Anda di halaman 1dari 4

Haii!!Aku Nadira, Asmaul Nadira Mansyur.

Nama belakangku adalah nama ayahku,


orang yang sangat aku rindukan saat ini. Sedikit tentang ayahku, dia itu katanya adalah sosok
revolusioner keluarga kami dan dia juga seorang ustads yang pandai dan jago ngaji sayang dia
tak punya umur panjang untuk bisa bersamaku, dan bahkan aku tak ingat wajahnya.Ayahku
telah meninggal dunia ketika aku berumur 2 tahun dan itu sekitar tahun 2001 dan 2002, aku
tak bisa mengingatnya dengan pasti karena aku hanya tau hal itu dari keluargaku saja sebab
saat itu aku masih sangat kecil untuk mengingat beberapa hal yang begitu sulit dan
menyakitkan bagiku atau bagi keluargaku terutama Ibu. Dewasa ini, bagiku kematian adalah
hala yang paling mengerikan. Menyangkut masa dulu, sekarang dan masa depan,
menyakitkan bahkan hanya untuk sekedar diingat. Aku menyadari itu ketika Tuhan
memutuslan untu mengambil ayah, orang yang begiti berharga dalam hidupku disegala
aspeknya. Kadang aku ingin meronta tapi kuurungkuan, dengan maksud memberi ayah
kedamaian disurga.
Malam semakin larut, cuacanya pun dingin layaknya oleh2 dari hujan tadi sore yang
mengguyur begitu deras, ahh deras atau tidak ya.kala itu aku tetap berkutak diatas ranjang
kayu yang sudah agak reot dibaluti oleh kelambu yang masih terangkat karena belum ku
turunkan, sebab belum ingin tidur. Disana diranjang itu aku selalu baring dengan lutut
mandekap pada dada diatas kasur tipis nan empuk yang lumayan menghangatkan tubuh
karena berlabel california warna merah maroon yang katanya buatan amerika dengan sengaja
dibuat terjuntai hingga ke lantai agar dapat menyembunyikan alat perkakas pamanku yang
sengaja disimpan disana, yang sampai sekarang belum tau kenapa alat2 itu disimpan disana,
sama sekali bukan tempatnya. Saat itu aku tinggal dirumah paman.
Seperti biasa setelah selesai makan malam aku membuka lemari pendingin kecil yang
ada dirumahku untuk menemui kunyit basah kesayanganku dan juga kawannya yaitu madu
asli yang nggak pernah terkontaminasi oleh bahan2 kimia para ilmuan. Tujuannya untuk
mengoleskannya kebibirku agar tidak hitam layaknya perokok, padahal aku tidak merokok.
Selang menit aku membilas bekas olesan kunyit itu dengan air hangat, inisih kata tipersnya
aja. Nah setelah itu deh aku kembali keranjang ku yang udah kayak kekasih aku, buat nulis
kisah ini yang sedang kamu baca. Yang memang hanya kutulis dalam aplikasi catatan di hp ku
ini.Banyak yang aku pikirkan terutama plan aku selanjutnya setelah lulus SMA apalagi
sekarang aku dan juga kawan sekelasku yang lain sedang memikirkan kemana lagi selanjutnya
kaki kami berpijak, banyak hal yang aku pertimbangkan saat ini. Aku juga ingin kuliah layaknya
anak anak yang lain tapi yah itu aku tidak cukup mampu seperti kalian yang mungkin
membaca buku ini.
Seperti yang ku katakan sebelumnya bahwa malam semakin larut jadi aku ingin tidur
dulu sebab aku juga merasa ada yang aneh dengan betisku yang memang seringkali terasa
agak ngilu2 gitu kalau musim hujan apalagi jika cuacanya agak dingin seperti saat ini.Hingga
aku akan meletakkaan hp ku, aku masih sedikit berfikir tentang esok yang akan aku jumpai
atau tidak berhubung karena aku masih mengingat Tuhan jadi aku masih berfikir tentang
kematian kala aku akan terlelap dalam tidurku nanti.
