Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri merupakan gejala dan masalah yang cukup sering ditemukan

dalam bidang neurologis. Nyeri dapat merupakan gejala pertama dari berbagai

macam penyakit syaraf. Nyeri dapat merupakan gejala pertama dari berbagai

macam penyakit saraf dan sering kali merupakan keluhan utama. Di antara

keluhan nyeri yang sering kali dijumpai di klinik adalah nyeri kepala.1

Pada hakekatnya, nyeri kepala merupakan nyeri alih pada permukaan

kepala yang berasal dari struktur bagian dalam. Sebagian besar nyeri kepala

disebabkan oleh stimulus nyeri yang berasal dari intrakranial maupun

ekstrakranial. Sebagian besar kasus nyeri kepala bersifat ringan dan dapat

sembuh dengan sendirinya ataupun dengan minum obat analgesik.1

Nyeri tegang kepala otot sering dijumpai, walaupun mempunyai pola

keluhan tertentu, nyeri kepala tegang otot tidak jarang muncul dengan nyeri

yang sangat mengganggu penderita, sehingga penderita memiliki dugaan yang

berlebihan tentang kemungkinan penyebabnya. Sikap yang demikian ini justru

dapat memperberat keluhan.1

Nyeri kepala tegang otot juga dikenal dengan nama-nama sebagai

berikut: tension type headache, muscle contraction headache, psychomyogenic

headache, stress headache, essential headache, idiopathic headache dan

psycogenic headache, merupakan bentuk nyeri kepala yang banyak ditemukan

dan paling peka terhadap analgesik. Walaupun demikian, penderita dengan


gejala nyeri kepala ini tidak jarang ke dokter spesialis saraf. Hal ini biasanya

disebabkan oleh nyeri kepala tersebut telah berubah, dari episodik menjadi

kronis di mana nyeri kepalanya tidak lagi jelas hubungannya dengan stress.

Pada tipe episodik hubungan tersebut biasanya sangat jelas. Sebagai contoh,

seseorang yang selalu nyeri kepala pada saat menghadapi ujian kemudian

sembuh setelah ujian selesai.1

Nyeri kepala tipe tegang atau Tension Type Headache (TTH) adalah

nyeri kepala berulang yang berhubungan dengan gangguan pada otot

(muscular). Dapat berhubungan dengan stress atau yang berhubungan dengan

masalah muskuloskeletal pada regio leher. Tension type headache perlu

mendapatkan perhatian khusus karena keluhan yang ada pada penyakit ini

dapat mengganggu aktivitas keseharian dari penderita.1,2


BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Usia : 30 thn

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Status marital : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku : Bali

Alamat : Klungkung

ANAMNESA

Sumber: Autoanamnesa/Heteoanamnesa

Keluhan utama : Nyeri kepala

Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri kepala dirasakan pasien sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

Nyeri dirasakan seperti ditekan-tekan mulai dari dahi hingga kepala bagian

tengah dan terasa berat terutama di daerah kepala bagian belakang dan
tengkuk. Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak hanya pada satu sisi kepala.

Tidak ada muntah. Pasien juga tidak ada mengeluhkan pandangan ganda

ataupun fotophobia. Tidak ada gangguan pada pendengaran, tidak ada telinga

berdengung, tidak ada fonophobia. Pasien sedang tidak menstruasi dan nyeri

kepala tidak berhubungan dengan siklus menstruasi.

Ketika nyeri kepala nya muncul pasien juga merasakan badannya

lemas, mual dan nyeri di daerah ulu hati nya. Pasien mengaku sudah 2 hari ini

pasien tidak nafsu makan dan susah tidur. Passen juga mengeluh sesak napas.

