintang di sekitarnya.

Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi dan para nabi tidak

mewariskan dinar atau dirham, tetapi mewariskan ilmu pengetahuan. Barang siapa

mengambilnya berarti telah mengambil bagian yang banyak (HR Abu Daud).

Hadis di atas menggambarkan terdapat keutamaan ahli ilmu (ulama). Pertama,

bermanfaat buat orang lain.

Seseorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dapat membuat inovasi terbaru

berupa karya. Sedangkan karya-karyanya berguna untuk kepentingan orang lain

dan menyelesaikan masalah kehidupan. Misalkan, inovasi pertanian seperti

perbenihan. Ahli ilmu yang bisa melakukan rekayasa terhadap genetik benih

sehingga tanaman tidak mati terkena banjir dan kekeringan. Inovasi tersebut

berguna untuk masyarakat secara luas. Sedangkan sebaikbaiknya umat adalah

yang bermanfaat untuk orang lain.

Kedua, terhindar dari kebodohan. Mengurungkan niat untuk menuntut ilmu maka

bersiap maraknya kebodohan. Islam menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu agar

meningkat pengetahuannya dan bisa mengarungi kehidupan di dunia, sehingga

mudah mempertanggungjawabkan di akhirat.

Ketiga, ahli ibadah. Seseorang mempunyai ilmu pengetahuan termasuk ahli

ibadah. Saat dia menyebarkan ilmu itu kepada orang lain dan terhindar dari

kebodohan maka sudah mengalir pahala untuknya. Negeri ini pasti jaya dan

sejahtera kalau benar seseorang yang sudah memiliki ilmu kemudian menerapkan

ilmunya. Sedangkan, menyembunyikan ilmu dari orang lain padahal mengetahui,

16
maka dia tidak akan mewariskan ilmu itu kepada orang lain. Jumlah orang pandai

akhirnya tidak bertambah karena menyembunyikan ilmu.

Keempat, pejuang hebat. Ahli ilmu termasuk pejuang. Mempelajari sebuah ilmu

butuh waktu, konsistensi, pengamatan dan analisis, serta sampai kepada

percobaanpercobaan. Di samping itu, penuntut ilmu jangan menjadi pencuri ilmu

pengetahuan. Sebutkanlah siapa pemilik asli dari ilmu itu. Ada nilai etika yang

harus dipahami oleh orang yang sedang berjuang untuk mendapat ilmu.

2.3 peran ilmu dalam agama

Telah menjadi fitrah semula jadi setiap manusia, tidak kira apa kaum atau bangsa, suka

kepada ilmu. Justeru itulah setiap orang berlumba-lumba menuntut dan mencari ilmu di

dalam berbagai-bagai bidang. Pada umat Islam pula ia didorong lagi oleh ajaran

agamanya.

Sebagaimana

firmanAllah:Maksudnya:

“... supaya Allah meninggikan darjat orang yang beriman di kalangan kamu dan orang

yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa darjat.” (Al Mujadalah: 11)

Sabda Rasulullah SAW :Maksudnya:

“Menuntut ilmu itu wajib ke atas setiap muslimin dan muslimat.”

Sabdaba gindalagi : Maksudnya:

“Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang abid seperti kelebihanku atas orang yang

terendah dari umatku.” (Riwayat At Tarmizi)

17
Maksudnya:

“Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang abid ibarat bulan purnama terhadap

seluruh bintang.”

(Riwayat Abu Daud)

Dalam Islam, menuntut ilmu itu adalah wajib, ada yang fardhu ain, ada yang fardhu

kifayah. Manusia suka menuntut ilmu itu kerana memandangkan peranan ilmu itu di

dalam kehidupan sangat memberi faedah-faedah dan memberi kesan, antaranya:

1.Orang yang bodoh susah berhadapan dengan kehidupan yang bersimpang-siur dan

pancarobanya, maka perlulah ilmu untuk berhadapan dengannya.

2.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia boleh maju di dalam bidang ekonomi.

3.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia boleh maju di dalam bidang pembangunan.

4.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia boleh maju di dalam bidang perhubungan.

5.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia boleh maju di dalam bidang ketenteraan dan

persenjataan.

6.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia boleh maju di dalam berbagai-bagai bidang

yang lain.

7.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia boleh memberi makan otak dan jiwa.

8.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia boleh menjadi kawan di waktu ketika apa dan

suasana apa sekalipun.

