(Amin Yang Digunakan0
(Amin Yang Digunakan0
BAB II
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
dilakukan pada CO2 Removal Unit.
2.1 Absorbsi
5
BAB 2 Tinjauan Pustaka 6
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 7
lemah dan MDEA bersifat basa lemah. Proses absorbsi reaktif CO2 umumnya
berlangsung pada tekanan tinggi dan temperatur sedang, menyebabkan terlarutnya
beberapa komponen lain disamping CO2. Pada proses tersebut terjadi reaksi kimia
dan proses pelarutan. Kecepatan absorbsi merupakan ukuran perpindahan massa
antara fasa gas dan fasa cair. Disamping pada perbedaan konsentrasi dan luas
permukaan absorben, kecepatan tersebut juga tergantung pada faktor-faktor
lainnya, seperti tergantung pada suhu (peningkatan kelarutan pada suhu yang lebih
rendah), tekanan (peningkatan kelarutan pada tekanan yang lebih tinggi), dan
viskositas (pada absorbsi kimia, kelarutan hanya dipengaruhi sedikit oleh suhu
tetapi viskositas menurun drastis dengan naiknya temperatur).
2.2.1 Proses Absorbsi Gas CO2 dalam Gas Alam oleh Pelarut aMDEA
Berdasarkan penjelasan PT TRACON Industri (2011), proses penghilangan
gas CO2 ini bermula dari masuknya raw/acid gas ke dalam unit CO2 Absorber.
Kolom CO2 Absorber merupakan packing column dengan ketinggian lapisan
packing 7 meter dan diameter 2.530 mm dengan jenis random packing. Random
packing ini diperlukan untuk membatu penyerapan CO2 dan mengurangi jumlah
cairan hidrokarbon yang terikut ke larutan amine solvent (activated-MDEA) yaitu
membantu penguapan cairan hidrokarbon kembali terikut aliran feed gas keluar
absorber. Pada unit CO2 Absorber ini digunakan pelarut aMDEA (Activated
Methyl Di-Ethanol Amine) yang dapat melarutkan gas CO2 dalam raw gas.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 8
Raw gas dengan tekanan 650 psig, temperatur 83,21 oF, dan laju alir 85,04
MMSCFD masuk dari bawah absorber sementara lean amine (amine yang belum
mengikat gas CO2) masuk dari atas kolom dengan tekanan 648,55 psig,
temperatur 122 oF, dan laju alir 322 m3/jam . Di dalam packing absorber terjadi
proses kontak antara raw gas dan lean amine secara counter current. Adanya
kontak antara lean amine dan raw gas akan menyebabkan gas CO2 dalam raw gas
menjadi larut ke dalam lean amine, sehingga menyebabkan konsentrasi CO2
dalam gas akan menurun dari 21 %mol menjadi kurang dari sama dengan 5 %mol.
Raw gas yang telah mengalami proses absorbsi disebut juga sweet gas dan keluar
melalui bagian atas kolom absorber menuju ke Air Fan Cooler. Pendinginan ini
bertujuan untuk menurunkan temperatur gas yang kemungkinan membawa lean
amine yang ikut terlarut dalam sweet gas. Dengan adanya pendinginan tersebut,
lean amine akan menjadi terkondensasi.
Setelah melewati Air Fan Cooler, selanjutnya gas akan melewati Sweet KO
Drum untuk dipisahkan antara sweet gas dan lean amine yang telah terkondensasi
dan keluar di bagian dasar Sweet KO Drum.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 9
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 10
packing akan masuk ke dalam reboiler untuk dipanaskan kembali. Kondisi operasi
bottom regenerator coloumn adalah 250 oF dan tekanan 15,04 psig, sedangkan
temperatur hot oil yang masuk ke reboiler adalah 350 oF dan yang keluar adalah
300 oF. Amine yang keluar dari bottom kolom disebut lean amine karena sudah
tidak mengikat CO2 hasil absorbsi di kolom CO2 Absorber.
Gas yang keluar dari Amine Regenerator akan didinginkan dengan Amine
Regenerator Cooler sampai 122 oF, sehingga lean amine yang ikut ke dalam
aliran gas akan tekondensasi. Amine Regenerator Cooler ini memiliki konstruksi
yang sama dengan Air Fan Cooler.
