oleh
17/411144/SV/13071
1. Pendahuluan
Kemajuan teknologi di era globalisasi saat ini berkembang dengan sangat cepat.
yang akurat, jelas, dan mudah dimengerti agar informasi tersebut dapat dijadikan bahan
Rumah sakit sebagai organisasi sektor publik yang bergerak dibidang pelayanan
jasa kesehatan tak luput dari pentingnya informasi dalam menunjang seluruh kegiatan
yang ada didalamnya, informasi yang dihasilkan harus bersifat relevan agar keputusan
yang diambil berdasarkan informasi tersebut tepat sasaran, bentuk penyajian yang
umumnya menggunakan diagram ataupun grafik tergantung pada data apa yang ingin
dalam hal ini penyajian data dalam bentuk peta belum digunakan sebagai alat bantu
penyajian yang data dan informasi yang efektif di pelayanan kesehatan termasuk rumah
sakit, sementara kebutuhan akan penyajian data yang lebih kompleks untuk
menghasilkan informasi yang lebih baik masih sangat diharapkan. Dalam beberapa
kasus, Sistem Informasi Geografis menyangkut penyajian data dan informasi dalam
bentuk peta dapat dijadikan sebagai alat bantu penyajian yang menarik dan variatif
termasuk dalam bidang kesehatan yaitu “penyediaan data atribut dan spasial yang
menggambarkan distribusi atau pola spasial penyebaran penderita suatu penyakit, pola
Saat ini SIG merupakan komponen penting dalam banyak kegiatan di bidang
data penyakit infeksi dan penyakit yang ditularkan oleh vektor, termasuk DBD.
Beberapa tahun terakhir, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sering terjadi di
musim pancaroba, khususnya bulan Januari. Oleh karena itu, masyarakat perlu
mengetahui penyebab penyakit DBD, mengenali tanda dan gejalanya, sehingga mampu
Fenomena penyebaran virus DBD, antara lain dapat dilihat dari perspektif
kelembaban, dan penutupan lahan tertentu yang merupakan faktor yang mempengaruhi
terjadinya DBD. Dari beberapa laporan, diketahui DBD sering muncul pada saat
tutupan vegetasi yang relatif rapat, kawasan pemukiman yang padat, dan ketinggian
yang cepat dan akurat. Namun saat ini pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk
pemetaan penyakit oleh puskesmas masih kurang optimal. Dari paparan tentang
penyakit DBD. Hal ini mendorong penulis untuk membuat judul makalah tentang
Dengue (DBD). Adapun rumusan makalah ini, yaitu ‘’Bagaiman penerapan SIG dalam
makalah ini ialah untuk mengetahui apa saja peranan SIG dalam dunia kesehatan
khususnya dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Makalah ini
Dengue (DBD).
Menurut Soedarto, DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang menimbulkan demam akut pada si penderita. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa DBD merupakan penyakit endemis yang berada di daerah tropis
maupun sub tropis, dimana penyakit tersebut disebabkan oleh virus dengue.
Kasus DBD pertama kali dilaporkan di Surabaya pada tahun 1968. Pada tahun
tersebut penderita DBD tercatat sebanyak 58 orang dan 24 orang lain diantaranya
meninggal dunia. Sejak saat itu DBD menyebar keseluruh pelosok di Indonesia,
tercatat pada tahun 1988 sebanyak 13,45 per 100.000 penduduk menderita penyakit
DBD. Virus dengue yang menyebabkan penyakit DBD dapat berkembang dengan baik
di Indonesia, karena Indonesia memiliki iklim tropis dengan suhu yang relatif hangat.
Perubahan suhu yang terjadi di Indonesia tidak terlalu ekstrem antara siang dan malam,
tidak seperti halnya di gurun yang pada siang hari bisa mencapai 60 dan pada malam
hari bisa mencapai 0 . Dengan perubahan suhu yang relatif stabil baik virus, vektor
perubahan suhu yang ekstrem membuat virus, vektor maupun agen penyakit sulit
untuk berkembang.