18
9.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia boleh membawa kehidupan yang mudah dan

senang.

10.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia biasa boleh menguasai orang atau kaum dan

bangsa-bangsa yang bodoh.

11.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia dihormati dan disegani orang.

12.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia mudah membuat kerja yang susah dan

mencabar.

13.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia mudah mendapat kejayaan dunia dan Akhirat.

14.Dengan ilmu pengetahuan ada manusia biasa dia memimpin orang yang bodoh.

15.Dengan ilmu pengetahuan jarang orang menjadi miskin.

16.Dengan ilmu pengetahuan manusia boleh mendapat harta dan kekayaan.

17.Denganilmupengetahuanmanusiabolehmendapatkuasa.

Walaupun telah menjadi fitrah manusia suka dengan ilmu pengetahuan dan berusaha

mencarinya, namun tidak semua orang dapat memiliki ilmu yang banyak dan tinggi. Di

antara sebabnyaa dalah seperti berikut:

1. Kerana seseorang itu Allah Taala telah takdirkan lemah akal fikirannya. Dengan sebab

itu dia tidak mampu menimba ilmu yang banyak.

2.Mungkin seseorang itu tidak dapat peluang belajar dengan cukup kerana kemiskinan

dan kesusahan hidup.

19
3.Kerana tidak ada peluang-peluang kemudahan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan

yang tinggi seperti tempat belajar jauh.

4.Kerana ditakdirkan oleh Allah Taala selalu sakit atau kecacatan anggota maka tidak

membolehkan cergas menuntut ilmu.

5.Kerana seseorang itu cepat berkahwin maka terhalanglah untuk mendapat ilmu yang

banyak.

6.Kerana seseorang itu atau sesuatu kaum atau bangsa itu tidak bersungguh-sungguh

menuntut ilmu pengetahuan atau malas menuntut ilmu.

Di antara sumber-sumber ilmu ialah:

1.Melalui belajar dan membaca, membuat kajian.

2.Melalui pengalaman.

3.Bagi rasul atau nabi melalui wahyu.

4.Bagi orang yang bertaqwa, melalui ilham.

20
Orang yang menuntut dan mencari ilmu ada beberapa golongan pula. Di antaranya seperti

disenaraikan di bawah:

1.Menuntut dan mencari ilmu kerana ilmu semata-mata. Dia seronok, mabuk dan asyik

dengan ilmu. Inilah golongan orang yang mencari ilmu kerana ilmu semata-mata atau

golongan mabuk ilmu.

2.Orang yang mencari ilmu kerana inginkan kekayaan dan harta dunia. Dengan ilmu yang

banyak dan tinggi, boleh menjawat jawatan yang tinggi dan dapat gaji besar. Dengan ilmu

juga ada orang boleh pandai berniaga. Dengan berniaga, boleh mendapat kekayaan dan

harta. Inilah golongan menggunakan ilmu untuk mendapat kekayaan.

3.Ada orang mencari ilmu kerana ingin menjadi pemimpin. Seseorang yang hendak

menjadi pemimpin mesti ada ilmu. Kalau tidak, sudah tentu tidak boleh memimpin orang.

Atas sebab ini, ada golongan memburu ilmu. Inilah golongan yang menggunakan ilmu

untuk menjadi pemimpin.

4.Ada setengah golongan pula bersungguh-sungguh mencari ilmu kerana ingin nama dan

glamour. Agar orang menganggap dia golongan intelek. Moga-moga dia dihormati orang

dan moga-moga nama masyhur. Inilah golongan ahli ilmu yang inginkan nama.

21
5.Ada orang belajar ilmu kerana hendak keluar daripada kebodohan dan kejahilan. Agar

jangan orang memandang hina. Jahil itu dipandang tidak baik. Maka mereka pun

belajarlah ilmu pengetahuan hingga menjadi orang yang pandai. Inilah golongan ahli ilmu

yang mendapatkan ilmu agar tidak terhina.

6.Ada orang menuntut dan mencari ilmu kerana ingin membangun dan maju demi

kedaulatan dan kemegahan bangsa dan negara. Agar jangan bangsanya mundur dan

terhina. Inilah golongan ahli ilmu yang berfahaman nasionalisme.

7.Orang yang menuntut ilmu kerana perintah Allah Taala. Juga dengan tujuan agar dapat

mengamalkan ilmu supaya boleh mengabdikan dan mendekatkan diri kepada Allah Taala.

