orang yang sangat aku rindukan saat ini. Sedikit tentang ayahku, dia itu katanya adalah sosok revolusioner keluarga kami dan dia juga seorang ustads yang pandai dan jago ngaji sayang dia tak punya umur panjang untuk bisa bersamaku, dan bahkan aku tak ingat wajahnya.Ayahku telah meninggal dunia ketika aku berumur 2 tahun dan itu sekitar tahun 2001 dan 2002, aku tak bisa mengingatnya dengan pasti karena aku hanya tau hal itu dari keluargaku saja sebab saat itu aku masih sangat kecil untuk mengingat beberapa hal yang begitu sulit dan menyakitkan bagiku atau bagi keluargaku terutama Ibu. Dewasa ini, bagiku kematian adalah hala yang paling mengerikan. Menyangkut masa dulu, sekarang dan masa depan, menyakitkan bahkan hanya untuk sekedar diingat. Aku menyadari itu ketika Tuhan memutuslan untu mengambil ayah, orang yang begiti berharga dalam hidupku disegala aspeknya. Kadang aku ingin meronta tapi kuurungkuan, dengan maksud memberi ayah kedamaian disurga. Malam semakin larut, cuacanya pun dingin layaknya oleh2 dari hujan tadi sore yang mengguyur begitu deras, ahh deras atau tidak ya.kala itu aku tetap berkutak diatas ranjang kayu yang sudah agak reot dibaluti oleh kelambu yang masih terangkat karena belum ku turunkan, sebab belum ingin tidur. Disana diranjang itu aku selalu baring dengan lutut mandekap pada dada diatas kasur tipis nan empuk yang lumayan menghangatkan tubuh karena berlabel california warna merah maroon yang katanya buatan amerika dengan sengaja dibuat terjuntai hingga ke lantai agar dapat menyembunyikan alat perkakas pamanku yang sengaja disimpan disana, yang sampai sekarang belum tau kenapa alat2 itu disimpan disana, sama sekali bukan tempatnya. Saat itu aku tinggal dirumah paman. Seperti biasa setelah selesai makan malam aku membuka lemari pendingin kecil yang ada dirumahku untuk menemui kunyit basah kesayanganku dan juga kawannya yaitu madu asli yang nggak pernah terkontaminasi oleh bahan2 kimia para ilmuan. Tujuannya untuk mengoleskannya kebibirku agar tidak hitam layaknya perokok, padahal aku tidak merokok. Selang menit aku membilas bekas olesan kunyit itu dengan air hangat, inisih kata tipersnya aja. Nah setelah itu deh aku kembali keranjang ku yang udah kayak kekasih aku, buat nulis kisah ini yang sedang kamu baca. Yang memang hanya kutulis dalam aplikasi catatan di hp ku ini.Banyak yang aku pikirkan terutama plan aku selanjutnya setelah lulus SMA apalagi sekarang aku dan juga kawan sekelasku yang lain sedang memikirkan kemana lagi selanjutnya kaki kami berpijak, banyak hal yang aku pertimbangkan saat ini. Aku juga ingin kuliah layaknya anak anak yang lain tapi yah itu aku tidak cukup mampu seperti kalian yang mungkin membaca buku ini. Seperti yang ku katakan sebelumnya bahwa malam semakin larut jadi aku ingin tidur dulu sebab aku juga merasa ada yang aneh dengan betisku yang memang seringkali terasa agak ngilu2 gitu kalau musim hujan apalagi jika cuacanya agak dingin seperti saat ini.Hingga aku akan meletakkaan hp ku, aku masih sedikit berfikir tentang esok yang akan aku jumpai atau tidak berhubung karena aku masih mengingat Tuhan jadi aku masih berfikir tentang kematian kala aku akan terlelap dalam tidurku nanti. Namun ketika hendak terlelap tiba2 saja telponku berdering dan aku langsung terperanjak melihat nama yang tertera pada layarnya ternyata itu temanku, Adi yang sengaja kusamarkan namanya agar kiranya jika ada kisah memalakukan tentang dirinya nanti kutulis maka harga dirinya