Pasien mengaku sedang memiliki masalah pribadi dan sering

mengalami keluhan serupa jika pasien kelelahan ataupun banyak pikiran.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat keluhan serupa sejak ±1 tahun yang lalu

- Riwayat trauma (-)

- Riwayat Hipertensi (-)

- Asma Broniakiale (+)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa

Pemeriksaan Fisik

A. Status Presents

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Composmentis (GCS: E4V5M6)

Tekanan Darah : 110/70 mmHg


Frekuensi Nadi : 80x/mnt

Frekuensi Nafas : 28x/mnt

Suhu : 36,5 °C

✓ Kepala : bentuk normal, simetris

✓ Mata : pupil isokor , reflex cahaya +/+, refleks kornea +/+

✓ Leher : pembesaran KGB (-)

✓ Thorax :
❖ Jantung ❖ Paru

▪ S1 dan S2 tunggal ▪ Simetris

reguler ▪ Vesikuler +/+

▪ Murmur (–) ▪ Ronkhi -/-

▪ gallop (–) ▪ Wheezing+/+

✓ Abdomen :

▪ Soefel

▪ Nyeri tekan Epigastrium (+)

▪ Hepar/ lien tidak teraba

▪ Bising usus (+) normal

✓ Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

B. Status Psychicus

Cara Berfikir : Baik

Tingkah Laku : Baik

Kecerdasan : Baik

Perasaan Hati : Agak cemas

Ingatan : Baik

C. Status Neurologis

Kepala

o Bentuk : bulat
o Simetri : +

o Nyeri tekan : +

o Mata : Pupil isokor D et S Ø 3 m.

Leher

o Pergerakan : +

o Kaku kuduk : -

Nervus Cranialis

Pemeriksaan Kanan Kiri


N. Olfaktorius
Subjektif + +
Objektif dengan teh +N +N
Dengan kopi +N +N
N Optikus
Tajam Penglihatan +N +N
Lapangan Pandang +N +N
Melihat Warna +N +N
N. Occulomotorius
Refleks cahaya +N +N
N. Trochlearis
Pergerakan mata (kebawah- +N +N
keluar)
N. Trigeminus
Membuka mulut +N +N
Mengunyah +N +N
Menggigit +N +N
Refleks kernig +N +N
Sensibilitas muka +N +N
N. Abducens
Pergerakan mata kelateral +N +N
N. Fasialis
Mengerut dahi +N +N
Menutup mata +N +N
Memperlihatkan gigi +N +N
Bersiul +N +N
Perasaan lidah +N +N
Perasaan muka
• Dahi +N +N
• Pipi +N +N
• Dagu +N +N

N. Octavus
Detik arloji +N +N
Suara berbisik +N +N
N. Glosopharingeus
Perasaan lidah bagian belakang +N +N
N. Vagus
Bicara +N +N
Menelan +N +N
Nadi +N +N
N. Accesorius
Mengangkat bahu +N +N
Memalingkan kepala +N +N
N. Hipoglossus
Pergerakan lidah +N +N
Tremor lidah +N +N
Artikulasi +N +N

D. Badan dan Anggota Gerak

a. Motorik

o Respirasi : vesikuler, pergerakan simetris

o Duduk : tidak ditemukan kelainan

b. Refleks

Anggota Gerak Atas (Lengan)

Kanan Kiri
Motorik
Pergerakan +N +N
Kekuatan 5-5-5-5 5-5-5-5
Tonus +N +N
Refleks
Biceps +N +N
Triceps +N +N

Sensibilitas
Sensibilitas taktil +N +N
Sensibilitas nyeri +N +N

Anggota Gerak Bawah (Kaki)

Kanan Kiri
Motorik
Pergerakan + +
Kekuatan 5-5-5-5 5-5-5-5
Tonus + +

Refleks
Patella + +
Achilles + +
Babinski - -
Chaddock - -
Clonus paha - -
Clonus kaki - -
Patrick - -
Laseq - -
Kernik - -