Penularan DBD di perantarai oleh nyamuk yang terinfeksi virus dengue, nyamuk
yang menularkan penyakit tersebut khususnya adalah nyamuk jenis Aedes, nyamuk
Aedes sendiri terdapat dua jenis yaitu Ades albopictus dan Aedes aegypti, namun
nyamuk yang lebih sering menulakan virus ini khususnya adalah nyamuk jenis Aedes
aegypti. Biasanya nyamuk yang mengigit dan menyebarkan virus dengue adalah
nyamuk betina. Karena nyamuk Aedes betina mengisap darah manusia yang berguna
5
untuk mendapatkan protein agar telurnya menjadi matang dan siap dibuahi oleh
seperma nyamuk jantan. Sehingga tidak semua nyamuk dapat menjadi vektor yang
menyebarkan virus dengue, hanya jenis nyamuk tertentu saja yang dapat menyebarkan
virus dengue. Khususnya adalah nyamuk Aides aegypty yang berjenis kelamin betina
(Widoyono, 2008:61).
Virus dengue didalam tubuh nyamuk yang terinfeksi akan berkembang selama 8-
10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya. Selanjutnya nyamuk yang telah terinfeksi
virus tersebut menularkan manusia melalui gigitan nyamuk untuk mengisap darah
manusia. Dari gigitan nyamuk itulah virus dengue akan berpindah bersamaan dengan
air liur nyamuk. Setelah virus dengue masuk didalam tubuh manusia, virus ini akan
berkembang selama 4-6 hari, selama masa tersebut manusia yang telah digigit oleh
nyamuk yang terinfeksi akan mengalami sakit DBD. Virus dengue ini akan terus
berkembang selama satu minggu didalam darah manusia yang telah terinfeksi virus
DBD memiliki gejala demam yang muncul secara tiba-tiba, terdapat bintik
kemerahan pada kulit, penderita mengalami muntah terus menerus, ketika disentuh
kulit akan terasa dingin, nyeri pada perut dan sakit pada bagian kepala, dan juga
penebaran penyakit DBD. Menurut Soemirat yang dikutip oleh Siti Aulia jumlah dan
Antara lain konsentrasi limbah yang terbentuk baik adat, cair, maupun gas, pelayanan
kesehatan yang diperlukan seperti penyediaan air minum, penyaluran limbah cair,
sanitasi persampahan dan pemukiman dan banyak tidaknya korban yang jatuh apabila
penyakit DBD di suatu wilayah. Penularan penyakit di wilayah yang padat penduduk
seperti penyakit DBD akan sangat rentan. Dikarenakan semakin banyaknya penduduk
maka akan semakin padat perumahan sehingga jarak antara satu rumah dengan rumah
lainnya saling berdekatan. Selain itu semakin banyaknya penduduk maka akan
menampung air itulah nyamuk dapat berkembang biak dan membawa virus dengue.
terjangkit, ditentukan oleh beberapa faktor antara lain (Zulkoni, 2011):Faktor Host,
faktor Host yang dimaksud adalah kerentanan (susceptibility) dan respon imun
kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban,
musim), kondisi geografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi
penduduk).
terjadinya proses interaksi antara penjamu dengan unsur penyebab dalam proses
terjadinya penyakit. Secara garis besarnya maka unsur lingkungan dapat dibagi dalam
tiga bagian utama yaitu, faktor lingkungan fisik, biologis, dan social.
