Anda di halaman 1dari 23

Makalah Pemikiran Ibnu Khaldun

Untuk Memenuhi Mata Kuliah


Perkembangan Pemikiran Ekonomi
Dosen pengampu: Anang Haris Firmansyah, M.Pd

Nama Kelompok 11:

1. Rizka Azzahra Putri (12401183012)


2. Elvy Yulia Kusumaningrum (12401183034)
3. Zayyinatul Inayah (12401183042)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


JURUSAN PERBANKKAN SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN TULUNGAGUNG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-NYA yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NYA kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Perkembangan Pemikiran Ekonomi mengenai
“Pemikiran Ibnu Khaldun” ini dengan lancar, shalawat serta salam kami panjatkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang menjauhkan kita dari jalan kegelapan.
Makalah yang berjudul “Pemikiran Ibnu Khaldun” disusun untuk memenuhi
salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Ekonomi jurusan
Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi Bisnis Islam, IAIN Tulungagung.
Adapun makalah Perkembangan Pemikiran Ekonomi ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar penyusunan makalah. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada:
1. Dosen Manajemen Bapak Anang Haris Firmansyah, M.Pd yang mana
bersedia membimbing kami dalam penyusunan makalah.
2. Rekan-rekan kelompok 11 yang mau bekerjasama dalam menyelesaikan
makalah.
3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dengan ini penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan semata hanya milik ALLAH SWT, untuk itu
segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
nantikan.

Tulungagung, 29 Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Riwayat Hidup Ibnu Khaldun .............................................................. 3
B. Karya-karya Ibnu Khaldun ................................................................... 5
C. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun ...................................................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 20
A. Kesimpulan .......................................................................................... 20
B. Saran..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu ekonomi modern yang saat ini berkembang pesat di Barat, merupakan
kelanjutan perkembangan ilmu ekonomi dari masa ke masa, mulai zaman pra
sejarah sampai zaman modern saat ini. Semua peradaban yang pernah eksis dalam
sejarah kehidupan manusia turut andil dalam proses evolusi ilmu ekonomi. Ada
suatu masa di mana peradaban Islam berada pada masa pertumbuhan ekonomi dan
berkontribusi besar dalam pengembangan ilmu ekonomi.

Salah satu ilmuan muslim yang berkontribusi besar dalam pemikiran


ekonomi islam adalah Ibnu Khaldum nama lengkapnya adalah Abd al-Rahman bin
Muhammad bin Khaldun al-Hadrawi, dikenal dengan panggilan Waliyuddin Abu
Zaid, Qadi al-Qudat. Beliau lahir pada tanggal 1 Ramadhan 732 H di Tunis.
Sebenarnya banyak teori ekonomi yang lahir dari buah pikirannya, sebelum teori
tersebut secara masive berkembang di alam pikiran Ilmuan Barat. Besar dugaan
bahwa Ilmuan Barat banyak mengutip secara sembunyi-sembunyi pemikiran Ibnu
Khaldum dalam berbagai persoalan ekonomi tanpa mengikutsertakan sumber
referensinya. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai biografi dari
Ibnu Khaldun, karya-karya Ibnu Khaldun dan pemikiran-pemikiran ekonomi islam
yang dilahirkan oleh ibn Khaldun agar dalam mengkaji berbagai teori yang
dihasilkannya kita tidak salah dalam penafsiran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup Ibnu Khaldun ?
2. Apa saja karya-karya dari Ibnu Khaldun ?
3. Bagaimana pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui riwayat hidup Ibnu Khaldun.
2. Untuk mengetahui karya-karya dari Ibnu Khaldun.
3. Untuk mengetahui pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Ibnu Khaldun


Nama lengkapnya adalah Abd al-Rahman bin Muhammad bin Khaldun
al-Hadrawi, dikenal dengan panggilan Waliyuddin Abu Zaid, Qadi al-Qudat.
Ia lahir pada tanggal 1 Ramadhan 732 H di Tunis. Ia bermazhab Maliki,
Muhadist al-Hafidz, pakar ushul fiqh, sejarawan, pelancong, penulis dan
sastrawan. Saat kecil ia biasa dipanggil dengan nama Abdurrahman.
Sedangkan Ibnu Zaid adalah panggilan keluarganya. Ia bergelar waliyudin dan
nama populernya adalah Ibnu Khaldun.1
Gelar waliyudin merupakan gelar yang diberikan orang sewaktu Ibnu
Khaldun memangku jabatan hakim (qadli) di Mesir. Sebutan ‘alamah didepan
namanya menunjukkan bahwa pemakai gelar tersebut merupakan orang yang
mempunyai gelar kesarjanaan tertinggi, sebagaimana gelar-gelar yang lain,
seperti seperti Rais, al-Hajib, al-Shadrul, al-Kabir, al-Faqih, al-Jalil dan
Imamul A’immah, Jamal al-Islam wa al-Muslimin.
Nenek moyangnya berimigrasi dari Handramat ke Seville (di Spanyol)
pada abad ke-9 M dan bekerja sebagai ahli kenegaraan dan menjabat selama
hampir empat abat. Pada abat ke-13, keluarganya termasuk keluarga
berpengaruh di Seville. Sebelum akhir abad seville di duduki kaum keristen,
dan keluarganya harus berimigrasi ke Tunisia seperti keluarga-keluarga
bangsawan lainya.
Ayahnya adalah cendekiawan islam terkemuka sehingga dia mendapat
pendidikan dasar dari ayahnya dan dari cedekiawan-cedekiawan islam yang
berkualitas, nama gurunya dan meneliti kedudukan mereka dalam dunia ilmu
dan karya-karyanya di antara mereka adalah Muhammad bin sa’ad bin Butral
al-Anshari, Muhammad bin al al-Arabi al-Husyairi, Muhammad bin al-