Moga-moga dengan itu mendapat keredhaan Allah Taala dan terselamat daripada

kehinaan di dunia dan di Akhirat.

Golongan ini menggunakan ilmu untuk membangunkan ekonomi, ketenteraan, pertanian,

bangunan, sekolah, pejabat, jalan raya dan lain-lain lagi. Ia adalah dengan tujuan agar

dapat melindungi iman, memperkuatkan syariat, membesarkan syiar Tuhan dan

mendaulatkan hukum-hukum Tuhan.

22
Justeru itu, di dalam membangun melalui ilmunya, mereka sangat menjaga syariat, terlalu

menjaga halal dan haram, tidak lari daripada disiplin Islam hingga seluruh usaha dan

kemajuan yang dibangunkan menjadi ibadah, menjadi amal soleh, dianggap jihad

fisabilillah dan diberi pahala yang besar oleh Allah Taala yang Maha Pemurah. Inilah

golongan ahli ilmu yang bertaqwa.

Kita umat Islam, dalam menuntut dan mencari ilmu biarlah menjadi golongan yang

ketujuh itu, iaitu mencari ilmu kerana Allah Taala. Kalau bukan kerana Allah Taala,

termasuk orang yang rugi. Kalaupun mendapat untung di dunia, namun rugi di Akhirat

kerana masuk Neraka.

Wal‘iyazubillah.

Sabda Rasulullah SAW:

Maksudnya: “Sesiapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk bersaing dengan para

ulama atau untuk mujadalah dengan orang-orang yang jahil atau untuk mengambil

perhatian manusia, ia akan masuk Neraka.”

Sabda baginda lagi:

23
Maksudnya: “Barang siapa yang bertambah ilmunya tetapi tidak bertambah amalannya

dia akan bertambah jauh dari Allah.”

2.4 Ilmu untuk kebangkitan bangsa dan negara

Bagi orang yang memahami dan mempercayai pada agama, yaitu ajaran

langsung datang dari Tuhan, maka akan mengatakan bahwa membangun bangsa

tanpa memperbaiki akhlaknya tidak akan berhasil. Akhlak mulia adalah kunci

untuk meraih segala kemuliaan hidup. Tanpa akhlak mulia maka kehidupan ini

akan kacau balau dan tidak akan terjadi keadilan yang didambakan oleh semua

orang.

Tanpa akhlak mulia maka, mereka yang kuat akan menindas yang lemah, mereka

yang pintar akan mengakali yang bodoh, mereka yang kaya akan menindas yang

miskin, penguasa yang tidak berakhlak mulia akan selalu berbuat dhalim, dan

seterusnya. Akhlak adalah merupakan kunci lahirnya masyarakat yang damai,

adil, dan sejahtera.

24
Mungkin saja tanpa akhlak mulia, suatu masyarakat akan maju di bidang

ekonomi, dan bahkan juga ilmu pengetahuan dan teknologinya. Mereka akan

meraih kemakmuran, kesejahteraan, berhasil menciptakan apa saja yang baru dan

juga mungkin bermanfaat bagi kehidupan. Misalnya, mampu membuat mobil,

pesawat terbang, alat komunikasi yang amat canggih, dan lain-lain, tetapi belum

tentu berhasil melahirkan kedamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam

pengertian yang sebenarnya.

Banyak contoh negara yang disebut maju, tetapi sehari-hari juga berhasil

menciptakan musuh, mengadu domba, membuat kesan bahwa seolah-olah

menolong tetapi sebenarnya justru menjadikan negara yang ditolong justru tidak

berdaya. Lebih jelas lagi, dalam skala kecil, tanpa akhlak mulia, ternyata orang

mengalami kegagalan di dalam membangun keluarga, anak keturunannya tidak

jelas, dan apalagi memahami makna kehidupan yang sebenarnya. Keadaan seperti

itu dijalani oleh karena mereka tidak memperhatikan akhlak mulia.

Bagi umat Islam hal tersebut sudah menjadi keyakinan, bahwa tanpa akhlak mulia

maka kehidupan, yaitu mulai keluarga, lingkungan, dan bahkan bangsa atau

negara, tidak akan meraih kebahagiaan yang sebenarnya. Akhlak mulia selalu

menjauhkan diri dari hal-hal merusak dan mencelakakan, yaitu tidak amanah,

berbohong, memfitnah, mengadu domba, kikir, hasut, takabbur, terlalu mencintai

harta, tidak peduli pada orang lain, dan sejenisnya. Manakala sifat-sifat yang

dimaksudkan itu berhasil dijauhkan dari masyarakat, maka ketenteraman akan

terjadi dengan sendirinya.