7
berapa hal yang dapat kita lakukan untuk menekan penyebaran penyakit demam
berdarah. Salah satu hal paling mudah yang dapat kita lakukan di rumah adalah
pemeriksaan jentik nyamuk dan membuang wadah yang sudah tidak berguna yang
dapat menampung air. Karena nyamuk Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang
berkembang biak di genangan air bersih dan tenang seperti genangan bekas
Untuk menekan mewabahnya penyakit DBD hal yang perlu dilakukan adalah
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Karena dengan melakukan PSN mata rantai
untuk berkembangnya jentik menjadi nyamuk akan terputus. Dengan begitu nyamuk
yang menjadi vektor virus dengue akan berkurang dan kemungkinan mewabahnya
merupakan penyakit yang muncul karena berbagai faktor lingungan seperti dari
lingkungan fisik, biotik maupun sosial. Penyakit DBD menjadi salah satu penyakit
yang masih terus mewabah sepanjang tahun dan akan meningkat selama memamasuki
musim penghujan. Karena pada musim ini akan muncul banyak genangan-genangan
air yang tertampung di barang-barang bekas maupun tempat penampungan air bocoran
hujan yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. Dimana
nyamuk jenis ini menyukai air yang bersih dan tempat yang lembab untuk bertelur.
Penyakit DBD merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk jenis
Aedes khususnya Aedes aegypti sebagai vektor. Karena nyamuk jenis ini dapat terbang
8
kurang lebih sejauh 100 meter dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga dapat
menyebarkan penyakit DBD dengan wilayah persebaran yang luas. Maka dari itu
penderita DBD yang selanjutnya akan dilakukan analisis spasial. Analisis spasial
berfungsi untuk mengetahui pola spasial sebaran penyakit DBD di Indonesia. Analisis
SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras computer, perangkat
lunak, data geografi, dan personal yang didesain untuk memperoleh, menyimpan,
Pengertian SIG menurut Guo Bo dalam buku Agus Suryantoro, SIG adalah
teknologi informasi yang dapat menganalisa, menyimpan, dan menampilkan baik data
spasial maupun non spasial. SIG mengkombinasikan kekuatan perangkat lunak basis
Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan SIG adalah suatu sistem
informasi yang terdiri dari perangkat lunak dan perangkat keras yang dapat digunakan
untuk menganalisa, mengelola, dan menyimpan data spasial yang dapat digunakan
mengukur jarak antar titik, jarak rute, atau luas suatu wilayah secara interaktif.
dalam beberapa layer dengan setiap layernya merupakan representasi kumpulan benda
(feature) yang mempunyai kesamaan, contohnya layer jalan, layer bangunan, dan layer
fungsi pemetaan ini mempermudah seseorang untuk mencari dimana letak suatu
daerah, benda, atau lainnya di permukaan bumi. Fungsi ini dapat digunakan seperti
untuk mencari suatu lokasi rumah, rute jalan, dan mencari tempattempat penting
lainnya di dalam peta. Pemantauan (monitoring) digunakan juga untuk memonitor apa
yang terjadi dan keputusan apa yang akan diambil dengan memetakan apa yang ada
pada suatu daerah dan apa yang ada di luar area. Pembuatan Model (modeling)
digunakan Sewaktu seseorang melihat konsentrasi dari penyebaran lokasi dari feture-
feature, di wilayah yang mengandung banyak feature mungkin akan dapat kesulitan
untuk melihat wilayah mana yang memiliki konsentrasi lebih tinggi dari wilayah
lainnya. Untuk itu siperlukan pemodelan, kelas-kelas yang di dapatkan ini kemudian
Aplikasi SIG dapat digunakan dalam bidang kesehatan. Menurut WHO yang
dikutip dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, Sistem Informasi Geografis (SIG)
geografis penyakit, analisis trend spasial dan temporal, pemetaan populasi berisiko,
penentuan intervensi. Dalam ilmu kesehatan sendiri Sistem Informasi Geografis (SIG)
10
1) Manajemen Data
menampilkan dan menganalisis data dari level molekuler terhadap resolusi satelit
kepada komponen spasial yang diperoleh dari sumber data yang berbeda. Manajemen
data dengan penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat mendukung kegiatan
2) Visualisasi
SIG merupakan alat yang akurat untuk menghadirkan informasi spasial terhadap level
SIG dapat melakukan analisis secara bersusun dari bagian informasi yang berbeda. Ini
4) Analisis buffer
SIG dapat menciptakan zona/wilayah buffer disekitar daerah yang dipilih. Radius 10
sungai untuk menandai penularan risiko pencemaran melalui air. Pengguna dapat
inseidensi penyakit untuk meperkirakan jumlah kasus yang terjadi dalam zona buffer.