1 Choirul Huda, “Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi islam; Ibnu Khaldun”. Jurnal Pemikiran dan Penelitian

Ekonomi Islam, Vol IV, Edisi 1, Mei 2013, hlm.105.

2
Syawazz al-Zarzali, Ahmad bin Al-Qashar, Muhammad bin Bahar,
Muhammad bin Jabir al- Qaisi, Muhammad bin Abdllah al-Faqih, Abdul-
Qasim uhammad al-Qasir, Muhammad bin Abdissalam, dan lain-lain. Sejak
kecil kecerdasannya yang tinggi dan ide-ide filosofisnya telah menarik
perhatian. Ketika berusia 20 tahun, dia di tunjuk oleh Sultan Fez sebagai
sekertaris peribadinya. Akan tetapi, ide-ide filosofisnya menjauhkanya dari
kelas ulama, maka dia meninggalkan Fez. Dia kemudian menjadi sekertaris
Sultan Marindi, Abu Ivan. Berkat jasa, posisi dan statusnya di istana Sultan,
dia menjadi sangat kaya dan terkenal dalam waktu singkat, tetapi akibat
perseketaan dia berakhir di penjara. 2

Ibnu Khaldun terkenal sebagai Bapak Ilmu Sosial, Bukunya The History
of The World, khususnya Muqoddimah, tidak hanya kontribusinya yang unik
dalam bidang sejarah tetapi merupakan babak baru dan cahaya bagi dunia tulis-
menulis secara umum. Kombinasi dari pengalaman praktis dan pengetahuan
yang luas buku yang menjadi inspirasi semua ahli sejarah dan penulisan di
seluruh duia buku ini berjudul Kitab al-I’bar. Ibnu Khaldun
juga yang membawa perubahan dalam perilaku manusia terhadap sejarah,
penguasa, terhadap aturan, dan terhadap Tuhannya.
Dia mengatakan bahwa negara dan peradaban berjalan menurut aturan
dasar yang pasti, dan aturan warna kulit mereka. Ibnu Khaldun mengatakan
bahwa sejarah tidak hanya cerita bangsa-bangsa dan agama. Sejarah adalah
narasi seluruh aktivitas manusia. Ini adalah cerita perkembangan peradaban
manusia. Tugas ahli sejarah adalah mencatat masalah dan perubahan manusia
dari hari ke hari.
Penemuan mendasar dari perkembangan masyarakat secara bertahap dan
perkembangan masyarakat secara bertahap dan menilai seluruh peristiwa
dalam sejarah sesuai dengan penemuan teersebut adalah filosofis sejarah yang
di kemukakan Ibnu Khaldun. Dan menurut Toynbee, ini adalah sumbangan
terbesar Ibnu Khaldun.

2Haque Athique, Seratus Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, Jogjakarta: Diglossia, 2011,
hlm.75

3
“He was outstanding in his knowledge of Arabic and had an understanding of
poetry in its different forms and I can well remember how the men of letters
sought his opinion in matters of dispute and submitted their works to him."

Dalam dunia ekonomi, ilmu pengetahuan dan sains memiliki pengaruh


yang belum ada sebelumnya. Dia menempatkan yang di atas filsafat. Apa yang
tak bisa di pahami dengan keyakinan pada Allah. Hal ini juga dibahas dalam
muqaddimah.3 Ketika mengevaluasi Ibnu Khaldun kita harus mengingat,
bahwa ketika duduk di istana di Afrika Utara lima ratus tahun yang lalu yang
luas, dia memberikan sumbangan di bidang sejarah dan dunia pada umumnya,
sebuah pengetahuan dan arah yang menjadi dasar bagi ahli sejarah generasi
selanjutnya.4

A. Karya-karya Ibnu Khaldun

Karya-karya Ibnu Khaldun termasuk karya-karya yang monumental.


Ibnu Khaldun menulis banyak buku, antara lain: Syarh al- Burdah, sejumlah
ringkasan atas buku-buku karya Ibnu Rusyd, sebuah catatan atas buku Mantiq,
ringkasan (mukhtasor) kitab al-Mahsul karya Fakhr al-Din al-Razi (Ushul
Fiqh), sebuah buku lain tentang matematika, sebuah buku lain lagi tentang
ushul fiqh dan buku sejarah yang sangat dikenal luas. Buku sejarah tersebut
berjudul Al-Ibar wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Tarikh al-Arab wa al-
Ajam wa al-Barbar. Dan kitab al-Muqoddimah Ibnu Khaldun merupakan karya
monumental yang mengundang para pakar untuk meneliti dan mengkajinya. 5
Adapun penjabaran karya-karya tersebut sebagai berikut:

3 Ibid. hlm.85
4
Ibid. hlm.88
5 Choirul Huda, “Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi islam; Ibnu Khaldun”. Jurnal Pemikiran dan Penelitian

Ekonomi Islam ,Vol IV, Edisi 1, Mei 2013, hlm.107.

4
1. Kitab Muqaddimah yang merupakan buku pertama dari kitab al-I’bar yang
terdiri dari bagian muqaddimah. Buku pengantar yang panjang inilah yang
merupakan inti dari seluruh persoalan dan buku tersebut pulalah yang
mengangkat nama Ibnu Khaldun menjadi begitu harum. Adapun tema
muqaddimah ini adalah gejala-gejala sosial dan sejarahnya.

2. Kitab al-I’bar Wa Diwan al-Mubtada’ Wa al-Khabar Fi Tarikh al-‘Arab Wa


al-‘Ajam Wa al-Barbar, kitab pelajaran dan arsip sejarah zaman permulaan
dan zaman akhir yang mencakup peristiwa politik mengenai orang-orang
arab, non arab dan Barbar, serta raja-raja besar yang semasa dengan mereka
yang kemudian terkenal dengan kitab I’bar yang terdiri dari tiga buku. Buku
pertama adalah sebagai kitab Muqaddimah atau jilid pertama yang berisi
tentang masyarakat dan ciri-cirinya yang hakiki, yaitu pemerintahan,
kekuasaan, pencaharian, penghidupan, keahlian-keahlian dan ilmu
pengetahuan dengan segala sebab dan alasan-alasannya. Buku kedua terdiri
dari empat jilid yaitu jilid kedua, ketiga, keempat dan kelima yang
menguraikan tentang sejarah bangsa arab, generasi-generasi mereka serta
dinasti-dinasti mereka.
Disamping itu juga mengandung ulasan tentang bangsa-bangsa
terkenal dan negara yang sezaman dengan mereka, seperti bangsa Persia,
Yahudi, Yunani, Romawi, Turki dan Eropa. Kemudian buku ketiga terdiri
dari dua jilid yaitu jilid ke enam dan ketujuh yang berisi tentang sejarah
bahasa Barbar dan Zanata yang merupakan bagian dari mereka khususnya
kerajaan dan negara-negara Maghribi (Afrika-Utara).

3. Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun Wa Rihlatuhu Syarqon Wa Ghorban atau


disebut al-Ta’rif, dan oleh orang-orang barat disebut dengan Autobiografi.
Merupakan bagian terakhir dari kitab al-I’bar yang berisi tentang beberapa
bab mengenai kehidupan Ibnu Khaldun. Dia menulis autobiografinya secara
sistematis dengan menggunakan metode ilmiah, karena terpisah dalam bab-
bab, tapi saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

5
B. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun
Menurut Ibnu Khaldun sebuah negara berbudaya terbentuk melalui
pembangunan atau penaklukan kota-kota oleh masyarakat “primitif” yang
memiliki solidaritas yang kuat. Tujuan pembentukan negara adalah untuk
mewujudkan keinginan-keinginan alamiah, dan mengaktualisasikan potensi-
potensi dan kesempurnaan hidup mereka. Seperti halnya pada aspek-aspek lain
kebudayaan yang berperadaban (civilized culture), begitu negara berbudaya
tercipta, maka niscaya ia mengikuti hukum alam tentang pertumbuhan,
kedewasaan, dan kemerosotan, Ibnu Khaldun sering mengibaratkan dengan
siklus kehidupan manusia: bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua, renta dan
mati.6

1. Teori Produksi

Dalam pemikiran ekonominya Ibnu Khaldun menegaskan bahwa


kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di suatu
negara, tetapi ditentukan oleh tingkat produksi negara tersebut dan neraca
pembayaran yang positif (konsekuensi alamiah dari tingkat produksi yang
tinggi). Bisa saja suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi
bila hal itu bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor
produksi, uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah
yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan
pendapatan pekerja dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi
lainnya.7 Bagi ibnu khaldun produksi adalah aktivitas manusia yang
diorganisasikan secara sosial dan internasional.

a. Tabiat Manusiawi dari Produksi


Pada satu sisi, manusia adalah binatang ekonomi. Tujuannya yaitu agar
produksi Manusia dapat didefinisikan dari segi produksi:

6
Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, hlm. 414.
7
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, Yogyakarta: Ekonisia, 200, hlm. 142.