Namun ketika hendak terlelap tiba2 saja telponku berdering dan aku langsung
terperanjak melihat nama yang tertera pada layarnya ternyata itu temanku, Adi yang sengaja
kusamarkan namanya agar kiranya jika ada kisah memalakukan tentang dirinya nanti kutulis
maka harga dirinya tak akan terluka dan malu didepan umum. Selanjutnya kita beralih ketika
aku berbicara dengannya yang banyak menggombaliku.
Hai. Suara diseberang telpon terdengar sangat bersemangat. Hai juga, balasku datar.
Kamu lagi ngapain? Tanyanya. Aku lagi baring, mau tidur. Sengaja aku jujur dan mudah* dia
peka bahwa saat ini aku tak ingin bicara dengan siapapun dulu dan juga itu karena aku
memang sedang mengantuk dan merasa tidak enak badan agar aku bisa tak lama2 telponan
dengan dia. Yahh padahal aku mau ngomong loh sayang, gombalnya. What?! Anjir brani
banget dia. Pengen banget ya aku ngomong kedia, oi maaf ya lu siapa nggak ada malu banget.
Tapi tak jadi ku katakan.
Aduh maaf tapi kayaknya aku udah ngantuk benget ni, kataku. Ohh yah udah de mau
gimana lagi, oke kalau gitu selamat malam sayang mimpi yang indah. Ucapnya dengan
terdengar menahan untuk tidak ketawa. Ohh iya, sambungku.
Sambungan telepon langsung tertutup, aku nggak jadi tidur karena aku mikir nih orang
apa2 sih gayanya mau ngomong, yah itu kan udah ngomong dia nelpon cuma say hai doang.
Nah sedikit gambaran tentang adi dia itu cowok yang dulu pernah deket sama aku tapi nggak
tau kalau sekarang, kalau dia sih masih suka nelpon tapi ihh akunya malas banget buat ngobrol
lama2, terlalu drama tapi nggak tau kalau nanti. Habis dia peduli banget sama aku jadi aku
takut jangan sampai dia berhasil jadi pemenang hatiku
Pagi2 sekali sekitar jam 7 aku udah sampai disekolah tepatnya kelas bagian luar
sekolah dengan cat warna orange ketuaan, dan saat aku nulis kisah ini aku lagi duduk
disebuah kursi yang agak tidak terstruktur habis diobrak abrik siswa yang nginap dikelas aku
semalam. Taulah keadaan saat pagi tentu kelas sepi hanya dua atau tiga siswa yang datang
dan sambil menyaksikan temanku yang sedang sibuk bercengkrama dengan urusan masing2.
Saat itu aku duduk agak berdekatan dengan temanku yang agak kocak. Dia itu lucu hampir
apapun yang ia katakan semua lucu dan meskipun itu adalah hal2 yang nggak berguna tapi
itu sangat menghimbur dan sehari dia nggak ada di sekolah wahh bisa bayangin kelas rasanya
kayak kuburan ribut tapi ngerasa sepi. Sedikit gambaran tentang dia, dia bernama jais, jais
kurniawan,dia agak pendek, coklat sawo dan saat itu rambutnya agak botak. Dia itu kalau
kesekolah pakaiannya yaallah amburadul kayak yang sudah berantem gitu, dia juga agak
pintar. Pagi itu jais duduk di depan kelas minum kopi yang sengaja disuguhin entah siapa yang
membuat semua itu. Tapi sudahlah nanti dia pasti bakal kasih tau aku itupun kalau aku nanya
Hingga saat sang kelam telah berlalu dan si jingga pun mulai bangun dari lelapnya,
aungan anjing pun tak lagi terdengar diganti saut2 ayam jantan yang telah lama tidur yang
membuatku terbangun, ketika aku terbangun aku langsung membereskan semua pekerjaan
rumah termasuk mencucui pakaian ku yang kupakai sehari2 yang sengaja kutumpuk selama
satu minggu. Dan ketika selesai aku langsung berangkat kesekolah namun bukan pada waktu
seperti biasa berhubung Karna hari ini hari minggu dan tujuan aku kesekolah hanyalah untuk
membenahi ruang kelas bersama teman2. Sesampainya disekolah yang aku lihat suasanya
sepi, tenang, panas bagai tak berpenghuni namun nyatanya ada beberapa orang kawanku dan
juga wali kelasku yang datang. Dari kejauhan aku telah melihat wajah seseorang yang amat
familiar namun pahit bagiku, iya dia ahril teman sekelasku. Sedikit gambaran tentangnya.