5) Analisis statistik
SIG dapat menyelesaikan kalkulasi spesifik, seperti proporsi populasi dalam suatu
radius tertentu dari suatu pusat kesehatan dan juga mengkalkulasi jarak dan area
sebagai contoh jarak suatu masyarakat ke pusat kesehatan serta area yang dicakup oleh
6) Query
dimasukan dalam peta, table, grafik, dan juga dapat menjawab pertanyaan dari lokasi,
mengelola data yang memiliki informasi spasial bereferensi keruangan (Yusnia, 2010).
memanipulasi, memadukan, dan menganalisa data yang bersifat spasial dan mampu
mengintgrasikan dengan data tekstual yang diambil di lapangan. Sebagai suatu sistem
dan pengelolaan berbagai macam hal, termasuk dalam dunia kesehatan. Dalam dunia
kesehatan SIG merupakan alat yang sangat penting untuk membantu menganalisis
12
kondisi suatu daerah terhadap suatu penyakit karena mampu memetakan penyebaran
penyakit serta melakukan kegiatan pengumpulan data kesehatan masyarakat yang lain.
Dalam kasus DBD, analisis data spasial mampu menunjukkan adanya faktor-
diterapkan. Kejadian penyakit dapat dijelaskan sebagai suatu fenomena spasial secara
kewilayahan yang memiliki karakteristik yang sama. Pola penyakit dan masalah
kesehatan pada sebuah komunitas berubah dari waktu ke waktu, dari musim ke musim
serta berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Perubahan ini sejalan dengan perubahan
berbagai faktor resiko spasial kesehatan seperti kependudukan, sosial ekonomi dan
2010).
Fenomena penyebaran virus DBD, antara lain dapat dilihat dari perspektif
mempengaruhi terjadinya DBD. Dari beberapa laporan, diketahui DBD sering muncul
pada saat musim penghujan di daerah dengan temperatur tropis, kelembaban tinggi,
tutupan vegetasi relatif rapat, kawasan pemukiman yang padat, dan ketinggian kurang
karakteristik dan distribusi curah hujan di suatu wilayah. Semakin banyak hari hujan
13
meningkat. Sebaliknya pada intensitas curah hujan normal akan tetapi hari hujannya
relatif sedikit, perkembangan nyamuk cenderung berkurang. Selain itu, apabila terjadi
2006) .
perpindahan penduduk dari daerah satu ke daerah lainnya. Penduduk yang terinverksi
virus dengue, dimungkinkan dapat menjadi penyebab DBD bagi penduduk lain.
Informasi keruangan tentang penyebaran kasus DBD, misalnya pada lingkungan fisik
dan sosial dalam batas tertentu, didapatkan melalui teknologi penginderaan jauh.
Wilayah dipermukaan bumi dikaji berdasarkan keragaman pola yang tampak pada
citra satelit, selanjutnya dirubah menjadi satuan satuan daerah. Analisis dalam bentuk
satuan bentang lahan yang berkorelasi dengan tipe-tipe habitat vektor DBD (Aronoff
S, 1989).
Untuk mewaspadai siklus KLB DBD, diperlukan pemodelan faktor resiko spasial
epidemiologi DBD berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil dari pemodelan
spasial berupa peta kerawanan wilayah terhadap DBD, diharapkan dapat digunakan
3. KESIMPULAN
SIG dalam bidang kesehatan khususnya dalam pencegahan penyakit DBD yaitu,
spasial berupa peta kerawanan wilayah terhadap DBD dapat digunakan sebagai
kasus DBD serta dihasilkannya pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.
15
DAFTAR PUSTAKA
Sodikin. 2016. Sistem Informasi Geografis dan Pengindraan Jauh (Teori dan Praktek
dengan Er Mapper dan ArcGis 10. Yogyakarta: Simedia.