6
“Manusia di bedakan dari makhluk hidup lainnya dari segi upayanya
mencari penghidupan dan perhatiannya pada berbagai jalan untuk
mencapai dan memperoleh sarana-sarana (kehidupan).” (1:67).
Pada Sisi lainnya, faktor produksi yang utama adalah tenaga kerja manusia.
“Laba (produksi) adalah nilai utama yang di capai dari tenaga kerja
manusia.” (2:272).
“Manusia mencapai produksi dengan tanpa upayanya sendiri, contohnya
lewat perantara hujan yang menyuburkan ladang dan hal hal lainnya
Namun demikian, hal-hal ini hanyalah pendukung saja. Upaya manusia
sendiri harus di kombinasikan dengan hal-hal tersebut.” (2:273).
“Tenaga manusia sangat penting untuk setiap akumulasi laba dan modal.
Jika sumber produksi adalah kerja, sedemikian rupa seperti pekerjaan
kerajinan tangan, hal ini jelas. Jika sumber pendapatan adalah hewan,
tanaman atau mineral, seperti kita lihat, tenaga manusia tetaplah penting.
Tanpa tenaga manusia, tidak ada hasil yang akan dicapai, dan tidak akan
ada hasil yang berguna.” (2:274)
Oleh karena itu, manusia harus melakukan produksi guna mencukupi
kebutuhan hidupnya, dan produksi berasal dari tenaga manusia.

b. Organisasi Sosial dari Produksi


Melakukan produksi juga penting bagi manusia. Jika manusia ingin
hidup dan mencari nafkah, manusia harus makan. Dan ia harus memproduksi
makanannya. Hanya tenaganya yang mengizinkannya untuk tetap dapat
makan:
“Semua berasal dari Allah .namun tenaga manusia penting untuk
(penghidupan manusia).” (2:274)
Namun demikian manusia tidak dapat sendirian memproduksi cukup
makanan untuk hidupnya. Jika ia ingin bertahan ia harus mengorganisasikan
tenaganya. Melalui modal atau melalui keterampilan, operasi produksi yang
paling sederhana mensyaratkan kerjasama dari banyak orang dan latar
belakang teknis dari keseluruhan peradaban.

7
“Tenaga manusia secara individu tidak cukup baginya untuk mendapatkan
makanan yang ia perlukan untuk hidup.” (1:69)
Setiap makanan memerlukan sejumlah kegiatan dan setiap kegiatan
memerlukan peralatan dan keahlian. Organisasi sosial dari tenaga kerja ini
harus di lakukan melalui spesialisasi yang lebih tinggi dari pekerja. Upaya
manusia menjadi berlipat ganda. Produksi agregat yang di hasilkan oleh
manusia yang bekerja secara bersama-sama adalah lebih besar di bandingkan
dengan jumlah total produksi individu dari setiap orang yang bekerja sendiri-
sendiri.
“Setiap jenis keahlian tertentu membutuhkan orang yang bertugas atasnya
dan terampil melakukannya. Semakin banyak jumlah orang yang harus
mempraktikan keahlian itu. Kelompok tertentu yang mempraktikkan keahlian
itu diwarnai olehnya. Seiring dengan berjalannya waktu, dan bertambahnya
jenis-jenis profesi satu demi satu, para tukang menjadi berpengalaman
dalam berbagai keahliannya dan terampil dalam pengetahuan tentangnya.
Jangka waktu yang panjang dan pengulangan pengalaman yang mirip
menambah keahlian tersebut dan menyebabkannya berakar dan kuat.”
(2:250.
Selain itu, melalui spesialisasi dan tenaga kerjasama sosial, upaya
menjadi berlipas ganda. Produksi agregat yang dihasilkan oleh manusia yang
bekerja secara bersama-sama adalah lebih besar dibandingkan dengan jumlah
total produksi individu dari setiap orang yang bekerja sendiri-sendiri, dan
lebih besar dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan mereka untuk
dapat tetap bertahan hidup. Ada surplus yang tersisa yang dapat digunakan
untuk diperdagangkan:
“Apa yang dicapai melalui kerja sama dari sekelompok manusia dapat
memuaskan kebutuhan kelompok berkali-kali lebih besar daripada jumlah
mereka.” (2:235).
“Tenaga gabungan menghasilkan lebih banyak daripada kebutuhan dan
keperluan para pekerja.” (2:235).
“Melalui kerjasama, kebutuhan sejumlah orang dapat dipuaskan berkali-kali
lebih besar daripada jumlah mereka.” (1:69).

8
Oleh karena itu, Ibnu Khaldun menganjurkan sebuah organisasi sosial
dari produksi dalam bentuk suatu spesialisasi kerja. Hanya spesialisasi saja
yang memberikan produktivitas yang tinggi. Hal ini perlu untuk penghasilan
dari suatu penghidupan yang layak. Hanya pembagian kerja yang
memungkinkan terjadinya suatu surplus dan perdagangan antara para
produsen.

c. Organisasi Internasional dari Produksi


Sebagaimana terdapat pembagian kerja di dalam negeri, terdapat pula
pembagian kerja secara internasional. Pembagian kerja internasional ini tidak
didasarkan kepada sumber daya alam dari negeri-negeri tersebut, tetapi
didasarkan kepada keterampilan penduduk-penduduknya, karena bagi Ibnu
Khaldun, tenaga kerja adalah faktor produksi yang paling penting:
“kota-kota tertentu memiliki keahlian yang tidak dimiliki oleh kota-kota
lainnya.” (2:265).
Oleh karena itu, semakin banyak populasi yang aktif, semakin banyak
produksinya:
“Dalam hal jumlah kemakmuran dan aktivitas bisnisnnya, kota-kota besar
maupun kecil berbeda-beda sesuai dengan perbedaan ukuran peradabannya
(populasinya).” (2:234).
Sejumlah surplus barang dihasilkan dan dapat diekspor, dengan
demikian meningkatkan kemakmuran kota tersebut.
“Surplus produk dalam jumlah besar masih tersisa setelah kebutuhan pokok
penduduk dipenuhi. Surplus ini mencukupi kebutuhan suatu populasi jauh di
atas jumlah dan cakupan sebenarnya, dan kembali lagi kepada penduduknya
dalam bentuk laba yang dapat mereka akumulasikan. Dengan demikian,
kemakmuran meningkat.” (2:244).
Pada pihak lain, semakin tinggi kemakmuran, semakin tinggi
permintaan penduduk terhadap barang dan jasa, yang menyebabkan naiknya
harga-harga barang dan jasa:
“Kemewahan lagi-lagi meningkat seiring dengan meningkatnya laba, dan
meningkatnya kebiasaan serta kebutuhan terhadap barang mewah. Keahlian