Amine yang terkondensasi akan dipisahkan dengan fasa gasnya di dalam alat
Amine Regenerator Overhead Separator yang memiliki konstruksi yang sama
dengan Sweet Gas KO Drum. Amine yang terkondensasi tersebut akan direfluks
dengan menggunakan Amine Reflux Pump menuju ke Amine Regenerator.
Sementara itu gas dengan kandungan 99,99% CO2 yang keluar dari Amine
Regenerator Overhead Separator akan dibuang ke CO2 Vent Stack. Pada aliran
Lean Amine Reflux diinjeksikan demineralized water untuk menjaga konsentrasi
amine. Konsentrasi amine harus dijaga karena konsentrasi amine yang terlalu
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 11
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 12
tersebut masuk kembali ke dalam kolom absorber bagian atas untuk menyerap
kembali gas CO2 yang terkandung dalam raw gas.
Menurut PT INTI KARYA PERSADA TEKNIK (tanpa tahun), beberapa
masalah dibawah ini dapat mengakibatkan CO2 hasil atas keluaran CO2 Absorber
menjadi off specification atau menyebabkan kerusakan pada peralatan CO2
Removal :
1) Foaming
Foaming dapat terjadi di unit CO2 Absorber atau di Amine Regenerator.
Foaming disebabkan karena adanya pengotor di dalam lean amine. Pengotor yang
dapat mengakibatkan foaming antara lain: liquid hydrocarbon, degradation
product, dan partikel padat yang terikut dalam raw gas. Beberapa indikasi yang
disebabkan oleh terjadinya foaming di dalam sistem antara lain:
Adanya perubahan delta pressure yang mendadak di dalam kolom.
Adanya perubahan level yang tidak diharapkan di dalam kolom.
Adanya kenaikan dari konsumsi heating medium
Adanya kehilangan larutan amine di dalam sistem karena terbawa dalam proses
gas.
2) Temperature lean amine
Temperatur lean amine yang terlalu tinggi mengakibatkan semakin sedikitnya
CO2 yang terserap di dalam lean amine. Apabila CO2 yang terserap semakin
sedikit maka konsentrasi CO2 produk menjadi off spesification. Sebaliknya, jika
temperatur lean amine terlalu rendah dapat menyebabkan sebagian dari feed gas
terkondensasi menjadi liquid. Kondensat yang terbentuk di dalam absorber akan
mengakibatkan foaming. Foam terbentuk dari feed gas, amine dan kondensat
hidrokarbon. Untuk mengatasi hal tersebut maka temperatur lean amine yang
masuk ke dalam CO2 Absorber selalu dikontrol agar berada 9ºC di atas temperatur
feed gas.
3) Konsentrasi aMDEA
Konsentrasi yang terlalu rendah pada lean amine mengakibatkan
ketidaksempurnaan reaksi kimia dan proses absorbsi yang optimal sehingga
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 13
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 14
(a) (b)
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 15
Gambar 2.3 (a) Struktur kimia senyawa MDEA. (b) Struktur kimia senyawa
aktivator piperazine
Proses aMDEA yang disarankan oleh BASF (Badishe Anilud Soda Fabric)
bereaksi lambat dengan CO2 dan memiliki kemampuan penyerapan yang lebih
efektif dibandingkan dengan monoethanolamine atau pottasium karbonat. Proses
tersebut membutuhkan input energi yang lebih kecil dan dapat mencapai kapasitas
plant
yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya komposisi zat aktivator
piperazine 18 %berat di dalam pelarut aMDEA yang dicampur dengan
demineralized water dengan target konsentrasi 40 %berat. Piperazine sebagai
promotor mempunyai panas dan laju reaksi yang tinggi serta daya serap CO2 yang
tinggi bila dibandingkan dengan K2CO3 dan amine. Selain itu, MDEA dipilih
sebagai absorben karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu : tekanan uap
rendah, tidak mudah terdegradrasi, sedikit korosif, panas reaksi rendah,
selektivitas yang tinggi terhadap H2S, dan lebih atraktif.