tak akan terluka dan malu didepan umum. Selanjutnya kita beralih ketika aku berbicara dengannya yang banyak menggombaliku. Hai. Suara diseberang telpon terdengar sangat bersemangat. Hai juga, balasku datar. Kamu lagi ngapain? Tanyanya. Aku lagi baring, mau tidur. Sengaja aku jujur dan mudah* dia peka bahwa saat ini aku tak ingin bicara dengan siapapun dulu dan juga itu karena aku memang sedang mengantuk dan merasa tidak enak badan agar aku bisa tak lama2 telponan dengan dia. Yahh padahal aku mau ngomong loh sayang, gombalnya. What?! Anjir brani banget dia. Pengen banget ya aku ngomong kedia, oi maaf ya lu siapa nggak ada malu banget. Tapi tak jadi ku katakan. Aduh maaf tapi kayaknya aku udah ngantuk benget ni, kataku. Ohh yah udah de mau gimana lagi, oke kalau gitu selamat malam sayang mimpi yang indah. Ucapnya dengan terdengar menahan untuk tidak ketawa. Ohh iya, sambungku. Sambungan telepon langsung tertutup, aku nggak jadi tidur karena aku mikir nih orang apa2 sih gayanya mau ngomong, yah itu kan udah ngomong dia nelpon cuma say hai doang. Nah sedikit gambaran tentang adi dia itu cowok yang dulu pernah deket sama aku tapi nggak tau kalau sekarang, kalau dia sih masih suka nelpon tapi ihh akunya malas banget buat ngobrol lama2, terlalu drama tapi nggak tau kalau nanti. Habis dia peduli banget sama aku jadi aku takut jangan sampai dia berhasil jadi pemenang hatiku Pagi2 sekali sekitar jam 7 aku udah sampai disekolah tepatnya kelas bagian luar sekolah dengan cat warna orange ketuaan, dan saat aku nulis kisah ini aku lagi duduk disebuah kursi yang agak tidak terstruktur habis diobrak abrik siswa yang nginap dikelas aku semalam. Taulah keadaan saat pagi tentu kelas sepi hanya dua atau tiga siswa yang datang dan sambil menyaksikan temanku yang sedang sibuk bercengkrama dengan urusan masing2. Saat itu aku duduk agak berdekatan dengan temanku yang agak kocak. Dia itu lucu hampir apapun yang ia katakan semua lucu dan meskipun itu adalah hal2 yang nggak berguna tapi itu sangat menghimbur dan sehari dia nggak ada di sekolah wahh bisa bayangin kelas rasanya kayak kuburan ribut tapi ngerasa sepi. Sedikit gambaran tentang dia, dia bernama jais, jais kurniawan,dia agak pendek, coklat sawo dan saat itu rambutnya agak botak. Dia itu kalau kesekolah pakaiannya yaallah amburadul kayak yang sudah berantem gitu, dia juga agak pintar. Pagi itu jais duduk di depan kelas minum kopi yang sengaja disuguhin entah siapa yang membuat semua itu. Tapi sudahlah nanti dia pasti bakal kasih tau aku itupun kalau aku nanya Hingga saat sang kelam telah berlalu dan si jingga pun mulai bangun dari lelapnya, aungan anjing pun tak lagi terdengar diganti saut2 ayam jantan yang telah lama tidur yang membuatku terbangun, ketika aku terbangun aku langsung membereskan semua pekerjaan rumah termasuk mencucui pakaian ku yang kupakai sehari2 yang sengaja kutumpuk selama satu minggu. Dan ketika selesai aku langsung berangkat kesekolah namun bukan pada waktu seperti biasa berhubung Karna hari ini hari minggu dan tujuan aku kesekolah hanyalah untuk membenahi ruang kelas bersama teman2. Sesampainya disekolah yang aku lihat suasanya sepi, tenang, panas bagai tak berpenghuni namun nyatanya ada beberapa orang kawanku dan juga wali kelasku yang datang. Dari kejauhan aku telah melihat wajah seseorang yang amat familiar namun pahit bagiku, iya dia ahril teman sekelasku. Sedikit gambaran tentangnya. Ahril berambut merah agak pirang dan juga berkulit