Sensibilitas
Sensibilitas taktil +N +N
Sensibilitas nyeri +N +N

a. Koordinasi Gait/Keseimbangan

Cara berjalan : Normal

b. Gerakan Abnormal
▪ Tremor : -

c. Alat Vegetatif

▪ Miksi : +

▪ Defekasi : +

Diagnosa Klinis : Tension Type Headache + Gastritis Akut + Asma

Bronkiale

Diagnosa Topis : Myofascial

Diagnosa Etiologi : Psikis

Penatalaksanaan Prognosis

▪ Head up 20 - 30 derajat Dubia ad bonam

▪ O2 2 lpm

▪ Ketorolac inj 1 x 1 amp

▪ Ranitidine inj 1 x 1 amp

▪ Nebuliser combivent 1 amp

▪ Meloxicam 2 x 7,5 mg

▪ Diazepam 2 x 2 mg

▪ Methyl Prednisolon 2 x 4 mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi

Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala yang disebabkan

oleh tegangnya otot pada wajah, leher atau kulit kepala. Disebut juga muscle-

contraction headache. TTH merupakan sakit kepala yang paling sering terjadi.3,4

TTH ini timbul karena adanya kontraksi yang terus menerus dari otot-

otot kepala, wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan

menimbulkan nyeri otot yang di “referred” ke kepala (“muscle contraction

headache”). “Muscle contraction” ini timbul oleh karena adanya ketegangan

jiwa anxietas, tension, atau depresi).5

Nyeri kepala itu akan dirasakan oleh si penderita sebagai suatu ikat

kepala yang terlalu menekan. Kepalanya dirasakan berat oleh si penderita,

terutama di waktu pagi hari. Bila penderita dipijat oleh istri atau suaminya,

maka nyeri kepala itu dirasakannya berkurang.5

b. Penyebab

Otot wajah, leher dan kulit kepala menjadi tegang karena:3

• Anxietas atau stress

• Bertahan pada satu posisi dalam waktu lama

• Injury, seperti kecelakaan mobil

• Depresi

Nyeri kepala juga dapat dipicu oleh:3


• Tidur yang terlalu sedikt atau terlalu banyak

• Makan yang terlalu sedikt atau terlalu banyak

• Minum alkohol berlebihan

• Bekerja keras indoor atau outdoor

• Kondisi medis tertentu

c. Epidemiologi6,7

• Frekuensi : Di Amerika Serikat, TTH merupakan sindrom nyeri

kepala primer yang paling sering

• Internasional : Rasmussen et al melaporkan prevalensi seumur hidup

TTH 69% laki-laki dan 88% perempuan pada populasi Danish. Pasien

memiliki pengalaman lebih dari satu sindrom nyeri kepala primer. Pada satu

studi oleh Ulrich et al, prevalensi 1 tahun TTH adalah sama diantara

individu dengan dan tanpa migraine.

• Jenis Kelamin : Perempuan lebih sering daripada laki-laki. Ratio TTH

perempuan dan laki-laki sekitar 1,4:1. Pada Chronic type tension headache

1,9:1.

• Usia : TTH dapat terjadi pada semua usia, tetapi onset remaja

hingga dewasa muda lebih sering.

d. Patofisiologi Tension Type Headache8

Pada penderita TTH didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan

yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif


dari otot perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri

kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat

insersinya.

TTH adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress, dan

miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya

yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi

supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-

masing individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal

intensitas nyeri kepalanya.

Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan

alat palporneter (yang diketemukan oleh Atkins, 1992) sehingga dapat

mendapatkan skor nyeri tekan terhadap otot tersebut.

Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh Bendtsen) telah

menemukan metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala dengan cara

palpasi secara cepat bilateral dengan cara memutar jari ke 2 dan ke 3 ke otot

yang diperiksa, nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan skor Total Tenderness

Scoring system. Yaitu suatu sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi

antara reaksibehaviour dengan reaksi verbal dari penderita.

Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 terhadap penderita chronic

tension type headache (yang dikutip oleh Bendtsen) ternyata otot yang

mempunyai nilai Local tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus, insersi

otot leher dan otot sternocleidomastoid. Nyeri tekan otot perikranial secara

signifikan berkorelasi dengan intensitas maupun frekwensi serangan tension


type headache kronik. Belum diketahui secara jelas apakah nyeri tekan otot

tersebut mendahului atau sebab akibat daripada nyeri kepala, atau nyeri kepala

yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Pada migren dapat juga terjadi

nyeri tekan otot, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan intensitas maupun

frekwensi serangan migren.

Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga

struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di

mediasi oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C),

sedangkan serabut tebal yang bermyelin (Aα dan Aβ) dalam keadaan normal

mengantarkan sensasi yang ringan / tidak merusak (inocuous). Pada rangsang

noxious dan inocuous event, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik,

maka mediator kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut Aα dan

serabut C yang berperan menambah rasa nyeri tekan pada tension type

headache.

Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot

kepala dan leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan

penting dalam tension type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut

muscle contraction headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa

penelitian yang menggunakan EMG (elektromiografi) pada penderita tension

type headache ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot,

yang tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas

otot maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian

aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala.
Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada

miofascial trigger point yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak

terdapat pada semua otot) Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin

(dilepas dari platelet), bradikinin (dilepas dari belahan precursor plasma

molekul kallin) dan Kalium (yang dilepas dari sel otot), SP dan CGRP dari

aferens otot berperan sebagai stimulant sensitisasi terhadap nosiseptor otot

skelet. Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini adalah peran miofascial

terhadap timbulnya tension type headache.

Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap

nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi

otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain

inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif

amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua

nilai ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan

menurun di sefalik maupun ekstrasefalik.

Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus

(87%), exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi

life time depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi

dijumpai adanya defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya.

Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa

kecepatan biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan

dengan wanita. Dengan bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti

bahwa angka kejadian depresi pada wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.
e. Gambaran Klinis6,7

Anamnesa

Onset nyeri dari TTH dapat memberikan gambaran seperti berdenyut dan

terkadang seperti gambaran klinis dari migren. Kombinasi dari migren dan TTH

dapat memberikan durasi nyeri yang lebih lama, menetap dan lebih berat.

➢ HIS (The International Headache Society) kriteria diagnostik dari TTH

adalah 2 dari 4 point di bawah ini :

o Ditekan atau seperti di ikat

o Lokasi Frontal-occipital

o Bilateral – intensitas yang ringan atau sedang

o Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik

➢ Anamnesa pada TTH sering ditemukan:

o Durasi 30 menit sampai 7 hari

o Tidak ada mual muntah (kadang terjadi anorexia)

o Photophobia dan phonophobia

o Minimal 10 kali muncul sakit kepala dalam sekali serangan; dan

serangan sakit kepala terjadi lebih dari 180 kali per tahun

o Bilateral dan occipitonuchal atau nyeri bifrontal


o Dengan gambaran nyeri seperti "fullness," "tightness/squeezing,"

"pressure," or "bandlike/viselike"

o Kadang disertai stress emosional dan rasa cemas berlebihan

o Insomnia

o Setelah serangan kadang perasaan seperti keatas ataupun ke bawah

o Otot tegang dan seperti terikat pada region leher, occipital serta frontal

o Terdapat pada 75% pasien yang mengalami nyeri kepala kronis selama 5

tahun

o Sulit berkonsentrasi

o Tidak ada gejala prodormal

➢ Onset nyeri kepala yang baru pada pasien usia muda dapat dipikirkan

penyebabnya adalah TTH

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik sulit ditemukan penyebab dari nyeri kepala dari TTH.

➢ Vital sign normal

➢ Pemeriksaan neurologis normal

➢ Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial atau leher (tidak selalu)

➢ Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan daerah trigger zone (tidak

selalu)
Nyeri bertambah dengan fleksi leher dan pergangan dari otot leher

f. Diagnosis6,9

Diagnosis Primer

➢ Dua dari point di bawah ini :

o Nyeri bilateral

o nyeri seperti di tekan

o nyeri ringan atau sedang

o nyeri tidak berhubungan dengan aktivitas fisik

➢ Satu atau lebih dari gejala di bawah ini :

o Sensitif terhadap cahaya


o Sensitif terhadap suara

➢ Terkadang tidak disertai gejala :

o Nausea

o Vomitus

➢ Durasi nyeri 30 menit – 7 hari

Diagnosis Subdivisi

➢ Episodic (<15 hari/bulan) atau kronis (>15 hari/bulan selama > 6 bulan)

Dalam menegakan diagnosis tidak semua gejala dan pemeriksaan fisik di

dapatkan kelainan, yang penting adalah keriteria dari IHS. Kadang nyeri kepala

TTH ini tidak berdiri sendiri, tapi juga sering disertai dengan nyeri kepala tipe

yang lain (migren).