Reaksi absorbsi CO2 dengan menggunakan aMDEA adalah sebagai berikut:
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 16
Gambar 2.4 Mekanisme penyerapan gas CO2 oleh MDEA tanpa aktivator dan dengan
aktivator (BASF, The Chemical Company)
H3O+ + OH-
K11
2H2O (11)
Gambar 2.5 Mekanisme reaksi absorbsi gas CO2 oleh MDEA dan aktivator piperazine
(Bishnoi dan Rochelle, tanpa tahun)
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 17
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 18
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 19
Menurut Khakdaman,dkk., jenis-jenis amine yang sering digunakan adalah
sebagai berikut:
1) MEA (Mono Ethanol Amine)
Umumnya MEA digunakan pada konsentrasi 15 -20 %berat dalam air. Acid
gas loading terbatas 0,3 – 0,35 mol acid gas per mol amine. Dibandingkan
dengan jenis amine lainnya, MEA lebih korosif, terlebih lagi jika
konsentrasinya lebih dari 20 %berat. Selain itu MEA membutuhkan heat of
reaction dengan H2S dan CO2 yang sangat tinggi (sekitar 30% lebih tinggi
dibandingkan DEA). Tekanan uap yang tinggi dari MEA akan mengakibatkan
MEA mudah menguap di absorber dan stripper sehingga akan mengurangi
konsentrasi larutan secara signifikan akibat tingkat penguapan yang tinggi.
2) DEA (Diethanol Amine)
Umumnya DEA digunakan pada konsentrasi 25 – 35 %berat dalam air. Acid
gas loading juga terbatas pada 0,3 – 0,35 mol acid gas per mol amine. DEA
lebih tidak korosif dibandingkan dengan MEA.
3) DGA (diglycolamine atau 2-(2-aminoethoxy) ethanol)
Umumnya DGA digunakan pada konsentrasi 40 – 60 %berat dalam air. Acid
gas loading terbatas 0,3 – 0,35 mol acid gas per mol amine. Sifatnya sama
dengan MEA (secara isometrik rumus kimianya sama) tetapi mempunyai
tekanan uap yang lebih rendah sehingga diperlukan konsentrasi yang lebih
tinggi. Tingkat degradasi DGA lebih tinggi.
4) MDEA (Methyl Diethanol Amine)
Umumnya MDEA digunakan pada konsentrasi 30 -50 %berat dalam air. Acid
gas loading tidak terbatas (biasanya 0,7 – 0,8 mol acid gas per mol amine).
Karena acid gas loading yang tinggi maka dapat mengurangi jumlah (laju
alir) dari sirkulasi larutan amine (hal ini juga berarti mengurangi konsumsi
energi pompa). MDEA juga tidak mudah terdegradasi baik secara termal
maupun kimia, dan mempunyai heat of reaction dengan H2S yang rendah.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 20
5) TEA (Tri Ethanol Amine)
TEA merupakan amine tersier dan larutan amine yang pertama kali
dikomersialkan untuk digunakan dalam gas sweetening. TEA tidak bisa
menghasilkan produk gas dengan kandungan H2S rendah.
6) DIPA (Diisopropanol Amine)
DIPA digunakan pada proses ADIP dan Sulfinol (keduanya lisensi Shell
International Petroleum Company-SIPM). DIPA tidak bisa menghasilkan
produk gas dengan kandungan H2S rendah dan sekarang SIPM sudah tidak
lagi menggunakan larutan DIPA, dan menggantinya dengan MDEA.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 21
rendah media pemanas seperti tekanan steam yang rendah pada desain reboiler.
Temperatur reboiler tersebut sebaiknya di bawah 260oF.
2.4 Simulasi Plant Unit CO2 Removal
2.4.1 Simulasi
Simulasi adalah suatu prosedur kuantitatif, yang menggambarkan sebuah
sistem, dengan mengembangkan sebuah model dari sistem tersebut dan
melakukan
sederetan uji coba untuk memperkirakan perilaku sistem pada kurun
waktu
tertentu (Handoko, 1994). Simulasi merupakan suatu teknik meniru
operasi-operasi atau proses- proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan
bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga
sistem tersebut bisa dipelajari secara ilmiah (Law dan Kelton, 1991).
Simulasi dapat didefinisikan sebagai pengimitasian proses dan kejadian ril.
Imitasi dalam rangka penelitian, penyelidikan ataupun pengujian bersifat terbatas
dan terfokus pada suatu aktivitas atau operasi tertentu dengan maksud untuk
mengetahui karakteristik, keadaan dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan
kehadiran dan keberadaan dari aktivitas dan peristiwa dalam bentuk ril.
Menurut pendefinisian pada berbagai kamus, kata simulasi diartikan sebagai
cara mereproduksi kondisi dari suatu keberadaan dengan menggunakan model
dalam rangka studi pengenalan atau pengujian atau pelatihan dan yang sejenis
lainnya. Software simulasi proses dibuat berdasarkan teori - teori atau konsep -
konsep yang telah ada seperti konsep (teori) tentang pepindahan panas dan
kesetimbangan uap cair, kemudian diselesaikan dengan menggunakan komputasi
atau perhitungan numerik. Agar dapat mensimulasikan proses yang dikehendaki,
maka dibutuhkan data sebagai berikut :
Komponen senyawa yang terlibat dalam proses.
Persamaan termodinamika yang sesuai dengan kondisi proses.
Identifikasi reaksi yang sesuai dengan kondisi proses.
Alur proses (dibuat dari atau terdiri dari kumpulan dari unit – unit operasi
maupun unit reaksi), atau setidaknya sebuah stream atau aliran.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 22
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 23
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 24
Aspen HYSYS berintegrasi dengan software Aspen PIMS dan Aspen Refinery
Scheduler (Aspen HYSYS is integrated with Aspen PIMS and Aspen Refinery
Scheduler software)
diagram kerja yang efisien (efficient workflow)
otomasi diagram kerja (workflow automation)
2.4.3 Proses simulasi absorbsi dan regenerasi unit CO2 Removal
Proses absorbsi gas CO2 dan H2S melibatkan sour gas dari alam yang
banyak
mengandung komponen gas asam dan pengotor dikontakkan dengan
solvent larutan aMDEA, sehingga proses tersebut bersifat eksotermis, steady state,
dan menghasilkan reaksi kesetimbangan reversibel di dalam kolom CO2 Absorber.
Penggunaan amine sebagai pelarut pada proses sweetening gas telah dilakukan
dengan menggunakan software program simulasi Aspen HYSYS. Fluid package
yang digunakan yaitu COM Thermo DBR Amine Package dengan model
termodinamika Kent-Eisenberg untuk larutan aqueous . Pemilihan model tersebut
berdasarkan komposisi zat aktivator piperazine yang terkandung di dalam solvent
larutan aMDEA sehingga hasil simulasi akan lebih optimal.
Banyak penelitian yang telah dilakukan, seperti Rinker, et al. (1995)
mempelajari kinetika dan modeling dari absorbsi CO2 dalam larutan N-MDEA,
Pacheco, et al. (1998) menyatakan bahwa absorbsi CO2 menggunakan
Methyldiethanolamine (MDEA) dalam packed column jumlah gas yang diserap
dikendalikan oleh difusi reaksi cepat dan tidak dipengaruhi oleh tahanan gas-film.
Pada penelitian sebelumnya Lin, dkk (1999) menyatakan penggunaan packed
column mempunyai efisiensi perpindahan massa yang lebih tinggi dari pada
menggunakan tray column tanpa memperhatikan transfer energi yang dibutuhkan.
Kent-Eisenberg mengembangkan model yang sederhana untuk
memprediksikan vapour-liquid equilibrium (VLE) dengan mengabaikan koefisien
aktivitas. Model tersebut diciptakan berdasarkan hubungan beberapa konstanta
kesetimbangan dan hukum Henry.
Menurut Eisenberg dan Kent (1976), model Kent-Eisenberg adalah cara
penyederhanaan untuk pemodelan reaksi (dan kesetimbangan fasa) pada sistem
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 25
2.4.4 Validasi
Setelah model konvergen maka dilakukan validasi hasil simulasi. Validasi
dilakukan dengan membandingkan data hasil simulasi dengan data plant test.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
BAB 2 Tinjauan Pustaka 26
2.4.6 Optimasi
Optimasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui kondisi optimal
dari sistem proses yang telah ada. Pada pelaksanaan optimasi tidak lagi
memperhatikan kondisi operasi desain, tetapi membuat range nilai variabel yang
akan dioptimasi dengan memberikan batas atas dan batas bawah dari nilai
tersebut. Hasil uji sensitivitas dan optimasi biasanya ditampilkan dalam bentuk
grafik pada software Aspen HYSYS versi 7.3.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih