Anda di halaman 1dari 23

KELENJAR HIPOFISIS

Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam
struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi
memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah
otak yang membawa sinyal dari mata dan akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan
penglihatan. Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya.
Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas
hipofisa. Hipotalamus dan hipofisis dihubungkan oleh sistem portal hipotalamo-hipofisis.Melalui
sistem tersebut releasing hormon dari hipotalamus mencapai hipofisis, shg hipofisis mudah
melepaskan hormon-hormon.
Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus
posterior (belakang).Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara
melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara
langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan
melalui impuls saraf.
Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa
banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas
kelenjar target. Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya
dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode
aktif dan tidak aktif.

A. Fungsi Lobus Anterior


Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Jika hormon yang dilepaskan
terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga akanmelepaskan hormon
yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan produksi dari
semua organ endokrin lain.antara lain:
1. GH/growth hormone/ hormon pertumbuhan/somatotropik hormone/STH
Sekresi dirangsang oleh growth hormone releasing hormone/GHRH (dari hipotalamus). GH
diperlukan untuk:
 Pertumbuhan somatik dan mempertahankan ukuran yang telah dicapai.
 mampu meningkatkan metabolisme lemak

 dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak,merangsang pembentukan protein di


hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan lemak,dan mengaktifkan faktor
pertumbuhan yang menyerupai insulin

 Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan
pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan
lemak dan kadar lemak dalam darah. Kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh
harus menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa dan dapat
digunakan sebagai cadangan sumber energi

2. ACTH ( adenocorticotropic hormone )


Pelepasan ACTH dipengaruhi oleh cortricotropin releasing hormone dari hipotalamus. Berfungsi:
merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal untuk mengatur produksi kortisol dan
beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik)
Tanpa kortikotropin,kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan kortisol,
sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.
Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-
melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan
endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.
3. TSH (thyroid-stimulating hormone) / hormon tirotropin
Pelepasan TSH dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus.
Berfungsi:
 Merangsang pertumbuhan
 merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme),
terlalu sedikit TSH menyebakbn berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).
4. LH (luteinizing hormone)/ interstisial cell stimulating hormone ( ICSH )
merupakan gonadotropin,pada laki-laki LH berfungsi merangsang sekresi testosteron oleh sel
leydig (sel interstitial testis)
Pada wanita LH mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron oleh korpus luteum dalam
ovarium, merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur& untuk merangsang
pembentukan folikel de graff dalam ovarium.
5. FSH (follicle-stimulating hormone)
merupakan gonadotropin. Pada wanita,FSH merangsang pembentukan estrogen oleh sel sel
folikel dan progesteron,merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur& untuk
merangsang pembentukan folikel de graff dalam ovarium. Pada laki-laki,FSH berfungsi
merangsang tubulus seminiferus untuk meningkatkan pembentukan sperma
6. hormon prolaktin/ luteotrofin
Pelepasannya dipengaruhi oleh prolactin releasing hormon/PRH.
Berfungsi : mengendalikan sekresi air susu, dan memepertahankan adanya korpus luteum selama
hamil
B. Fungsi Lobus Posterior
Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan
oksitosin. Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam hipotalamus,
sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana
hormon ini dilepaskan.Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar endokrin
lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target
1. Hormon antidiuretik (vasopresin)
Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan kurang cairan/dehidrasi. Sel targetnya adalah tubulus dan
arteriol.berfungsi :
 meningkatkan TD
 meningkatkan absorsi di tubulus distal
 menurunkan krja otot saluran GI
 meningkatkan penahanan air oleh ginjal
Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.Jika terjadi dehidrasi, maka
reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar
hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya
natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-sel
berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan
merangsang pelepasan hormon antidiuretik.
Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula darah
yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid, obat-
obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).
Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon antidiuretik.
Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan dimana ginjal
terlalu banyak membuang air.
2. hormon Oksitosin
Pelepasan oksitosin dipengaruhi oleh hisapan dan persalinan. Sel targetnya adalah uterus dan
payudara.berfungsi :
 menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan untuk
mencegah perdarahan
 merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu
Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam payudara
berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa


No Hormon Location Function
1. Hormon pertumbuhan Otot & tulang meningkatkan pertumbuhan dengan
(growth hormone) GH/ mempengaruhi beberapa fungsi
somatotropin metabolisme seluruh tubuh, khususnya
pembentukan protein

2. Prolaktin hormon Kelenjar adrenal mengatur sekresi beberapa hormon


adenokortikotropik korteks adrenal, yang selanjutnya
(ACTH) mempengaruhi metabolisme glukosa,
protein, dan lemak.