Diagnosis Banding
g. 6,9

Differential diagnostic considerations in tension-type headache


Primary diagnosis
Nonvascular: Tension-type
Vascular: Migraine or cluster
Secondary (organic) diagnosis
Vascular disorders
Subarachnoid hemorrhage
Subdural hematoma
Unruptured arteriovenous malformation or aneurysm
Ischemic cerebrovascular disease
Temporal arteritis
Arterial hypertension
Cerebral venous thrombosis
Nonvascular intracranial disorders
Benign intracranial hypertension
Intracranial hypotension after lumbar puncture
Intracranial neoplasm
Intracranial infection or meningitis
Substances that act as triggers
Medications (eg, nitrates, over-the-counter drugs)
Foods (eg, monosodium glutamate, alcohol)
Exposures (eg, carbon monoxide)
Rebound (eg, caffeine, analgesic, ergot)
Metabolic disorders
Hypoxia (eg, chronic obstructive pulmonary disease, sleep
apnea)
Hypercapnia
Hypoglycemia
Abnormalities of extracranial structures
Eyes (eg, glaucoma, refractive errors)
Ears and sinuses (eg, infectious sinusitis, barosinusitis)
Teeth and jaws (eg, temporomandibular joint disorder)
Skull (eg, Paget's disease, multiple myeloma)
Neck (eg, spondylosis, cervical disk disease)
h. Pemeriksaan Penunjang6

Laboratorium

• Diagnosis tension headache adalah dari klinis. Seperti nyeri kepala

primer lainnya, tidak ada test diagnostik spesifik untuk tension

headache.

Studi Imaging

• Studi neuroimaging penting untuk mengesampingkan penyebab

sekunder nyeri kepala, termasuk neoplasma dan cerebral

hemorrhage.

• MRI imaging menunjukkan struktur cerebral yang detail dan

khususnya dalam mengevaluasi fossa posterior

• CT scan dengan kontras merupakan alternatif lain tetapi lebih rendah

daripada MRI dalam memperlihatkan struktur fosa posterior.

• Indikasi neuroimaging jika nyeri kepala atipikal atau berhubungan

dengan abnormalitas pada pemeriksaan neurologis.

i. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik (psikoterapi), fisiologik

(relaksasi) dan farmakologik (analgesik, sedativa dan minor transquilizers).

Dalam praktek, diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakang

munculnya nyeri agar penderita mengerti tentang permasalahan yang selama ini
kurang atau tidak disadarinya. Penjelasan tentang berbagai macam pemeriksaan

tambahan yang perlu dan yang tidak perlu akan sangat bermanfaat bagi

penderita.1

Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen atau NSAID lain yang

sangat membantu, tetapi hanya untuk waktu yang singkat. Tension headache

memberi respon terbaik terhadap penggunaan hati-hati salah satu dari beberapa

obat yang mengurangi kecemasan atau depresi, ketika gejala terakhir timbul.10

Beberapa pasien memberi respon terhadap ancillary measure seperti

massase, meditasi dan teknik biofeedback. Pengobatan analgesik yang lebih

kuat sebaiknya dihindari. Raski melaporkan berhasilnya terapi dengan calcium

channel blocker, phenelzine atau cyproheptadine. Ergotamin dan propanolol

tidak efektif kecuali jika terdapat gejala migren dan tension headache. Teknik

relaksasi sangat menolong pasien bagaimana cara menghadapi anxietas dan

stress.10

Penanganan3 :

• Istirahat dengan tenang, ruangan gelap hingga gejala berkurang dan

hilang.