Ahril berambut merah agak pirang dan juga berkulit putih, namun sayang aku tak terlalu akrab
dengannya sebab dia itu sombong bagiku. Tapi diluar itu semua aku akui aku tertarik
dengannya dan kami pernah ada "masa" itu yang aku fikir nggak tau kalau dia. Ahh yang
penting aku nggak bohong. Saat itu ia sedang membuat rangka perpustakaan kelas kami
bersama dua orang lainnya yang sudah kulupa namanya. Ketika keberadaan ku telah disadari
oleh teman yang lain tiba2 saja ada suara seseorang yang terdengar sangat keras, ahril pacar
lu udah datang. Kata ardi temanku yang lain yang sedang duduk diatas sebuah meja usang di
teras kelas. Yah jelas sontak aku bertanya dalam hati What?! What are you say ardi, are you
crazy?! Namun lain halnya dengan respon ahril ia hanya menatap kearahku dengan
pandangan yang penuh pertanyaan dan sedikit tersenyum di ujung bibirnya. Ahh bullshit lu
semua, geram dalam hatiku. Namun sepanjang kami bekerja bersama tak satupun dari kami
yang bercakap lama hingga akhirnya aku memutuskan untuk pulang karena ada janji dengan
Bunda hendak mengantarnya ke sebuah pesta di bontotiro. Kuceritakan bunda, dia orang
yang paling kusayangi di dunia ini, dia wanita tangguh dan sedetik tak ada disisinya membuat
aku merasa sesak. Dia adalah sosok orang tua yang boleh dikata diidamkan oleh semua
kalangan anak, sebab dia itu penyayang dan tak pernah marah. Adapun kalau dia marah pasti
cuman sebentar tapi sedikit nyakitin dan itu ampuh buat bikin orang yang di marahinya itu
kapok. Itu sedikit gambaran tentang bunda.
Hari* berlalu seperti biasa,, ada yang berubah tapi tak banyak. Saat itu aku sudah
mengenal cinta hingga saatnya aku punya pacar yang sangat ku cintai tapi dia jauh dariku
maka dari itu aku memutuskan untuk berhenti menjalin hubungan bersamanya, hingga
akhirnya aku merasa sakit hati. Tapi itu semua segera berakhir.Pacarku ini atau lebih tepatnya
mantanku, dia itu tampan dan juga karismatik dia juga kaya. Tapi bukan karena dia tampan
atau pun kaya sehingga aku mau berpacaran dengan dia itu terlebih karena aku memang
pernah cinta padanya namun alasanku untuk berpisah bukanlah alasan yang sembarang itu
terlebih karena aku dan dia nggak bisa LDR, yaitu semacam hubungan jarak jauh yang
merupakan akronim dari Long Distance Relationship kata anak gaul saat itu.Ahh sudahlah aku
tak ingin banyak membahas tentangnya biarlah ini hanya menjadi kenangan dan masa lalu
karena bahkan namanya pun tak ingin ku sebut dalam buku ini sebab aku masih ingin menjaga
privasinya terlebih lagi jika identitasnya sebab putusnya kami ini bukan dilandasi oleh benci
atau nggak cinta lagi tapi ini karena kami tidak kuat jika harus berjauhan dan hal ini juga yang
membuatku tak percaya lagi dengan hubungan cinta antara laki* dan perempuan. Karena
menurutku meskipun kita tidak pacaran jodoh juga pasti akan datang. Dan meski kita pacaran
berapa lama pun kalau emang nggak bisa cocok yahh gimana lagi??.
Ingat temanku jais?? Iya dia si pelawak yang ku maksud itu. Ternyata kopi yang dulu
diseduhnya itu ternyata buatan gadis* kelasku yang ikut menginap di kelas malam itu. Hingga
saat kutulis kisah ini aku dengannya masih sangat akrab, ia masih seperti dulu. Kini kami
seringkali bersama dan bercanda bersama sehingga kami merasa bimbang akan perpisahan
kami yang sebentar lagi karena hendak lulus dari SMA, dan itu artinya kami akan berpisah
entah tau kapan akan bertemu lagi. Yang jelas banyak kisahku dengan mereka. Yang lebih ku
khawatirkan saat itu adalah perpisahanku dengan kawan sejatiku. Erli, ia erliana akhmad.