3. Hormon stimulasi tiroid Tiroid mengatur kecepatan sekresi tiroksin oleh


(TSH) kelenjer tiroid, dan tiroksin selanjutnya
mengatur kecepatan sebagian besar
reaksi – reaksi kimia seluruh tubuh

4. Prolaktin Kelenjar susu meningkatkan perkembangan kelenjar


mammae dan pembentukan susu
5 hormon luteinisasi (LH) Indung telur mengatur pertumbuhan gonad serta
(buah zakar) aktivitas reproduksinya.

6. hormon stimulasi folikel Indung telurmengatur pertumbuhan gonad serta


(FSH) (buah zakar) aktivitas reproduksinya.

7 Oksitosin Rahim & Berperan dalm proses persalinan bayi


kelenjar susu dan laktasi
8. Hormon antidiuretik Ginjal Mengatur kecepatan ekskresi air ke
(vasopresin) dalam urin dan dengan cara ini
membantu mengatur konsentrasi air
dalam cairan tubuh.

Penyakit hipofise adalah penyakit yang tidak umum terjadi, namun dapat timbul sebagai kondisi
hiperfungsi hipofise,hipofungsi hipofise, dan lesi/massa setempat yang menyebabkan tekanan
pada khiasma optikus atau bagian basal otak.

HIPERPITUITARY
1) Definisi Hiperpituitary
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih
yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon – hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan
dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar
Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 : 36)
2) Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab
mencakup :
 Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH,ACTH atau
prolakter.
 Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi
kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000.
Jakarta : EGC)
3) Manifestasi klinis
 Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari – jari
tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
 Impotensi
 Visus berkurang
 Nyeri kepala dan somnolent
 Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
 Libido seksual menurun
 Kelemahan otot, kelelahan dan letargi (Hotman Rumahardo, 2000 : 39)
 tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa terganggu,
serta tampak keseimbangan emosi
 gangguan penglihatan sampai kebutaan total

4) Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari
kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami pembesaran
disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik
bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel.
Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis
belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut
functioning tumor.

Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan prolaktin. Tumor
yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Functioning tumor
yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:

1. prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.


Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas sel-
sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia reproduktif
dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan sekunder, galaktorea (sekresi ASI
spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan), dan infertilitas.

2. somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )


Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan. Gejalah
klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi kondisi ini.
Misalnya saja pada klien prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang belum
menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan
gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang
ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-
organ dalam juga turut membesar ( misal; kardiomegali).
Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia
dan hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan.
Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak
mengalami reproduksi.
3. corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini adalah
mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.

ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:


1. perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
2. perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu sendiri.
Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika ), dengan besar
diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.
Klasifikasi hipofisis/ adenoma hipofisis.
1. encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika )
2. invasive ( sella tursika rusak karena metastasis )
3. mikroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm )
4. makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm).
Tumor ini bisa sampai ke suprasellar.
Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin
membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III (okulomotor ), saraf karnial IV
( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa menginfiltrasi
hipotalamus.

Syndrome hyperpituitary :

1) SIADH (Syndrome of inappropriate Antidiuretic Hormone)


 Definisi
Kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik. Gangguan produksi hormon
antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia, osmolaritas serum, peningkatan
gravitas urin, edema atau dehidrasi,dan peningkatan hormon plasma vasopresin.
Biasanya fungsi adrenal, tyroid dan ginjal dalam batas normal. Hal lain kadang gejala
SIADH berhubungan dengan trauma kepala atau tumor, dimana patologi akan mengambil biopsi
untuk memastikannya
 Etiologi
SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan hipotalamus (bagian
dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar hipofise dalam memproduksi hormone).
Pada kasus lainnya, missal: beberapa keganasan (ditempat lain dari tubuh) bisa merangsang
produksi hormon anti diuretik, terutama keganasan di paru dan kasus lainnya seperti dibawah ini:
 Meningitis – peradangan pada meningens, selaput pelindung otak dan saraf spinalis
 Encephalitis – peradangan dijaringan otak
 Tumor otak
 Penyakit paru
 Trauma kepala
 Guillain-Barré syndrome (GBS) – keadaan reversible yang menyerang jaringan syaraf,
menyebabkan lemah otot, nyeri dan paralisa temporer di wajah dan otot kaki dan paralisa di
bagian dada bisa menganggu proses bernafas
 Penggunaan obat tertentu
 Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofise saat pembedahan
 Manifestasi klinis :
Pada kasus SIADH berat, gejalanya meliputi:
 Nausea
 Muntah
 Irritability
 Perubahan prilaku seperti meracau, bingung dan halusinasi
 Stupor
 Koma