putih, namun sayang aku tak terlalu akrab dengannya sebab dia itu sombong bagiku. Tapi diluar itu semua aku akui aku tertarik dengannya dan kami pernah ada "masa" itu yang aku fikir nggak tau kalau dia. Ahh yang penting aku nggak bohong. Saat itu ia sedang membuat rangka perpustakaan kelas kami bersama dua orang lainnya yang sudah kulupa namanya. Ketika keberadaan ku telah disadari oleh teman yang lain tiba2 saja ada suara seseorang yang terdengar sangat keras, ahril pacar lu udah datang. Kata ardi temanku yang lain yang sedang duduk diatas sebuah meja usang di teras kelas. Yah jelas sontak aku bertanya dalam hati What?! What are you say ardi, are you crazy?! Namun lain halnya dengan respon ahril ia hanya menatap kearahku dengan pandangan yang penuh pertanyaan dan sedikit tersenyum di ujung bibirnya. Ahh bullshit lu semua, geram dalam hatiku. Namun sepanjang kami bekerja bersama tak satupun dari kami yang bercakap lama hingga akhirnya aku memutuskan untuk pulang karena ada janji dengan Bunda hendak mengantarnya ke sebuah pesta di bontotiro. Kuceritakan bunda, dia orang yang paling kusayangi di dunia ini, dia wanita tangguh dan sedetik tak ada disisinya membuat aku merasa sesak. Dia adalah sosok orang tua yang boleh dikata diidamkan oleh semua kalangan anak, sebab dia itu penyayang dan tak pernah marah. Adapun kalau dia marah pasti cuman sebentar tapi sedikit nyakitin dan itu ampuh buat bikin orang yang di marahinya itu kapok. Itu sedikit gambaran tentang bunda. Hari* berlalu seperti biasa,, ada yang berubah tapi tak banyak. Saat itu aku sudah mengenal cinta hingga saatnya aku punya pacar yang sangat ku cintai tapi dia jauh dariku maka dari itu aku memutuskan untuk berhenti menjalin hubungan bersamanya, hingga akhirnya aku merasa sakit hati. Tapi itu semua segera berakhir.Pacarku ini atau lebih tepatnya mantanku, dia itu tampan dan juga karismatik dia juga kaya. Tapi bukan karena dia tampan atau pun kaya sehingga aku mau berpacaran dengan dia itu terlebih karena aku memang pernah cinta padanya namun alasanku untuk berpisah bukanlah alasan yang sembarang itu terlebih karena aku dan dia nggak bisa LDR, yaitu semacam hubungan jarak jauh yang merupakan akronim dari Long Distance Relationship kata anak gaul saat itu.Ahh sudahlah aku tak ingin banyak membahas tentangnya biarlah ini hanya menjadi kenangan dan masa lalu karena bahkan namanya pun tak ingin ku sebut dalam buku ini sebab aku masih ingin menjaga privasinya terlebih lagi jika identitasnya sebab putusnya kami ini bukan dilandasi oleh benci atau nggak cinta lagi tapi ini karena kami tidak kuat jika harus berjauhan dan hal ini juga yang membuatku tak percaya lagi dengan hubungan cinta antara laki* dan perempuan. Karena menurutku meskipun kita tidak pacaran jodoh juga pasti akan datang. Dan meski kita pacaran berapa lama pun kalau emang nggak bisa cocok yahh gimana lagi??. Ingat temanku jais?? Iya dia si pelawak yang ku maksud itu. Ternyata kopi yang dulu diseduhnya itu ternyata buatan gadis* kelasku yang ikut menginap di kelas malam itu. Hingga saat kutulis kisah ini aku dengannya masih sangat akrab, ia masih seperti dulu. Kini kami seringkali bersama dan bercanda bersama sehingga kami merasa bimbang akan perpisahan kami yang sebentar lagi karena hendak lulus dari SMA, dan itu artinya kami akan berpisah entah tau kapan akan bertemu lagi. Yang jelas banyak kisahku dengan mereka. Yang lebih ku khawatirkan saat itu adalah perpisahanku dengan kawan