Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembangan zaman pada era ini yang disertai oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat sehingga menciptakan era
globalisasi yang menuntut setiap inidividu untuk menguasai IPTEK serta mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan. Pengelasan merupakan bagian yang tidak
dapat terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan dalam industri karena memegang
peran utama dalam reparasi dan rekayasa produksi logam. Pada era serba teknologi
ini teknik pengelasan sangat diperlukan dan memiliki peranan penting, yakni
digunakan untuk berbagai proses pengerjaan dalam industri seperti pemotongan
logam dan penyambungannya, konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang kontrusi sangat luas yang
meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, pipa saluran air dan lain sebagainya.
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat
panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai
ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom.
Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan pemanasan
atau pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan disambung di buat lumer
atau dilelehkan dengan busur nyala atau panas yang didapat dari busur nyala listrik
(gas pembakar) sehingga kedua ujung atau bidang logam merupakan bidang masa
yang kuat dan tidak mudah dipisahkan (Arifin, 1997).
Saat ini terdapat sekitar 40 jenis teknik pengelasan. Dari berbagai jenis teknik
pengelasan tersebut terdapat dua jenis yang populer di Indonesia, yakni teknik
pengelasan dengan menggunakan busur nyala listrik (Shielded metal arc
welding/ SMAW) dan las karbit (Oxy acetylene welding/OAW)
Dengan dilakukannya praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dalam teori maupun praktik
pengelasan sehingga nantinya dapat terampil dan mampu dalam melakukan teknik
pengelasan dalam dunia teknik pemesinan.
1.2 TUJUAN
Tujuan umum dari praktikum teknik pengelasan dasar adalah :
a) Mahasiswa dapat terampil dalam melakukan pengelasan
b) Mahasiswa dapat melakukan pekerjaan sesuai prosedur pada lembar kerja
c) Mahasiswa dapat menggunakan alat kerja dengan baik dan benar
d) Mahasiswa dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.

Aadapun tujuan khusus dari praktikum pengelasan dasar antara lain :

a) Mahasiwa dapat mengetahui teknik pengelasan dasar


b) Mahasiswa dapat mengetahui alat dan perlengkapan pada mesin las busur
listrik (Shielded metal arc welding/ SMAW) dan las karbit (Oxy acetylene
welding/OAW)
c) Mahasiwa dapat mengetahui APD yang digunakan dalam teknik
pengelasan
d) Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mengoprasikan mesin las
busur listrik (Shielded metal arc welding/ SMAW) dan las karbit (Oxy
acetylene welding/OAW)
e) Mahasiswa dapat mengetahui kendala dan penyebab yang dialami selama
kegiatan praktikum pengelasan

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum kerja bangku antara lain :
1.3.1 Melatih mahasiswa untuk dapat melakukan kegiatan pengelasan sehingga
terampil dalam melakukannya
1.3.2 Sebagai bekal bagi mahasiswa mengenai kegiatan pengelasan sehingga
mampu menerapkannya pada dunia industri
1.3.3 Sebagai bekal bagi mahasiswa mengenai kegiatan pengelasan sehingga saat
menjadi tenaga pendidik mampu mengajarkan pada siswa dengan baik dan
benar
1.3.4 Melatih kemampuan mahasiwa dalam mengoperasikan teknik mesin las busur
listrik (Shielded metal arc welding/ SMAW) dan las karbit (Oxy acetylene
welding/OAW) dengan baik dan benar
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian pengelasan busur listrik (Shielded metal arc welding/ SMAW)

Las busur listrik elektroda terlindung atau lebih dikenal dengan SMAW
(Shielded Metal Arc Welding) merupakan pengelasan menggunakan busur nyala
listrik sebagai panas pencair logam. Busur listrik terbentuk diantara elektroda
terlindung dan logam induk seperti ditunjukkan pada gambar 1. Karena panas dari
busur listrik maka logam induk dan ujung elektroda mencair dan membeku
bersama (Wiryosumarto, 2004).

Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair
dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang terjadi. Bila
digunakan arus listrik besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi halus
dan sebaliknya bila arus kecil maka butirannya menjadi besar

Pola pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat mampu las dari logam.
Logam mempunyai sifat mampu las yang tinggi bila pemindahan terjadi dengan
butiran yang halus. Pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus
dan komposisi dari bahan fluks yang digunakan. Bahan fluks yang digunakan
untuk membungkus elektroda selama pengelasan mencair dan membentuk terak
yang menutupi logam cair yang terkumpul ditempat sambungan dan bekerja
sebagai penghalang oksidasi

2.2 Perlengkapan pengelasan SMAW

Las SMAW terdiri dari beberapa bagian peralatan yang disusun atau dirangkai
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai suatu unit alat untuk
pengelasan. Satu unit las SMAW terdiri dari (Bintoro, 1999):
1. Mesin pembangkit tenaga listrik/mesin las
Mesin las terdiri dari dua macam yaitu: mesin las arus bolak balik
(mesin las AC) dan mesin las arus searah (mesin las DC). Pada mesin las AC
terdapat transformator atau trafo yang berfungsi untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan, kebanyakan trafo yang digunakan pada peralatan las
adalah jenis trafo step-down, yaitu trafo yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan. Sedangkan pada mesin las DC terdapat receifer atau penyearah arus
yang berfungsi untuk mengubah arus bolak balik (AC) menjadi arus searah
(DC).

Gambar 1. Mesin Las

2. Kabel las
Kabel las digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari sumber listrik
ke elektroda dan massa. Arus yang besar harus dapat dialirkan melalui kabel
tanpa banyak mengalami hambatan, sehingga perlu dipilih kabel yang
sesuai dengan arus yang dialirkan.
Gambar 2. Kabel Las

3. Elektroda

Berdasarkan selaput pelindungnya, elektroda dibedakan menjadi dua


macam, yaitu elektroda polos dan elektroda berselaput. Elektroda berselaput
terdiri dari bagian inti yang berfungsi sebagai filler metal dan zat pelindung
atau fluks yang berfungsi untuk:
a) Melindungi cairan las, busur listrik, dan benda kerja yang dilas dari udara
luar. Udara luar mengandung oksigen yang dapat mengakibatkan terjadinya
oksidasi, sehingga dapat mempengaruhi sifat mekanis dari logam yang
dilas.
b) Memungkinkan dilakukannya posisi pengelasan yang berbeda-beda.
c) Memberikan sifat-sifat khusus pada hasil pengelasan dengan cara
menambah zat-zat tertentu pada selaput elektroda dan lain sebagainya
Gambar 3. Elektroda

4. Pemegang elektroda
Pemegang elektroda berfungsi sebagai penjepit/pemegang ujung
elektroda yang tidak berselaput, dan juga berfungsi untuk mengalirkan arus
listrik dari kabel ke elektroda.

Gambar 4. Pemegang Elektroda


5. Tang penghubung kabel massa
Tang penghubung kabel massa berfungsi untuk menghubungkan kabel
massa dengan benda kerja yang akan dilas.

Gambar 5. Penghubung Kabel Massa


6. Alat bantu
Alat bantu sifatnya tidak mutlak harus ada. Fungsinya adalah sebagai
pembantu untuk mempermudah dalam pengelasan. Alat bantu yang umum
digunakan contohnya: palu terak, tang untuk memegang benda kerja yang
masih panas, sikat kawat, topeng las, dan sebagainya.

Gambar 6. Alat Bantu Pengelasan


2.3 Bahaya dalam pengelasan

Pada pekerjaan pengelasan banyak risiko yang akan terjadi apabila tidak hati-
hati terhadap penggunaan peralatan, mesin dan posisi kerja yang salah. Beberapa
risiko bahaya yang paling utama pada pengelasan antara lain sebagai berikut:

1. Cahaya dan sinar yang berbahaya


Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat
membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan. Cahaya
tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat atau cahaya tampak, sinar
ultraviolet dan sinar inframerah.
a) Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah diserap, tetapi
sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang
terjadi di dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa dan
kornea mata melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan terasa seakan-
akan ada benda asing di dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam
kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umunya
rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam.
b) Cahaya tampak
Cahaya tampak, Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan
diteruskan oleh lensa dan kornea ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat
maka akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan
menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga hanya sementara.
c) Sinar inframerah
Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar
ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa.
Pengaruh sinar inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh panas,
yaitu menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit
kornea, presbiopia yang terlalu dini dan terjadinya kerabunan.
2. Debu dan gas dalam asap las.
Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 µm sampai dengan 3
µm. Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan dan
elektroda yang digunakan. Bila elektroda jenis hydrogen rendah, di dalam debu
asap akan terdapat fluor (F) dan oksida kalium (K2O). Dalam pengelasan busur
listrik tanpa gas, asapnya akan banyak mengandung oksida magnesium (MgO).
Gas-gas yang terjadi pada waktu pengelasan adalah gas karbon monoksida
(CO), karbon dioksida (CO2), ozon (CO3) dan gas nitrogen dioksida (NO2).
3. Bahaya kebakaran.
Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api pengelasan
dengan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar, bensin, gas, cat kertas
dan bahan lainnya yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran juga dapat terjadi
karena kabel yang menjadi panas yang disebabkan karena hubungan yang
kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik karena
isolasi yang rusak.
4. Bahaya Jatuh.
Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi akan
selalu ada bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan luka
ringan ataupun berat bahkan kematian karena itu usaha pencegahannya harus
diperhatikan.
2.4 Alat bantu dan keselamatan kerja
Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai fungsinya dan dengan
teknik yang benar pula. Di samping itu cara penyimpanannya haruslah ditempatkan
sedemikian rupa sehingga tidak saling bertumpukan dan saling bergesekan satu
sama lain.
1. Meja las
Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi
yang dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak
mudah bergerak saat tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan.
Gunakan benda kerja lain saat mencoba penyalaan elektroda dan jangan
dilakukan di meja las.
2. Palu terak
Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil pengelasan.
Dalam menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka pada hasil
pengelasan maupun pada base metalnya. karena luka bekas pukulan adalah
merupakan cacat pengelasan. Palu terak sebelum digunakan dicek
ketajamannya dan kondisinya. apabila sudah tumpul, maka harus ditajamkan
dengan menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya, tempatkan palu
terak pada tempatnya secara rapi.
3. Palu konde
Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg.
penggunaan palu konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan
permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung, untuk membentuk
sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau meniadakan distorsi.
atau ditunakan untuk tujuan membantu persiapan pengelasan. Palu konde juga
harus dikontrol kondisinya agar tidak kocak serta dalam penyimpananya harus
tertata rapi dan tidak saling bertumpukan atau bergesekan dengan alat lainnya.
4. Gerinda tangan
Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di
las berupa penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk membantu
dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di
sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya. gerinda
tangan ini juga digunakan untuk membantu dalam memperbaiki cacat las yang
memerlukan penggerindaan dalam persiapannya sebelum diperbaiki cacat
pengelasan tadi.

Dalam penggunaannya :

Periksa kabel gerinda apakah ada yang terkelupas atau tidak, jika ada segera
diisolasi agar operator tidak tersengat listrik. Pastikan saklar dalam kondisi OFF
sebelum kabel dihubungkan pada sumber listrik. Pastikan batu gerinda
terpasang dengan kuat dan tepat dan kemudian peganglah geridan pada tangkai
gerinda dengan kuat. Hubungkan kabel gerinda pada listrik dan kemudian
hidupkan dengan menekan tombol ON. Gunakan kaca mata putih saat
menggerinda. Setelah selesai saklar OFF dan lepas kembali kabel dari sumber
arus. Gulung kabel sedemikian rupa dan simpanlah pada tempatnya dengan
aman dan tidak saling bertindih dengan alat lain.
BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Peralatan yang Digunakan dalam Pengelasan


a. Peralatan Utama
 Mesin Las
Pada praktik pengelasan rigi-rigi ayun, mesin las yang digunakan
adalah mesin las DC SP.
 Elektroda / Filler
Pada praktik pengelasan rigi-rigi ayun, elektroda yang digunakan
adalah E6013.
 Pemegang Elektroda / Holder
 Tang Massa dan Palu Massa
b. Peralatan Tambahan
 Palu
 Tang Penjepit
c. Peralatan K3 Pengelasan
 Kamar Las
 Helm Las
 Sepatu Safety
 Wearpack
 Sarung Tangan Safety

