LP Perilaku Kekerasan
LP Perilaku Kekerasan
OLEH :
HARYANTI
070117A020
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau
intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat
diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan
perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang
tidak konstruktif. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons
terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart dan Sundeen, 2007). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku
yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif
dan maladaptive.
Perilaku kekerasan adalah dimana seseorang tidak mampu mengontrol emosi dan
alam pikiran yang diluapkan dengan aktifitas fisik yang dapat mencedrai fisik, lingkungan
dan kejiwaan.
Rentang respon
Respon perilaku klien perilaku kekerasan dapat diidentifikasikan sepanjang rentang
respon adaptif dan rentang inaladaptif yang dapat dijelaskan sebagai berikut: (rentang
respon neurobiologik Stuart, 1998 )
B. Rentan Respon
Respon adaptif Respon maladapfif
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan
melalui pengkajian meliputi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara
tinggi, berdebat dan sering pula tampak klienv memaksakan kehendak : merampas
makanan, memukul jika tidak senang (Budiana Keliat, 2004). Pada pengkajian awal dapat
diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah.
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya (Boyd & Nihart, 1998)
antara lain :
1. Data Obyektif :
a. Muka merah,
b. Pandangan tajam,
c. Otot tegang,
d. Nada suara tinggi,
e. Berdebat,
f. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak,
g. Merampas makanan, memukul jika tidak senang.
2. Data Subyektif :
a. Mengeluh perasaan terancam
b. Mengungkapkan perasaan tidak berguna
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, dada
sesak, bingung.
E. Psikopatologi
Kegagalan
Intimidasi
Malu
Takut
Frustasi
kecemasan
Kurangnya rasa
percaya diri Stress
G3 proses G3 afek
pikir emosi
Tegang,
curiga
Pengungkapan perasaan
kesal/marah yang tidak
konstruktif
Perilaku Kekerasan
F. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa mengamuk ada 2 yaitu :
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan perilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah pada
keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
G. Masalah keperawatan:
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan / amuk
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
I. DiagnosaKeperawatan
1. Perilaku kekerasan
J. Intervensi
Diagnosa I: Perilaku kekerasan
Tujuan :
1. Klien tidak melakukan kekerasan
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi
Tindakan:
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
c) Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan
keluarga
Rasional :
Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat dijadikan titik awal penanganan
Tindakan:
a) Diskusikan kemampuan positif yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan
keluarga
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang
dimiliki
Rasional :
Setelah pulang kerumah, klien siap melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuandan norma
Tindakan :
a) Rencanakan aktifitas yang dapat dilakukan klien setiap hari
5. Keluarga mampu memeberikan dukungan pada klien untuk memenuhi kebutuhan
klien
Tindakan:
a) Diskusikan dengan keluarga cara merawat klien dan memberikan dukungan
pada klien.
Kolaboratif
1. Psikofarmakologi
Obat-obatan yang diberikan adalah antiaanxiety dan sedative-hipnotics. Obat ini
dapat mengendalikan agitasi yang akut. BenzodiazepineS seperti lorazepam dan
clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatri untuk menenangkan
perlawanan pasien.
a. Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
b. Obat anti depresi, amitriptyline
c. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia, phneobarbital
2. Terapi Kejang Listrik atau Elektro Compulsive Therapy (ECT)
ECT merupakan suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada pasien baik tonik maupun klonik.
3. Somatoterapi yang lain
a. Terapi konvulsi kardiasol, dengan menyuntikkan larutan kardiazol 10%
sehingga timbul konvulsi
b. Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin sehingga pasien menjadi
koma, kemusian dibiarkan 1-2 jam, kemudian dibangunkan dengan suntikan
gluk
4. Psikoterapi
Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap suatu
gangguan atau penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui wawancara terapi
atau melalui metode-metode tertentu misalnya : relaksasi, bermain dan
sebagainya. Dapat dilakukan secara individu atau kelompok, tujuan utamanya
adalah untuk menguatkan daya tahan mental penderita, mengembankan
mekanisme pertahanan diri yang baru dan lebih baik serta untuk mengembalikan
keseimbangan adaptifnya.