9
diciptakan untuk mendapatkan produk-produk mewah. Nilai yang dihasilkan
dari barang-barang mewah itu meningkat, dan sebagai hasilnya, laba lagi-
lagi berlipat ganda. Keahlian dan tenaga kerja juga mahal di kota-kota
dengan peradaban populasi yang berlimpah, seiring dengan semakin
mewahnya kehidupan penduduknya.” (2:236).
Kenaikan permintaan terhadap barang dan jasa ini menyebabkan
kenaikan harga-harga barang dan jasa tersebut dan kenaikan gaji yang
dibayarkan kepada pekerja-pekerja terampil:
“Keahlian dan tenaga kerja juga mahal di kota-kota dengan peradaban yang
melimpah. Ada tiga alasan untuk hal ini. Pertama, terdapat banyak
kebutuhan terhadap keahlian dan tenaga kerja karena kemewahan meliputi
kota. Kedua, pekerja industrial memberikan nilai yang tinggi atas jasa dan
pekerjaan mereka. Ketiga, besarnya jumlah orang yang memiliki uang untuk
dihambur-hamburkan dan orang-orang ini memiliki banyak kebutuhan.”
Dengan demikian, Ibnu Khaldun menguraikan suatu teori yang
menunjukkan interaksi antara permintaan dan penawaran, permintaan
menciptakan penawarannya sendiri yang pada gilirannya menciptakan
permintaan yang bertambah. Selanjutnya, ia berusaha memperlihatkan proses
perkembangan yang kumulatif yang disebabkan oleh infrastruktur intelektual
suatu negara. Semakin berkembang suatu negara, semakin banyak modal
intelektualnya dan organisasi infrastruktur intelektualnya. Orang-orang yang
terampil ditarik oleh infrastruktur ini dan datang untuk hidup dalam negeri
itu, karena itu meningkatkan modal dan infrastruktur intelektualnya.
Bagi Ibnu Khaldun, karena faktor produksi yang paling utama adalah
tenaga kerja dan hambatan satu-satunya bagi pembangunan adalah kurangnya
persediaan tenaga kerja yang terampil, proses kumulatif ini pada
kenyataannya merupakan suatu teori ekonomi tentang pembangunan:
“Keahlian memerlukan guru.” (2:306).
“Keahlian menjadi sempurna hanya bila tersedia peradaban menetap yang
sempurna dan meluas.” (2:307).
“Keahlian akan berakar dengan kuat dalam suatu kota hanya jika peradaban
menetap sudah berakar dan dalam jangka waktu yang lama.” (2:309).

10
“Keahlian dapat menjadi lebih baik dan meningkat hanya jika banyak orang
yang memintanya.” (2:311).
Dengan demikian, Ibnu Khaldun menguraikan sebuah teori ekonomi
tentang pembangunan yang berdasarkan interaksi permintaan dan penawaran
serta lebih jauh, tentang pemanfaatan dan pembentukan modal manusia.
Landasan pemikiran dari teori ini adalah pembagian internasional dan sosial
yang berakibat pada suatu proses kumulatif yang menjadikan negeri-negeri
yang kaya semakin kaya dan menjadikan negeri yang miskin lebih miskin
lagi.
Teori Ibnu Khaldun merupakan embrio suatu teori perdagangan
internasional, dengan analisis tentang syarat-syarat pertukaran antara negara-
negara kaya dengan Negara-negara miskin, tentang kecenderungan untuk
mengekspor dan mengimpor, tentang pengaruh struktur ekonomi terhadap
perkembangan, dan tentang pentingnya modal intelektual dalam proses
pertumbuhan.8

2. Teori Nilai, Uang, dan Harga


a. Teori Nilai
Bagi Ibnu Khaldun, nilai suatu produk sama dengan jumlah tenaga
kerja yang dikandungnya:
“Laba yang dihasilkan manusia adalah nilai yang terealisasi dari tenaga
kerjanya.” (2:289).
Demikian pula, kekayaan bangsa-bangsa tidak ditentukan oleh jumlah
uang yang dimiliki bangsa tersebut, tetapi ditentukan oleh produksi barang
dan jasanya dan ditentukan pula oleh neraca pembayaran yang sehat. Kita
lihat bahwa kedua hal ini berkaitan satu sama lain. Neraca pembayaran yang
sehat merupakan konsekuensi alamiah dari tingkat produksi yang tinggi.
Harus diketahui bahwa harta kekayaan, seperti emas, perak, batu
berharga, dan peralatan tidaklah berbeda dari logam-logam lainnya dan
modal yang dihasilkan.” Peradabanlah yang memunculkannya dengan

8
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010, hlm.
286-290.

11
bantuan tenaga manusia, dan itulah yang membuatnya bertambah dan
berkurang.” (2:285).
Orang-orang awam menyangka bahwa kemakmuran orang-orang ini
merupakan hasil dari jumlah kekayaan yang lebih banyak yang mereka
miliki, atau merupakan hasil dari lebih banyaknya jumlah tambang emas
dan perak di negeri mereka dibandingkan dengan negeri lainnya, atau
karena fakta bahwa mereka mengambil emas dan perak dari bangsa-
bangsa kuno untuk mereka sendiri. Tidaklah demikian adanya peradaban
yang besar menghasilkan laba yang besar karena jumlah tenaga kerja yang
banyak yang tersedia. Jumlah tenaga kerja inilah yang merupakan
penyebab laba.” (2:245,246).

b. Teori Uang
Namun demikian, ukuran ekonomis terhadap nilai barang dan jasa
perlu bagi manusia bila ia ingin memperdagangkannya. Pengukuran nilai
ini harus memiliki sejumlah kualitas tertentu. Ukuran ini harus diterima oleh
semua pihak sebagai tender legal, dan penerbitannya harus bebas dari semua
pengaruh subjektif.

Bagi Ibnu khaldun, dua logam yaitu emas dan perak, adalah ukuran
nilai. Logam-logam ini diterima secara alamiah sebagai uang dimana
nilainya tidak dipengaruhi oleh fluktuasi subjektif.

“Allah menciptakan dua ‘batuan’ logam tersebut, emas dan perak, sebagai
ukuran nilai semua akumulasi modal. Emas dan peraklah yang dipilih untuk
dianggap sebagai harta dan kekayaan oleh penduduk dunia.” (2:274).

Oleh karena itu, Ibnu Khaldun mendukung penggunaan emas dan


perak sebagai standar moneter. Baginya, pembuatan uang logam hanyalah
merupakan sebuah jaminan yang diberikan oleh penguasa bahwa sekeping
uang logam mengandung sejumlah kandungan emas dan perak tertentu.
Percetakannya merupakan sebuah kantor religius, dan karenanya tidak

12
tunduk kepada aturan-aturan temporal. Jumlah emas dan perak yang
dikandung dalam sekeping koin tidak dapat diubah begitu koin tersebut
sudah dimulai diterbitkan:

“Kantor percetakan mengurusi dan memperhatikan koin-koin yang


digunakan oleh umat muslim dalam transaksi komersil, dan menjaga agar
tidak terjadi kemungkinan pemalsuan atau kualitas yang rendah
pemotongan jika jumlah kepingannya dan bukan berat logamnya yang
digunakan dalam transaksi.” (1:407).

“Standar logam bukanlah sesuatu yang ditetapkan dengan kaku, tetapi


bergantung pada penilaian bebas. Begitu penduduk dari sebuah bagian
atau daerah telah memutuskan suatu standar kemurnian, mereka akan
mematuhinya.” (1:407).

Oleh karena itu Ibn Khaldun mendukung standar logam dan harga
emas dan perak yang konstan:

“Semua barang lainnya terkena fluktuasi pasar, kecuali emas dan perak.”
(2:274).

Jadi, uang logam bukan hanya ukuran nilai, tetapi dapaat pula
digunakan sebagai cadangan nilai.

c. Teori Harga

Bagi Ibn Khaldun, harga adalah hasil dari hukum permintaan dan
penawaran. Pengecualian satu-satunya dari hukum ini adalah harga emas
dan perak, yang merupakan standar moneter. Semua barang-barang lainnya
terkena fluktuasi harga yang tergantung pada pasar. Bila suatu barang
langka dan banyak diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang
berlimpah, maka harganya rendah:

“Penduduk suatu kota memiliki makanan lebih banyak daripada yang


mereka perlukan, karenanya, harga makanan rendah, kecuali jika masih
buruk menimpa dikarenakan kondisi cuaca yang dapat memengaruhi
persediaan makanan.” (2:240).

13
Oleh karena itu, Ibn Khaldun menguraikan suatu teori nilai yang
berdasarkan tenaga kerja, sebuah teori tentang uang yang kuantitatif, dan
sebuah teori tentang harga yang ditentukan oleh hukum permintaan dan
penawaran.9

3. Teori Distribusi
Harga suatu produk terdiri dari tiga unsur: gaji, laba, dan pajak. Gaji
adalah imbal jasa bagi produser, laba adalah imbal jasa bagi pedagang, dan
pajak adalah imbal jasa bagi pegawai negeri dan penguasa. 10
a. Pendapat Tentang Penggajian Elemen-Elemen Tersebut
1. Gaji
Karena nilai suatu produk adalah sama dengan jumlah tenaga kerja
yang dikandungnya, gaji merupakan unsur utama dari harga barang-
barang. Harga tenaga kerja adalah basis harga suatu barang.
2. Laba
Laba adalah selisih antara harga jual dengan harga beli yang
diperoleh oleh pedagang. Namun selisih ini bergantung pada hukum
permintaan dan penawaran, yang menentukan harga beli melalui gaji
dan menentukan harga jual melalui pasar.
Bagi Ibnu Khaldun perdagangan adalah “Membeli dengan harga
murah dan menjual dengan harga mahal.” (2:297).
3. Pajak
Pajak bervariasi menurut kekayaan penguasa dan penduduknya.
Karenanya, jumlah pajak ditentukan oleh permintaan dan penawaran
terhadap produk, yang pada gilirannya menentukan pendapatan
penduduk dan kesiapannya untuk membayar.

b. Eksistensi Distribusi Optimum

9 Ibid. hlm. 292.


10
Ibid. hlm. 293.

14
Besarnya ketiga jenis pendapatan ini ditentukan oleh hukum
permintaan dan penawaran. Menurut Ibnu Khaldun pendapatan ini
memiliki nilai optimum.

1. Gaji
Bila gaji terlalu rendah, maka pasar akan lesu dan produksi tidak
mengalami peningkatan.
“Hanya sedikit bisnis yang berjalan dan harga-haraga... menjadi
sangat rendah.” (2:241)
Jika gaji terlalu tinggi, akan terjadi tekanan inflasi dan produsen
kehilangan minat untuk bekerja. 11
“Pekerja, pengrajin dan para professional menjadi sombong.” (2:241)
2. Laba
Jika laba sangat rendah, pedagang terpaksa melikuidasi saham-
sahamnya dan tidak dapat memperbaruinya karena tidak ada modal.
Jika laba terlalu tinggi, para pedagang akan melikuidasi saham-
sahammnya pula dan tidak dapat memperbaruinya karena tekanan
inflasi.
“ Hal yang sama (hancurnya penghidupan dan pedagang) berlaku bila
harga terlalu tinggi... Yang memberikan laba dan penghidupan bagi
orang-orangdalah harga yang pertengahan dan fluktuasi pasar yang
cepat.” (2:302)
3. Pajak
Jika pajak terlalu rendah, pemerintah tidak dapat menjalani fungsinya:
“Pemilik harta dan kekayaan yang berlimpah dalam peradaban tertentu
memerlukan kekuatan protektif untuk membelanya.” (2:250)
Jika pajak terlalu tinggi, tekanan fiskal menjadi terlalu kuat, sehingga
laba para pedagang dan produsen menurun dan hilanglah insentif mereka untuk
bekerja:

11 Ibid. hlm. 295.

15
Oleh karena itu, Ibnu Khaldun membagi pendapatan nasional menjadi
tiga kategori: gaji, laba dan pajak, dan tiap-tiap kategori ini memiliki tingkat
optimum. Namun demiikian, tingkat optimum ini tidak dapat terjadi dalam
jangka panjang, dan siklus aktivitas ekonomi harus terjadi.

4. Teori Siklus
Bagi Ibnu Khaldun, produksi bergantung kepada penawaran dan
permintaan terhadap produk. Namun penawaran sendiri tergantung kepada
jumlah produsen dan hasratnya untuk bekerja, demikian juga permintaan
tergantung pada jumlah pembeli dan hasrat mereka untuk membeli. Produsen
adalah populasi aktif. Hsrat untuk memproduksi merupakan hasil dari motif-
motif psikologis dan finansial yang ditentukan oleh permintaan yang tinggi dan
distribusi yang menguntungkan produsen, dan pedagang. Oleh karena itu pajak
menjadi rendah, sedangkan laba dan gaji menjadi tinggi. Daya beli ditentukan
oleh pendapatan yang tinggi, yang berarti tingkat persediaan yang tinggi dan
bagi negara, jumlah pajak yang besar.
Oleh karena itu, variabel penentu bagi produksi adalah populasi serta
pendapatan dan belanja negara, keuangan publik. Menurut Ibnu Khaldun,
populasi dan keuangan publik harus menaati hukum yang tidak dapat ditawar
dan selalu berfluktuasi.
a. Siklus Populasi
Produksi ditentukan oleh populasi. Semakin banyak populasi, semakin
banyak produksinya. Demikian pula, semakin besar populasi semakin besar
permintaannya terhadap pasar dan semakin besar produksinya. 12
Namun populasi sendiri ditentukan oleh produksi. Semakin besar
produksi, semakin benyak permintaan terhadap tenaga kerja dipasar. Hal ini
menyebabkan semakin tinggi gajinya, semakin banyak pekerja yang berminat
untuk masuk ke lapangan tersebut, dan semakin besar kenaikan populasinya.
Akibatnya, terdapat suatu proses kumulatif dari pertumbuhan populasi dan

12 Ibid. hlm. 296.

16
produksi, pertumbuhan ekonomi menentukan pertumbuhan populasi dan
sebaliknya.