• Konsumsi obat nyeri seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen.

• Pijat leher, bahu dan punggung. Letakkan heat, an ice pack, or a cold

washcloth pada area yang nyeri.

• Segera ke dokter bila:


o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya

o Muntah berulang.

o Numbness or tingling wajah, lengan atau kaki.

o Lengan dan kaki lemah.

o Perubahan visual yang tidak segera hilang

Terapi Farmakologik:
Drugs effective in the treatment of tension type headache
11
Drug Trade name Dosage

Nonsteroidal Anti Inflammatory Agents

Acetaminophen Tylenol, generic 650 mg PO q4-6h

Aspirin Generic 650 mg PO q4-6h

Diclofenac Cataflam, generic 50-100 mg q4-6h (max


200mg/dl)

400 mg PO q3-4h
Ibuprofen Advil, Motrin, Nuprin,
generic

Aleve, Anaprox, generic 220-550 mg bid


Naproxen sodium

Combination Analgesics
Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital, Phrenilin, generic 1-2 tablets; max 6 per day
50 mg

Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital,


Phrenilin Forte 1 tablet; max 6 per day
50 mg

Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,


50 mg, plus caffeine, 40 mg Fiocert; Esgic, generic 1-2 tablets; max 6 per day

Acetaminophen, 500 mg, plus butalbital,


50 mg, plus caffeine, 40 mg
Esgic-plus 1-2 tablets; max 6 per day

Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,


50 mg, plus caffeine, 40 mg

Fiorinal 1-2 tablets; max 6 per day

Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital,


50 mg

Axotal 1 tablet q4h; max 6 per day

Prophylactic Medications

Amitriptyline Elavil, generic 10-50 mg at bedtime

Doxepin Sinequan, generic 10-75 mg at bedtime

Nortriptyline Pamelor, generic 25-75 mg at bedtime

Terapi non-farmakologik9

➢ Regulasi lifestyle
o mengatur dan tidur yang cukup

o makan terapi dan diet yang baik

o mengetahui dan menghindari makanan yang dapat memicu nyeri kepala

berolahraga teratur (seperti aerobik)

➢ Hindari Stres

o Menghindari lingkungan sosial yang dapat menyebabkan stress

o Meditasi

o melakukan hobi, rekreasi

o relaksasi otot (dengan latihan-latihan)

o psikoterapi

➢ Fisioterapi

o panas, dingin, ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation

(tens)

o Pijat dan traksi leher

o peregangan otot-otot leher

➢ Manipulasi osteopathic atau chiropractic

➢ Terapi alternatif

o Akupuntur

o Acupressure
o Therapeutic touch

o Aromatherapy (contoh : peppermint, green apple)

salep topikal (contoh : salicylic acid, piroxicam [Feldene], ketoprofen

[Orudis, Oruvail])

j. Prognosis

TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh, akan tetapi nyeri

kepala ini tidak berbahaya. Terapinya hanya bersifat simptomatis tetapi

kadang juga dapat hilang total. TTH dapat sembuh sempurna bila

penyebabnya di hilangkan. Pengunaan obat TTH yang lama dapat

menyebabkan nyeri kepala bertambah berat atau rebound headache.12


BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien dengan nama Ny. M usia 26 tahun datang dengan keluhan nyeri

kepala. Pasien didiagnosa dengan Tension Type Headache dan Gastritis akut.

Berikut adalah pembahasan mengenai perbandingan antara teori dan fakta yang

terjadi pada perjalanan penyakit pasien tersebut.