5. Manipulasi lingkungan
Manipulasi llingkunagan adalah upaya untuk mempengaruhi lingkungan pasien,
sehingga bisa membantu dalam proses penyembuhannya. Teknis ini terutama
diberikan atau diterapkan kepada lingkungan penderita, khususnya keluarga.
Tujuan utamanya untuk mengembangkan atau merubah/menciptakan situasi baru
yang lebih kondusif terhadap lngkungan. Misalnya dengan mengalihkan penderita
kepada lingkunmgan baru yang dipandang lebih baik dan kondusif, yang mampu
mendukung proses penyembuhan yang dilakukan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
PERILAKU KEKERASAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Ds : Pasien mengatakan ingin mengamuk dan memukul orang
Do: Pasien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-marah dan
menggigit badan ibunya dan memukuli ibunya
2. Diagnosa
Risiko menciderai orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan
3. TUK :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab marah
4. Intervensi Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
e. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
f. Mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan
g. Mengidentifikasi cara mengontrol pelrilaku kekerasan
h. Mendapat dukungan dari keluarga
Fase Kerja :
“Apa yang menyebabkan mbakmarah?, Apakah sebelumnya mbak pernah marah? Terus,
penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?.
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti mbak pulang ke rumah dan istri belum
menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang mbakrasakan?”
“Apakah mbak merasakan kesal kemudian dada mbak berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan?. Apa kerugian cara yang mbak lakukan? Maukah bapak
belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, mbak. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah mbak rasakan maka mbakberdiri, lalu tarik
napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui
mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, mbak sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini mbak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul mbak sudah terbiasa melakukannya”
Fase Terminasi :
“O ya mbak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan mbak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan mbak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab mbak marah ........ (sebutkan) dan yang mbakrasakan ........
(sebutkan) dan yang mbak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah mbakyang lalu, apa yang
mbak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya
mbak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya mbak, berapa kali sehari mbak mau latihan
napas dalam?, jam berapa saja mbak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya mbak”
Fase Orientasi :
“Selamat Pagi mbak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi”
“Bagaimana perasaan mbaksaat ini, adakah hal yang menyebabkan mbakmarah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan
fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Fase Kerja :
“Kalau ada yang menyebabkan mbak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan
bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar mbak? Jadi kalau
nanti mbak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba mbak lakukan, pukul kasur dan
bantal. Ya, bagus sekali mbak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan mbaksetelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari mbak. Pukul kasur bantal
mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan
jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua
cara tadi ya mbak. Sekarang kita buat jadwalnya ya mbak, mau berapa kali sehari
mbak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa mbak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari mbak mau
latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.
Bagus nanti dicoba ya mbak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, mbak setuju? Mau di mana mbak? Di sini lagi? Baik sampai nanti
Fase Kerja :
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa mbak lakukan! Bagus. Baik, yang mana
mau dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba mbak langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat”.
“ mbak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba mbak sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya”
Fase Terminasi :
Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan mbak. Mau berapa kali
mbak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba mbak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat mbak lakukan bila mbak merasa
marah”
“Setelah ini coba mbaklakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya mbak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa mbak? Seperti sekarang
saja, jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah mbak, setuju pak?”
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis
obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadual minum obat secara teratur
Fase Orientasi
“Selamat Pagi mbak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana mbak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur? Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“Berapa lama mbak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”
Fase Kerja :
“Mbak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang mbak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa mbak
minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam mbak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini
harus mbakminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut mbak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya mbak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah
benar nama mbak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya
pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya
pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya mbak.”
Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?”
“Coba mbak sebutkan lagi jenis obat yang Mbak minum! Bagaimana cara minum obat
yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita
tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua
dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana mbak melaksanakan
kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Keliat Budi Ana, 1999, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000