“Pengurusan Jenazah”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Emmi Wulandari
Nevisra Zulvani
Sudrajad
Berkaitan dengan masalah pengurusan jenazah, ada 4 kewajiban terhadap jenazah yang mesti
dilakukan oleh orang yang hidup. Empat hal ini dihukumi fardhu kifayah, artinya harus ada
sebagian kaum muslimin yang melakukan hal ini terhadap mayit. Jika tidak, semuanya
terkena dosa.
Empat hal yang mesti dilakukan terhadap mayit oleh yang hidup adalah:
1- Memandikan
2- Mengafani
3- Menyolatkan
4- Menguburkan
Empat hal di atas hanya berlaku pada mayit muslim. Adapun mayit kafir, tidak dishalatkan
baik kafir harbi maupun dzimmi. Boleh memandikan orang kafir, namun cuma dalam dua
keadaan. Dan wajib mengafani kafir dzimmi dan menguburkannya, tetapi hal ini tidak
berlaku bagi kafir harbi dan orang yang murtad. Adapun orang yang mati dalam keadaan
ihram (sedang berumrah atau berhaji), jika dikafani, maka kepalanya tidak ditutup.
Berikut kami sebutkan point-point penting yang mesti dilakukan yang terdapat pada empat
hal di atas. Sebagai rujukan utama kami adalah fikih ulama Syafi’i dari penjelasan Al Qodhi
Abu Syuja’ dalam Matan Al Ghoyah wat Taqrib, ditambah beberapa dari penjelasan lainnya.
Memandikan Mayit
Ada dua mayit yang tidak dimandikan: (1) orang yang mati dalam medan perang (mati
syahid), (2) janin yang belum mengeluarkan suara tangisan, ini menurut madzhab Imam
Syafi’i. Sedangkan menurut madzhab Imam Ahmad, yang tidak perlu dimandikan adalah
janin yang keguguran di bawah 4 bulan.
Mayit disiram dengan bilangan ganjil, yaitu boleh tiga, lima kali siraman atau lebih dari itu.
Namun jika mayit disiram dengan sekali siraman saja ke seluruh badannya, maka itu sudah
dikatakan sah.
Pada siraman pertama diperintahkan diberi daun sider (bidara) dan saat ini boleh diganti
dengan air sabun. Sedangkan pada siraman terakhir diberi kapur barus.
Mengafani Mayit
Mengafani mayit dilakukan dengan tiga helai kain berwarna putih, tidak ada pakaian dan
tidak imamah (penutup kepala).
Menyolatkan Mayit
5- Setelah takbir kedua, membaca shalawat (minimalnya adalah allahumma sholli ‘ala
Muhammad).
6- Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk mayit. Inilah maksud inti dari shalat jenazah.
Tujuh rukun di atas disebutkan oleh Muhammad Al Khotib dalam kitab Al Iqna’.
َونَ ِق ِه،ِج َوا ْلبَ َرد ِ اء َوالث َّ ْل ِ س ْلهُ بِا ْل َم ِ َو َو،ُ َوأَك ِْر ْم نُ ُزلَه،ُع ْنه
ِ َوا ْغ،ُس ْع َم ْد َخلَه َ ْف ُ ار َح ْمهُ َوعَافِ ِه َواع ْ اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَهُ َو
َو َز ْو ًجا، َوأ َ ْهالً َخ ْي ًرا ِم ْن أ َ ْه ِل ِه،َِارا َخ ْي ًرا ِم ْن د َِاره ً َوأ َ ْب ِد ْلهُ د،ض ِمنَ ال َّدنَ ِس َ َب اْأل َ ْبي
َ ِمنَ ا ْل َخ َطايَا َك َما نَقَّيْتَ الث َّ ْو
ب النَّ ِار ِ عذَا ِ عذَا
َ ب ا ْلقَ ْب ِر َو َ َوأ َ ِع ْذ ُه ِم ْن،َ َوأَد ِْخ ْلهُ ا ْل َجنَّة،َخ ْي ًرا ِم ْن َز ْو ِج ِه
“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari
beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia
(Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari
segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah
rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang
lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya
(atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR.
Muslim no. 963)
Catatan: Do’a di atas berlaku untuk mayit laki-laki. Jika mayit perempuan, maka kata –hu
atau –hi diganti dengan –haa. Contoh “Allahummaghfirla-haa warham-haa …”. Do’a di atas
dibaca setelah takbir ketiga dari shalat jenazah.
ُاللَّ ُه َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا أَجْ َر ُه َوالَ ت َ ْفتِنَّ بَ ْع َد ُه َوا ْغ ِف ْرلَنا َ َولَه
Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu
“Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan
sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia”.
Menguburkan Mayit
Mayit dimasukkan dalam kubur dengan mengakhirkan kepala dan dimasukkan dengan lemah
lembut.
Bagi yang memasukkan ke liang lahat hendaklah mengucapkan: Bismillah wa ‘alaa millati
rosulillah (Dengan nama Allah dan di atas ajaran Rasulullah).
Dilarang mendirikan bangunan di atas kubur dan tidak boleh kubur disemen. Ini pendapat
dalam madzhab Syafi’i namun banyak diselisihi oleh kaum muslimin di negeri kita karena
kubur yang ada saat ini dipasang kijing, marmer dan atap.
Padahal terdapat hadits, dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang dari memberi semen pada kubur, duduk di atas kubur dan memberi bangunan di
atas kubur.” (HR. Muslim no. 970). Sudah dibahas oleh Rumaysho.Com: Memasang Kijing,
Marmer dan Atap di Atas Kubur.
Masing-masing dari point di atas, insya Allah akan disajikan dalam bahasan tersendiri di
Rumaysho.Com.
Referensi:
Al Iqna’ fi Halli Alfazhi Abi Syuja’, Syamsuddin Muhammad bin Muhammad Al Khotib,
terbitan Maktabah At Taufiqiyyah.
Hasyiyah Al Qoulul Mukhtar fii Syarhi Ghoyatil Ikhtishor (Fathul Qorib), Muhammad bin
Qosim Al Ghozzi, ta’liq: Dr. Sa’adud Din bin Muhammad Al Kubbi, terbitan Maktabah Al
Ma’arif, cetakan pertama, tahun 1432 H.
Mukhtashor Abi Syuja’ (Matan Al Ghoyah wat Taqrib), Ahmad Al Husain Al Ashfahani Asy
Syafi’i, terbitan Darul Minhaj, cetakan pertama, tahun 1428 H.
Sumber : https://rumaysho.com/4905-ringkasan-pengurusan-jenazah.html