Anamnesa

Fakta Teori
• Nyeri kepala dirasakan sejak 1 ➢ Anamnesa pada TTH sering ditemukan:

hari sebelum masuk rumah sakit.


o Durasi 30 menit sampai 7 hari
• Nyeri dirasakan seperti ditekan-
o Dengan gambaran nyeri seperti "fullness,"
tekan.
"tightness/squeezing," "pressure," or
• Nyeri dimulai dari dahi hingga
"bandlike/viselike”
kepala bagian tengah dan terasa
o Bilateral dan occipitonuchal atau nyeri
berat terutama di daerah kepala

bagian belakang dan tengkuk. bifrontal

• Nyeri dirasakan terus menerus dan o Otot tegang dan seperti terikat pada region

tidak hanya pada satu sisi kepala. leher, occipital serta frontal

• Tidak ada muntah, namun ada

mual dan penurunan nafsu makan

• Tidak ada fotophobia ataupun

fonophobia
o Tidak ada mual muntah (kadang terjadi
• Susah tidur karena memeiliki
anorexia)
masalah pribadi
o Photophobia dan phonophobia

o Insomnia

o Kadang disertai stress emosional dan rasa

cemas berlebihan
Pemeriksaan fisik

Fakta Teori
• Tidak ditemukan adanya kelainan Pada pemeriksaan fisik sulit ditemukan penyebab
• Vital sign dalam batas normal,
dari nyeri kepala dari TTH.
kecuali RR = 28x/m
• Tidak ada kelainan dalam reflek ➢ Pemeriksaan neurologis normal
fisiologis maupun reflek patologis
➢ Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial

atau leher (tidak selalu)

➢ Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan

daerah trigger zone (tidak selalu)

Penatalaksanaan

Fakta Teori
▪ Head up 20 - 30 drjt • Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik
(psikoterapi), fisiologik (relaksasi) dan
▪ O2 2 lpm
farmakologik (analgesik, sedativa dan minor
▪ Ketorolac inj 1 x 1 amp
transquilizers).
▪ Ranitidine inj 1 x 1 amp • Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen
atau NSAID lain yang sangat membantu, tetapi
▪ Nebuliser combivent 1 amp
hanya untuk waktu yang singkat
▪ Meloxicam 7,5 mg 2x1

▪ Diazepam 2 mg 2x1

▪ Methyl Prednisolon 4 mg 2x1

Prognosa

Fakta Teori
Dubia ad bonam TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh,
akan tetapi nyeri kepala ini tidak berbahaya. TTH
dapat sembuh sempurna bila penyebabnya di
hilangkan
DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono. Buku ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis


Saraf Indonesia. Jakarta: Gajah Mada University Press; 2005: pp. 285-8
1. World Health Organization. Headache Disorder. (Online) 2004.
Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs277/en/
2. Adult Health Advisor. Tension Headache. University of Michigan
Health System. McKesson Corporation. (Online) 2005. Available from:
http://www.med umich edu
3. Friedman H. Problem Oriented Medical Diagosis. Sixth edition.
USA: Little, Brown and Company; 1996: pp. 398-9.
4. Ngoerah G. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Syaraf. Denpasar: Airlangga
University Press; 1990: pp. 203.
5. Singh MK. Muscle Contraction Tension Headache. Department of
Neurology, Pain Management, Medical College of Pennsylvania,
Hahnemann University. (Online) 2007. Available from:
http://www.emedicine.com
6. Gilroy J. Basic Neurology. Third edition. USA: McGraw Hill
companies; 2000: pp. 124-138
7. Sjahrir H. Mekanisme Terjadinya Nyeri Kepala Primer dan Prospek
Pengobatannya. USU Digital Library. Medan : Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara; 2004.
2. Mueller L. Tension-type, The Forgotten Headache How to
Recognize This Common but Undertreated Condition. Postgraduate
Medicine, Vol. III No. 4. (Online) 2002. Available from:
http://www.postgradmed.com/issues/2002/04_02/mueller.htm
3. Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology seventh edition. USA:
McGraw-Hill; 2001: pp. 175-181
8. Hauser SL. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. USA:
McGraw Hill; 2006: pp. 57
4. National Headache Foundation. Tension Type Headache, The
Complete Guide to Headache. (Online) 2005. Available from:
http://www.headaches.org/consumer/educationalmodules/completeguid
e/tensiontype.html).

Anda mungkin juga menyukai