 Patofisiologi
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ( vasopresin) menjadi kuat adalah
penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat terutama saat volume darah turun 15 –
25 persen, dengan kecepatan sekresi meningkat sering sampai 50 kali dari normal. Penyebab
peningkatan ini adalah atrium, terutama atrium kanan, mempunyai reseptor regang yang di
bangkitkan, reseptor akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menghambat sekresi ADH.
Sebaliknya, bila tidak dibangkitkan akibat tidak penuhnya pengisian, terjadi proses yang
berlawanan, dengan peningkatan sekresi ADH yang sangat besar. Lebih lanjut, di samping
reseptor regangan atrium, penurunan regangan baroreseptor pada daerah karotid, aortik dan
pulmonari dalam peningkatan sekresi ADH.
Sekresi darah yang terlalu banyak ke dalam atrium dapat terjadi pada jantung yang
kardiomegali. Atrium yang mebesar tanpa di ikutioleh katup – katupnya membuat darah
menumpuk pada atrium – atrium dan akhirnya terjadilah gagal jantung

2) Galaktore
 Definisi
Galaktore adalah pembentukan air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang dalam masa
menyusui
 Etiologi
Penyebabnya adalah prolaktinoma (tumor yang menghasilkan prolaktin) pada kelenjar
hipofisa. Pada saat terdiagnosis biasanya prolaktinoma ini ukurannya kecil, tetapi pada pria
tumor ini cenderung membesar.Pembentukan prolaktin yang berlebihan dan terjadinya galaktore
juga bisa dirangsang oleh obat-obatan seperti fenotiazin, obat tertentu untuk tekanan darah tinggi
(terutama metildopa) dan narkotik. Penyebab lainnya yang mungkin adalah hipotiroidisme.gagal
ginjal dan efek samping obat bisa menjadi faktor penyebab
 Manifestasi klinis
 Gangguan siklus menstruasi atau siklusnya berhenti
 Wajah tampak merah
 vagina kering sehingga terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual
 Penderita pria mengalami sakit kepala atau kehilangan lapang pandang perifernya
 Sekitar 2/3 penderita pria kehilangan gairah seksualnya dan menjadi impoten
 Patofisiologi
Kelebihan prolaktin hampir selalu di sebabkan oleh adenoma hipofise, biasanya berupa
mikrokardenoma (diameter tumor kurang dari 1 cm). Atau disfungsi hipotalamus. Dopamin
merupakan inhibitor hipotalamik primer untuk pelepasan prolaktin terputusnya trasnmisi
dopamin kehipofise dapat menyebabkan prolaktin berlebihan