25
Para penguasa, cerdik cendekia, kuat, dan kaya, jika mereka itu menyandang

akhlak mulia sebagaimana disebutkan di muka, maka kelebihan yang dimilikinya

itu justru akan digunakan untuk melindungi mereka yang lemah, yang miskin, dan

atau siapa saja yang perlu dibantu atau diselamatkan. Mereka yang pintar akan

menggunakan kepintarannya, bukan saja untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk

olrang lain. Demikian pula bagi mereka yang kaya akan menolong yang miskin,

mereka yang berkuasa akan menegakkan keadilan, menjaga kedamaian, dan

mensejahterakan yang lain.

Negara dan bangsa yang dipimpin oleh orang-orang yang menyandang akhlak

mulia, maka tidak akan ada lagi kesenjangan yang terlalu jauh, tidak akan ada

berbagai macam mafia yang pasti merugikan orang banyak, tidak akan ada

monopoli terhadap sumber-sumber ekonomi yang menjadikan rakyat semakin

miskin, dan seterusnya. Hal-hal buruk dan merusak tatanan masyarakat tersebut

tidak akan terjadi jika akhlak mulia berhasil dibangun.

Pertanyaan besar selanjutnya adalah bagaimana membangun akhlak mulia itu.

Tentu, jawabnya adalah sulit jika tidak mengetahui jalannya. Membangun akhlak

mulia adalah sama halnya dengan membangun atau membersihkan hati, ruh, atau

jiwa. Sekedar menjadikan orang pintar mungkin saja dilakukan dengan cara

dibuatkan sekolah. Akan tetapi membuat seseorang berhati bersih tidak cukup

melalui sekolahan dan atau bahkan perguruan tinggi sekalipun.

Sebenarnya membangun akhlak mulia sudah ada contoh, yaitu sebagaimana yang

dilakukan oleh para rasul dan nabi. Selain melalui contoh kehidupan nyata, yaitu

26
kehidupan Nabi itu sendiri juga terdapat pedoman berupa kitab suci. Sosok

seorang Nabi, sekarang sudah tidak ada lagi. Muhammad sebagai Nabi terakhir

sudah wafat dan tidak akan lahir nabi baru. Akan tetapi, para ulama yang mampu

menjalankan keulamaannya adalah disebut sebagai pewaris para Nabi. Demikian

pula kitab suci, hingga sekarang ini sudah dibukukan dengan sempurna dan bisa

dibaca oleh siapapun pada setiap saat.

Oleh karena itu, membangun akhlak mulia sebenarnya masih mungkin dilakukan,

yaitu dengan cara mendekatkan bangsa ini dengan kitab suci, dengan tempat

ibadah, dan dengan para tokoh yang bisa dijadikan tauladan. Membangun akhlak

mulia lewat cara-cara yang masih akan disusun, dalam arti menggunakan akal

manusia biasa, hingga kini sebenarnya belum tersedia sejarah yang berhasil.

Membangun akhlak mulia harus dilakukan oleh orang yang menyandang akhlak

yang dimaksudkan itu. Wallahu a'lam.

Bab III Penutup

27
Kesimpulan

Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat

dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan

kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap

muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa

kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah

swt.Rasulullah saw bersabda: ‫ُم ْس ِل ٍم‬ ‫ُك ِل‬ ‫َعلَى‬ ٌ ‫ضة‬


َ ‫فَ ِر ْي‬ ‫ْال ِع ْل ِم‬ ُ‫طلَب‬
َ ٍ‫م‬

“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”

(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin

Malik)

Ilmu tanpa amal/praktek bagaikan pohon yang tidak berbuah.

Bab IV Daftar Pustaka

https://muslim.or.id/29917-ilmu-agama-tanpa-akhlak-mulia-adalah-sia-sia.html

28
https://uin-malang.ac.id/r/150901/membangun-bangsa-dengan-akhlak-mulia.html

http://cebisan-kehidupan.blogspot.com/2013/07/peranan-ilmu-dalam-islam.html

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/07/20/otdgqc313-

kemuliaan-penuntut-ilmu

https://muslimah.or.id/10472-keutamaan-menuntut-ilmu-agama.html

29

Anda mungkin juga menyukai