III.2 Spesimen yang Digunakan

Spesimen atau benda uji yang digunakan adalah plat baja ukuran:
Panjang : 150 mm
Lebar : 35 mm
Tebal : 10 mm
III.3 Hasil Pengelasan Rigi-rigi

Muhammad Faqih Kurniawan


10211600010002
Diameter Elektrode (Ø) 3,2 mm
Material Baja Karbon Lunak
Jarak Elektrode ke Benda Kerja 1 x Ø Elektroda = 3,2 mm
Jarak Antar Benda (Gap) 1 x Ø Elektroda = 3,2 mm
Jenis Elektroda E6013
Jenis Mesin Las DC SP
Rigi – rigi (Layer 1)
Arus (I) 95 Ampere
Panjang Rigi-rigi (p) 130 mm
Tinggi 3 mm
Waktu Pengelasan (t) 56 detik
Rigi – rigi (Layer 2)
Arus (I) 95 Ampere
Panjang Rigi-rigi (p) 130 mm
Tinggi 3 mm
Waktu Pengelasan (t) 50 detik
Radya jatmika Ristananda
10211600010003
Diameter Elektrode (Ø) 3,2 mm
Material Baja Karbon Lunak
Jarak Elektrode ke Benda Kerja 1 x Ø Elektroda = 3,2 mm
Jarak Antar Benda (Gap) 1 x Ø Elektroda = 3,2 mm
Jenis Elektroda E6013
Jenis Mesin Las DC SP
Rigi – rigi (Layer 1)
Arus (I) 95 Ampere
Panjang Rigi-rigi (p) 133 mm
Panjang Throat 2,5 mm
Waktu Pengelasan (t) 55 detik
Rigi – rigi (Layer 2)
Arus (I) 95 Ampere
Panjang Rigi-rigi (p) 131 mm
Tinggi 2,7 mm
Waktu Pengelasan (t) 52 detik
Irfani Faiq Erlangga
10211600010006
Diameter Elektrode (Ø) 3,2 mm
Material Baja Karbon Lunak
Jarak Elektrode ke Benda Kerja 1 x Ø Elektroda = 3,2 mm
Jarak Antar Benda (Gap) 1 x Ø Elektroda = 3,2 mm
Jenis Elektroda E6013
Jenis Mesin Las DC SP
Rigi – rigi (Layer 1)
Arus (I) 95 Ampere
Panjang Rigi-rigi (p) 130 mm
Panjang Throat 3 mm
Waktu Pengelasan (t) 58 detik
Rigi – rigi (Layer 2)
Arus (I) 95 Ampere
Panjang Rigi-rigi (p) 131 mm
Tinggi 3,1 mm
Waktu Pengelasan (t) 57 detik
Edy Wicaksono
10211600010013
Diameter Elektrode (Ø) 3,2 mm
Material Baja Karbon Lunak
Jarak Elektrode ke Benda Kerja 1 x Ø Elektroda = 3,2 mm
Jarak Antar Benda (Gap) 1 x Ø Elektroda = 3,2 mm
Jenis Elektroda E6013
Jenis Mesin Las DC SP
Rigi – rigi (Layer 1)
Arus (I) 95 Ampere
Panjang Rigi-rigi (p) 132 mm
Tinggi 2,5 mm
Waktu Pengelasan (t) 58 detik
Rigi – rigi (Layer 2)
Arus (I) 95 Ampere
Panjang Rigi-rigi (p) 132.4 mm
Tinggi 2,6 mm
Waktu Pengelasan (t) 57 detik
Al Andra Y
10211600010014
Diameter Elektrode (Ø) 3,2 mm
Material Baja Karbon Lunak
Jarak Elektrode ke Benda Kerja 1 x Ø Elektroda = 3,2 mm
Jarak Antar Benda (Gap) 1 x Ø Elektroda = 3,2 mm
Jenis Elektroda E6013
Jenis Mesin Las DC SP
Rigi – rigi (Layer 1)
Arus (I) 95 Ampere
Panjang Rigi-rigi (p) 130 mm
Panjang Throat 3 mm
Waktu Pengelasan (t) 56 detik
Rigi – rigi (Layer 2)
Arus (I) 95 Ampere
Panjang Rigi-rigi (p) 133 mm
Tinggi 2,44 mm
Waktu Pengelasan (t) 48 detik

Anda mungkin juga menyukai