3) Gigantisme
 Definisi
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis
memproduksi hormon berlebihan. Hipofisis adalah kelenjar seukuran biji kacang tanah dan
menggantung dari otak, terbaring di sebelah dalam tulang pelipis dekat bola mata. Penyakit ini
ditandai oleh pembesaran dan penebalan tulang dahi, rahang, kaki, dan tangan secara berangsur.
Penyakit ini berlangsung lambat dan baru diketahui setelah penderita memasuki usia menengah.
kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH) yang berlebihan dan
terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis
 Etiologi
Gigantisme Primer atau Hipofisis, di mana penyebabnya adalah adenoma hipofisis.
Gigantisme Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari
Hipothalamus. Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll) yang
mensekresi GH. Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat
diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang
mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan
hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa
pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor pada
sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan
 Patofisiologi
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi
sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan
sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh
dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja,
yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan
terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena
produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan
tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar
di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif akibat
hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien
Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme bila
Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada
kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.
 Manifestasi klinis :
 Pertumbuhan linier yang cepat
 Tanda – tanda wajah kasar
 pembesaran kaki dan tangan
 Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat mendahului pertumbuhan linier
 Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku
 Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas
 Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih
4) Akromegali
 Definisi
Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang
berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun
 Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofisa
jinak (adenoma)
 Manifestasi klinis
 Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah menjadi kasar,
tangan dan kakinya membengkak
 Penderita memerlukan cincin, sarung tangan, sepatu dan topi yang lebih besar
 Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit
 Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar, menyebabkan keringat
berlebihan dan bau badan yang menyengat
 Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol
(prognatisme)
 Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak. Lidah
membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada berbentuk seperti
tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi artritis degeneratif yang
melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu sehingga terjadi
gagal jantung
 Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dn lengannya karena jaringan
yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak juga bisa
tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama pada lapang pandang sebelah luar
 sakit kepala hebat
 Patofisiologi
Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa dewasa muda-yakni, sesudah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi,
namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh dan tebal tulangnya msih terus tumbuh.
Perbesaran tadi terutama dapat di lihat pada tulang – tulang kecil tangan dan kaki serta pada
tulang membranosa, termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi , tepi
supraorbital, bagian bawah rahang, dan bagian tulang vertebra, sebab pada masa dewasa muda
pertumbuhan tulang – tulang ini tidak berhenti. Akibatnya, tulang rahang tampak menonjol ke
depan, kadang kala sampai setengah inci ke depan, dahi menyempit ke depan sebab pertumbuhan
tepi supraorbitalnya sangat besar, hidung membesar sampai dua kali ukuran normal, kakinya
membutuhkan sepatu berukuran 14 atau lebih besar, dan jari – jarinya menjadi sangat tebal

5) Penatalaksanaan
a) Terapi

Dikenal 2 macam terapi, yaitu:

1. Terapi pembedahan (Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial )


Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam
pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan
pembedahan pada batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans
ethmoid sphenoid hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara
pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata,
untuk mencapai tumor hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan
mencapai kadar HP yang diinginkan tercapai pada 70 – 90% kasus. Keberhasilan tersebut juga
sangat ditentukan oleh besarnya tumor.

Pembedahan transphenoidal
Pendekatan transphenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu adenoma. Sela
tursika dicapai melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan bantuan suatu mikroskop
bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan ini pun digunakan untuk memasang
implant. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk sela tursika. Biasanya dirurup
dengan lapisan fascia yang diambil dari tungkai, sehingga pasien harus disiapkan untuk insisi
tungkai. Penampilan ini dilakukan untuk mencegah bocornya cairan serebrospinal (CSF).
Kebocoran CSF dapat terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus ditutup. Hidung mungkin
mempet dan suatu sling perban ditempatkan dibawahnya untuk mengabsorpsi drainage.
Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Data-data berikut harus diperhatikan :
1. Keluhan postnasal drip
2. Menelan yang konstan
3. Adanya halo ring pada nasal sling atau balutan (tanda berupa cairan CSF yang jernih disekeliling
cairan serosa yang lebih gelap ditengahnya)
4. Memeriksa ada tidaknya glukosa pada drainase nasal.
Cairan serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes glukosa
positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi lebih lanjut.
Jika terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan kepala
terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah ditentukan. Seringkali
kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang diperlukan perbaikan dengan
tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial harus dihindari.
Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau cordein.
Nyeri kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan petunjuk akan
adanya meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena kemungkinan terjadinya risiko
infeksi, maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat preoperatif atau postoperatif.
Intervensi keperawatan lainnya bagi pasien dengan operasi transphenoidal meliputi hal
berikut :
1. Memberikan cairan peroral dan diet cairan jernih segera setelah pasien sadar dan tak lagi merasa
mual setelah tinadakan anastesia.
2. Meningkatkan diet yang sesuai (anorexia dapat timbul karena menurutnya sensasi penciuman).
3. Meyakinkan pasien bahwa kehilangan sensasi penciuman hanya sementara dan akan membaik
segera setelah penutup hidung nasal sling diangkat.
4. Memberikan O2 dengan kelembaban tertentu untuk menjaga kelembaban mukosa nasal dan oral.
5. Melakukan perawatan mulut
a. Jangan menggosok gigi (untuk mencegah distrupsi benangjahitan).
b. Menggunakan kapas halus dan lembab pada saat membersihkan gigi.
c. Sering melakukan bilas mulut.
b. Pembedahan transfontal
Jika tumor hipofise dibawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar), kraniotoomi
dilakukan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-tumor intraserebral lain,
penyakit-penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang berdekatan dengan hipofise atau
dapat menyebabkan disfungsi hipofise sementara maupun permanen.

2. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak
memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut setelah
terapi pembedahan dilaksanakan.Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan
kadar GH , tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya
mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa,
terjadi penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam
kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
Radiasi hipofisis dilakukan pada pasien dengan adenoma hipofisis yang besar yang tidak
seluruh tumor bisa di angkat. 80% dari pasien dengan akromegali dapat disembuhkan dengan
radiasi. Selain mual dan muntah, efek samping radiasi yang paling sering ditemukan adalah
hipopituitarisme.
b) pemberian obat
Bromocriptine ( parloden ) : suatu dopamine. Merupakan obat pilihan pada kelebihan
prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan pada klien
dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.Observasi efek samping pemberian
bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi lambung, mual, kram abdomen, konstipasi, bila
ada efek samping di atas kolaborasi dengan dokter, berikan obat-obatan setelah klien makan
(tidak diberikan di antara waktu makan).

6) Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan fungsi target organ
 Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik
 Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan melakukan
efeknya terhadap kadar hormone sarum
 Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan
 Pengukuran lapang pandang
 Tes toleransi glukosa
 Tes supresi dengan dexamethason (Hotman Rumahardo, 2000 : 39).

7) Penyuluhan kesehatan pasien dan keluarga


Pasien bersama keluarganya memerlukan penyuluhan kesehatan dan dukungan tentang
perubahan pada citra tubuh, kecemasan, disfungsi seksual, intoleransi aktifitas dan obat yang
diteruskan dirumah. Pasien pascareseksi transfenoidal perlu di beritahu untuk menghindari
kegiatan yang bisa mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial, misalnya : membungkuk,
bersin, batuk dan maneuver valsalva ketika defekasi. Pasien perlu menghindari konstipasi. Pasien
memerlukan bantuan ketika melakukan aktifitas hidup sehari-hari karena ia cepat merasa lelah.

8) Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah
tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktivitas
yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi serat,
minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.
Klien tidak menyikat gigi 1-2 minggu sampai penyembuhan sempurna, cukup berkumur
setiap kali setelah makan. Jelaskan bahwa sensasi hilang rasa pada daerah insisi adalah biasa,
dapat berlangsung 3- 4 bulan. Oleh karena itu anjurkan klien memeriksakan gusinya untuk
mengetahui adanya lesi dan perdarahan dengan menggunakan cermin setiap hari.Setelah operasi,
pemberian hormon
untuk memepertahankan keseimbangan cairan. Jelaskan penggunaan obat-obatan dan jelaskan
pula perlunya tindak lanjut secara teratur.

9) ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


1. Pengkajian
a. Pengkajian perawatan secara umum
 Pemantauan akan potensial komlikasi kelainan endokrin dan pengelolaannya
 Pemantauan akan tanda – tanda dan gejala klinik yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan
hormonal
 Mengetahui persepsi pasien dan keluarga pasien mengenai masalah kesehatan, pengelolaan dan
bantuan yang diperlukan
 Menentukan narasumber yang diperlukan pasien dan keluarganyauntuk dapat mengatasi
penyakitnya dan untuk pengelolaannya di rumah sakit dan setelah pulang dari rumah sakit
 pengkajian psikologis dan sosial
b. Pengkajian keperawatan secara khusus
1. Riwayat penyakit
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3. Kaji riwayat penyakit, Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan prolaktin, GH dan ACTH
mulai dirasakan
4. Keluhan utama, melipuse :
 Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-jari, tangan, dll.
 Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensia
 Nyeri kepala
 Libido seksual menurun
 Perubahan tingkat energi, kelelahan, dan letargi.
 Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
 Nyeri kepala, kaji P, Q, R, S, T.
 Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan ganda, dsb.
 Kesulitan dalam hubungan seksual.
 Perubahan siklus menstruasi ( pada klien wanita ) mencakup keteraturan, kesulitan hamil
5. Pemeriksaan fisik dan masalah klinik yang sering di jumpai, meliputi :
 Amati bentuk wajah, khas apabila ada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, dagu
menjorok ke depan
 Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik
 Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai penurunan visus
 Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak
 Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena berkeringat
 Suara membesar karena hipertropi laring
 Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenomegali
 Hipertensi
 Disfagia akibat lidah membesar
 Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar
 Kelemahan
 Perubahan nutrisi
 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
 Perubahan karakteristik tubuh
 Intoleransi terhadap stress
 Ketidakstabilan emosional

c. Data Subjektif
1. Kelemahan dan pola tidur
2. Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3. Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4. Riwayat kardiovaskular
5. Polaintake dan output cairan
6. Rasa tidak nyaman
7. Penggunaan obat – obatan
8. Riwayat reproduksi
9. Penggunaan medikasi
10. Kelainan endokrin dan pengelolaannya
d. Data Objektif
1. Tinggi dan berat badan
2. Proporsi tubuh
3. Jumlah dan distribusi masa obat
4. Distribusi lemak
5. Pigmentasi kulit
6. Distribusi rambut

