Kelenjar Hipofisis
Kelenjar Hipofisis
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam
struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi
memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah
otak yang membawa sinyal dari mata dan akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan
penglihatan. Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya.
Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas
hipofisa. Hipotalamus dan hipofisis dihubungkan oleh sistem portal hipotalamo-hipofisis.Melalui
sistem tersebut releasing hormon dari hipotalamus mencapai hipofisis, shg hipofisis mudah
melepaskan hormon-hormon.
Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus
posterior (belakang).Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara
melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara
langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan
melalui impuls saraf.
Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa
banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas
kelenjar target. Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya
dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode
aktif dan tidak aktif.
Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan
pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan
lemak dan kadar lemak dalam darah. Kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh
harus menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa dan dapat
digunakan sebagai cadangan sumber energi
Penyakit hipofise adalah penyakit yang tidak umum terjadi, namun dapat timbul sebagai kondisi
hiperfungsi hipofise,hipofungsi hipofise, dan lesi/massa setempat yang menyebabkan tekanan
pada khiasma optikus atau bagian basal otak.
HIPERPITUITARY
1) Definisi Hiperpituitary
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih
yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon – hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan
dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar
Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 : 36)
2) Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab
mencakup :
Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH,ACTH atau
prolakter.
Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi
kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000.
Jakarta : EGC)
3) Manifestasi klinis
Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari – jari
tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
Impotensi
Visus berkurang
Nyeri kepala dan somnolent
Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
Libido seksual menurun
Kelemahan otot, kelelahan dan letargi (Hotman Rumahardo, 2000 : 39)
tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa terganggu,
serta tampak keseimbangan emosi
gangguan penglihatan sampai kebutaan total
4) Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari
kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami pembesaran
disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik
bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel.
Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis
belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut
functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan prolaktin. Tumor
yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Functioning tumor
yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:
Syndrome hyperpituitary :
Patofisiologi
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ( vasopresin) menjadi kuat adalah
penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat terutama saat volume darah turun 15 –
25 persen, dengan kecepatan sekresi meningkat sering sampai 50 kali dari normal. Penyebab
peningkatan ini adalah atrium, terutama atrium kanan, mempunyai reseptor regang yang di
bangkitkan, reseptor akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menghambat sekresi ADH.
Sebaliknya, bila tidak dibangkitkan akibat tidak penuhnya pengisian, terjadi proses yang
berlawanan, dengan peningkatan sekresi ADH yang sangat besar. Lebih lanjut, di samping
reseptor regangan atrium, penurunan regangan baroreseptor pada daerah karotid, aortik dan
pulmonari dalam peningkatan sekresi ADH.
Sekresi darah yang terlalu banyak ke dalam atrium dapat terjadi pada jantung yang
kardiomegali. Atrium yang mebesar tanpa di ikutioleh katup – katupnya membuat darah
menumpuk pada atrium – atrium dan akhirnya terjadilah gagal jantung
2) Galaktore
Definisi
Galaktore adalah pembentukan air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang dalam masa
menyusui
Etiologi
Penyebabnya adalah prolaktinoma (tumor yang menghasilkan prolaktin) pada kelenjar
hipofisa. Pada saat terdiagnosis biasanya prolaktinoma ini ukurannya kecil, tetapi pada pria
tumor ini cenderung membesar.Pembentukan prolaktin yang berlebihan dan terjadinya galaktore
juga bisa dirangsang oleh obat-obatan seperti fenotiazin, obat tertentu untuk tekanan darah tinggi
(terutama metildopa) dan narkotik. Penyebab lainnya yang mungkin adalah hipotiroidisme.gagal
ginjal dan efek samping obat bisa menjadi faktor penyebab
Manifestasi klinis
Gangguan siklus menstruasi atau siklusnya berhenti
Wajah tampak merah
vagina kering sehingga terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual
Penderita pria mengalami sakit kepala atau kehilangan lapang pandang perifernya
Sekitar 2/3 penderita pria kehilangan gairah seksualnya dan menjadi impoten
Patofisiologi
Kelebihan prolaktin hampir selalu di sebabkan oleh adenoma hipofise, biasanya berupa
mikrokardenoma (diameter tumor kurang dari 1 cm). Atau disfungsi hipotalamus. Dopamin
merupakan inhibitor hipotalamik primer untuk pelepasan prolaktin terputusnya trasnmisi
dopamin kehipofise dapat menyebabkan prolaktin berlebihan
3) Gigantisme
Definisi
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis
memproduksi hormon berlebihan. Hipofisis adalah kelenjar seukuran biji kacang tanah dan
menggantung dari otak, terbaring di sebelah dalam tulang pelipis dekat bola mata. Penyakit ini
ditandai oleh pembesaran dan penebalan tulang dahi, rahang, kaki, dan tangan secara berangsur.
Penyakit ini berlangsung lambat dan baru diketahui setelah penderita memasuki usia menengah.
kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH) yang berlebihan dan
terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis
Etiologi
Gigantisme Primer atau Hipofisis, di mana penyebabnya adalah adenoma hipofisis.
Gigantisme Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari
Hipothalamus. Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll) yang
mensekresi GH. Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat
diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang
mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan
hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa
pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor pada
sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan
Patofisiologi
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi
sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan
sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh
dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja,
yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan
terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena
produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan
tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar
di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif akibat
hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien
Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme bila
Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada
kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.
Manifestasi klinis :
Pertumbuhan linier yang cepat
Tanda – tanda wajah kasar
pembesaran kaki dan tangan
Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat mendahului pertumbuhan linier
Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku
Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas
Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih
4) Akromegali
Definisi
Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang
berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun
Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofisa
jinak (adenoma)
Manifestasi klinis
Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah menjadi kasar,
tangan dan kakinya membengkak
Penderita memerlukan cincin, sarung tangan, sepatu dan topi yang lebih besar
Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit
Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar, menyebabkan keringat
berlebihan dan bau badan yang menyengat
Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol
(prognatisme)
Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak. Lidah
membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada berbentuk seperti
tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi artritis degeneratif yang
melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu sehingga terjadi
gagal jantung
Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dn lengannya karena jaringan
yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak juga bisa
tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama pada lapang pandang sebelah luar
sakit kepala hebat
Patofisiologi
Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa dewasa muda-yakni, sesudah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi,
namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh dan tebal tulangnya msih terus tumbuh.
Perbesaran tadi terutama dapat di lihat pada tulang – tulang kecil tangan dan kaki serta pada
tulang membranosa, termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi , tepi
supraorbital, bagian bawah rahang, dan bagian tulang vertebra, sebab pada masa dewasa muda
pertumbuhan tulang – tulang ini tidak berhenti. Akibatnya, tulang rahang tampak menonjol ke
depan, kadang kala sampai setengah inci ke depan, dahi menyempit ke depan sebab pertumbuhan
tepi supraorbitalnya sangat besar, hidung membesar sampai dua kali ukuran normal, kakinya
membutuhkan sepatu berukuran 14 atau lebih besar, dan jari – jarinya menjadi sangat tebal
5) Penatalaksanaan
a) Terapi
Pembedahan transphenoidal
Pendekatan transphenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu adenoma. Sela
tursika dicapai melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan bantuan suatu mikroskop
bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan ini pun digunakan untuk memasang
implant. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk sela tursika. Biasanya dirurup
dengan lapisan fascia yang diambil dari tungkai, sehingga pasien harus disiapkan untuk insisi
tungkai. Penampilan ini dilakukan untuk mencegah bocornya cairan serebrospinal (CSF).
Kebocoran CSF dapat terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus ditutup. Hidung mungkin
mempet dan suatu sling perban ditempatkan dibawahnya untuk mengabsorpsi drainage.
Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Data-data berikut harus diperhatikan :
1. Keluhan postnasal drip
2. Menelan yang konstan
3. Adanya halo ring pada nasal sling atau balutan (tanda berupa cairan CSF yang jernih disekeliling
cairan serosa yang lebih gelap ditengahnya)
4. Memeriksa ada tidaknya glukosa pada drainase nasal.
Cairan serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes glukosa
positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi lebih lanjut.
Jika terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan kepala
terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah ditentukan. Seringkali
kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang diperlukan perbaikan dengan
tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial harus dihindari.
Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau cordein.
Nyeri kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan petunjuk akan
adanya meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena kemungkinan terjadinya risiko
infeksi, maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat preoperatif atau postoperatif.
Intervensi keperawatan lainnya bagi pasien dengan operasi transphenoidal meliputi hal
berikut :
1. Memberikan cairan peroral dan diet cairan jernih segera setelah pasien sadar dan tak lagi merasa
mual setelah tinadakan anastesia.
2. Meningkatkan diet yang sesuai (anorexia dapat timbul karena menurutnya sensasi penciuman).
3. Meyakinkan pasien bahwa kehilangan sensasi penciuman hanya sementara dan akan membaik
segera setelah penutup hidung nasal sling diangkat.
4. Memberikan O2 dengan kelembaban tertentu untuk menjaga kelembaban mukosa nasal dan oral.
5. Melakukan perawatan mulut
a. Jangan menggosok gigi (untuk mencegah distrupsi benangjahitan).
b. Menggunakan kapas halus dan lembab pada saat membersihkan gigi.
c. Sering melakukan bilas mulut.
b. Pembedahan transfontal
Jika tumor hipofise dibawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar), kraniotoomi
dilakukan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-tumor intraserebral lain,
penyakit-penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang berdekatan dengan hipofise atau
dapat menyebabkan disfungsi hipofise sementara maupun permanen.
2. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak
memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut setelah
terapi pembedahan dilaksanakan.Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan
kadar GH , tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya
mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa,
terjadi penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam
kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
Radiasi hipofisis dilakukan pada pasien dengan adenoma hipofisis yang besar yang tidak
seluruh tumor bisa di angkat. 80% dari pasien dengan akromegali dapat disembuhkan dengan
radiasi. Selain mual dan muntah, efek samping radiasi yang paling sering ditemukan adalah
hipopituitarisme.
b) pemberian obat
Bromocriptine ( parloden ) : suatu dopamine. Merupakan obat pilihan pada kelebihan
prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan pada klien
dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.Observasi efek samping pemberian
bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi lambung, mual, kram abdomen, konstipasi, bila
ada efek samping di atas kolaborasi dengan dokter, berikan obat-obatan setelah klien makan
(tidak diberikan di antara waktu makan).
6) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan fungsi target organ
Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik
Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan melakukan
efeknya terhadap kadar hormone sarum
Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan
Pengukuran lapang pandang
Tes toleransi glukosa
Tes supresi dengan dexamethason (Hotman Rumahardo, 2000 : 39).
8) Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah
tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktivitas
yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi serat,
minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.
Klien tidak menyikat gigi 1-2 minggu sampai penyembuhan sempurna, cukup berkumur
setiap kali setelah makan. Jelaskan bahwa sensasi hilang rasa pada daerah insisi adalah biasa,
dapat berlangsung 3- 4 bulan. Oleh karena itu anjurkan klien memeriksakan gusinya untuk
mengetahui adanya lesi dan perdarahan dengan menggunakan cermin setiap hari.Setelah operasi,
pemberian hormon
untuk memepertahankan keseimbangan cairan. Jelaskan penggunaan obat-obatan dan jelaskan
pula perlunya tindak lanjut secara teratur.
c. Data Subjektif
1. Kelemahan dan pola tidur
2. Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3. Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4. Riwayat kardiovaskular
5. Polaintake dan output cairan
6. Rasa tidak nyaman
7. Penggunaan obat – obatan
8. Riwayat reproduksi
9. Penggunaan medikasi
10. Kelainan endokrin dan pengelolaannya
d. Data Objektif
1. Tinggi dan berat badan
2. Proporsi tubuh
3. Jumlah dan distribusi masa obat
4. Distribusi lemak
5. Pigmentasi kulit
6. Distribusi rambut
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
2) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent
3) Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
4) Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Tujuan: Dalam waktu 2 sampai 3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh yang positif
Intervensi keperawatan
a. Non pembedahan
Klien dengan kelebihan GH
1. Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan
penampilan tubuhnya
Rasional : Agar perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan
perubahan tubuhnya
2. Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat dikembangkan oleh
klien
Rasional : Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali
Klien dengan kelebihan prolaktin
1. Yakinlah klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan ( ginekomastia,
galaktorea )
Rasional : agar klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan.
2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya
b. Pemberian obat-obatan
1. Kolaborasi pemberian obat-obat seperti: bromokriptin (parloden). Merupakan obat pilihan
pada kelebihan prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan
pada klien dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.
2. Observasi efek samping pemberian bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi lambung,
mual, kram abdomen, konstipasi, bila ada efek samping di atas kolaborasi dengan dokter, berikan
obat-obatan setelah klien makan (tidak diberikan di antara waktu makan
3. Kolaborasi pemberian terapi radiasi. Terapi radiasi tidak diberikan pada hiperpituitarisme
akut.partikel alfa atau proton beam sebagai sumber radiasi lebih efektif tetapi responnya lambat
4. Awasi efek samping terapi radiasi seperti: hipopituitarisme, kerusaka nervus optikus, disfungsi
okulomotorius, perubahan lapang pandang
2) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
Tujuan: Klien akan mencapai tingkat kepuasan pribadi dari fungsi seksual
Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap fungsi
seksualnya.
Rasional : agar perawat dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka kepada
perawat.
Dorong klien agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
Rasional : agar klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya.
Kolaborasi pemberian obat – obatan bromokriptin
Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin
3) Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan. Rasional : agar perawat mengetahui
apa yang dirasakan klien
Kaji skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan untuk menentukan intervensi selanjutnya
Berikan tehnik relaksasi dan distraksi
Rasional : pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional : pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri
Perawatan Preoperasi
Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan
Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi. Anjurkan klien bernafas
melalui mulut selama pemasangan tampon
Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung, menggosok gigi,
batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka
Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi seperti
pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk pemeriksaan kultur
dan sensitivitas
Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah tindakan
transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktifitas yang dapat
menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll. Juga jelaskan agar klien mengindahkan
faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi serat, minum air
yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.
Perawatan Pascaoperasi
Amati respon neurologik klien dan catat perubahan penglihatan, disorientasi dan perubahan
kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas
Amati pula komplikasi pascaoperasi yang lazim terjadi seperti transient insipidus (diabetes
insipidus sesaat)
Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari hidung
Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat
Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas
Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan hygiene oral secara teratur
Kaji tanda-tanda infeksi
Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.
DAFTAR PUSTAKA