b. Siklus Keuangan Publik


Negara juga merupakan faktor produksi yang penting. Dengan
pengeluarannya, Negara meningkatkan produksi, dan dengan pajaknya Negara
membuat produksi menjadi lesu.
1. Pengeluaran Pemerintah
Bagi Ibnu Khaldun, sisi pengeluaran keuangan publik sangatlah
penting. Pada satu sisi, sebagian dari pengeluaran ini penting bagi aktivitas
ekonomi. Tanpa infrastruktur yang disiapkan oleh Negara, mustahil terjadi
populasi yang besar. Tanpa ketertiban dan kestabilan politik, produsen
tidak memiliki insentif untuk berproduksi.
Disisi lain pemerintah menjalankan fungsi terhadap sisi pemerintaan
pasar. Dengan permintaanya, pemerintah memicu produksi.
Namun jika pemerintah mengehntikan belanjanya, krisis akan terjadi.
Oleh karenanya, semakin banyak yang dibelanjakan oleh pemerintah,
semakin baik akibatnya bagi perekonomian.
2. Perpajakan
Uang yang dibelanjakan oleh pemerintah berasal dari penduduk
melalui pajak. Pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya hanya jika
pemerintah menaikkan pajaknya, tapi tekanan fiskal yang terlalu tinggi
akan melemahkan semangat kerja orang. Akibatnya, timbul siklus fiskal.
Pemerintah harus menasionalisasi perusahaan-perusahaan, karena
produsen tidak memiliki insentif laba untuk menjalankannya.
Jadi bagi Ibnu Khaldun, terdapat optimum fiskal tapi juga mekanisme
yang tidak dapat dibalik, yang memaksa pemerintah untuk membelanjakan
lebih banyak dan memungut lebih banyak pajak, yang menimbulkan siklus
produksi. Dengan demikian, Ibnu Khaldun menguraikan sebuah teori
dinamik yang berdasarkan hukum populasi dan hukum keuangan publik.

17
Menurut hukum yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, suatu negeri tidak dapat
tidak, harus melalui siklus-siklus perkembangan ekonomi dan depresi. 13
Kesimpulannya, Ibnu Khaldun menemukan banyak pemikiran
ekonomi yang mendasar bebrapa abad sebelum kelahirannya “secara
resmi”. Beliau menemukan manfaat-manfaat dan perlunya pembagian
kerja sebelum Smith dan prinsip-prinsip nilai tenaga kerja sebelum
Richardo. Beliau menguraikan teori populasi sebelum malthus dan
menandaskan peran negara dalam perekonomian sebelum Keynes.

3. Teori perdagangan Internasional.


Ibnu Khaldun mendukung bidang ekonomi internasional. Melalui
pengamatannya dan pikiran analitisnya, ia menerangkan keuangan
perdagangan antar negara-negara. Melalui perdagangan luar negeri,
menurut Ibnu Khaldun, kepuasan masyarakat, laba perdagangan, dan
kekayaan negaraakan meningkat. Pertimbangan untuk mengadakan foreign
trade, yakni:
a. Lebih murah dibandingkan memproduksi secara internal
b. Mutu yang lebih baik
c. A totally new product / produk yang baru.

Ibnu Khaldun dalam analisis dan pengamatan perdagangan luar


negerinya telah menerangkan bahwasannya hubungan perdagangan
emosional yang dilakukan antarnegara berkembang layak mendapat
penghargaan dalam bidang ekonomi internasional dikarenakan dapat
menunjang perkembangan ekonomi negara.

13
Ibid. hlm. 300.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibnu Khaldum nama lengkapnya adalah Abd al-Rahman bin Muhammad


bin Khaldun al-Hadrawi, dikenal dengan panggilan Waliyuddin Abu Zaid,
Qadi al-Qudat. Beliau lahir pada tanggal 1 Ramadhan 732 H di Tunis. Karya–
karya beliau antara lain: Syarh al- Burdah, sejumlah ringkasan atas buku-buku
karya Ibnu Rusyd, buku Mantiq, kitab al-Mahsul karya Fakhr al-Din al-Razi
(Ushul Fiqh), sebuah buku lain tentang matematika, sebuah buku lain lagi
tentang ushul fiqh dan buku sejarah yang berjudul Al-Ibar wa Diwan al-
Mubtada’ wa al-Khabar fi Tarikh al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar, dan kitab
al-Muqoddimah

Dalam pemikiran ekonomi islam Ibnu Khaldun, terdapat beberapa teori


antara lain sebagai berikut:
a. Teori produksi
b. Teori nilai, uang, dan harga
c. Teori distribusi
d. Teori siklus
Beliau menggunakan konsep-konsep ini untuk membangun suatu sistem
yang dinamis agar dapat diterapkan dalam suatu negara.

B. Saran

Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan, sumber bacaan,


serta rujukan, sehingga berdampak pada kesempurnaan penyusunan makalah
ini. Kalau ditinjau lebih dalam lagi, isi makalah ini tergolong sangat kurang.
Justru itu, untuk kesempurnanan penyusunan makalah selanjutnya, penulis
sangat berharap kritikan serta saran yang membangun agar dapat menutupi
kekurangan dan keterbatasan penyajian.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Boedi. 2010. Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung:


Pustaka Setia.
Azra, Azyumardi. 2002. Historiografi Islam Kontemporer. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.

Huda, Choirul. 2013. Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi islam; Ibnu Khaldun.
IAIN Walisongo Semarang: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomi
Islam. Volume IV (hlm.103-124).

Sudarsono, Heri.2007. Konsep Ekonomi Islam. Yogyakarta: EKONISIA.

20

Anda mungkin juga menyukai