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
2) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent
3) Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
4) Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus

Diagnosa keperawatan tambahan yang juga dijumpai adalah


1. Nyeri(kepala,punggung) yang berhubungan dengan tekanan jaringan oleh tumor; hormon
pertumbuhan yang berlebihan
2. Takut yang berhubungan dengan ancaman kematian akibat tumor otak
3. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan
4. Koping individu takefektif yang berhuhubungan dengan hilangnya kontrol terhadap tubuh
5. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan,latergi
6. Perubahan sensori-persepsual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan tranmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervu optikus

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Tujuan: Dalam waktu 2 sampai 3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh yang positif
Intervensi keperawatan
a. Non pembedahan
 Klien dengan kelebihan GH
1. Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan
penampilan tubuhnya
Rasional : Agar perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan
perubahan tubuhnya
2. Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat dikembangkan oleh
klien
Rasional : Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali
 Klien dengan kelebihan prolaktin
1. Yakinlah klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan ( ginekomastia,
galaktorea )
Rasional : agar klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan.
2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya
b. Pemberian obat-obatan
1. Kolaborasi pemberian obat-obat seperti: bromokriptin (parloden). Merupakan obat pilihan
pada kelebihan prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan
pada klien dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.
2. Observasi efek samping pemberian bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi lambung,
mual, kram abdomen, konstipasi, bila ada efek samping di atas kolaborasi dengan dokter, berikan
obat-obatan setelah klien makan (tidak diberikan di antara waktu makan
3. Kolaborasi pemberian terapi radiasi. Terapi radiasi tidak diberikan pada hiperpituitarisme
akut.partikel alfa atau proton beam sebagai sumber radiasi lebih efektif tetapi responnya lambat
4. Awasi efek samping terapi radiasi seperti: hipopituitarisme, kerusaka nervus optikus, disfungsi
okulomotorius, perubahan lapang pandang
2) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
Tujuan: Klien akan mencapai tingkat kepuasan pribadi dari fungsi seksual
 Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap fungsi
seksualnya.
Rasional : agar perawat dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka kepada
perawat.
 Dorong klien agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
Rasional : agar klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya.
 Kolaborasi pemberian obat – obatan bromokriptin
 Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin
3) Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
 Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan. Rasional : agar perawat mengetahui
apa yang dirasakan klien
 Kaji skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan untuk menentukan intervensi selanjutnya
 Berikan tehnik relaksasi dan distraksi
Rasional : pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.
 Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional : pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri

4) Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan


transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
 Dorong klien agar mau melakukan pemeriksaan lapang pandang.
Rasional : agar perawat mengetahui jarak lapang klien

Perawatan Preoperasi
 Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan
 Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi. Anjurkan klien bernafas
melalui mulut selama pemasangan tampon
 Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung, menggosok gigi,
batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka
 Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi seperti
pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk pemeriksaan kultur
dan sensitivitas
 Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah tindakan
transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktifitas yang dapat
menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll. Juga jelaskan agar klien mengindahkan
faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi serat, minum air
yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.

Perawatan Pascaoperasi
 Amati respon neurologik klien dan catat perubahan penglihatan, disorientasi dan perubahan
kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas
 Amati pula komplikasi pascaoperasi yang lazim terjadi seperti transient insipidus (diabetes
insipidus sesaat)
 Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari hidung
 Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat
 Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas
 Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan hygiene oral secara teratur
 Kaji tanda-tanda infeksi
 Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC


Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. 2001. Bag.3. Penerbit Buku Kedokteran Elisabeth J. Corwin,
patofisiologi
Editor Francis S. 2002. Endrokinologi Dasar Dan Klinik. Greenipan Smeltzer Dan Base
Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran Vol. 2.
Elisabeth j. Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Hotman Rumahardo. 2002. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endrokin.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai