Anda di halaman 1dari 9

Penggunaan Obat pada Ibu Hamil dan Menyusui

Pemahaman mengenai penggunaan obat yang aman bagi ibu hamil dan menyusui belum dimengerti
dengan baik di masyarakat Indonesia. Dalam kalangan tenaga kesehatan sendiri pun masih belum
dapat memaksimalkan pemahaman penggunaan obat bagi ibu hamil dan menyusui. Maklum karena
pemerintah, dalam hal ini Kemenkes dan BPOM, memang belum mengeluarkan regulasi mengenai
hal ini. Secara umum patokan pada penggunaan dan penggolongan keamanan obat pada ibu hamil
dan menyusui masih mengarah pada panduan FDA (Food and Drug Administration) Amerika
Serikat. Berikut kategori tingkat keamanan penggunaan obat pada ibu hamil dari FDA (Food and
Drug Administration):
Kategori A Aman untuk janin. Studi kontrol tidak memperlihatkan adanya resiko pada wanita
terhadap janin pada kehamilan trimester I dan trimester selanjutnya. Sangat rendah
kemungkinannya untuk membahayakan janin. Contoh: Vitamin C, asam folat, vitamin B6, zinc,
levotiroksin.
Kategori B Cukup aman untuk janin. Kategori ini telah melewati studi yang dilakukan pada sistem
reproduksi binatang percobaan, tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin; tetapi studi
terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan. Atau studi dilakukan pada reproduksi
binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping obat yang tidak diperlihatkan tanda-
tanda pada studi terkontrol wanita hamil trimester I (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada
trimester berikutnya). Contoh: acarbose, acyclovir, amiloride, amoxicillin, ampicillin, azithromycine,
bisacodyl, buspirone, caffeine, cefaclor, cefadroxil, cefepime, cefixime, cefotaxime, ceftriaxone,
cetirizine, clavulanic acid, clindamycine, clopidogrel, clotrimazole, cyproheptadine,
dexchlorpheniramine oral, dicloxaciline, dobutamin, erythromycin, famotidin, fondaparinux sodium,
fosfomycin, glibenclamide + metformin oral, glucagon, ibuprofen oral, insulin, kaolin, ketamine,
lansoprazole, lincomycin, loratadine, meropenem, metformin, methyldopa, metronidazole, mupirocin,
pantoprazole, paracetamol oral, ranitidine, sucralfat, terbutalin, tetracycline topical, tranexamic acid,
ursodeoxycholic acid, vancomycin oral.
Kategori C Dapat berisiko, digunakan jika perlu. Obat dianjurkan hanya jika manfaat yang diperoleh
oleh ibu atau janin melebihi risiko yang mungkin timbul pada janin. Contoh: acetazolamide,
albendazole, albumin, allopurinol, aminophylin, amitriptyline, aspirin, astemizol, atropine, bacitracin,
beclometasone, betacaroten, bupivacaine, calcitriol, calcium lactate, chloramphenicol, ciprofloxacin,
clidinium bromide, clobetasol topical, clonidine, cotrimoxazole, codein + paracetamol,
desoximetasone topical, dextromethorphan, digoxin, donepezil, dopamine, enalapril, ephedrine,
fluconazole, fluocinonide topical, gabapentin, gemfibrozil, gentamycin (parenteral D), griseofulvin,
guaifenesin, haloperidol, heparin, hydrocortisone, INH, isosorbid dinitrate, ketoconazole, lactulosa,
levofloxacine, miconazole, nalidixic acid, nicotine oral, nimodipine, nystatin (vaginal A), ofloxacin,
omeprazole, perphenazine, prazosin, prednisolone, promethazine, pseudoephedrine, pyrantel,
pyrazinamide, rifampicin, risperidone, salbutamol, scopolamine, simethicon, spiramycin,
spironolactone, streptokinase, sulfacetamide opth & topical, theophyline, thiopental sodium, timolol,
tramadol, triamcinolone, trifluoperazine, trihexyphenidil.
Kategori D Digunakan jika darurat. Terbukti menimbulkan risiko terhadap janin, tetapi besarnya
manfaat yang diperoleh jika digunakan pada wanita hamil dapat dipertimbangkan seperti situasi
yang mengancam jiwa atau kritis. Contoh: alprazolam, amikacin, amiodarone, atenolol, bleomycin,
carbamazepine, chlordiazepoxide, cisplatin, clonazepam, cyclosphosphamide, diazepam,
kanamycin, minocycline,phenytoin, povidon iodine topical, propylthiouracil, streptomycin inj,
tamoxifen, tetracycline oral dan ophthalmic, valproic acid.
Kategori X Memiliki kontraindikasi dan sangat berbahaya bagi janin. Studi untuk kategori obat ini
telah memperlihatkan adanya abnormalitas janin dan besarnya risiko pada wanita hamil.
Dikontraindikasikan bagi wanita hamil atau wanita usia subur. Contoh: alkohol dalam jumlah banyak
dan pemakaian jangka panjang, amlodipin + atorvastatin, atorvastatin, caffeine + ergotamine,
chenodeoxycholic, clomifene, coumarin, danazol, desogestrel + ethinyl estradiol, dihydroergotamine,
ergometrine, estradiol, (+ norethisterone), fluorouracil, flurazepam, misoprostol, oxytocin,
simvastatin, warfarin.
Doktrin atau kepercayaan yang umum dipakai adalah bahwa: “Tidak ada obat yang aman untuk ibu
hamil“. Efikasi, kemanjuran (benefit) VS. risiko (risk) adalah pertimbangan utama menggunakan obat
khususnya untuk kategori A dan B. Dan untuk obat yang masuk kategori C dan D dianjurkan untuk
benar-benar melalui pertimbangan dokter dengan mempertimbangkan manfaat, keselamatan jiwa
yang lebih besar dibandingkan resikonya. Untuk obat dengan kategori X TIDAK BOLEH
DIGUNAKAN pada masa kehamilan. Kategori Penggunaan Obat pada Masa Menyusui L1: Paling
aman, contohnya: asetaminofen, ibuprofen, loratadin L2: Aman, contohnya: cetrizin, dimenhidrinat,
guaifenesin L3: Cukup Aman, contohnya: pseudoefedrin, lorazepam, aspirin L4: Kemungkinan
berbahaya, contohnya: sibutramin, kloramfenikol L5: Kontra-indikasi, contohnya: amiodaron,
siklofosfamid Pada umumnya hampir semua obat yang diminum dapat terdeteksi dalam ASI, namun
dengan konsentrasi yang umumnya rendah. Konsentrasi obat dalam darah ibu merupakan factor
dalam adalah factor utama dalam transfer obat ke ASI. Bagaimana pun juga segera konsultasi
dahulu kepada dokter maupun apoteker untuk obat Karena setiap tubuh akan memberikan respon
yang berbeda selama kehamilan sekalipun obat-obatan OTC (over the counter).

Anda mungkin juga menyukai