sejatiku. Erli, ia erliana akhmad. Sedikit tentangnya, dia adalah gadis tercantik di kelasku dan agak tomboy tapi banyak degemari oleh teman* priaku de sekolah. Erli adalah kawan dan juga sekaligus jantung dari persahabatan ku dengannya. Aku masih punya satu sahabat lagi namanya isra wiranti rahman tapi tak akan aku ceritakan disini tapi di buku yang lain karena akan ku khususkan satu edisi untuknya sebab ia sangat istimewa bagiku. Dan mudah* aku sempat. Beberapa bulan kemudian berhubung kami sudah kelas tiga maka sudah waktunya kami melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi ujian salah satunya adalah pengayaan. Kemudian mid semester, nah setelah seminggu pusing belajar untuk mid(aku sih nggak pusing) tiba saatnya kita sekelas pergi refresing ke salah satu objek wisata buat anak* remaja seperti kami. Yaitu di kolam renang limbua yang ada di desa tiro, kesananya kita konvoi naik motor yang beragam merek dari yang paling standar hingga yang paling wow lah pada masa itu. Aku seneng ketika sudah sampai tapi ada hal yang buat aku merasa nggak enak yaitu ketika aku nyuruh temenku buat ngambilan jilbabku Tapi yang pas ada disana hanya dia(ahril) , dia yang pernah singgah dalam destinasiku, kalian boleh beranggapan aku lebay tapi maaf memang itu yang aku rasakan mau diapa lagi yang jelas aku sudah merasa hilang dengan semua itu. Maaf aku tak bisa menjaga rasa itu, tapi aku masih sangat ingin bersamanya, bukan aku berharap tapi itu yang memang aku sedang fikirkan. Kembali ke jilbab aku, yah saat aku nyuruh temen aku buat ngambil jilbabku ternyata ada dia(maaf dia aja yah, kalau kalian udah liat teks yang sebelumnya kalian pasti ngerti siapa yang aku maksud) temen yang aku suruh itu difa eh si difa malah nyuruh dia yah buru* aja aku ngelarang tapi bersamaan dengan itu dia kayak kecewa atau tersinggung gitu tapi sumpah aku nggak ada maksud aku cuman merasa bahwa kami belum terlalu akrab sehingga dia bebas menyentuh barang*ku, sumpah itu hanya spontanitasku saja,diluar semua itu aku harap dia juga membaca buku ini sehingga kalau dia baca dia tahu bahwa semua itu kulakukan diluar dari kesadaranku dan aku ingin bilang"maaf aku hanya sedikit canggung jika bersisihan secara tiba* denganmu". Setelah puas berenang kami semua memutuskan untuk pulang dan sepanjang perjalanan yang hanya aku pikirkan hanyalah bagaimana caraku meminta maaf kepadanya dan bagaimana caraku untuk menjelaskan agar dia mengerti dan juga bagaimana aku bisa memperbaiki semua itu karna jauh dari dalam kalbu ini aku masih merasa canggung jika dilihat olehnya.Sebelumya kami itu terlihat sangat akrab tapi itu dulu, dulu sekali saat kami masih kelas 2 sebelum ada hal yang membuat kami terjadi konflik dan alhasil aku membencinya(tapi seperti yang sudah ku katakan aku benci padanya tapi benci karena cinta) Maaf, maafkan aku. Aku hanya ingin terbiasa hidup tanpamu dan aku hanya ingin terbiasa tampamu sebab tak selamanya kita akan bersama, hanya itu. Terlepas dari semua yang aku pikirkan itu aku juga memikirkan hal lain yaitu kenapa dia harus melanjutkan sekolahnya di tempat yang jauh? Dan kenapa kami selalu saja berada dalam lingkaran yang semestinya kami tak harus ada disana ini karena aku takut aku membahayakan harga diriku yaitu aku takut mengatakan cinta lebih dulu kepadanya. Kenapa tempat yang kami akan pergi selalu sama? Ini bukan mengada* benar* bukan. Toh kami juga nggak pernah janjian atau apapun itu,ku akui dia pria yang susah di tebak.