Sedikit tentangnya, dia adalah gadis tercantik di kelasku dan agak tomboy tapi banyak
degemari oleh teman* priaku de sekolah. Erli adalah kawan dan juga sekaligus jantung dari
persahabatan ku dengannya. Aku masih punya satu sahabat lagi namanya isra wiranti rahman
tapi tak akan aku ceritakan disini tapi di buku yang lain karena akan ku khususkan satu edisi
untuknya sebab ia sangat istimewa bagiku. Dan mudah* aku sempat.
Beberapa bulan kemudian berhubung kami sudah kelas tiga maka sudah waktunya
kami melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi ujian salah satunya adalah
pengayaan. Kemudian mid semester, nah setelah seminggu pusing belajar untuk mid(aku sih
nggak pusing) tiba saatnya kita sekelas pergi refresing ke salah satu objek wisata buat anak*
remaja seperti kami. Yaitu di kolam renang limbua yang ada di desa tiro, kesananya kita konvoi
naik motor yang beragam merek dari yang paling standar hingga yang paling wow lah pada
masa itu. Aku seneng ketika sudah sampai tapi ada hal yang buat aku merasa nggak enak yaitu
ketika aku nyuruh temenku buat ngambilan jilbabku Tapi yang pas ada disana hanya dia(ahril)
, dia yang pernah singgah dalam destinasiku, kalian boleh beranggapan aku lebay tapi maaf
memang itu yang aku rasakan mau diapa lagi yang jelas aku sudah merasa hilang dengan
semua itu. Maaf aku tak bisa menjaga rasa itu, tapi aku masih sangat ingin bersamanya, bukan
aku berharap tapi itu yang memang aku sedang fikirkan. Kembali ke jilbab aku, yah saat aku
nyuruh temen aku buat ngambil jilbabku ternyata ada dia(maaf dia aja yah, kalau kalian udah
liat teks yang sebelumnya kalian pasti ngerti siapa yang aku maksud) temen yang aku suruh
itu difa eh si difa malah nyuruh dia yah buru* aja aku ngelarang tapi bersamaan dengan itu
dia kayak kecewa atau tersinggung gitu tapi sumpah aku nggak ada maksud aku cuman
merasa bahwa kami belum terlalu akrab sehingga dia bebas menyentuh barang*ku, sumpah
itu hanya spontanitasku saja,diluar semua itu aku harap dia juga membaca buku ini sehingga
kalau dia baca dia tahu bahwa semua itu kulakukan diluar dari kesadaranku dan aku ingin
bilang"maaf aku hanya sedikit canggung jika bersisihan secara tiba* denganmu".
Setelah puas berenang kami semua memutuskan untuk pulang dan sepanjang
perjalanan yang hanya aku pikirkan hanyalah bagaimana caraku meminta maaf kepadanya
dan bagaimana caraku untuk menjelaskan agar dia mengerti dan juga bagaimana aku bisa
memperbaiki semua itu karna jauh dari dalam kalbu ini aku masih merasa canggung jika
dilihat olehnya.Sebelumya kami itu terlihat sangat akrab tapi itu dulu, dulu sekali saat kami
masih kelas 2 sebelum ada hal yang membuat kami terjadi konflik dan alhasil aku
membencinya(tapi seperti yang sudah ku katakan aku benci padanya tapi benci karena cinta)
Maaf, maafkan aku. Aku hanya ingin terbiasa hidup tanpamu dan aku hanya ingin terbiasa
tampamu sebab tak selamanya kita akan bersama, hanya itu.
Terlepas dari semua yang aku pikirkan itu aku juga memikirkan hal lain yaitu kenapa
dia harus melanjutkan sekolahnya di tempat yang jauh? Dan kenapa kami selalu saja berada
dalam lingkaran yang semestinya kami tak harus ada disana ini karena aku takut aku
membahayakan harga diriku yaitu aku takut mengatakan cinta lebih dulu kepadanya. Kenapa
tempat yang kami akan pergi selalu sama? Ini bukan mengada* benar* bukan. Toh kami juga
nggak pernah janjian atau apapun itu,ku akui dia pria yang susah di tebak.

Anda mungkin juga menyukai